• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Kondisi Umum Pulau Panggang

Pulau Panggang merupakan satu dari banyak gugusan pulau di Kepulauan Seribu. Pulau Panggang yang dihuni sekitar 5.443 jiwa ini merupakan pulau dengan peruntukan pemukiman selain Pulau Pramuka (Anonim 2009). Komoditas perikanan utama pulau ini adalah terumbu karang, ikan hias dan ikan karang konsumsi seperti ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775). Sebagian besar penduduknya adalah nelayan bubu, tombak, jaring dan pancing.

Ikan kerapu macan di daerah perairan Pulau Panggang biasanya ditangkap dengan alat tangkap bubu. Nelayan bubu berangkat pukul 5 dan pulang pukul 15.00. Sementara, bubu diambil pada keesokan pagi harinya. Sebelum dilarang, nelayan biasa menggunakan potassium. Penangkapan oleh nelayan harian dilakukan perorangan dengan menggunakan kapal sendiri. Daerah tangkapannya sekitar perairan Kelurahan Pulau Panggang. Ada juga nelayan jaring dan bubu yang menggunakan bantuan kompresor yang menangkap ikan kerapu macan di Pulau Pari atau di Pulau Payung.

Tabel 1. Tabel data kualitas air di 9 pulau/gosong di Kelurahan Pulau Panggang. Sumber: Estradivari et al. (2009)

No Lokasi Suhu (°C) pH Salinitas (‰) Oksigen terlarut (mg/l) 1 P. Panggang 29,4 7,9 32,0 7,443 2 P. Pramuka 28,3 - - - 3 Gosong Pramuka 29,9 7,8 31,0 7,303 4 Gosong Balik Layar 29,0 - - - 5 P. Semak daun 29,7 - - - 6 Gosong Karang Lebar 29,0 - - - 7 P. Karang Congkak 28,7 - - - 8 P. Kotok Besar 30,3 - - - 9 P. Karang Bongkok 28,3 - - - Ket: P. = Pulau

14 Berdasarkan data parameter ekologis yang cocok bagi pertumbuhan ikan kerapu macan yaitu temperatur 24-31oC, salinitas 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH 7,8 – 8, perairan seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang (Lembaga Penelitian Undana 2006 in Ahmad 2009). Kondisi lingkungan di perairan kelurahan Pulau Panggang ini cocok untuk kehidupan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775), baik untuk ikan budidaya maupun ikan kerapu macan yang hidup di alam, seperti terlihat dari data pada Tabel 1.

Selain penangkapan, kegiatan budidaya di Pulau Panggang sudah banyak dilakukan warga setempat melalui kegiatan yang dikenal dengan nama sea farming. Permintaan ikan ini di pasar sekarang tidak tergantung penuh pada kegiatan penangkapan, pemenuhan permintaan sudah bisa diperoleh dari nelayan budidaya. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan harga Rp. 140.000 / kg dan waktu pembesaran yang lebih cepat daripada ikan kerapu lain, menjadi pilihan banyak pembudidaya untuk dibesarkan dalam keramba jaring apung (KJA) nelayan budidaya setempat (Udin, Yousuf dan Nawawi, Komunikasi Pribadi 20 Agustus 2010). Kegiatan budidaya ini juga mempengaruhi permintaan terhadap ikan hasil tangkapan sampingan yang biasanya dijadikan sebagai runcah/pakan ikan kerapu macan budidaya.

Ikan ini mencapai ukuran pasar (siap panen) pada kegiatan budidaya dimulai dari ukuran 500 gram, atau sekitar 300-330 mm. Ukuran tersebut didapat setelah waktu pembesaran selama 7-12 bulan dari ukuran 100 mm, tergantung pemberian pakan. Pada kegiatan budidaya di Pulau Panggang sebagian besar nelayan memberikan pakan runcah (ikan yang di iris-iris) tanpa pelet/pakan tambahan lainnya sebanyak satu kali sehari, beberapa nelayan ada yang memberi pakan dua kali sehari (Udin, Yousuf & Nawawi, Komunikasi Pribadi 20 Agustus 2010).

4.2 Hubungan Panjang Berat

Dalam stok perikanan, input stok diperoleh dari pertumbuhan dan rekruitment, dalam pengertiannya pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu ukuran waktu, sedangkan bagi populasi adalah

15 pertambahan jumlah (Effendie 1997). Terdapat hubungan antara panjang dan berat, terkait pola pertumbuhan ikan, yang dapat dirumuskan dalam w=aLb.

Gambar 5. Hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775)hasil tangkapan nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775) yang diperoleh dari sekitar perairan Pulau Panggang mengikuti persamaan: W=7x10-6L3,14, dengan koefisien determinasi (R2) = 0,971. Hal ini menunjukan tingkat kepercayaan terhadap model ini sebesar 97,1%. Hasil analisis regresi linear menghasilkan persamaan Y= -6,1724+3,14X, sehingga didapat nilai b adalah 3,14. Setelah dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95%, diputuskan bahwa nilai b sebesar 3,14 bersifat allometrik positif. Dengan kata lain, laju pertumbuhan bobot ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di sekitar Pulau Panggang lebih dominan dibandingkan dengan laju pertumbuhan panjangnya. Model hubungan tersebut dapat diperlihatkan dalam Gambar 5.

Tabel 2. Perbandingan Nilai a, b dan R2 Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di antara Pulau Panggang, Indonesia dan Pulau Tigak, Papua Nugini

Parameter Pertumbuhan Pulau Panggang Pulau Tigak

a 7 x 10-6 1,1 x 10-5

b 3,14 3,08

R2 0,97 0,97

Persamaan W=aLb W=7x10-6L3,14 W=1,1x10-5L3,08

Keterangan:

a,b = Konstanta, R2 = Koefisien Determinasi W = Berat (gram), L = Panjang (mm)

16

Sebagai perbandingan hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Tigak, berdasarkan penelitian Wright dan Richards (1985) di pulau tersebut hubungan panjang dan berat ikan ini mengikuti persamaan W=1,1x10-5L3,08, dengan koefisien determinasi (R2) = 0,97, yang dapat menjelaskan besarnya pengaruh dari panjang total terhadap bobot tubuh ikan sebesar 97%. Jika dibandingkan dengan akan terlihat perbandingan seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Gambar 6. Perbandingan model hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775)antara Pulau Panggang dan Pulau Tigak

Kedua model ini kemudian disimulasikan dan seperti terlihat dalam Gambar 6 dan hasil simulasi pada Lampiran 10. Dari hasil simulasi diketahui bahwa ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Tigak memiliki hubungan panjang berat yang cenderung sama dibandingkan dengan ikan kerapu macan di Pulau Panggang.

4.3 Model Pertumbuhan Panjang Von Bertalanffy

Perbandingan data model pertumbuhan panjang Von Bertalanffy antara ikan kerapu di Pulau Panggang dan Pulau Tigak terlihat seperti ditampilkan pada Tabel 3. Pertumbuhan panjang ikan kerapu di Pulau Panggang mengikuti persamaan: Lt=855,23(1-e-0,6(t+0,11)) sedangkan di Pulau Tigak mengikuti persamaan: Lt=852,95(1-e-0,29(t+0,23)), berdasarkan literatur (Binohlan 2010) bahwa

17 ikan ini pernah ditemukan diperkirakan sampai 40 tahun, maka dibuat simulasi t sampai 40 seperti terlihat pada Gambar 7 dan Lampiran 8.

Tabel 3. Perbandingan nilai parameter pertumbuhan panjang antara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang dan Pulau Tigak.

NO Parameter Pulau Panggang, 2010

Pulau Tigak, 1981 1 Jumlah Sampel (ekor) 104 359

2 L (mm) 855,23 829,50

3 K 0,6 0,29

4 t0 -0,11 -0,23

Keterangan:

L : panjang pada t tak berhingga,

k : koefisien pertumbuhan,

t0 : waktu pada saat L0.

Gambar 7. Kurva perbandingan pertumbuhan panjang ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang dan Pulau Tigak

Pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang termasuk cepat mengingat pada umur 1 tahun 8,4 bulan diduga mendekati ukuran kedewasaan (mature) bila dibandingkan dengan ikan di Pulau Tigak ikan ini diduga mencapai ukuran dewasanya pada 2 tahun 2,4 bulan. Menurut Pears et al. (2007) in SRFCA (2009) umur dan ukuran dugaan ikan ini benar-benar dewasa adalah ukuran panjang total 57 cm.

Menurut Binohlan (2010) diketahui bahwa ikan ini mempunyai umur panjang sampai 40 dengan nilai k=0,16 – 0.2, sementara nilai k = 0,6 di Pulau Panggang memperlihatkan pertumbuhannya 3 kali lebih cepat dari literatur. Dibandingkan dengan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal,

18 1775) di Pulau Tigak yang mempunyai nilai k=0,29, pertumbuhan panjang ikan kerapu macan di sekitar perairan Pulau Panggang lebih cepat (Gambar 7). Cepatnya pertumbuhan ini bisa disebabkan dari lingkungan yang cukup mendukung pertumbuhan ikan ini. Laju pertumbuhan yang cepat menunjukkan kelimpahan makanan dan kondisi tempat hidup yang sesuai (Moyle & Cech 2004

in Tutupoho 2008).

Ikan kerapu (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) macan bersifat

hermafrodit protogyni, yakni berubah menjadi jantan pada ukuran tertentu (Kordi 2001). Perkiraan ikan kerapu macan mencapai ukuran betina dewasa (420 mm) di Pulau Panggang dimulai pada umur 1 tahun 1 bulan. Sementara Pulau Tigak dimulai pada umur 2 tahun 3 bulan. Ukuran jantan dewasa (698 mm) di Pulau Panggang dimulai pada umur 2 tahun 9 bulan, dan di Pulau Tigak pada umur 6 tahun 2 bulan. Ukuran ini didasarkan pada pernyataan Johannes et al. 1999 bahwa berdasar dari penelitian Pulau Palau, diketahui spesies betina dewasa berkisar pada ukuran 420 mm, dan jantan dewasa berkisar pada ukuran 698 mm.

Menurut (Udin 12 Agustus 2010, komunikasi pribadi) ukuran ideal pasar untuk ikan ini adalah 300 – 1300 gram. Jadi, pada ukuran kisaran tersebut ikan kerapu macan di alam menjadi target utama. Ukuran mata pancing dan mulut bubu disesuaikan dengan ukuran pasar tersebut. Ikan dengan bobot kurang dari 300 gram tidak akan diterima pasar dan biasanya dipelihara di keramba, untuk dibesarkan lagi. Ukuran ikan kerapu macan 300 – 1300 gram di sekitar perairan Pulau Panggang berkisar pada ukuran 260 – 480 mm, dan diduga pada umur ikan tersebut 6 bulan sampai 1 tahun 4 bulan.

4.4 Alternatif Pengelolaan

Hasil analisis menunjukan bahwa ikan ini akan mulai ditangkap pada ukuran 260 m (berumur kurang lebih 6 bulan), karena sudah menjadi ukuran pasar. Ukuran paling ideal sebenarnya dimulai dari 500 gram atau 600 gram, karena ukuran tersebut adalah ukuran ikan yang diminati banyak konsumen. Ukuran ini panjangnya sekitar 310 mm (8 bulan).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola pertumbuhan ikan kerapu macan di perairan Kelurahan Pulau Panggang, bersifat alometrik positif. Hal ini menunjukan bahwa pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan

19 panjang. Kenyataan ini dapat diakibatkan ketersediaan makanan yang banyak. Pada sisi lain panjang infinitifnya lebih cepat dicapai dibandingkan di Pulau Tigak. Kondisi tersebut dimungkinkan karena persaingan dalam mencari makanan berkurang akibat adanya penangkapan yang berimplikasi pada penurunan stok ikan. Berdasarkan hal ini, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama dilakukan upaya

restocking. Caranya dengan menebar bibit ikan ke perairan tersebut untuk menjaga ketersediaan stok ikan tersebut di alam.

Kedua, supaya stok ikan setelah restocking terjaga maka penangkapan ikan disarankan hanya untuk nelayan tangkap yang tidak membudidaya dengan hasil tangkapan yang dikendalikan. Untuk itu perlu ada pembatasan ukuran mulut bubu dan mata pancing sehingga hanya dapat menangkap ikan yang berukuran diatas 500 gram (310 mm) ke atas. Ukuran pancing yang disarankan adalah nomor 9, dan diameter mulut bubu disesuaikan dengan ukuran ikan.

Ketiga, dilihat dari pertumbuhannya sebaiknya diterapkan larangan penangkapan 8 bulan setelah restocking. Hal ini supaya tekanan penangkapannya tidak terlalu besar.

Keempat, larangan penggunaan alat tangkap yang membahayakan lingkungan. Alat demikian diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia pasal 8 nomor 34 tahun 2004 tentang perikanan.

Pertumbuhan yang cepat di daerah perairan Pulau Pangang membuat sea ranching ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di daerah perairan Pulau Pangang ini sangat potensial untuk dikembangkan. Dengan catatan terkendalinya kegiatan penangkapan setelah restocking.

20

Dokumen terkait