MERAH (Allium cepa L. Agregatum Gruop) PADA
BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG
DAN PUPUK UREA
SKRIPSI
OLEH
B A R O N A
06C10407102
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG
MERAH (Allium cepa L. Agregatum Gruop) PADA
BEBERAPA DOSIS PUPUK KANDANG
DAN PUPUK UREA
SKRIPSI
OLEH
B A R O N A
06C10407102
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
Judul : Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea
Nama Mahasiswa : B A R O N A
N I M : 06C10407102
Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Rahmi Rukhyat, S.P, M.P
NIDN 0129117901
Muhammad Jalil, S.P, M.P
NIDN 0115068302
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,
Diswandi Nurba, S.TP, M.Si
NIDN 0128048202
Jasmi, S.P, M.Sc
NIDN 0127088002
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul:
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada Beberapa Dosis Pupuk
Kandang dan Pupuk Urea
Yang disusun oleh:
Nama : B A R O N A
N I M : 06C10407102
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agroteknologi
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 12 Oktober 2013 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI :
1 Rahmi Rukhyat, SP., MP
Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji
2 Muhammad Jalil, SP., MP
Pembimbing II
3 Mita Setyowati, SP., M.Sc
Penguji Utama
4 Irvan Subandar, SP., MP
Penguji Anggota
Meulaboh, 12 Oktober 2013
Ketua Prodi Agroteknologi,
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS : Al-Maidah; 11)
Ya Allah...
Tataplah aku dengan cinta-Mu Pelihara aku dengan rahmat-Mu Karyakanlah aku dengan ilmu Dan naungi aku dengan barakah-Mu
Dengan ridha Allah dan penuh keikhlasan hati, karya ini kupersembahkan untuk orang tuaku tercinta Ayahanda Karim dan Ibunda Syaribanu tersayang, terima kasih ku yang terdalam buat Yah Cut Ku yang selalu membantu ananda siang dan malam yang tak pernah kenal lelah dalam musibah yang menimpa anak ku Fa’is Khaizuran, buat anak ku tersayang semoga ananda cepat sembuh dan ceria seperti dulu lagi. Special thanks to My Wife Ratna Dewi, AMd tercinta dan tersayang. Terima kasih kakanda untuk setiap cinta yang luas dan tak terbalaskan.
Buat kakak dan adinda tersayang K’ Nurul, D’ Era, Ana, Hawa, Ani dan yanti ^.^ terimakasih telah menjadi penyemangat buat abang hingga bisa
menyelesaikan skripsi ini. Untuk seluruh keluarga terima kasih atas doa, dukungan dan semangatnya...
Special thanks to dosen pembimbingku Bapak Rahmi Ruhkyat, Sp., MP. Bapak Muhammad Jalil, SP., MP. Terima kasih atas pengorbanan waktu & bimbingan yang telah diberikan serta to Ibu Jasmi;SP.,MSc.Mita Setyowati, SP.,MSc dan Bapak Putra Susila, SP dan Bapak Irvan Subandar, SP.,MP atas semua sarannya...
Sahabat-sahabat terspesialku Sukarahman,Ismayadi, Hasan S, Lia, Agus, Anto, Teguh, Rika , terimakasih untuk indahnya persahabatan yang telah mengumpulkan kita & doa2@... ^.^
Untuk seluruh teman-teman seperjuangan Faperta angkatan 2006, terima kasih dukungannya...
I love you all...
Barona
RINGKASAN
BARONA ”Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada Beberapa Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea” di bawah bimbingan Rahmi Rukhyat sebagai pembimbing utama dan Muhammad Jalil sebagai pembimbing anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan dosis pupuk urea yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil bawang merah yang tinggi serta nyata tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut.
Penelitian dilaksanakan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya sejak Tanggal 02 April sampai dengan Tanggal 25 Juni 2011.
Bahan yang digunakan adalah umbi bawang merah, pupuk kandang, pupuk urea dan alat digunakan cangkul, parang, tugal, hand spayer, meteran, gembor, timbangan, pamphlet nama, tali dan alat tulis.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan tiga kali ulangan, ada dua faktor yang di teliti, yaitu : dosis pupuk kandang, yang terdiri atas tiga taraf, yaitu : 10, 15 dan 20 ton ha-1. Faktor dosis pupuk Urea yang terdiri atas empat taraf, yaitu : 100, 150, 200 dan 250 kg ha-1.
Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun per rumpun umur 15,30 dan 45 HST, jumlah umbi per rumpun, jumlah umbi per plot dan jumlah umbi per hektar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah umur 15,30 dan 45 HST, jumlah daun umur 30 dan 45 HST, jumlah umbi per rumpun, per plot dan per hektar serta berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 15 HST. Dosis pupuk kandang terbaik dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 (9.189,81 Kg ha-1) dan 20 ton ha-1 (8.991,342 Kg ha-1).
Pupuk urea berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah umur 15 HST, jumlah daun umur 15 HST, jumlah daun umur 30 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST, jumlah daun 45 HST dan jumlah umbi per rumpun serta berpengaruh sangat nyata terhadap berat umbi per rumpun, per plot dan per hektar. Berat Umbi paling tinggi dijumpai pada perlakuan pupuk urea dengan dosis 150 Kg ha-1 (9.755,40 Kg ha-1) dan 200 Kg ha-1 (9.608,02 Kg ha-1).
Terdapat interaksi yang tidak nyata antara pupuk kandang dan pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang diamati.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat-Nya
penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L. Agregatum Gruop) pada
Beberapa Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea”. Shalawat beriring salam
kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Rahmi Rukhyat, SP, M.P selaku pembimbing utama dan Muhammad Jalil,
SP, M.P selaku pembimbing anggota yang telah memberi masukan dan
bimbingan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Jasmi, SP, M.Sc selaku ketua prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar
3. Diswandi Nurba S.TP, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar dan Civitas Akademika yang telah menyediakan sarana dan
prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar.
4. Ayahanda Tercinta Karim dan Ibunda Tercinta Syaribanun, Istriku tercinta
dan tersayang, serta kakak dan adikku tersayang yang selalu mendo’akan
juga membantu moril maupun materil.
5. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa – mahasiswi Fakultas Pertanian
dan untuk rekan – rekan mahasiswa – mahasiswi Universitas Teuku Umar
angkatan 2006 serta sahabat-sahabat terbaikku yang telah turut membantu
dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis berharap
semoga segala amal dan bantuan mereka mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT,Amin.
Meulaboh, Oktober 2013
Penulis
v
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 14
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 14
3.3 Rancangan Percobaan ... 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 16
vi
Nomor Teks Halaman
1. Kandungan Unsur Hara Pada Beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair ... 10
2. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Dosis Pupuk Urea ... 15
3. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 20
4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 22
5. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 24
6. Rata-rata Berat Umbi Per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 26
7. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 29
8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 32
9. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 34
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 21
2. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST ... 23
3. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai
Dosis Pupuk Kandang ... 25
4. Berat Umbi Per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 27
5. Berat Umbi Per Plot Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 27
6. Berat Umbi Per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang ... 28
7. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 31
8. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST ... 33
9. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 35
10.Berat Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 37
11.Berat Umbi Berat Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah pada
Berbagai Dosis Pupuk Urea ... 37
viii
Nomor Teks Halaman
1. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 15 HST Pada
Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (cm) ... 43
2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 15 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 43
3. Rata – rata Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 30 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (cm) ... 44
4. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 30 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 44
5. Rata – rata Tinggi Tanaman Bawang Merah Pada Umur 45 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (cm) ... 45
6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah 45 HST pada
perlakuan Dosis Pupuk Kandang dan Pupuk Urea ... 45
7. Rata – rata Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 15 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (Helai) ... 46
8. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 15 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 46
9. Rata – rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah Pada Umur 30 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (Helai) ... 47
10. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 30 Hst Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 47
11. Rata – rata Jumlah Daun Bawang Merah pada Umur 45 HST pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (helai) ... 48
12. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 45 HST Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 48
13. Rata – rata Jumlah Umbi Tanaman Bawang Merah Per Rumpun Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 49
ix
Nomor Teks Halaman
15. Rata – rata Berat Umbi Bawang Merah Per Rumpun Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (gr) ... 50
16. Analisis Ragam Berat Umbi Bawang Merah Per Rumpun Pada
Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 50
17. Rata – rata Berat Umbi Bawang Merah Per Plot Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea (gr) ... 51
18. Analisis Ragam Berat Umbi Bawang Merah Per Plot Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 51
19. Rata – rata Berat Umbi Bawang Merah Per Hektar (ton) Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 52
20. Analisis Ragam Berat Umbi Bawang Merah Per Hektar Pada Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Dan Pupuk Urea ... 52
21. Bagan Percobaan ... 53
1.1. Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa L. Agregatum Gruop) merupakan tanaman
yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15 – 50 cm, membentuk
rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang
tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo, 1995).
Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia. Sebagian literatur
menyebutkan bahwa tanaman ini dari Asia Tengah, terutama Palestina dan India,
tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan
Mediterranean. Narasumber lain menduga asal usul bawang merah dari Iran dan
pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan asal
tanaman ini dari Asia Barat dan Mediterranean, yang kemudian berkembang ke
Mesir dan Turki (Rukmana, 1994).
Daerah penyebaran tanaman bawang merah di antaranya adalah Eropa
Barat, Eropa Timur, Spanyol, Amerika Serikat, Jepang, Mesir dan Turki,
merupakan negara penghasil bawang merah dan bawang bombay terpenting di
dunia (Rukmana, 1994).
Bawang merah menjadi salah satu tanaman komersial di berbagai negara
di dunia. Negara - negara produsen bawang merah antara lain Jepang, USA,
Rumania, Meksiko dan Texas (Rukmana, 1994). Di Indonesia, bawang merah
menjadi komoditas cukup penting sebagai sumber penghasilan petani dan
pendapatan negara. Selama beberapa tahun terakhir ini, bawang merah termasuk
enam besar komoditas sayuran komersial yang diekspor Indonesia bersama –
sama dengan kubis, blumkol (kubis bunga), cabai, tomat, dan kentang. Bahkan
2
bawang merah ini tidak hanya diekspor dalam bentuk sayuran segar, tetapi juga
setelah diolah menjadi produk ”bawang goreng” (Rukmana, 1994). Di tambahkan
pula bahwa berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di
Indonesia tahun 1991, luas panen bawang merah mencapai 70.989 hektar dengan
produksi 509.013 ton. Pada tahun tersebut luas panen bawang merah menempati
urutan ketiga dari 18 jenis sayuran komersial di Indonesia, yakni setelah cabai dan
kacang panjang.
Bawang merah memegang peranan penting dalam bumbu penyedap
masakan di Indonesia. Hampir semua masakan Indonesia menggunakan bawang
merah sebagai salah satu bumbu penyedapnya (Wibowo, 1995).
Kegunaan bawang merah untuk tubuh antara lain memperbaiki tubuh,
memudahkan pencernaan dan menghilangkan lendir lendir dalam kerongkongan.
Bahkan diduga dapat mendorong nafas panjang. Jika memakannya dalam bentuk
sayur mentah, sebagai acar atau betul - betul mentah dengan sambal, tubuh akan
terasa hangat dan pernapasan lancar. Rasa pedas yang sering menyerang mata jika
kita sedang mengiris umbi bawang merah, disebabkan karena di dalam umbi ini
cukup banyak mengandung minyak aetheris (Samsudin, 1979).
Pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah sangat di pengaruhi
oleh ketersediaan unsur hara. Usaha untuk menambah ketersediaan unsur hara
bagi tanaman adalah dengan pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah
ketersediaan unsur hara didalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya
sesuai dengan kebutuhan (Fauzi et al., 2006)
Menurut Ahmad dalam Rukhyat (2001) dalam melakukan pemupukan
tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang
diberikan, waktu pemupukan dan cara pemupukan.
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah
yang tinggi, juga diperlukan media tanam yang baik. Salah satu media tanam yang
baik adalah tanah yang dicampur dengan pupuk kandang. Pupuk kandang
merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak baik berupa padat atau cair
termasuk sisa – sisa makanan ternak. Selain untuk menambah unsur hara makro
dan mikro di dalam tanah, pupuk kandang juga terbukti sangat baik dalam
memperbaiki struktur tanah pertanian (Lingga dan Marsono, 2004).
Pemberian pupuk organik seperi pupuk kandang dan kompos, bertujuan
untuk memperbaiki struktur tanah, menyangga unsur hara dan air, sebagai
sumber energi bagi mikroorganisme tanah, serta menyediakan unsur hara
(Rukmana, 2006).
Rinsema (1986), menyatakan bahwa apabila pemberian pupuk kandang
terlalu banyak atau berlebihan akan memberikan efek buruk bagi media karena
banyak mengandung air sehingga akan menyebabkan aerasi menjadi jelek dan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Pemakaian kotoran
hewan selalu memperlihatkan pengaruh baik pada hasil tanaman untuk beberapa
tahun. Pengaruh menguntungkan untuk di distribusikan dalam waktu yang lebih
lama dari pada pupuk kimia (Samekto dalam Saputra, 2010).
Selain pupuk kandang, nitrogen, tanaman bawang merah juga
membutuhkan unsur hara nitrogen untuk pertumbuhan vegetatif. Unsur hara
Unsur hara Nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara
4
untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta merangsang
pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang kekurangan
unsur N gejalanya adalah pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan,
daun sempit, mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno,
2007). Salah satu jenis pupuk yang mengandung unsur hara nitrogen adalah urea.
Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan
CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan hasil
tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45 – 46% (Marsono
dan Paulus, 2001). Ditambahkan pula bahwa urea merupakan pupuk dasar utama
yang diberikan pada tanaman.
Urea mempunyai sifat hygroskopis atau mudah menyerap air dari udara.
Pada kelembaban udara 73% urea akan berubah menjadi air karena uap air di
udara ditarik ke dalam pupuk. Keuntungan mengunakan pupuk urea adalah
mudah diserap tanaman. Selain itu, kandungan N yang tinggi pada urea sangat
dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Kekurangannya bila bila diberikan
kedalam tanah yang miskin hara akan berubah ke wujud atau bahan awalnya,
yakni ammonia dan karbondioksida yang mudah menguap. Selain itu, kedua gas
tersebut juga mudah tercuci oleh air hujan atau irigasi dan mudah terbakar sinar
matahari (Marsono dan Paulus, 2001)
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan Urea yang tepat sehingga
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan dosis
pupuk urea yang tepat sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil bawang merah
yang tinggi serta nyata tidaknya interaksi antara kedua faktor tersebut.
1.3. Hipotesis
1. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah
2. Dosis pupuk Urea berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah.
3. Terdapat interaksi antar dosis pupuk kandang dan Urea terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Bawang Merah
2.1.1. Sistematika
Menurut Robinowitch, (1990 dalam Jasmi 2012) Tanaman bawang merah
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Asparagales
Famili : Liliaceae
Suku : Allieae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa L. Gruop Aggregatum
Tanaman bawang merah termasuk tanaman semusim, tumbuh tegak dengan
tinggi tanaman mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun.
2.1.2. Morfologi
Rukmana (1994) menyatakan bahwa secara morfologi, pada umumnya
tanaman bawang merah terdiri dari :
1. Akar
Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang
terpencar, antara 15 – 30 cm di dalam tanah.
2. Batang
Memiliki batang sejati atau disebut ”discus” yang bentuknya sebagai
cakram, tipis dan pendek sebagi tempat melekat perakaran dan mata tunas (titik
tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari
pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan
fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus). Di antara lapis kelopak bulbus terdapat
mata tunas yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada
spesies bawang merah biasa.
3. Daun
Bentuknya seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50 – 70 cm,
berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampi hijau tua, dan
letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.
4. Bunga
Tangkai daun keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30 – 90 cm, dan ujungnya terdapat 50 200 kuntum bunga yang tersusun
melingkar (bulat) seolah olah berbentuk payung (umbrella). Tiap kuntum bunga
terdiri atas 5 – 6 helai dauan bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna
hijau atau kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir
segitiga. Sebagai bunga sempurna (hermaphrodite), bawang merah dapat
menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga lebah atau lalat hijau,
dapat juga melalui penyerbukan buatan oleh bantuan tangan manusia.
5. Buah dan Biji
- Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah
2 – 3 butir.
- Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih,
8
- Biji – biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan
tanaman secara generatif.
6. Umbi lapis
Umbi lapis ukuran bawang merah sangatlah bervariasi. Bentuknya ada
yang bulat, bundar sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar, sedang
dan kecil. Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah
tua. Umbi bawang merah sudah umum digunakan sebagai bahan perbanyakan
tanaman secara vegetatif.
2.2Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah
2.2.1 Iklim
Bawang merah biasa dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didataran
rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 meter di atas permukaan laut, tetapi
berproduksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim
meliputi : suhu udara antara 25oC – 32oC dan iklim kering. (2) Tempat terbuka
dan mendapat sinar matahari ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman
yang memerlukan sinar matahari cukup panjang (long day plant). (3) Tiupan
angin sepoi – sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses fotosintesis dan hasil
umbinya yang tinggi, dan (4) Ketinggian tempat paling ideal antara 0 – 800 meter
di atas permukaan laut.
2.2.2 Tanah
Bawang merah dan bawang bombay tumbuh baik di tanah yang subur,
gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan syarat sebagai
- Jenis tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung
berdebu.
- Derajat keasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah biasa antara 5,5 –
6,5, sedangkan bawang bombay antara 6 – 7.
- Tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik.
Pada tanah – tanah yang becek, pertumbuhan tanaman bawang merah akan
kerdil dan sering menyebabkan umbi – umbinya mudah membusuk . di samping
itu, tanaman ini sangat tanggap (resposif) terhadap pH tanah. Bila pH kurang dari
5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam – garam
Alumanium (Al). Sebaliknya pH di atas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat di
serap tanaman, sehingga umbinya kecil – kecil dan hasilnya menjadi rendah.
2.3 Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah campuran antara kotoran hewan dengan sisa
makanan dan alas tidur hewan. Campuran ini mengalami pembentukan hingga
tidak berbentuk seperti asalnya lagi dan memilki kandungan hara yang cukup
untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Marsono dan Paulus, 2001).
Selanjutnya Lingga dan Marsono (2004) menyatakan bahwa pupuk
kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran
padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kecing (urine). Itulah
sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis, yaitu padat dan cair. Walaupun
demikian, sepertinya orang enggan membicarakan kototoran cair yang berupa
urine ternak. Tidak jelas penyebabnya, tetapi diduga bahwa orang tidak mau repot
10
praktis dibanding urine ternak yang menyebarkan bau pesing. Padahal dari segi
kadar haranya, urine lebih tinggi dibanding feses.
Pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah.
Pupuk kandang juga memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan
kimia tanah karena mendukung kehidupan jasad renik. Dengan perkataaan lain,
pupuk kandang mempunyai kemampuan untuk membuat tanah menjadi semakin
subur (Yuliarti, 2009).
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara pada Beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair.
Nama ternak dan
Sumber : Lingga, 1991 dalam Yuliarti (2009).
Marsono dan Paulus (2001), menyatakan bahwa pupuk kandang memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk kimia, yaitu :
1. Aman digunakan dalam jumlah besar, bahkan dalam pertanian organik
sumber utama hara berasal dari pupuk kandang.
2. Membantu menetralkan pH tanah
3. Membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah.
5. Mempertinggi porositas tanah dan secara langsung meningkatkan
ketersediaan air tanah
6. Membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang di tambahkan
7. Membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktasinya tidak tinggi.
Pemberian pupuk kandang pada tanaman dapat membantu menetralkan pH
tanah, meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki srtuktur tanah menjadi
lebih gembur (Marsono dan Paulus, 2001).
Perlakuan kombinasi pupuk kandang dan tanah sebagai media tanam
dengan perbandingan 1: 1 menghasilkan berat buah cabai yang lebih tinggi dan
berbeda nyata dengan berat buah cabai yang dihasilkan pada perlakuan tanpa
pemberian pupuk kandang (Saputra, 2010).
Perlakuan pupuk kandang dan tanah sebagai media tanam dengan
perbandingan 2 : 1 juga menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit terbaik
dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk kandang dan tanah dengan
perbandingan 1 : 1 (Afrizal, 2009).
Menurut Lingga dan Marsono (2004), pupuk kandang siap digunakan
kalau penguraian oleh mikroba sudah tidak terjadi lagi. Pupuk kandang dapat di
berikan sebagai pupuk dasar sebelum tanam. Penebarannya dilakukan secara
merata diseluruh lahan, lalu tanahnya diolah untuk terakhir kali. Biasanya
pemberian pupuk kandang yang sudah matang dilakukan seminggu sebelum
tanam. Di tambahkan pula bahwa untuk tanaman sayur, pemupukan dapat
dilakukan dengan cara disebar di antara guludan, di tutup tipis dengan tanah lalu
12
2.4 Pupuk Urea
Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia) dengan
CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan hasil
tambang minyak bumi. Kandungan Nitrogen (N) total berkisar antara 45 – 46%
(Marsono dan Paulus, 2001).
Unsur hara Nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri,
Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman serta merangsang
pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Tanaman yang kekurangan
unsur N gejalanya adalah pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan,
daun sempit, mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno,
1983).
Nitrogen merupakan penyusun dari semua protein. Tanaman yang cukup
mengandung N berdaun lebar dan berwarna hijau tua. Fotosintesis berjalan baik
dan pertumbuhannya pesat, maka N merupakan unsur penting bagi tanaman. Bila
terlalu banyak N, pertumbuhan sangat pesat terutama pertumbuhan vegetatif. Hal
ini akan merugikan tanaman karena akan menyebabkan tanaman menjadi terlalu
rimbun sehingga pembuahan terlambat dan umumnya mudah terserang hama dan
penyakit. Sebaliknya bila kandungan N terlalu rendah dapat menyebabkab daun
menjadi keras penuh dengan serat-serat, warna daun menjadi kekuning-kuningan
dan hijau kemerah-merahan (Anonymous, 1993).
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun., nitrogen
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyaawaan organik lainnya (Marsono, 2005).
Gejala yang timbul pada tanaman yang kekurangan nitrogen adalah warna
daun yang menguning dan terjadi kekeringan mulai dari bawah dan kelenjer
bagian atas tanaman, pertumbuhan tanaman akan menjadi kerdil dan pemberian
nitrogen yang berlebihan akan merangsang pertumbuhan vegetatif yang
berlebihan pula sehingga tanaman akan terhambat dalam pemasakan buah, dan
daun berwarna hijau tua ( Rinsema, 1986).
Unsur N diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif dan memperlambat
pertumbuhan bungga dan buah tanaman. Bila tanaman terlalu banyak mendapat
unsur N, tanaman akan tumbuh terlalu subur serta sulit menghasilkan bunga.
Sebaliknya, bila tanaman kekurangan unsur N, pertumbuhan daun tanaman
menjadi kerdil, berwarna hijau pucat, berbunga banyak, buah yang dihasilkan
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Gampong Pulo Ie Kecamatan Kuala Kabupaten
Nagan Raya sejak Tanggal 02 April sampai dengan Tanggal 25 Juni 2011.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Benih
Benih yang akan digunakan adalah bawang merah varietas lokal yang
diperoleh dari Takengon.
2. Pupuk kandang
Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang sapi berasal dari
Peternakan Padang Turi Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Pupuk
kandang diberikan sesuai dengan perlakuan yaitu 10, 15 dan 20 Ton per hektar.
3. Pupuk buatan
Pupuk buatan yang digunakan adalah Urea sesuai dengan perlakuan yaitu
100, 150, 200 dan 250 kg ha-1, ZA sebanyak 400 kg ha-1, SP36 311 kg ha-1 dan
KCL sebanyak 224 kg ha-1.
4. Pestisida
Pestisida yang digunakan adalah fungisida Dithane M-45, insektisida
Curater 3G dan Bayrusil 0,2% sebagai bahan untuk mengendalikan hama dan
penyakit pada tanaman bawang merah.
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, parang,
meteran, pisau, tali rafia, hand sprayer, timbangan, gembor dan alat tulis menulis.
3.3. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan tiga kali ulangan,
dimana ada dua faktor yang di teliti, yaitu :
Dosis Pupuk Kandang (K), yang terdiri atas tiga taraf, yaitu :
K1 = 10 ton ha-1 ( 1,44 kg plot-1)
K2 = 15 ton ha-1 ( 2,16 kg plot-1)
K3 = 20 ton ha-1 ( 2,88 kg plot-1)
Dosis Pupuk Urea (U), yang terdiri atas empat taraf, yaitu :
U1 = 100 kg ha-1 ( 14,44 g plot-1)
U2 = 150 kg ha-1 ( 21,60 g plot-1)
U3 = 200 kg ha-1 ( 28,80 g plot-1)
U4 = 250 kg ha-1 ( 36,00 g plot-1)
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan. Susunan kombinasi
perlakuan antara dosis pupuk kandang dan urea dapat dilihat dalam Tabel 2.
16
Bila analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata antar perlakuan
maka perhitungan diteruskan dengan uji lanjutan Beda Nyata Jujur pada taraf 5%
Dimana :
q = Diperoleh dalam Tabel A8 (Steel and Torrie, Jumlah Rancangan)
dbg = Derajat bebas galat
KTg = Kuadrat tengah galat
r = Jumlah ulangan (kelompok)
3.4. Pelaksanaan Penelitian
1. Pemilihan Umbi
Umbi bawang merah diambil dari Takengon, umbi dipilih dari tanaman
yang sehat dan dipanen sudah cukup tua serta bebas dari hama dan penyakit.
Umbi – umbi bawang merah yang diambil adalah yang terlihat padat dan telah
disimpan minimal selama dua bulan serta jika di potong melintang akan terlihat
tunasnya yang berwarna hijau. Umbi dipilih yang berukuran sedang, seragam,
tidak cacat dan tidak luka atau sobek kulitnya.
2. Persiapan Media Tanam
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak dengan hand traktor serta
di gemburkan dengan mengunakan cangkul dan diratakan, kemudian dibuatkan
bedengan plot sebanyak 36 buah dengan ukuran masing – masing 120 x 120 cm
pengolahan tanah dan persiapan media tanam dilakukan, selanjutnya pada masing
– masing bedengan diberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang sesuai dengan
perlakuan yaitu 10, 15 dan 20 ton ha-1, pupuk Urea sebanyak seperempat dosis
masing-masing perlakuan, pupuk ZA 100 kg ha-1 , pupuk SP-36 sebanyak 311 kg
ha-1 dan KCl sebanyak 56 kg ha-1
3. Persiapan Umbi
Pertama – tama, kulit umbi yang paling luar dan mengering dihilangkan
dan dibersihkan. Demikian pula dengan sisa – sisa akar yang masih ada, lalu
bagian ujung umbi di potong dengan pisau bersih kira – kira 1/3 bagian dari
panjang umbi.
4. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak 20 x 20 cm, untuk menancapkan umbi
bawang merah, terlebih dahulu dibuatkan lubang kecil seukuran umbi bawang
merah yang ditanam, dengan mengunakan tugal. Kedalaman lubang dibuat sama
dengan tinggi umbi.
5. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemupukan susulan
pertama dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pupuk yang di
berikan adalah Urea sebanyak setengah dosis masing – masing perlakuan, ZA
sebanyak 200 kg ha-1 dan KCl sebanyak 112 kg ha-1. Pemupukan berikutnya
dilakukan saat tanaman berumur 5 minggu setelah tanam pupuk yang di berikan
adalah Urea sebanyak seperempat dosis masing – masing perlakuan, ZA sebanyak
100 kg ha-1 dan KCl sebanyak 56 kg ha-1 .pupuk diberikan dengan cara ditebar
18
6. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput – rumput liar dan
gulma lainnya yang tumbuh diatas dan antar bedengan.
7. Pembubunan
Pembubunan dilakukan padan saat umur tanaman 20 HST dengan cara
mengemburkan media tanam atau bedengan yang ditanami bawang merah.
8. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesuai
kebutuhan tanaman.
9. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan dithane M-45
terhadap cendawan dan pestisida Bayrusil 0,2% untuk mengendalikan hama –
hama seperti ulat daun dan hama bodas yang disebabkan oleh Thrips tabaci.
10. Panen
Pemanenan dilakukan jika sekitar 60 – 70% dari seluruh tanaman daun –
daunnya sudah menguning dan mengering dan batang leher umbi sudah terkulai.
11. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah panas matahari.
Ikatan – ikatan bawang merah dijajarkan di atas tanah yang bersih dan kering.
3.5.Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang telah ditandai sampai
titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 hari
setelah tanam (HST)
2. Jumlah Daun
Jumlah daun dihitung dengan menghitung semua daun tanaman bawang.
Penghitungan dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST
3. Jumlah Umbi Per Rumpun
Jumlah umbi dihitung pada saat panen.
4. Berat Umbi Per Rumpun (gr)
Berat umbi per rumpun ditimbang per rumpun setelah dikeringkan
5. Berat umbi per Plot (kg)
Berat umbi per plot ditimbang semua tanaman bawang merah dalam plot
tersebut
6. Produksi per Ha (ton)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, dan 6) menunjukkan bahwa
dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah
pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah tanam (HST).
Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk
kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)
Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
K1 10 22,93 a 26,08 a 27,11 a
K2 15 26,37 b 30,56 b 31,71 b
K3 20 26,23 b 29,93 b 31,31 b
BNJ 0.05 3,00 3,17 3,32
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi pada
umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis
15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan
dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk
kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3).
Tanaman bawang merah terendah pada umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai
pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1) yang berbeda nyata
dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).
Hubungan antara tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk
kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 menghasilkan tanaman
yang paling tinggi. Diduga pupuk kandang pada dosis tersebut telah dapat
menciptakan ketersediaan air, oksigen dan unsur hara dalam jumlah seimbang
yang menguntungkan bagi tanaman bawang merah. Media tanam pupuk kandang
memiliki aerasi dan drainase yang baik sehingga memungkinkan ketersediaan air,
oksigen dan unsur hara dalam jumlah yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Samekto, 2006).
Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 menunjukkan tinggi
tanaman paling rendah. Hal ini disebabkan ketersediaan unsur hara masih
kekurangan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Lingga dan Marsono (2004)
menyatakan bahwa media tanam yang kekurangan unsur organik maka proses
22
yang lama sehingga penyerapan hara oleh akar tidak mampu memenuhi
kebutuhan tanaman, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
2. Jumlah Daun (Helai)
Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 8, 10, dan 12) menunjukan
bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun
tanaman bawang merah pada umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 30 dan 45 HST.
Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis
pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Pupuk Kandang Jumlah Daun ( Helai )
Simbol ton ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
K1 10 16,86 a 22,35 a 28,97 a
K2 15 20,26 b 26,21 b 32,60 b
K3 20 19,84 b 25,91 b 33,03 b
BNJ 0.05 2,21 2,73 3,51
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bawang merah
terbanyak pada umur 15 dan 30 HST dijumpai pada perlakuan pupuk kandang
dosis 15 ton ha-1 (K2) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang
dengan dosis 10 ton ha-1 (K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk
kandang dengan dosis 20 ton ha-1 (K3), sedangkan pada umur 45 HST jumlah
daun terbanyak di jumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 20 ton ha-1 (K3)
namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1
(K2).
Jumlah daun paling sedikit pada umur 15, 30 dan 45 HST dijumpai pada
perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1) yang berbeda nyata
dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).
Hubungan antara jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk
kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST
Jumlah daun terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan
dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1. Diduga dosis tersebut merupakan dosis yang
sangat optimal bagi pertumbuhan jumlah daun bawang merah. Winarna dan
Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik harus didukung dengan ketersediaan unsur hara yang sesuai
24
3. Jumlah Umbi per Rumpun
Hasil uji F pada analisis ragam ( lampiran 14 ) menunjukan bahwa pupuk
kandang berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per rumpun
Rata-rata jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai
dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Dosis Pupuk kandang
Jumlah Umbi per Rumpun
Simbol ton ha-1
K1 10 6,58 a
K2 15 7,61 b
K3 20 7,54 b
BNJ 0.05 0,74
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah umbi per rumpun tanaman bawang
merah terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2)
yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1
(K1), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis
20 ton ha-1 (K3).
Jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah paling sedikit dijumpai
pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1(K1) yang berbeda nyata
dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15ton ha-1 (K2) dan 20 ton ha-1 (K3).
Hubungan antara jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada
Gambar 3. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1
menghasilkan jumlah umbi paling banyak. Dosis tersebut merupakan dosis yang
sangat optimal dan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
bawang merah. Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 menghasilkan
jumlah umbi paling sedikit. Diduga pupuk kandang tersebut masih kurang dan
tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah. Marsono dan Sigit (2004)
menyatakan bahwa dalam pertanian organik, sumber utama hara berasal dari
pupuk kandang. Bahkan pemberian pupuk kandang pada tanaman dapat
membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan.
Apabila media tanam tidak sesuai bagi tanaman maka produksi tanaman akan
terhambat (Anonymous, 2007).
4. Berat Umbi Tanaman Bawang merah
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan
26
bawang merah per rumpun, berat umbi tanaman bawang merah per plot dan berat
umbi tanaman bawang merah per hektar.
Rata-rata berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per
hektar pada berbagai dosis pupuk kandang setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata Berat Umbi Per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Dosis Pupuk Kandang Berat Umbi
Simbol ton ha-1 Per Rumpun (gr) Per Plot (kg) Per Ha (ton)
K1 10 32,30 a 1.162,75 a 8.07 a
K2 15 36,76 b 1.323,33 b 9.19 b
K3 20 35,97 b 1.294,75 b 8.99 b
BNJ 0.05 3,39 118,56 8.75
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 6 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun, per plot, dan per Ha
terberat dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) yang
berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1),
namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton
ha-1 (K3).
Berat umbi per rumpun, berat umbi per plot, dan berat umbi per Ha paling
rendah dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 (K1)
yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang dosis 15 ton ha-1 (K2) dan
20 ton ha-1 (K3).
Hubungan antara berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat
umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada Gambar 4,
Gambar 4. Berat Umbi Per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
28
Gambar 6. Berat Umbi Per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Perlakuan pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1
menghasilkan umbi paling berat dibandingkan dengan dosis 10 ton ha-1. Diduga
pupuk kandang dengan dosis 15 ton ha-1 dan 20 ton ha-1 merupakan dosis yang
sangat optimal dan sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
bawang merah, sedangkan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 masih kurang
dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman bawang merah. Mulai menurunnya
berat umbi bawang merah ada perlakuan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1,
diduga karena dosis tersebut telah berlebihan bagi tanaman bawang merah.
Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif.
Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan
kualitatifnya meliputi unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan
dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat,
unsur hara dapat diserap tanaman, tanaman dapat menggunakan unsur hara yang
Pemberian pupuk yang tepat jumlah akan memacu pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan hasil (Simatupang et al., 1994).
Penggunaan dosis pupuk kandang yang sesuai mempengaruhi tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah umbi dan berat umbi tanaman bawang merah.
Leiwakabessy (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan suatu tanaman sangat
dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Selanjutnya, Harjadi (1996)
menyatakan bahwa unsur hara yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan
bagi tanaman dan pertumbuhan akar akan terhambat sehingga pertumbuhan dan
hasil tanaman menjadi tidak normal.
4.2. Pengaruh Dosis Pupuk Urea
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4, dan 6) menunjukan bahwa
pupuk Urea berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada
umur 15 HST dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada
umur 30 dan 45 HST.
Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk Urea
umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Pupuk Urea Tinggi Tanaman (cm)
Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
30
Tabel 7 menunjukkan bahwa tanaman bawang merah tertinggi pada umur
15 HST dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2)
namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis lainnya,
sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan pupuk Urea dengan
dosis 100 kg ha-1 (U1).
Tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST tertinggi dijumpai pada
perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan
tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1), namun
berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan
dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan tanaman terendah terdapat
pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata
tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) namun
berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3)
dan dosis 250 kg ha-1 (U4).
Pada umur 45 HST tanaman bawang merah tertinggi dijumpai pada
perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda nyata dengan
tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) namun
berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan
dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan tanaman terendah terdapat
pada perlakuan 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea
dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) dan 200 kg ha-1 (U3), namun berbeda tidak nyata
dengan perlakuan pupuk Urea dosis 250 kg ha-1 (U4).
Hubungan antara tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis
Gambar 7. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST
Perlakuan pupuk Urea terbaik untuk menghasilkan tinggi tanaman bawang
merah tertinggi dijumpai pada dosis 150 kg ha-1. Hal tersebut karena unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah cukup tersedia dan maksimal.
Winarna dan Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik harus didukung dengan ketersediaan unsur
hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan dalam keadaan optimal dan
seimbang.
Pada dosis 100 kg ha-1 tinggi tanaman bawang merah relatif lebih rendah,
hal ini diduga unsur hara yang diberikan belum mencukupi kebutuhan bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kurangnya ketersediaan unsur hara
yang diserap oleh tanaman tidak akan memberikan pengaruh baik bagi tanaman
karena tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan (Fauzi et al., 2006).
Pemberian pupuk Urea sebanyak 200 dan 250 kg ha-1 juga menghasilkan
tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan dosis 150 kg ha-1. Diduga
32
sehingga terjadi ketidakseimbangan hara yang diserap dan menghambat
pertumbuhan tanaman. Sutarta (2003) dalam Afrizal (2009) menyatakan bahwa
peningkatan dosis pupuk akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara
yang diserap olah tanaman sehingga tidak lagi member pengaruh nyata terhadap
pertumbuhannya. Konsentrasi pupuk yang berlebihan akan terlihat pada tanaman
tidak mengalami perubahan bahkan menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang
akhirnya dapat menyebabkan kematian (Lingga dan Marsono, 2005).
2. Jumlah Daun
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10, dan 12) menunjukan
bahwa dosis pupuk Urea berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman
bawang merah pada umur 15 dan 30 HST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman bawang merah pada umur 45 HST.
Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk
Urea umur 15, 30 dan 45 HST setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea Umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Pupuk Urea Jumlah Daun (Helai)
Simbol kg ha-1 15 HST 30 HST 45 HST
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman bawang merah
dosis 200 kg ha-1 (U3) namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea
dengan dosis lainnya, sedangkan jumlah daun tanaman bawang merah terendah
terdapat pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1).
Pada umur 45 HST jumlah daun tanaman bawang merah terbanyak
dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang berbeda
nyata dengan jumlah daun tanaman bawang merah pada perlakuan pupuk Urea
dengan dosis 100 kg ha-1 (U1), namun berbeda tidak nyata dengan jumlah daun
tanaman pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 200 kg ha-1 (U3)
dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan jumlah daun tanaman bawang merah yang paling
sedikit dijumpai pada perlakuan 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda nyata dengan
perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2), namun berbeda tidak nyata
dengan perlakuan pupuk Urea dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4).
Hubungan antara ju jumlah daun tanaman bawang merah pada
berbagai dosis pupuk Urea umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Gambar 8.
34
Perlakuan pupuk Urea dengan dosis dosis 150 kg ha-1 juga menghasilkan
jumlah daun terbanyak. Pengurangan dosis menjadi 100 kg ha-1 menghasilkan
jumlah daun yang lebih sedikit. Begitu juga bila dosis ditingkatkan menjadi 200
dan 250 kg ha-1. Diduga pemberian pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 telah
sesuai dan tepat untuk kebutuhan tanaman bawang merah. Jumin (2008)
menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan
mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman. Metabolisme
merupakan pembentukan dan perombakan unsur-unsur hara dan senyawa organik
dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
3. Jumlah Umbi per Rumpun
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukan bahwa dosis
pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per plot.
Rata-rata jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada berbagai
dosis pupuk Urea setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea
Dosis Pupuk Urea
Jumlah Umbi per Rumpun
Simbol kg ha-1
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah umbi tanaman bawang merah
terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2)
yang berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1),
dosis 200 kg ha-1 (U3) dan 250 kg ha-1 (U4), sedangkan jumlah umbi terendah
dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 100 kg ha-1 (U1) yang berbeda
nyata perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) dan 200 kg ha-1 (U3)
namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan pupuk Urea dengan
dosis 250 kg ha-1 (U4).
Hubungan antara jumlah umbi per rumpun tanaman bawang merah pada
berbagai dosis pupuk Urea dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Jumlah Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea
Jumlah umbi terbanyak dijumpai pada perlakuan pupuk Urea 150 kg ha-1
dibandingkan dosis 100, 200 dan 250 kg ha-1. diduga dosis 150 kg ha-1 merupakan
dosis yang optimal bagi tanaman bawang merah. Pemberian dosis 100, 200 dan
250 kg ha-1 dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang
merah.
4. Berat Umbi Tanaman Bawang merah
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16, 18 dan 20) menunjukkan
36
bawang merah per rumpun, berat umbi tanaman bawang merah per plot dan berat
umbi tanaman bawang merah per hektar.
Rata-rata berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat umbi per
hektar pada berbagai dosis pupuk Urea setelah diuji dengan BNJ0,05 dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Berat Umbi per Rumpun, Berat Umbi per Plot dan Berat Umbi per Hektar pada Berbagai Dosis Pupuk Urea
Dosis Pupuk Urea Berat Umbi
Simbol kg ha-1 Per Rumpun (gr) Per Plot (kg) Per Ha (ton)
U1 100 30,46 a 1.096,67 a 7.62 a
U2 150 39,02 b 1.404,78 b 9.76 b
U3 200 38,43 b 1.383,56 b 9.61 b
U4 250 32,11 a 1.156,11 a 8.03 a
BNJ 0.05 4,62 166,34 8.75
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% (uji BNJ)
Tabel 10 menunjukkan bahwa berat umbi per rumpun, per plot, dan per Ha
terberat dijumpai pada perlakuan pupuk Urea dengan dosis 150 kg ha-1 (U2) yang
berbeda nyata dengan perlakuan pupuk Urea dosis 100 kg ha-1 (U1) dan pupuk
Urea dengan dosis 250 kg ha-1 (U4), namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan
pupuk Urea dosis 200 kg ha-1 (U3).
Hubungan antara berat umbi per rumpun, berat umbi per plot dan berat
umbi per hektar pada berbagai dosis pupuk Urea dapat dilihat pada gambar 9, 10,
Gambar 10. Berat Umbi per Rumpun Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea
38
Gambar 12. Berat Umbi per Hektar Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Urea
Dari beberapa dosis pupuk Urea yang dicobakan, berat umbi terberat
dijumpai pada dosis 150 kg ha-1. Karena unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman tersedia dalam jumlah yang optimal. Pada dosis 100 kg ha-1 berat umbi
bawang merah relatif lebih rendah, hal ini diduga unsur hara yang diberikan
belum mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada
dosis 200 dan 250 kg ha-1 berat umbi juga lebih rendah dibandingkan dengan
dosis 150 kg ha-1. Diduga karena unsur hara yang diberikan telah berlebihan bagi
kebutuhan tanaman bawang merah.
Pertumbuhan yang baik dapat tercapai apabila unsur hara yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan berada dalam bentuk tersedia, seimbang
dan dosis yang optimum serta didukung oleh faktor lingkungan (Rachim, 1996).
Ditambahkan oleh Hardjowigeno (1983) bahwa agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan berproduksi maksimum perlu adanya keseimbangan unsur hara
sesuai kebutuhan tanaman. Sebaliknya Rinsema (1986) menyatakan bahwa
kekurangan unsur hara tertentu dalam tanaman dapat berakibat buruk dan bila
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran bernomor genap 2 sampai
dengan 20) menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang tidak nyata antara dosis
pupuk kandang dan pupuk Urea terhadap semua peubah pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah yang diamati. Hal ini bermakna bahwa berbedanya
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah tidak tergantung pada dosis pupuk
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah
umur 15,30 dan 45 HST, jumlah daun umur 30 dan 45 HST, jumlah umbi per
rumpun, per plot dan per hektar serta berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 15 HST.
2. Dosis pupuk kandang terbaik dijumpai pada perlakuan pupuk kandang dengan
dosis 15 ton ha-1 (9.189,81 Kg ha-1) dan 20 ton ha-1 (8.991,342 Kg ha-1).
3. Pupuk urea berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah
umur 15 HST, jumlah daun umur 15 HST, jumlah daun umur 30 HST dan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST, jumlah daun
45 HST dan jumlah umbi per rumpun serta berpengaruh sangat nyata terhadap
berat umbi per rumpun, per plot dan per hektar.
4. Berat Umbi paling tinggi dijumpai pada perlakuan pupuk urea dengan dosis
150 Kg ha-1 (9.755,40 Kg ha-1) dan 200 Kg ha-1 (9.608,02 Kg ha-1).
5. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara pupuk kandang dan pupuk urea
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang diamati.
5.2. Saran
1. Dianjurkan penggunaan pupuk kandang sebanyak 15 ton ha-1 dan pupuk urea
sebanyak 150 Kg ha-1 untuk budidaya tanaman bawang merah.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang dan
pupuk urea pada tanaman lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, M. Dampak Penggunaan Pupuk Fertifit dan Pemberian Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensi Jack).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Meulaboh. 56 hal.
Anonymous, 1993. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta. 218 hal.
_________. 1996. Tomat : Pembudidayaan Secara Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal.
_________. 2007. Plant Catalyst Meningkatkan Produktivitas Tanaman. http://pintunet.com.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y., Satyawibawa, I dan Hartono, R. 2006. Kelapa Sawit (Budidaya Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisi Usaha & Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta 168 hal.
Hardjowigeno, M. 1983. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. 220 hal.
Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 197 hal.
Indranada, H.K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.
Jasmi. 2012. Pengaruh Lama Vernalisasi Terhadap Pertumbuhan dan Pembunggaan Beberapa Varietas Bawang Merah Didataran Rendah.(Allium cepa.L) Thesis Universitas Gajah Mada. Yogjakarta.
Jumin, H.B. 2008. Dasar – dasar Agronomi. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 250 hal.
Leiwakabessy, F.M. 1997. Ilmu Kesuburan Tanah. Lembaga Penelitian tanah. IPB. Bogor. 294 hal.
Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Pengunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Marsono dan Paulus, S. 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.
. 2004. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal.
Purwono dan Tim Lentera. 2006. Bertanam Cabai Rawit Dalam Pot. Agromedia Pustaka. Jakarta. 66 hal.
Rachim. 1996. Keuntungan Pemupukan. http://pasca.uns.co.id
42
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta. 235 hal.
Rukhyat, R. 2002. Pengaruh Cara Pemupukan dan Pemangkasan terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Viabilitas Benih Tomat (Lycopersicum
esculentum MILL) Generasi Lanjutan. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Unsyiah. Banda Aceh. 57 hal.
Rukmana, R. 1994. Bawang Merah : Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 72 hal.
. 2006. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius. Yogyakarta. 88 hal.
Saputra, A. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Cabai Rawit (Capsicum frutescens
L). Pada Media Tanam Dan Dosis Pupuk Plant Catalyst. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Meulaboh. 56 hal.
Samsudin, U. S. 1979. Bawang Merah. Bina Cipta. Majalengka. 41 hal.
Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. Citra Aji Parama. Yogyakarta. 44 hal.
Simatupang,R.S., R. Ghalib dan Khairudin. 1994. Pemupukan NPK pada Tanaman Ubi Jalar di Lahan Tadah Hujan Kalimantan Selatan. Dalam. L. Achmad, W.;Yudi, W.; Sri, S.A.; Hanudji, P.; Sumarno (Penyunting).
Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Agroindustri. Balittan Malang.
Wibowo,S. 1995. Budidaya Bawang Merah. Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.201 hal
Lampiran 1. Rata –rata tinggi tanaman bawang merah umur 15 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (cm)
No Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
I II III
Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman bawang merah pada umur 15 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.
44 Lampiran 3. Rata – rata tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST pada
perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (cm)
No Perlakuan Ulangan Jumlah
Rata-rata
Jumlah 337.09 353.71 348.01 1,038.81
Ȳ : 28.86
Lampiran 4. Analisis ragam tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.
Lampiran 5. Rata – rata tinggi tanaman bawang merah pada umur 45 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (cm)
No Perlakuan Ulangan Jumlah
Rata-rata
Lampiran 6. Analisis ragam tinggi tanaman bawang merah 45 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.
46 Lampiran 7. Rata – rata jumlah daun bawang merah pada umur 15 HST pada
perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (Helai)
No Perlakuan Ulangan Jumlah
Rata-rata
Jumlah 238.88 232.45 212.21 683.54
Ȳ : 18.99
Lampiran 8. Analisis ragam jumlah daun bawang merah pada umur 15 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.
Lampiran 9. Rata – rata jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 30 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (Helai).
No Perlakuan Ulangan Jumlah
Rata-rata
Jumlah 308.12 307.46 278.16 893.74
Ȳ : 24.83
Lampiran 10. Analisis ragam jumlah daun bawang merah pada umur 30 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.
48 Lampiran 11. Rata – rata jumlah daun bawang merah pada umur 45 HST pada
perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea (Helai)
No Perlakuan Ulangan Jumlah
Rata-rata
Jumlah 388.98 389.51 356.58 1135.07
Ȳ : 31.53
Lampiran 12. Analisis Ragam Jumlah Daun Bawang Merah Pada Umur 45 HST pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea
Lampiran 13. Rata – rata jumlah umbi tanaman bawang merah per rumpun pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea
No Perlakuan Ulangan Jumlah
Rata-rata
Lampiran 14. Analisis ragam jumlah umbi tanaman bawang merah per rumpun pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea.
50 Lampiran 15. Rata – rata berat umbi bawang merah per rumpun pada perlakuan
dosis pupuk kandang dan pupuk Urea ( gr )
No Perlakuan Ulangan Jumlah
Rata-rata
Jumlah 404.50 434.58 421.19 1260.28
Ȳ : 35.01
Lampiran 16. Analisis ragam berat umbi bawang merah per rumpun pada perlakuan dosis pupuk kandang dan pupuk Urea