• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L. Agregatum Gruop) PADA BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG DAN PUPUK UREA - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L. Agregatum Gruop) PADA BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG DAN PUPUK UREA - Repository utu"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

MERAH (Allium cepa L. Agregatum Gruop) PADA

BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG

DAN PUPUK UREA

SKRIPSI

OLEH

B A R O N A

06C10407102

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG

MERAH (Allium cepa L. Agregatum Gruop) PADA

BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG

DAN PUPUK UREA

SKRIPSI

OLEH

B A R O N A

06C10407102

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

(3)

Judul : Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea

Nama Mahasiswa : B A R O N A

N I M : 06C10407102

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Rahmi Rukhyat, S.P, M.P

NIDN 0129117901

Muhammad Jalil, S.P, M.P

NIDN 0115068302

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

Diswandi Nurba, S.TP, M.Si

NIDN 0128048202

Jasmi, S.P, M.Sc

NIDN 0127088002

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi/tugas akhir dengan judul:

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada Beberapa Dosis Pupuk

Kandang dan Pupuk Urea

Yang disusun oleh:

Nama : B A R O N A

N I M : 06C10407102

Fakultas : Pertanian

Program Studi : Agroteknologi

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 12 Oktober 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI :

1 Rahmi Rukhyat, SP., MP

Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji

2 Muhammad Jalil, SP., MP

Pembimbing II

3 Mita Setyowati, SP., M.Sc

Penguji Utama

4 Irvan Subandar, SP., MP

Penguji Anggota

Meulaboh, 12 Oktober 2013

Ketua Prodi Agroteknologi,

(5)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS : Al-Maidah; 11)

Ya Allah...

Tataplah aku dengan cinta-Mu Pelihara aku dengan rahmat-Mu Karyakanlah aku dengan ilmu Dan naungi aku dengan barakah-Mu

Dengan ridha Allah dan penuh keikhlasan hati, karya ini kupersembahkan untuk orang tuaku tercinta Ayahanda Karim dan Ibunda Syaribanu tersayang, terima kasih ku yang terdalam buat Yah Cut Ku yang selalu membantu ananda siang dan malam yang tak pernah kenal lelah dalam musibah yang menimpa anak ku Fa’is Khaizuran, buat anak ku tersayang semoga ananda cepat sembuh dan ceria seperti dulu lagi. Special thanks to My Wife Ratna Dewi, AMd tercinta dan tersayang. Terima kasih kakanda untuk setiap cinta yang luas dan tak terbalaskan.

Buat kakak dan adinda tersayang K’ Nurul, D’ Era, Ana, Hawa, Ani dan yanti ^.^ terimakasih telah menjadi penyemangat buat abang hingga bisa

menyelesaikan skripsi ini. Untuk seluruh keluarga terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya...

Special thanks to dosen pembimbingku Bapak Rahmi Ruhkyat, Sp., MP. Bapak Muhammad Jalil, SP., MP. Terima kasih atas pengorbanan waktu & bimbingan yang telah diberikan serta to Ibu Jasmi;SP.,MSc.Mita Setyowati, SP.,MSc dan Bapak Putra Susila, SP dan Bapak Irvan Subandar, SP.,MP atas semua sarannya...

Sahabat-sahabat terspesialku Sukarahman,Ismayadi, Hasan S, Lia, Agus, Anto, Teguh, Rika , terimakasih untuk indahnya persahabatan yang telah mengumpulkan kita & doa2@... ^.^

Untuk seluruh teman-teman seperjuangan Faperta angkatan 2006, terima kasih dukungannya...

I love you all...

Barona

(6)

RINGKASAN

BARONA ”Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea” di bawah bimbingan Rahmi Rukhyat sebagai pembimbing utama dan Muhammad Jalil sebagai pembimbing anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan dosis pupuk urea yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil bawang merah yang tinggi serta nyata tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut.

Penelitian dilaksanakan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya sejak Tanggal 02 April sampai dengan Tanggal 25 Juni 2011.

Bahan yang digunakan adalah umbi bawang merah, pupuk kandang, pupuk urea dan alat digunakan cangkul, parang, tugal, hand spayer, meteran, gembor, timbangan, pamphlet nama, tali dan alat tulis.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan tiga kali ulangan, ada dua faktor yang di teliti, yaitu : dosis pupuk kandang, yang terdiri atas tiga taraf, yaitu : 10, 15 dan 20 ton ha-1. Faktor dosis pupuk Urea yang terdiri atas empat taraf, yaitu : 100, 150, 200 dan 250 kg ha-1.

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun per rumpun umur 15,30 dan 45 HST, jumlah umbi per rumpun, jumlah umbi per plot dan jumlah umbi per hektar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah umur 15,30 dan 45 HST, jumlah daun umur 30 dan 45 HST, jumlah umbi per rumpun, per plot dan per hektar serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 15 HST. Dosis pupuk kandang terbaik dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 (9.189,81 Kg ha-1) dan 20 ton ha-1 (8.991,342 Kg ha-1).

Pupuk urea berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah umur 15 HST, jumlah daun umur 15 HST, jumlah daun umur 30 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST, jumlah daun 45 HST dan jumlah umbi per rumpun serta berpengaruh sangat nyata terhadap berat umbi per rumpun, per plot dan per hektar. Berat Umbi paling tinggi dijumpai pada perlakuan pupuk urea dengan dosis 150 Kg ha-1 (9.755,40 Kg ha-1) dan 200 Kg ha-1 (9.608,02 Kg ha-1).

Terdapat interaksi yang tidak nyata antara pupuk kandang dan pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang diamati.

(7)

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat-Nya

penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pertumbuhan dan

Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada

Beberapa Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea”. Shalawat beriring salam

kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat

manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Rahmi Rukhyat, SP, M.P selaku pembimbing utama dan Muhammad Jalil,

SP, M.P selaku pembimbing anggota yang telah memberi masukan dan

bimbingan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

2. Jasmi, SP, M.Sc selaku ketua prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Teuku Umar

3. Diswandi Nurba S.TP, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Teuku Umar dan Civitas Akademika yang telah menyediakan sarana dan

prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas

Pertanian Universitas Teuku Umar.

4. Ayahanda Tercinta Karim dan Ibunda Tercinta Syaribanun, Istriku tercinta

dan tersayang, serta kakak dan adikku tersayang yang selalu mendo’akan

juga membantu moril maupun materil.

5. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa – mahasiswi Fakultas Pertanian

dan untuk rekan – rekan mahasiswa – mahasiswi Universitas Teuku Umar

angkatan 2006 serta sahabat-sahabat terbaikku yang telah turut membantu

dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis berharap

semoga segala amal dan bantuan mereka mendapat balasan yang setimpal dari

Allah SWT,Amin.

Meulaboh, Oktober 2013

Penulis

(8)

v

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 14

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 14

3.3 Rancangan Percobaan ... 15

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 16

(9)

vi

Nomor Teks Halaman

1. Kandungan Unsur Hara Pada Beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair ... 10

2. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Dosis Pupuk Urea ... 15

3. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 20

4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 22

5. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 24

6. Rata-rata Berat Umbi Per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 26

7. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 29

8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 32

9. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 34

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 21

2. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 23

3. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai

Dosis Pupuk Kandang ... 25

4. Berat Umbi Per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 27

5. Berat Umbi Per Plot Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 27

6. Berat Umbi Per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 28

7. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 31

8. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 33

9. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 35

10.Berat Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 37

11.Berat Umbi Berat Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah pada

Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 37

(11)

viii

Nomor Teks Halaman

1. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 15 HST Pada

Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (cm) ... 43

2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 15 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 43

3. Rata – rata Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 30 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (cm) ... 44

4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 30 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 44

5. Rata – rata Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 45 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (cm) ... 45

6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah 45 HST pada

perlakuan Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea ... 45

7. Rata – rata Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 15 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (Helai) ... 46

8. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 15 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 46

9. Rata – rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Pada Umur 30 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (Helai) ... 47

10. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 30 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 47

11. Rata – rata Jumlah Daun Bawang Merah pada Umur 45 HST pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (helai) ... 48

12. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 45 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 48

13. Rata – rata Jumlah Umbi Tanaman Bawang Merah Per Rumpun Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 49

(12)

ix

Nomor Teks Halaman

15. Rata – rata Berat Umbi Bawang Merah Per Rumpun Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (gr) ... 50

16. Analisis Ragam Berat Umbi Bawang Merah Per Rumpun Pada

Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 50

17. Rata – rata Berat Umbi Bawang Merah Per Plot Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (gr) ... 51

18. Analisis Ragam Berat Umbi Bawang Merah Per Plot Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 51

19. Rata – rata Berat Umbi Bawang Merah Per Hektar (ton) Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 52

20. Analisis Ragam Berat Umbi Bawang Merah Per Hektar Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 52

21. Bagan Percobaan ... 53

(13)

1.1. Latar Belakang

Bawang merah (Allium cepa L. Agregatum Gruop) merupakan tanaman

yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15 – 50 cm, membentuk

rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang

tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 1995).

Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatur

menyebutkan bahwa tanaman ini dari Asia Tengah, terutama Palestina dan India,

tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

Mediterranean. Narasumber lain menduga asal usul bawang merah dari Iran dan

pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan asal

tanaman ini dari Asia Barat dan Mediterranean, yang kemudian berkembang ke

Mesir dan Turki (Rukmana, 1994).

Daerah penyebaran tanaman bawang merah di antaranya adalah Eropa

Barat, Eropa Timur, Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, Mesir dan Turki,

merupakan negara penghasil bawang merah dan bawang bombay terpenting di

dunia (Rukmana, 1994).

Bawang merah menjadi salah satu tanaman komersial di berbagai negara

di dunia. Negara - negara produsen bawang merah antara lain Jepang, USA,

Rumania, Meksiko dan Texas (Rukmana, 1994). Di Indonesia, bawang merah

menjadi komoditas cukup penting sebagai sumber penghasilan petani dan

pendapatan negara. Selama beberapa tahun terakhir ini, bawang merah termasuk

enam besar komoditas sayuran komersial yang diekspor Indonesia bersama –

sama dengan kubis, blumkol (kubis bunga), cabai, tomat, dan kentang. Bahkan

(14)

2

bawang merah ini tidak hanya diekspor dalam bentuk sayuran segar, tetapi juga

setelah diolah menjadi produk ”bawang goreng” (Rukmana, 1994). Di tambahkan

pula bahwa berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di

Indonesia tahun 1991, luas panen bawang merah mencapai 70.989 hektar dengan

produksi 509.013 ton. Pada tahun tersebut luas panen bawang merah menempati

urutan ketiga dari 18 jenis sayuran komersial di Indonesia, yakni setelah cabai dan

kacang panjang.

Bawang merah memegang peranan penting dalam bumbu penyedap

masakan di Indonesia. Hampir semua masakan Indonesia menggunakan bawang

merah sebagai salah satu bumbu penyedapnya (Wibowo, 1995).

Kegunaan bawang merah untuk tubuh antara lain memperbaiki tubuh,

memudahkan pencernaan dan menghilangkan lendir lendir dalam kerongkongan.

Bahkan diduga dapat mendorong nafas panjang. Jika memakannya dalam bentuk

sayur mentah, sebagai acar atau betul - betul mentah dengan sambal, tubuh akan

terasa hangat dan pernapasan lancar. Rasa pedas yang sering menyerang mata jika

kita sedang mengiris umbi bawang merah, disebabkan karena di dalam umbi ini

cukup banyak mengandung minyak aetheris (Samsudin, 1979).

Pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah sangat di pengaruhi

oleh ketersediaan unsur hara. Usaha untuk menambah ketersediaan unsur hara

bagi tanaman adalah dengan pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah

ketersediaan unsur hara didalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya

sesuai dengan kebutuhan (Fauzi et al., 2006)

Menurut Ahmad dalam Rukhyat (2001) dalam melakukan pemupukan

(15)

tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang

diberikan, waktu pemupukan dan cara pemupukan.

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah

yang tinggi, juga diperlukan media tanam yang baik. Salah satu media tanam yang

baik adalah tanah yang dicampur dengan pupuk kandang. Pupuk kandang

merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak baik berupa padat atau cair

termasuk sisa – sisa makanan ternak. Selain untuk menambah unsur hara makro

dan mikro di dalam tanah, pupuk kandang juga terbukti sangat baik dalam

memperbaiki struktur tanah pertanian (Lingga dan Marsono, 2004).

Pemberian pupuk organik seperi pupuk kandang dan kompos, bertujuan

untuk memperbaiki struktur tanah, menyangga unsur hara dan air, sebagai

sumber energi bagi mikroorganisme tanah, serta menyediakan unsur hara

(Rukmana, 2006).

Rinsema (1986), menyatakan bahwa apabila pemberian pupuk kandang

terlalu banyak atau berlebihan akan memberikan efek buruk bagi media karena

banyak mengandung air sehingga akan menyebabkan aerasi menjadi jelek dan

mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Pemakaian kotoran

hewan selalu memperlihatkan pengaruh baik pada hasil tanaman untuk beberapa

tahun. Pengaruh menguntungkan untuk di distribusikan dalam waktu yang lebih

lama dari pada pupuk kimia (Samekto dalam Saputra, 2010).

Selain pupuk kandang, nitrogen, tanaman bawang merah juga

membutuhkan unsur hara nitrogen untuk pertumbuhan vegetatif. Unsur hara

Unsur hara Nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara

(16)

4

untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta merangsang

pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang kekurangan

unsur N gejalanya adalah pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan,

daun sempit, mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno,

2007). Salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur hara nitrogen adalah urea.

Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan

CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan hasil

tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45 – 46% (Marsono

dan Paulus, 2001). Ditambahkan pula bahwa urea merupakan pupuk dasar utama

yang diberikan pada tanaman.

Urea mempunyai sifat hygroskopis atau mudah menyerap air dari udara.

Pada kelembaban udara 73% urea akan berubah menjadi air karena uap air di

udara ditarik ke dalam pupuk. Keuntungan mengunakan pupuk urea adalah

mudah diserap tanaman. Selain itu, kandungan N yang tinggi pada urea sangat

dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Kekurangannya bila bila diberikan

kedalam tanah yang miskin hara akan berubah ke wujud atau bahan awalnya,

yakni ammonia dan karbondioksida yang mudah menguap. Selain itu, kedua gas

tersebut juga mudah tercuci oleh air hujan atau irigasi dan mudah terbakar sinar

matahari (Marsono dan Paulus, 2001)

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan Urea yang tepat sehingga

(17)

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan dosis

pupuk urea yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil bawang merah

yang tinggi serta nyata tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut.

1.3. Hipotesis

1. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

bawang merah

2. Dosis pupuk Urea berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

bawang merah.

3. Terdapat interaksi antar dosis pupuk kandang dan Urea terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.

 

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Bawang Merah

2.1.1. Sistematika

Menurut Robinowitch, (1990 dalam Jasmi 2012) Tanaman bawang merah

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Asparagales

Famili : Liliaceae

Suku : Allieae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L. Gruop Aggregatum

Tanaman bawang merah termasuk tanaman semusim, tumbuh tegak dengan

tinggi tanaman mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun.

2.1.2. Morfologi

Rukmana (1994) menyatakan bahwa secara morfologi, pada umumnya

tanaman bawang merah terdiri dari :

1. Akar

Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang

terpencar, antara 15 – 30 cm di dalam tanah.

2. Batang

Memiliki batang sejati atau disebut ”discus” yang bentuknya sebagai

cakram, tipis dan pendek sebagi tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik

(19)

tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari

pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan

fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus). Di antara lapis kelopak bulbus terdapat

mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada

spesies bawang merah biasa.

3. Daun

Bentuknya seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70 cm,

berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampi hijau tua, dan

letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.

4. Bunga

Tangkai daun keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya

antara 30 – 90 cm, dan ujungnya terdapat 50 200 kuntum bunga yang tersusun

melingkar (bulat) seolah olah berbentuk payung (umbrella). Tiap kuntum bunga

terdiri atas 5 – 6 helai dauan bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna

hijau atau kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir

segitiga. Sebagai bunga sempurna (hermaphrodite), bawang merah dapat

menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga lebah atau lalat hijau,

dapat juga melalui penyerbukan buatan oleh bantuan tangan manusia.

5. Buah dan Biji

- Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah

2 – 3 butir.

- Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih,

(20)

8

- Biji – biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan

tanaman secara generatif.

6. Umbi lapis

Umbi lapis ukuran bawang merah sangatlah bervariasi. Bentuknya ada

yang bulat, bundar sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar, sedang

dan kecil. Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah

tua. Umbi bawang merah sudah umum digunakan sebagai bahan perbanyakan

tanaman secara vegetatif.

2.2Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

2.2.1 Iklim

Bawang merah biasa dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didataran

rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 meter di atas permukaan laut, tetapi

berproduksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim

meliputi : suhu udara antara 25oC – 32oC dan iklim kering. (2) Tempat terbuka

dan mendapat sinar matahari ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman

yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). (3) Tiupan

angin sepoi – sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil

umbinya yang tinggi, dan (4) Ketinggian tempat paling ideal antara 0 – 800 meter

di atas permukaan laut.

2.2.2 Tanah

Bawang merah dan bawang bombay tumbuh baik di tanah yang subur,

gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan syarat sebagai

(21)

- Jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung

berdebu.

- Derajat keasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah biasa antara 5,5 –

6,5, sedangkan bawang bombay antara 6 – 7.

- Tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik.

Pada tanah – tanah yang becek, pertumbuhan tanaman bawang merah akan

kerdil dan sering menyebabkan umbi – umbinya mudah membusuk . di samping

itu, tanaman ini sangat tanggap (resposif) terhadap pH tanah. Bila pH kurang dari

5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam – garam

Alumanium (Al). Sebaliknya pH di atas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat di

serap tanaman, sehingga umbinya kecil – kecil dan hasilnya menjadi rendah.

2.3 Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah campuran antara kotoran hewan dengan sisa

makanan dan alas tidur hewan. Campuran ini mengalami pembentukan hingga

tidak berbentuk seperti asalnya lagi dan memilki kandungan hara yang cukup

untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Marsono dan Paulus, 2001).

Selanjutnya Lingga dan Marsono (2004) menyatakan bahwa pupuk

kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran

padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kecing (urine). Itulah

sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis, yaitu padat dan cair. Walaupun

demikian, sepertinya orang enggan membicarakan kototoran cair yang berupa

urine ternak. Tidak jelas penyebabnya, tetapi diduga bahwa orang tidak mau repot

(22)

10

praktis dibanding urine ternak yang menyebarkan bau pesing. Padahal dari segi

kadar haranya, urine lebih tinggi dibanding feses.

Pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah.

Pupuk kandang juga memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan

kimia tanah karena mendukung kehidupan jasad renik. Dengan perkataaan lain,

pupuk kandang mempunyai kemampuan untuk membuat tanah menjadi semakin

subur (Yuliarti, 2009).

Tabel 1. Kandungan Unsur Hara pada Beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair.

Nama ternak dan

Sumber : Lingga, 1991 dalam Yuliarti (2009).

Marsono dan Paulus (2001), menyatakan bahwa pupuk kandang memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk kimia, yaitu :

1. Aman digunakan dalam jumlah besar, bahkan dalam pertanian organik

sumber utama hara berasal dari pupuk kandang.

2. Membantu menetralkan pH tanah

3. Membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah.

(23)

5. Mempertinggi porositas tanah dan secara langsung meningkatkan

ketersediaan air tanah

6. Membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang di tambahkan

7. Membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktasinya tidak tinggi.

Pemberian pupuk kandang pada tanaman dapat membantu menetralkan pH

tanah, meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki srtuktur tanah menjadi

lebih gembur (Marsono dan Paulus, 2001).

Perlakuan kombinasi pupuk kandang dan tanah sebagai media tanam

dengan perbandingan 1: 1 menghasilkan berat buah cabai yang lebih tinggi dan

berbeda nyata dengan berat buah cabai yang dihasilkan pada perlakuan tanpa

pemberian pupuk kandang (Saputra, 2010).

Perlakuan pupuk kandang dan tanah sebagai media tanam dengan

perbandingan 2 : 1 juga menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit terbaik

dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk kandang dan tanah dengan

perbandingan 1 : 1 (Afrizal, 2009).

Menurut Lingga dan Marsono (2004), pupuk kandang siap digunakan

kalau penguraian oleh mikroba sudah tidak terjadi lagi. Pupuk kandang dapat di

berikan sebagai pupuk dasar sebelum tanam. Penebarannya dilakukan secara

merata diseluruh lahan, lalu tanahnya diolah untuk terakhir kali. Biasanya

pemberian pupuk kandang yang sudah matang dilakukan seminggu sebelum

tanam. Di tambahkan pula bahwa untuk tanaman sayur, pemupukan dapat

dilakukan dengan cara disebar di antara guludan, di tutup tipis dengan tanah lalu

(24)

12

2.4 Pupuk Urea

Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan

CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan hasil

tambang minyak bumi. Kandungan Nitrogen (N) total berkisar antara 45 – 46%

(Marsono dan Paulus, 2001).

Unsur hara Nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman

secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri,

Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta merangsang

pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang kekurangan

unsur N gejalanya adalah pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan,

daun sempit, mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno,

1983).

Nitrogen merupakan penyusun dari semua protein. Tanaman yang cukup

mengandung N berdaun lebar dan berwarna hijau tua. Fotosintesis berjalan baik

dan pertumbuhannya pesat, maka N merupakan unsur penting bagi tanaman. Bila

terlalu banyak N, pertumbuhan sangat pesat terutama pertumbuhan vegetatif. Hal

ini akan merugikan tanaman karena akan menyebabkan tanaman menjadi terlalu

rimbun sehingga pembuahan terlambat dan umumnya mudah terserang hama dan

penyakit. Sebaliknya bila kandungan N terlalu rendah dapat menyebabkab daun

menjadi keras penuh dengan serat-serat, warna daun menjadi kekuning-kuningan

dan hijau kemerah-merahan (Anonymous, 1993).

Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang

pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun., nitrogen

(25)

proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai

persenyaawaan organik lainnya (Marsono, 2005).

Gejala yang timbul pada tanaman yang kekurangan nitrogen adalah warna

daun yang menguning dan terjadi kekeringan mulai dari bawah dan kelenjer

bagian atas tanaman, pertumbuhan tanaman akan menjadi kerdil dan pemberian

nitrogen yang berlebihan akan merangsang pertumbuhan vegetatif yang

berlebihan pula sehingga tanaman akan terhambat dalam pemasakan buah, dan

daun berwarna hijau tua ( Rinsema, 1986).

Unsur N diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif dan memperlambat

pertumbuhan bungga dan buah tanaman. Bila tanaman terlalu banyak mendapat

unsur N, tanaman akan tumbuh terlalu subur serta sulit menghasilkan bunga.

Sebaliknya, bila tanaman kekurangan unsur N, pertumbuhan daun tanaman

menjadi kerdil, berwarna hijau pucat, berbunga banyak, buah yang dihasilkan

(26)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala Kabupaten

Nagan Raya sejak Tanggal 02 April sampai dengan Tanggal 25 Juni 2011.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Benih

Benih yang akan digunakan adalah bawang merah varietas lokal yang

diperoleh dari Takengon.

2. Pupuk kandang

Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang sapi berasal dari

Peternakan Padang Turi Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Pupuk

kandang diberikan sesuai dengan perlakuan yaitu 10, 15 dan 20 Ton per hektar.

3. Pupuk buatan

Pupuk buatan yang digunakan adalah Urea sesuai dengan perlakuan yaitu

100, 150, 200 dan 250 kg ha-1, ZA sebanyak 400 kg ha-1, SP36 311 kg ha-1 dan

KCL sebanyak 224 kg ha-1.

4. Pestisida

Pestisida yang digunakan adalah fungisida Dithane M-45, insektisida

Curater 3G dan Bayrusil 0,2% sebagai bahan untuk mengendalikan hama dan

penyakit pada tanaman bawang merah.

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, parang,

meteran, pisau, tali rafia, hand sprayer, timbangan, gembor dan alat tulis menulis.

(27)

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan tiga kali ulangan,

dimana ada dua faktor yang di teliti, yaitu :

Dosis Pupuk Kandang (K), yang terdiri atas tiga taraf, yaitu :

K1 = 10 ton ha-1 ( 1,44 kg plot-1)

K2 = 15 ton ha-1 ( 2,16 kg plot-1)

K3 = 20 ton ha-1 ( 2,88 kg plot-1)

Dosis Pupuk Urea (U), yang terdiri atas empat taraf, yaitu :

U1 = 100 kg ha-1 ( 14,44 g plot-1)

U2 = 150 kg ha-1 ( 21,60 g plot-1)

U3 = 200 kg ha-1 ( 28,80 g plot-1)

U4 = 250 kg ha-1 ( 36,00 g plot-1)

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan. Susunan kombinasi

perlakuan antara dosis pupuk kandang dan urea dapat dilihat dalam Tabel 2.

(28)

16

Bila analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata antar perlakuan

maka perhitungan diteruskan dengan uji lanjutan Beda Nyata Jujur pada taraf 5%

Dimana :

q = Diperoleh dalam Tabel A8 (Steel and Torrie, Jumlah Rancangan)

dbg = Derajat bebas galat

KTg = Kuadrat tengah galat

r = Jumlah ulangan (kelompok)

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Pemilihan Umbi

Umbi bawang merah diambil dari Takengon, umbi dipilih dari tanaman

yang sehat dan dipanen sudah cukup tua serta bebas dari hama dan penyakit.

Umbi – umbi bawang merah yang diambil adalah yang terlihat padat dan telah

disimpan minimal selama dua bulan serta jika di potong melintang akan terlihat

tunasnya yang berwarna hijau. Umbi dipilih yang berukuran sedang, seragam,

tidak cacat dan tidak luka atau sobek kulitnya.

2. Persiapan Media Tanam

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak dengan hand traktor serta

di gemburkan dengan mengunakan cangkul dan diratakan, kemudian dibuatkan

bedengan plot sebanyak 36 buah dengan ukuran masing – masing 120 x 120 cm

(29)

pengolahan tanah dan persiapan media tanam dilakukan, selanjutnya pada masing

– masing bedengan diberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang sesuai dengan

perlakuan yaitu 10, 15 dan 20 ton ha-1, pupuk Urea sebanyak seperempat dosis

masing-masing perlakuan, pupuk ZA 100 kg ha-1 , pupuk SP-36 sebanyak 311 kg

ha-1 dan KCl sebanyak 56 kg ha-1

3. Persiapan Umbi

Pertama – tama, kulit umbi yang paling luar dan mengering dihilangkan

dan dibersihkan. Demikian pula dengan sisa – sisa akar yang masih ada, lalu

bagian ujung umbi di potong dengan pisau bersih kira – kira 1/3 bagian dari

panjang umbi.

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan jarak 20 x 20 cm, untuk menancapkan umbi

bawang merah, terlebih dahulu dibuatkan lubang kecil seukuran umbi bawang

merah yang ditanam, dengan mengunakan tugal. Kedalaman lubang dibuat sama

dengan tinggi umbi.

5. Pemupukan susulan

Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemupukan susulan

pertama dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pupuk yang di

berikan adalah Urea sebanyak setengah dosis masing – masing perlakuan, ZA

sebanyak 200 kg ha-1 dan KCl sebanyak 112 kg ha-1. Pemupukan berikutnya

dilakukan saat tanaman berumur 5 minggu setelah tanam pupuk yang di berikan

adalah Urea sebanyak seperempat dosis masing – masing perlakuan, ZA sebanyak

100 kg ha-1 dan KCl sebanyak 56 kg ha-1 .pupuk diberikan dengan cara ditebar

(30)

18

6. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput – rumput liar dan

gulma lainnya yang tumbuh diatas dan antar bedengan.

7. Pembubunan

Pembubunan dilakukan padan saat umur tanaman 20 HST dengan cara

mengemburkan media tanam atau bedengan yang ditanami bawang merah.

8. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesuai

kebutuhan tanaman.

9. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan dithane M-45

terhadap cendawan dan pestisida Bayrusil 0,2% untuk mengendalikan hama –

hama seperti ulat daun dan hama bodas yang disebabkan oleh Thrips tabaci.

10. Panen

Pemanenan dilakukan jika sekitar 60 – 70% dari seluruh tanaman daun –

daunnya sudah menguning dan mengering dan batang leher umbi sudah terkulai.

11. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah panas matahari.

Ikatan – ikatan bawang merah dijajarkan di atas tanah yang bersih dan kering.

(31)

3.5.Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang telah ditandai sampai

titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 hari

setelah tanam (HST)

2. Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung dengan menghitung semua daun tanaman bawang.

Penghitungan dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST

3. Jumlah Umbi Per Rumpun

Jumlah umbi dihitung pada saat panen.

4. Berat Umbi Per Rumpun (gr)

Berat umbi per rumpun ditimbang per rumpun setelah dikeringkan

5. Berat umbi per Plot (kg)

Berat umbi per plot ditimbang semua tanaman bawang merah dalam plot

tersebut

6. Produksi per Ha (ton)

(32)

   

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, dan 6) menunjukkan bahwa

dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah

pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam (HST).

Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk

kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)

Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

K1 10 22,93 a 26,08 a 27,11 a

K2 15 26,37 b 30,56 b 31,71 b

K3 20 26,23 b 29,93 b 31,31 b

BNJ 0.05 3,00 3,17 3,32

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi pada

umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis

15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan

dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk

kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3).

Tanaman bawang merah terendah pada umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai

pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1) yang berbeda nyata

dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).

(33)

Hubungan antara tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk

kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 menghasilkan tanaman

yang paling tinggi. Diduga pupuk kandang pada dosis tersebut telah dapat

menciptakan ketersediaan air, oksigen dan unsur hara dalam jumlah seimbang

yang menguntungkan bagi tanaman bawang merah. Media tanam pupuk kandang

memiliki aerasi dan drainase yang baik sehingga memungkinkan ketersediaan air,

oksigen dan unsur hara dalam jumlah yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (Samekto, 2006).

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 menunjukkan tinggi

tanaman paling rendah. Hal ini disebabkan ketersediaan unsur hara masih

kekurangan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Lingga dan Marsono (2004)

menyatakan bahwa media tanam yang kekurangan unsur organik maka proses

(34)

22

yang lama sehingga penyerapan hara oleh akar tidak mampu memenuhi

kebutuhan tanaman, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

2. Jumlah Daun (Helai)

Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 8, 10, dan 12) menunjukan

bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun

tanaman bawang merah pada umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap

jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 30 dan 45 HST.

Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis

pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Kandang Jumlah Daun ( Helai )

Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

K1 10 16,86 a 22,35 a 28,97 a

K2 15 20,26 b 26,21 b 32,60 b

K3 20 19,84 b 25,91 b 33,03 b

BNJ 0.05 2,21 2,73 3,51

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bawang merah

terbanyak pada umur 15 dan 30 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang

dosis 15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang

dengan dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk

kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3), sedangkan pada umur 45 HST jumlah

daun terbanyak di jumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 20 ton ha-1 (K3)

(35)

namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1

(K2).

Jumlah daun paling sedikit pada umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada

perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1) yang berbeda nyata

dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).

Hubungan antara jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk

kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST

Jumlah daun terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan

dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1. Diduga dosis tersebut merupakan dosis yang

sangat optimal bagi pertumbuhan jumlah daun bawang merah. Winarna dan

Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa agar tanaman dapat

tumbuh dengan baik harus didukung dengan ketersediaan unsur hara yang sesuai

(36)

24

3. Jumlah Umbi per Rumpun

Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 14 ) menunjukan bahwa pupuk

kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun

Rata-rata jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai

dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Dosis Pupuk kandang

Jumlah Umbi per Rumpun

Simbol ton ha-1

K1 10 6,58 a

K2 15 7,61 b

K3 20 7,54 b

BNJ 0.05 0,74

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah umbi per rumpun tanaman bawang

merah terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2)

yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1

(K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis

20 ton ha-1 (K3).

Jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah paling sedikit dijumpai

pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1(K1) yang berbeda nyata

dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).

Hubungan antara jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada

(37)

Gambar 3. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1

menghasilkan jumlah umbi paling banyak. Dosis tersebut merupakan dosis yang

sangat optimal dan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

bawang merah. Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 menghasilkan

jumlah umbi paling sedikit. Diduga pupuk kandang tersebut masih kurang dan

tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah. Marsono dan Sigit (2004)

menyatakan bahwa dalam pertanian organik, sumber utama hara berasal dari

pupuk kandang. Bahkan pemberian pupuk kandang pada tanaman dapat

membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan.

Apabila media tanam tidak sesuai bagi tanaman maka produksi tanaman akan

terhambat (Anonymous, 2007).

4. Berat Umbi Tanaman Bawang merah

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan

(38)

26

bawang merah per rumpun, berat umbi tanaman bawang merah per plot dan berat

umbi tanaman bawang merah per hektar.

Rata-rata berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per

hektar pada berbagai dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Berat Umbi Per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Dosis Pupuk Kandang Berat Umbi

Simbol ton ha-1 Per Rumpun (gr) Per Plot (kg) Per Ha (ton)

K1 10 32,30 a 1.162,75 a 8.07 a

K2 15 36,76 b 1.323,33 b 9.19 b

K3 20 35,97 b 1.294,75 b 8.99 b

BNJ 0.05 3,39 118,56 8.75

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 6 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun, per plot, dan per Ha

terberat dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) yang

berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1),

namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton

ha-1 (K3).

Berat umbi per rumpun, berat umbi per plot, dan berat umbi per Ha paling

rendah dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1)

yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) dan

20 ton ha-1 (K3).

Hubungan antara berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat

umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 4,

(39)

Gambar 4. Berat Umbi Per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

(40)

28

Gambar 6. Berat Umbi Per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang

Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1

menghasilkan umbi paling berat dibandingkan dengan dosis 10 ton ha-1. Diduga

pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 merupakan dosis yang

sangat optimal dan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman

bawang merah, sedangkan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 masih kurang

dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah. Mulai menurunnya

berat umbi bawang merah ada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1,

diduga karena dosis tersebut telah berlebihan bagi tanaman bawang merah.

Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif.

Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan

kualitatifnya meliputi unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan

dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat,

unsur hara dapat diserap tanaman, tanaman dapat menggunakan unsur hara yang

(41)

Pemberian pupuk yang tepat jumlah akan memacu pertumbuhan tanaman dan

meningkatkan hasil (Simatupang et al., 1994).

Penggunaan dosis pupuk kandang yang sesuai mempengaruhi tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah umbi dan berat umbi tanaman bawang merah.

Leiwakabessy (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan suatu tanaman sangat

dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Selanjutnya, Harjadi (1996)

menyatakan bahwa unsur hara yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan

bagi tanaman dan pertumbuhan akar akan terhambat sehingga pertumbuhan dan

hasil tanaman menjadi tidak normal.

4.2. Pengaruh Dosis Pupuk Urea

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, dan 6) menunjukan bahwa

pupuk Urea berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada

umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada

umur 30 dan 45 HST.

Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea

umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Urea Tinggi Tanaman (cm)

Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

(42)

30

Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi pada umur

15 HST dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2)

namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis lainnya,

sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan pupuk Urea dengan

dosis 100 kg ha-1 (U1).

Tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST tertinggi dijumpai pada

perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan

tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1), namun

berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan

dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan tanaman terendah terdapat

pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata

tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) namun

berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3)

dan dosis 250 kg ha-1 (U4).

Pada umur 45 HST tanaman bawang merah tertinggi dijumpai pada

perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan

tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) namun

berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan

dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan tanaman terendah terdapat

pada perlakuan 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea

dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) dan 200 kg ha-1 (U3), namun berbeda tidak nyata

dengan perlakuan pupuk Urea dosis 250 kg ha-1 (U4).

Hubungan antara tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis

(43)

Gambar 7. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST

Perlakuan pupuk Urea terbaik untuk menghasilkan tinggi tanaman bawang

merah tertinggi dijumpai pada dosis 150 kg ha-1. Hal tersebut karena unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah cukup tersedia dan maksimal.

Winarna dan Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa agar

tanaman dapat tumbuh dengan baik harus didukung dengan ketersediaan unsur

hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan dalam keadaan optimal dan

seimbang.

Pada dosis 100 kg ha-1 tinggi tanaman bawang merah relatif lebih rendah,

hal ini diduga unsur hara yang diberikan belum mencukupi kebutuhan bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kurangnya ketersediaan unsur hara

yang diserap oleh tanaman tidak akan memberikan pengaruh baik bagi tanaman

karena tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan (Fauzi et al., 2006).

Pemberian pupuk Urea sebanyak 200 dan 250 kg ha-1 juga menghasilkan

tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis 150 kg ha-1. Diduga

(44)

32

sehingga terjadi ketidakseimbangan hara yang diserap dan menghambat

pertumbuhan tanaman. Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa

peningkatan dosis pupuk akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara

yang diserap olah tanaman sehingga tidak lagi member pengaruh nyata terhadap

pertumbuhannya. Konsentrasi pupuk yang berlebihan akan terlihat pada tanaman

tidak mengalami perubahan bahkan menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang

akhirnya dapat menyebabkan kematian (Lingga dan Marsono, 2005).

2. Jumlah Daun

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10, dan 12) menunjukan

bahwa dosis pupuk Urea berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman

bawang merah pada umur 15 dan 30 HST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah

daun tanaman bawang merah pada umur 45 HST.

Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk

Urea umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk Urea Jumlah Daun (Helai)

Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bawang merah

(45)

dosis 200 kg ha-1 (U3) namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea

dengan dosis lainnya, sedangkan jumlah daun tanaman bawang merah terendah

terdapat pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1).

Pada umur 45 HST jumlah daun tanaman bawang merah terbanyak

dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda

nyata dengan jumlah daun tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk Urea

dengan dosis 100 kg ha-1 (U1), namun berbeda tidak nyata dengan jumlah daun

tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3)

dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan jumlah daun tanaman bawang merah yang paling

sedikit dijumpai pada perlakuan 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata dengan

perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2), namun berbeda tidak nyata

dengan perlakuan pupuk Urea dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4).

Hubungan antara ju jumlah daun tanaman bawang merah pada

berbagai dosis pupuk Urea umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 8.

(46)

34

Perlakuan pupuk Urea dengan dosis dosis 150 kg ha-1 juga menghasilkan

jumlah daun terbanyak. Pengurangan dosis menjadi 100 kg ha-1 menghasilkan

jumlah daun yang lebih sedikit. Begitu juga bila dosis ditingkatkan menjadi 200

dan 250 kg ha-1. Diduga pemberian pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 telah

sesuai dan tepat untuk kebutuhan tanaman bawang merah. Jumin (2008)

menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan

mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman. Metabolisme

merupakan pembentukan dan perombakan unsur-unsur hara dan senyawa organik

dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

3. Jumlah Umbi per Rumpun

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukan bahwa dosis

pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per plot.

Rata-rata jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai

dosis pupuk Urea setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Dosis Pupuk Urea

Jumlah Umbi per Rumpun

Simbol kg ha-1

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah umbi tanaman bawang merah

terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2)

yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1),

(47)

dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan jumlah umbi terendah

dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda

nyata perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) dan 200 kg ha-1 (U3)

namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan

dosis 250 kg ha-1 (U4).

Hubungan antara jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada

berbagai dosis pupuk Urea dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Jumlah umbi terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk Urea 150 kg ha-1

dibandingkan dosis 100, 200 dan 250 kg ha-1. diduga dosis 150 kg ha-1 merupakan

dosis yang optimal bagi tanaman bawang merah. Pemberian dosis 100, 200 dan

250 kg ha-1 dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang

merah.

4. Berat Umbi Tanaman Bawang merah

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan

(48)

36

bawang merah per rumpun, berat umbi tanaman bawang merah per plot dan berat

umbi tanaman bawang merah per hektar.

Rata-rata berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per

hektar pada berbagai dosis pupuk Urea setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat

pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Berat Umbi per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Dosis Pupuk Urea Berat Umbi

Simbol kg ha-1 Per Rumpun (gr) Per Plot (kg) Per Ha (ton)

U1 100 30,46 a 1.096,67 a 7.62 a

U2 150 39,02 b 1.404,78 b 9.76 b

U3 200 38,43 b 1.383,56 b 9.61 b

U4 250 32,11 a 1.156,11 a 8.03 a

BNJ 0.05 4,62 166,34 8.75

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)

Tabel 10 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun, per plot, dan per Ha

terberat dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang

berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dosis 100 kg ha-1 (U1) dan pupuk

Urea dengan dosis 250 kg ha-1 (U4), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan

pupuk Urea dosis 200 kg ha-1 (U3).

Hubungan antara berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat

umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk Urea dapat dilihat pada gambar 9, 10,

(49)

Gambar 10. Berat Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

(50)

38

Gambar 12. Berat Umbi per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea

Dari beberapa dosis pupuk Urea yang dicobakan, berat umbi terberat

dijumpai pada dosis 150 kg ha-1. Karena unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman tersedia dalam jumlah yang optimal. Pada dosis 100 kg ha-1 berat umbi

bawang merah relatif lebih rendah, hal ini diduga unsur hara yang diberikan

belum mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada

dosis 200 dan 250 kg ha-1 berat umbi juga lebih rendah dibandingkan dengan

dosis 150 kg ha-1. Diduga karena unsur hara yang diberikan telah berlebihan bagi

kebutuhan tanaman bawang merah.

Pertumbuhan yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia, seimbang

dan dosis yang optimum serta didukung oleh faktor lingkungan (Rachim, 1996).

Ditambahkan oleh Hardjowigeno (1983) bahwa agar tanaman dapat tumbuh

dengan baik dan berproduksi maksimum perlu adanya keseimbangan unsur hara

sesuai kebutuhan tanaman. Sebaliknya Rinsema (1986) menyatakan bahwa

kekurangan unsur hara tertentu dalam tanaman dapat berakibat buruk dan bila

(51)

4.3. Interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai

dengan 20) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara dosis

pupuk kandang dan pupuk Urea terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil

tanaman bawang merah yang diamati. Hal ini bermakna bahwa berbedanya

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah tidak tergantung pada dosis pupuk

(52)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah

umur 15,30 dan 45 HST, jumlah daun umur 30 dan 45 HST, jumlah umbi per

rumpun, per plot dan per hektar serta berpengaruh sangat nyata terhadap

jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 15 HST.

2. Dosis pupuk kandang terbaik dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan

dosis 15 ton ha-1 (9.189,81 Kg ha-1) dan 20 ton ha-1 (8.991,342 Kg ha-1).

3. Pupuk urea berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah

umur 15 HST, jumlah daun umur 15 HST, jumlah daun umur 30 HST dan

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST, jumlah daun

45 HST dan jumlah umbi per rumpun serta berpengaruh sangat nyata terhadap

berat umbi per rumpun, per plot dan per hektar.

4. Berat Umbi paling tinggi dijumpai pada perlakuan pupuk urea dengan dosis

150 Kg ha-1 (9.755,40 Kg ha-1) dan 200 Kg ha-1 (9.608,02 Kg ha-1).

5. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara pupuk kandang dan pupuk urea

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang diamati.

5.2. Saran

1. Dianjurkan penggunaan pupuk kandang sebanyak 15 ton ha-1 dan pupuk urea

sebanyak 150 Kg ha-1 untuk budidaya tanaman bawang merah.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang dan

pupuk urea pada tanaman lainnya.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, M. Dampak Penggunaan Pupuk Fertifit dan Pemberian Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensi Jack).

Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Meulaboh. 56 hal.

Anonymous, 1993. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hal.

_________. 1996. Tomat : Pembudidayaan Secara Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal.

_________. 2007. Plant Catalyst Meningkatkan Produktivitas Tanaman. http://pintunet.com.

Fauzi, Y., Widyastuti, Y., Satyawibawa, I dan Hartono, R. 2006. Kelapa Sawit (Budidaya Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisi Usaha & Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta 168 hal.

Hardjowigeno, M. 1983. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. 220 hal.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 197 hal.

Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.

Jasmi. 2012. Pengaruh Lama Vernalisasi Terhadap Pertumbuhan dan Pembunggaan Beberapa Varietas Bawang Merah Didataran Rendah.(Allium cepa.L) Thesis Universitas Gajah Mada. Yogjakarta.

Jumin, H.B. 2008. Dasar – dasar Agronomi. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 250 hal.

Leiwakabessy, F.M. 1997. Ilmu Kesuburan Tanah. Lembaga Penelitian tanah. IPB. Bogor. 294 hal.

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Pengunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.

Marsono dan Paulus, S. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.

. 2004. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.

Purwono dan Tim Lentera. 2006. Bertanam Cabai Rawit Dalam Pot. Agromedia Pustaka. Jakarta. 66 hal.

Rachim. 1996. Keuntungan Pemupukan. http://pasca.uns.co.id

(54)

42

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta. 235 hal.

Rukhyat, R. 2002. Pengaruh Cara Pemupukan dan Pemangkasan terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Viabilitas Benih Tomat (Lycopersicum

esculentum MILL) Generasi Lanjutan. Skripsi. Fakultas Pertanian.

Unsyiah. Banda Aceh. 57 hal.

Rukmana, R. 1994. Bawang Merah : Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 72 hal.

. 2006. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius. Yogyakarta. 88 hal.

Saputra, A. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Cabai Rawit (Capsicum frutescens

L). Pada Media Tanam Dan Dosis Pupuk Plant Catalyst. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Meulaboh. 56 hal.

Samsudin, U. S. 1979. Bawang Merah. Bina Cipta. Majalengka. 41 hal.

Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. Citra Aji Parama. Yogyakarta. 44 hal.

Simatupang,R.S., R. Ghalib dan Khairudin. 1994. Pemupukan NPK pada Tanaman Ubi Jalar di Lahan Tadah Hujan Kalimantan Selatan. Dalam. L. Achmad, W.;Yudi, W.; Sri, S.A.; Hanudji, P.; Sumarno (Penyunting).

Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Agroindustri. Balittan Malang.

Wibowo,S. 1995. Budidaya Bawang Merah. Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.201 hal

(55)

Lampiran 1. Rata –rata tinggi tanaman bawang merah umur 15 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (cm)

No Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

I II III

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman bawang merah pada umur 15 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.

(56)

44 Lampiran 3. Rata – rata tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST pada

perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (cm)

No Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata

Jumlah 337.09 353.71 348.01 1,038.81

Ȳ : 28.86

Lampiran 4. Analisis ragam tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.

(57)

Lampiran 5. Rata – rata tinggi tanaman bawang merah pada umur 45 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (cm)

No Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata

Lampiran 6. Analisis ragam tinggi tanaman bawang merah 45 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.

(58)

46 Lampiran 7. Rata – rata jumlah daun bawang merah pada umur 15 HST pada

perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (Helai)

No Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata

Jumlah 238.88 232.45 212.21 683.54

Ȳ : 18.99

Lampiran 8. Analisis ragam jumlah daun bawang merah pada umur 15 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.

(59)

Lampiran 9. Rata – rata jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 30 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (Helai).

No Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata

Jumlah 308.12 307.46 278.16 893.74

Ȳ : 24.83

Lampiran 10. Analisis ragam jumlah daun bawang merah pada umur 30 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.

(60)

48 Lampiran 11. Rata – rata jumlah daun bawang merah pada umur 45 HST pada

perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (Helai)

No Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata

Jumlah 388.98 389.51 356.58 1135.07

Ȳ : 31.53

Lampiran 12. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 45 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea

(61)

Lampiran 13. Rata – rata jumlah umbi tanaman bawang merah per rumpun pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea

No Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata

Lampiran 14. Analisis ragam jumlah umbi tanaman bawang merah per rumpun pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.

(62)

50 Lampiran 15. Rata – rata berat umbi bawang merah per rumpun pada perlakuan

dosis pupuk kandang dan pupuk Urea ( gr )

No Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata

Jumlah 404.50 434.58 421.19 1260.28

Ȳ : 35.01

Lampiran 16. Analisis ragam berat umbi bawang merah per rumpun pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea

Gambar

Tabel 1. Kandungan Unsur Hara pada Beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair.
Tabel 2.  Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Dosis Pupuk Kandang dan  Dosis
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
Gambar 1.  Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena kedua variabel yang dihubungkan berskala ordinal, maka digunakan perhitungan statistika non parametik koefisien korelasi Rank Spearman ( ) karena data yang akan

Hubungan cryotherapy terhadap mukositis oral pada pasien kanker payudara dengan obat kemoterapi kombinasi 5-fluorouracil pada kelompok kontrol, tanpa diberikan

Untuk yang jenis SBSN sendiri terbagi menjadi dua versi yaitu dengan mekanisme project underlying dan project financing dimana penerbitan dengan mekanisme project

Penerapan CCM dengan strategi konflik kognitif secara nyata dapat meningkatkan pemahaman konsep (PK) siswa baik pada materi rangkaian listrik searah, melalui

Tahap terakhir dalam metode historis adalah Historiografi yakni proses penulisan yang utuh dan masuk akal atas interpretasi dan eksplanasi yang telah dilakukan

Dasar teori Manajemen Pemasaran yang menguraikan pengertian Manajemen Pemasaran dan membahas Analisa biaya pemasaran yang dilanjutkan dengan pembahasan manajemen penjualan

(5) Pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling tinggi sejumlah pagu dana cadangan yang akan digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan

Proses pengisian data pada aplikasi SIKDA Generik dan P-Care BPJS Kesehatan berisikan data yang sama merupakan pekerjaan yang tidak efisien. Petugas puskesmas mengisi