• Tidak ada hasil yang ditemukan

 

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang 1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, dan 6) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam (HST).

Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)

Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

K1 10 22,93 a 26,08 a 27,11 a

K2 15 26,37 b 30,56 b 31,71 b

K3 20 26,23 b 29,93 b 31,31 b

BNJ 0.05 3,00 3,17 3,32

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi pada umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3).

Tanaman bawang merah terendah pada umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).

Hubungan antara tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 menghasilkan tanaman yang paling tinggi. Diduga pupuk kandang pada dosis tersebut telah dapat menciptakan ketersediaan air, oksigen dan unsur hara dalam jumlah seimbang yang menguntungkan bagi tanaman bawang merah. Media tanam pupuk kandang memiliki aerasi dan drainase yang baik sehingga memungkinkan ketersediaan air, oksigen dan unsur hara dalam jumlah yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Samekto, 2006).

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 menunjukkan tinggi tanaman paling rendah. Hal ini disebabkan ketersediaan unsur hara masih kekurangan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Lingga dan Marsono (2004) menyatakan bahwa media tanam yang kekurangan unsur organik maka proses mengoptimalisasi penguraian unsur hara oleh jasad renik membutuhkan waktu

22 yang lama sehingga penyerapan hara oleh akar tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

2. Jumlah Daun (Helai)

Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 8, 10, dan 12) menunjukan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 30 dan 45 HST.

Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Kandang Jumlah Daun ( Helai )

Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

K1 10 16,86 a 22,35 a 28,97 a

K2 15 20,26 b 26,21 b 32,60 b

K3 20 19,84 b 25,91 b 33,03 b

BNJ 0.05 2,21 2,73 3,51

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bawang merah terbanyak pada umur 15 dan 30 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3), sedangkan pada umur 45 HST jumlah daun terbanyak di jumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 20 ton ha-1 (K3) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1,

namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2).

Jumlah daun paling sedikit pada umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3). Hubungan antara jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Jumlah daun terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1. Diduga dosis tersebut merupakan dosis yang sangat optimal bagi pertumbuhan jumlah daun bawang merah. Winarna dan Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa agar tanaman dapat tumbuh dengan baik harus didukung dengan ketersediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam keadaan optimal dan seimbang.

24

3. Jumlah Umbi per Rumpun

Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 14 ) menunjukan bahwa pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun

Rata-rata jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada

Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Dosis Pupuk kandang

Jumlah Umbi per Rumpun

Simbol ton ha-1

K1 10 6,58 a

K2 15 7,61 b

K3 20 7,54 b

BNJ 0.05 0,74

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3).

Jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah paling sedikit dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1(K1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).

Hubungan antara jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menghasilkan jumlah umbi paling banyak. Dosis tersebut merupakan dosis yang sangat optimal dan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah. Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 menghasilkan jumlah umbi paling sedikit. Diduga pupuk kandang tersebut masih kurang dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah. Marsono dan Sigit (2004) menyatakan bahwa dalam pertanian organik, sumber utama hara berasal dari pupuk kandang. Bahkan pemberian pupuk kandang pada tanaman dapat

membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan. Apabila media tanam tidak sesuai bagi tanaman maka produksi tanaman akan

terhambat (Anonymous, 2007).

4. Berat Umbi Tanaman Bawang merah

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap berat umbi tanaman

26 bawang merah per rumpun, berat umbi tanaman bawang merah per plot dan berat umbi tanaman bawang merah per hektar.

Rata-rata berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Berat Umbi Per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Dosis Pupuk Kandang Berat Umbi

Simbol ton ha-1 Per Rumpun (gr) Per Plot (kg) Per Ha (ton)

K1 10 32,30 a 1.162,75 a 8.07 a

K2 15 36,76 b 1.323,33 b 9.19 b

K3 20 35,97 b 1.294,75 b 8.99 b

BNJ 0.05 3,39 118,56 8.75

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 6 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun, per plot, dan per Ha terberat dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3).

Berat umbi per rumpun, berat umbi per plot, dan berat umbi per Ha paling rendah dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).

Hubungan antara berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 4, 5, dan 6.

Gambar 4. Berat Umbi Per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Gambar 5. Berat Umbi Per Plot Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

28

Gambar 6. Berat Umbi Per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 menghasilkan umbi paling berat dibandingkan dengan dosis 10 ton ha-1. Diduga pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 merupakan dosis yang sangat optimal dan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah, sedangkan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 masih kurang dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah. Mulai menurunnya berat umbi bawang merah ada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1, diduga karena dosis tersebut telah berlebihan bagi tanaman bawang merah.

Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan kualitatifnya meliputi unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat, unsur hara dapat diserap tanaman, tanaman dapat menggunakan unsur hara yang diserap untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya (Indranada, 1986).

Pemberian pupuk yang tepat jumlah akan memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil (Simatupang et al., 1994).

Penggunaan dosis pupuk kandang yang sesuai mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi dan berat umbi tanaman bawang merah. Leiwakabessy (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Selanjutnya, Harjadi (1996) menyatakan bahwa unsur hara yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan bagi tanaman dan pertumbuhan akar akan terhambat sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi tidak normal.

4.2. Pengaruh Dosis Pupuk Urea 1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, dan 6) menunjukan bahwa pupuk Urea berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 dan 45 HST.

Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk

Urea Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Urea Tinggi Tanaman (cm)

Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST U1 100 23,96 a 25,73 a 26,63 a U2 150 26,75 a 30,91 b 31,88 b U3 200 24,62 a 29,78 ab 31,48 b U4 250 25,36 a 29,00 1b 30,18 ab BNJ 0.05 4,21 4,45 4,66

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

30 Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi pada umur 15 HST dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis lainnya, sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1).

Tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST tertinggi dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1), namun berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan tanaman terendah terdapat pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3) dan dosis 250 kg ha-1 (U4).

Pada umur 45 HST tanaman bawang merah tertinggi dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) namun berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan tanaman terendah terdapat pada perlakuan 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) dan 200 kg ha-1 (U3), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dosis 250 kg ha-1 (U4).

Hubungan antara tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST

Perlakuan pupuk Urea terbaik untuk menghasilkan tinggi tanaman bawang merah tertinggi dijumpai pada dosis 150 kg ha-1. Hal tersebut karena unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah cukup tersedia dan maksimal. Winarna dan Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa agar tanaman dapat tumbuh dengan baik harus didukung dengan ketersediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan dalam keadaan optimal dan seimbang.

Pada dosis 100 kg ha-1 tinggi tanaman bawang merah relatif lebih rendah, hal ini diduga unsur hara yang diberikan belum mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kurangnya ketersediaan unsur hara yang diserap oleh tanaman tidak akan memberikan pengaruh baik bagi tanaman karena tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan (Fauzi et al., 2006).

Pemberian pupuk Urea sebanyak 200 dan 250 kg ha-1 juga menghasilkan tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis 150 kg ha-1. Diduga karena unsur hara yang diberikan telah berlebihan dari kebutuhan tanaman,

32 sehingga terjadi ketidakseimbangan hara yang diserap dan menghambat pertumbuhan tanaman. Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa peningkatan dosis pupuk akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara yang diserap olah tanaman sehingga tidak lagi member pengaruh nyata terhadap pertumbuhannya. Konsentrasi pupuk yang berlebihan akan terlihat pada tanaman tidak mengalami perubahan bahkan menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang akhirnya dapat menyebabkan kematian (Lingga dan Marsono, 2005).

2. Jumlah Daun

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10, dan 12) menunjukan bahwa dosis pupuk Urea berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 15 dan 30 HST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 45 HST.

Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Urea Jumlah Daun (Helai)

Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST U1 100 17,04 22,52 27,95 a U2 150 19,65 25,56 33,33 b U3 200 19,76 26,11 32,56 ab U4 250 19,50 25,24 32,28 ab BNJ 0.05 - - 4,92

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bawang merah terbanyak pada umur 15 dan 30 HST dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan

dosis 200 kg ha-1 (U3) namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis lainnya, sedangkan jumlah daun tanaman bawang merah terendah terdapat pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1).

Pada umur 45 HST jumlah daun tanaman bawang merah terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan jumlah daun tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1), namun berbeda tidak nyata dengan jumlah daun

tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan jumlah daun tanaman bawang merah yang paling

sedikit dijumpai pada perlakuan 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4).

Hubungan antara ju jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST

34 Perlakuan pupuk Urea dengan dosis dosis 150 kg ha-1 juga menghasilkan jumlah daun terbanyak. Pengurangan dosis menjadi 100 kg ha-1 menghasilkan jumlah daun yang lebih sedikit. Begitu juga bila dosis ditingkatkan menjadi 200 dan 250 kg ha-1. Diduga pemberian pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 telah sesuai dan tepat untuk kebutuhan tanaman bawang merah. Jumin (2008) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman. Metabolisme merupakan pembentukan dan perombakan unsur-unsur hara dan senyawa organik dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

3. Jumlah Umbi per Rumpun

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukan bahwa dosis pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per plot.

Rata-rata jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Dosis Pupuk Urea

Jumlah Umbi per Rumpun

Simbol kg ha-1 U1 100 6,40 a U2 150 7,61 b U3 200 7,57 b U4 250 7,38 ab BNJ 0.05 0,74

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah umbi tanaman bawang merah terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1),

dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan jumlah umbi terendah dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) dan 200 kg ha-1 (U3)

namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 250 kg ha-1 (U4).

Hubungan antara jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Jumlah umbi terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk Urea 150 kg ha-1 dibandingkan dosis 100, 200 dan 250 kg ha-1. diduga dosis 150 kg ha-1 merupakan dosis yang optimal bagi tanaman bawang merah. Pemberian dosis 100, 200 dan 250 kg ha-1 dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah.

4. Berat Umbi Tanaman Bawang merah

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan dosis bahwa pupuk Urea berpengaruh sangat nyata terhadap berat umbi tanaman

36 bawang merah per rumpun, berat umbi tanaman bawang merah per plot dan berat umbi tanaman bawang merah per hektar.

Rata-rata berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk Urea setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Berat Umbi per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Dosis Pupuk Urea Berat Umbi

Simbol kg ha-1 Per Rumpun (gr) Per Plot (kg) Per Ha (ton)

U1 100 30,46 a 1.096,67 a 7.62 a

U2 150 39,02 b 1.404,78 b 9.76 b

U3 200 38,43 b 1.383,56 b 9.61 b

U4 250 32,11 a 1.156,11 a 8.03 a

BNJ 0.05 4,62 166,34 8.75

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 10 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun, per plot, dan per Ha terberat dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dosis 100 kg ha-1 (U1) dan pupuk Urea dengan dosis 250 kg ha-1 (U4), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dosis 200 kg ha-1 (U3).

Hubungan antara berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk Urea dapat dilihat pada gambar 9, 10, dan 11.

Gambar 10. Berat Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Gambar 11. Berat Umbi Berat Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

38

Gambar 12. Berat Umbi per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Dari beberapa dosis pupuk Urea yang dicobakan, berat umbi terberat dijumpai pada dosis 150 kg ha-1. Karena unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam jumlah yang optimal. Pada dosis 100 kg ha-1 berat umbi bawang merah relatif lebih rendah, hal ini diduga unsur hara yang diberikan belum mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada dosis 200 dan 250 kg ha-1 berat umbi juga lebih rendah dibandingkan dengan dosis 150 kg ha-1. Diduga karena unsur hara yang diberikan telah berlebihan bagi kebutuhan tanaman bawang merah.

Pertumbuhan yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia, seimbang dan dosis yang optimum serta didukung oleh faktor lingkungan (Rachim, 1996). Ditambahkan oleh Hardjowigeno (1983) bahwa agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi maksimum perlu adanya keseimbangan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman. Sebaliknya Rinsema (1986) menyatakan bahwa kekurangan unsur hara tertentu dalam tanaman dapat berakibat buruk dan bila berlebihan dapat merusak pertumbuhan dan produksi tanaman.

4.3. Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai dengan 20) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara dosis pupuk kandang dan pupuk Urea terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang diamati. Hal ini bermakna bahwa berbedanya pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah tidak tergantung pada dosis pupuk kandang begitupun sebaliknya.

Dokumen terkait