• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN IKAN KERAPU MACAN

(Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775)

DI PERAIRAN PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU

ARIS SUTRISNA

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

RINGKASAN

Aris Sutrisna, C24052449. Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan

Seribu. Di bawah bimbingan Rahmat Kurnia dan Yonvitner.

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) adalah ikan ekonomis penting yang banyak ditangkap di wilayah perairan kepulauan seribu diantaranya di Kelurahan Pulau Panggang. Nilai ekonomisnya yang cukup tinggi mengakibatkan tingginya kegiatan penangkapan dan penangkapan yang tidak ramah lingkungan, sehingga diperlukan pengelolaan yang tepat untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) yang memerlukan data ilmiah, salah satu dari data ilmiah tersebut adalah indikator pertumbuhan yang meliputi kajian mengenai laju tumbuh, panjang maksimum yang masih mungkin dicapai oleh ikan serta bentuk hubungan panjang dan berat yang terbentuk. Berkaitan dengan hal itu

penelitian ini bertujuan mengetahui pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan serta ukuran dewasa ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775) hasil tangkapan nelayan Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Informasi ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam merumuskan pengelolaan yang tepat bagi kelestarian sumberdaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, Data primer penelitian ini diambil dari dari hasil tangkapan nelayan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang. Pengumpulan data dilaksanakan selama 28 Hari dari Tanggal 29 Juli –1 September 2010. Data sekunder berasal dari hasil penelitian ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) dari Pulau Tigak pada tahun 1981 (Wright & Richards 1985). Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier hubungan panjang dan bobot untuk menduga pola pertumbuhan dan untuk menduga parameter pertumbuhan dalam persamaan Von Bertalanffy digunakan metode ELEFAN I (Electronik Lenght Frequency Analysis) dalam program FiSAT II.

Hasil analisa hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di perairan Pulau Panggang mengikuti persamaan W=9x10-6L3,14 dengan koefisien determinasi (R2) = 0,971. Hasil uji t pada SK 95% diketahui bahwa pola pertumbuhannya bersifat allometrik positif, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan bobot ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di perairan Pulau Panggang lebih dominan dibandingkan dengan laju pertumbuhan panjangnya. Persamaan Von Bertalanffy untuk ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) ini mengikuti persamaan Lt=855,23(1-e-0,6(t+0,11)). Parameter pertumbuhan panjang infinitif atau panjang maksimum teoritis (L∞) diperoleh sebesar 855,23 mm

dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,6 serta umur ikan pada saat panjangnya nol (t0) adalah -0,11 tahun.

(3)

Panggang. Sedangkan pertumbuhan panjang ikan kerapu macan di perairan Pulau Panggang lebih cepat dibandingakan dengan ikan kerapu macan dari Pulau Tigak. Ukuran ekonomis ikan kerapu macan yang yang ditangkap adalah ukuran yang lebih besar dari 310 mm.

(4)

PERTUMBUHAN IKAN KERAPU MACAN

(Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775)

DI PERAIRAN PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU

Aris Sutrisna C24052449

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

(6)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

Nama Mahasiswa : Aris Sutrisna Nomor Pokok : C24052449

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Rahmat Kurnia, M.Si NIP. 19680928 199302 1 001

Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si NIP. 19750825 200501 1 003

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP 19660728 199103 1 002

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya kepad1a penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Rahmat Kurnia, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing kedua dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan sumberdaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775) hasil tangkapan nelayan di sekitar perairan Pulau Panggang. Sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan sumberdaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) ini untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Skripsi ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu penulis tetap mengharapkan saran serta kritik guna kemajuan penulis di masa mendatang.

Bogor, Agustus 2011

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S selaku dosen penguji tamu, Dr. Ir. H. Achmad

Fachruddin, M. Si selaku dosen penguji dari program studi dan Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku ketua komisi pendidikan atas saran serta arahannya. Terkhusus untuk Dr. Ir. Niken T. M. Pratiwi, M.Si atas semua kesabaran dan arahannya.

3. Ucapan terimakasih untuk keluarga tercinta; Bapak (Bapak Komar), Ibu (Ibu Enah), saudara-saudaraku (Neni, Ipah, Didin Saprudin dan Ai Fauziah) atas motivasi, kesabaran dan dukungannya.

4. Seluruh staf Tata Usaha MSP, terutama kepada mbak Widar yang telah banyak membantu memperlancar proses administrasi penyelesaian skripsi ini.

5. Teman-teman MSP 42 serta 43 terutama R. Restama Gustar H., Vita Verawati, Ocstosani, Nuah Japet, atas motivasi dan dukungannya.

6. Teman-teman Pondok Apel dan Bujang serta rekan-rekan di Dokter Komputer, ucapan terimakasih ini ini terutama untuk Cucu Sukmaya yang memberikan dukungan yang tiada terkira, untuk Fahmi Bawazier, Dhian Prakarti, Asep Mulyadiana, Rizka Abdurrahman, Trisawanto Nuratmojo dan sahabat tercinta yang memberikan banyak inspirasi (Alm) Farhat Bawazier.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang terlahir pada 19 Januari 1987 di Ciamis merupakan anak ke tiga dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Komar dan Ibu Enah. Penulis menempuh pendidikan formal di TK Sejahtera III Jalatrang (1992-1993), SDN II Jalatrang (1993-1999), MTs Talagasari (1999-2002) di Ciamis, MAN Awipari (2002-2005) di Kota Tasikmalaya. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan strata satu di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2005 melalui jalur USMI.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Penerapan Komputer (2007, 2008 dan 2009). Penulis juga aktif dalam kegiatan berorganisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Institut Pertanian Bogor (2007/2008), sebagai staf Departemen Pendidikan dan Pengambangan Sumberdaya Manusia (PPSDM). Penulis menjadi staf Informasi dan Komunikasi (Infokom) (2006/2007 dan 2007/2008) pada HIMASPER (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan), dan juga selain di organisasi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kepanitian kegiatan kemahasiswaan lainnya.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan

(Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) Di Perairan Pulau Panggang,

(10)

x

2.1 Klasifikasi dan MorfologiIkan Kerapu Macan ... 3

2.2 Distribusi, Habitat dan Lingkungan Ikan Kerapu Macan ... 4

2.3 Kegiatan Budidaya Ikan kerapu acan ... 5

2.4 Pertumbuhan Ikan Kerapu macan ... 6

3. METODE PENELITIAN ... 8

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

3.2 Alat dan Bahan ... 8

3.3 Pengambilan Data ... 9

3.4 Sebaran Frekuensi Panjang ... 10

3.5 Analisis Data ... 10

3.5.1 Model hubungan panjang berat ... 10

3.5.2 Model Von Bertallanffy ... 11

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1 Kondisi Umum Pulau Panggang ... 13

4.2 Hubungan Panjang Berat ... 14

4.3 Model Pertumbuhan Panjang Von Bertalanffy ... 16

4.4 Alternatif Pengelolaan ... 18

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775)

Sumber: Binohlan (2010) ... 3 2. Peta distribusi penyebaran ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775) di dunia (dicetak tebal)

Sumber: Heemstra dan Randall (1993) ... 4 3. Lokasi studi Kelurahan Pulau Panggang ... 8 4. Skema pengambilan data panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang ... 9 5. Hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775)hasil tangkapan nelayan Pulau Panggang, Kepulauan

Seribu. ... 15 6. Perbandingan model hubungan panjang berat ikan kerapu macan

(Epinephelusfuscoguttatus Forsskal, 1775) antara Pulau Panggang dan

Pulau Tigak ... 16 7. Kurva perbandingan pertumbuhan panjang ikan kerapu macan

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel data kualitas air di 9 pulau/gosong di Kelurahan Pulau

Panggang. Sumber: Estradivari et al. (2009) ... 13 2. Perbandingan Nilai a, b dan R2 ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang dan Pulau Tigak ... 15 3. Perbandingan nilai parameter pertumbuhan panjang antara ikan

kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Foto-foto pengukuran panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus)hasil tangkapan nelayan di Pulau Panggang ... 24 2. Alat tangkap bubu dan pancing sebagai alat tangkap ikan kerapu

macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Pulau Panggang ... 25 3. Data mentah pengamatan panjang berat ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) hasil tangkapan nelayan di Pulau

Panggang ... 26 4. Data nilai tengah (Xi) dan frekuensi (Fi) ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) di Pulau Tigak, Papua Nugini ... 27 5. Pengukuran Sebaran frekuensi panjang ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) hasil tangkapan nelayan di Pulau

Panggang ... 28 6. Penghitungan L dan k menggunakan program FISAT II ... 29 7. Perhitungan Penentuan b = 3 atau tidak (penentuan

isometrik/allometrik) ... 30 8. Perbandingan simulasi pertumbuhan panjang ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) di Pulau Panggang dan Pulau Tigak ... 31 9. Perhitungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus) dan logaritmanya ... 32 10. Perhitungan model hubungan panjang berat berat ikan kerapu macan

(14)

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775)adalah ikan ekonomis penting yang banyak ditangkap di wilayah perairan Kepulauan Seribu diantaranya di Kelurahan Pulau Panggang. Harga jual yang relatif mahal, membuat ikan ini banyak ditangkap oleh nelayan. Akibat permintaan yang tinggi kemudian banyak masyarakat menangkap dengan menggunakan potassium dan bom, namun akibatnya terumbu karang yang menjadi habitat ikan ikut rusak.

Tingkat pemanfaatan yang tinggi dan overfishing menuntut diperlukannya upaya pengelolaan agar kelestariannya terjaga. Aktivitas yang dilakukan diantaranya melalui pemuliaan dan budidaya. Agar manfaat ekonomi juga terjaga, maka kegitan budidaya seperti Sea Farming dan Sea Ranching kemudian dikembangkan. Salah satu lokasi pengembangan budidaya ikan kerapu macan adalah di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu.

Walaupun kegiatan budidaya telah dikembangkan, namun kegiatan penangkapan masih tetap dilakukan nelayan. Ikan kerapu yang ditangkap tidak hanya berasal dari lokasi Gosong Semak Daun, tetapi juga dari pulau lainnya. Ikan tangkapan nelayan juga cenderung kecil-kecil dan jumlahnya sedikit. Kurangnya hasil tangkapan itu menandakan terjadinya over eksploitasi.

Dalam konteks ekonomi, penurunan ukuran ikan dan jumlah hasil tangkapan juga mengurangi pendapatan nelayan. Untuk itu indikator pertumbuhan panjang dan berat juga dijadikan indikator perubahan ekosistem. Indikator pertumbuhan diantaranya adalah kajian mengenai laju tumbuh, panjang maksimum yang masih mungkin dicapai oleh ikan serta bentuk hubungan panjang dan berat yang terbentuk.

1.2 Perumusan Masalah

(15)

2

Langkah yang perlu dilakukan meliputi penelitian tentang aspek biologi dan ekologi ikan kerapu macan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelolaan pemanfaatan sumberdaya ikan kerapu macan ini selanjutnya.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan serta ukuran dewasa ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775) hasil tangkapan nelayan Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

(16)

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu Macan

Menurut Binohlan (2010) ikan kerapu macan digolongkan pada : kelas : Chondrichthyes

subkelas : Ellasmobranchii ordo : Percomorphi divisi : Perciformes famili : Serranidae genus : Epinephelus

spesies : Epinepheusfuscoguttatus (Forsskal, 1775)

sinonim : Brown-marbled grouper, tiger grouper; nama lokal Indonesia: kerapu macan, balong macan.

Gambar 1. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775)

Sumber: Binohlan CB (2010)

Morfologi ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) seperti yang terlihat pada Gambar 1. Menurut Heemstra dan Randall (1993) tinggi ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) lebih panjang dari panjang kepalanya. Area interorbitalnya datar atau sedikit cekung, bagian

Preoperculumnya membulat dan bergerigi halus, ujung bagian atas operculumnya cembung, ujung bagian depan tulang preorbital menekuk cukup dalam ke arah lubang hidung dan rahang bagian atas memanjang dari posterior sampai mata.

(17)

4

- 21 pada bagian bawah (tapi pada dasarnya sulit untuk dihitung). Ikan kerapu macan memiliki XI jari keras dan 14 atau 15 jari lunak duri sirip dorsal (jari keras ketiga atau keempat biasanya terpanjang), III jari keras dan 8 jari lunak sirip anal, dan sirip pectoral sekitar 18-20 serta bentuk sirip caudal (ekor) membundar. Warna tubuh ikan ini coklat pucat kekuningan, tubuh, kepala, dan sirip ditutupi dengan bintik-bintik coklat kecil, yang mana bagian bercak lebih gelap dari area tubuh lainnya.

2.2 Distribusi, Habitat dan Lingkungan Ikan Kerapu Macan

Gambar 2. Peta distribusi penyebaran ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di dunia (dicetak tebal)

Sumber: Heemstra dan Randall (1993)

(18)

5

Distribusi ikan ini di berbagai kepulauan dunia tersebut tidak terlepas dari habitatnya di perairan yang berasosiasi dengan karang. Ikan kerapu macan banyak ditemukan pada daerah yang kaya terumbu karangnya serta air yang jernih, sampai kedalaman 60 m. Habitat ini termasuk perairan dangkal terumbu karang, dasar laut berbatu, puncak laguna, kanal karang serta tubir (bagian terjal terluar terumbu karang) (Binohlan 2010). Namun pada umumnya ikan ini hidup pada kedalaman 5-20 meter di semua tipe terumbu karang dengan kondisi yang baik. Kebanyakan ikan kerapu macan memanfaatkan liang/lubang/rongga di terumbu karang sebagai tempat berlindung dan biasanya menetap (sedentary). (Yeeting et al. 2001 in Ahmad 2009). Parameter ekologis yang cocok bagi pertumbuhan ikan kerapu macan yaitu temperatur 24-31oC, salinitas 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH 7,8 – 8, perairan seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang (Lembaga Penelitian Undana 2006 in Ahmad 2009).

Terkait kebiasaan makan ikan ini dihabitatnya Heemstra dan Randal (1993) menyatakan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) merupakan ikan predator pemangsa ikan-ikan lain, krustase dan

cephalopoda. Ikan ini lebih aktif mencari makan di kolom perairan pada waktu fajar dan senja hari, dibandingkan dengan saat malam/siang hari (Maryati 2004 in

Ahmad 2009).

2.3 Kegiatan Budidaya Ikan kerapu Macan

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) termasuk golongan ikan karang (coral reef fish) yang bisa dibudidayakan. Di perairan terumbu karang, ikan ini diperkirakan hidup dengan kepadatan hanya 0,5-0,6 ton per km2 atau sekitar 0,0005-0,0006 kg/m2, mengingat ikan ini tergolong ikan buas (spesies predator, karnivora) yang cenderung hidup soliter dan membangun teritori. Di wadah kultur seperti kantong jaring karamba jaring apung (KJA) kepadatan ikan kerapu bisa mencapai 250 kg per 9 m2 atau sekitar 28 kg per m2, hampir 56.000 kali dari kepadatan di alam (Effendie 2006) .

(19)

6

gram dan panjang total 4 cm akan mencapai berat antara 400-500 gram selama 12-14 bulan, sedangkan kerapu macan dapat dipanen pada bulan ke tujuh dengan berat 525 gram. Pertambahan berat kerapu bebek relatif lebih lambat dibanding kerapu macan hal ini dimungkinkan karena secara genetik memang lambat tumbuh. Menurut Effendie MI (1997) bahwa faktor keturunan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, dan faktor tersebut merupakan hal yang sulit untuk dikontrol.

2.4 Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu ukuran waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah (Effendie 1997). Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin, ketersediaan organisme-organisme makanan, serta jumlah ikan yang memanfaatkan sumber makanan yang sama. Menurut Effendie (1997) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari ikan, seperti keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, dan faktor kualitas air. Faktor ketersedian makanan sangat berperan dalam proses pertumbuhan. Pertama ikan memanfaatkan makanan untuk memelihara tubuh dan menggantikan sel-sel tubuh yang rusak, kemudian kelebihan makanan yang tersisa baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Pola pertumbuhan terdiri atas dua macam, yaitu pola pertumbuhan isometrik dan allometris. Pertumbuhan isometris adalah perubahan terus menerus secara proporsional antara panjang dan berat dalam tubuh ikan. Pertumbuhan allometrik adalah perubahan yang tidak seimbang antara panjang dan berat dan dapat bersifat sementara (Effendie 1997).

(20)

7

(21)

8

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari para pengumpul ikan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta). Secara geografis Pulau Panggang terletak pada 106°20'00' Bujur Timur (BT) hingga 106°57'00' BT dan 5°10'00' Lintang Selatan (LS) hingga 5°57'00' LS. Pengambilan data dilaksanakan selama 28 Hari dari Tanggal 29 Juli –1 September 2010. Lokasi penelitian seperti disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Lokasi studi Kelurahan Pulau Panggang

3.2 Alat dan Bahan

(22)

9

3.3 Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data sekunder diambil dari data frekuensi panjang ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) dari Pulau Tigak (data seperti terlihat pada Lampiran 4). Adapun data primer diambil dari data panjang berat ikan kerapu macan hasil tangkapan nelayan. Data diambil setiap hari kecuali hari

Jum’at, setiap sore dan pagi hari ketika ikan yang didaratkan oleh nelayan dijual ke pengumpul, setelah ditimbang (gram) ikan diukur panjangnya (mm), lalu dicatat pada data sheet tanpa dibedakan atas jenis kelaminnya (data frekuensi panjang seperti terlihat pada Lampiran 3). Skema pengukuran panjang dan berat ikan kerapu macan seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Skema pengambilan data panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775)

3.4 Sebaran Frekuensi Panjang

Data yang digunakan dalam metode sebaran frekuensi panjang adalah data panjang total dari ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775).

Pengukuran ikan kerapu macan dilakukan dengan menggunakan meteran kain yang memiliki ketelitian 1 mm. Adapun langkah-langkah untuk membuat sebaran

Ikan Kerapu didaratkan Nelayan

Ikan Kerapu Dijual Ke Suplier

Pengambilan Data

(Pengukuran Panjang dan Berat)

(23)

10

frekuensi panjang mengikuti cara yang disarankan oleh Walpole (1997). Hasil dari sebaran frekuensi panjang seperti yang ditampilkan pada Lampiran 5.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Model hubungan panjang berat

Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dan berat dapat diketahui dengan rumus (Effendie 1997):

W = aLb

Keterangan : W = berat ikan (gram)

L = panjang total ikan (milimeter) a, b = konstanta

Jika rumus umum tersebut ditransformasikan dengan logaritma, maka akan didapatkan persamaan linier atau persamaan garis lurus sebagai berikut :

Log W = log a + b log L

Analisis hubungan panjang dan berat bertujuan mengetahui pola pertumbuhan dengan menggunakan parameter panjang dan berat ikan. Hasil analisis pertumbuhan panjang-berat akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yang akan menunjukkan laju pertumbuhan parameter panjang dan berat. Ikan yang memiliki nilai b=3 (isometrik) menunjukkan pertambahan panjangnya

seimbang dengan pertambahan berat. Sebaliknya jika nilai b≠3 (allometrik)

(24)

11

3.5.2 Model Von Bertallanffy

Data frekuensi panjang digunakan untuk menduga model pertumbuhan Von Bertallaffy. Model ini menggunakan rumus (Sparre & Venema 1999):

)

L : panjang pada t tak berhingga, k : koefisien pertumbuhan, t0 : waktu pada saat L0.

Parameter pertumbuhan L dan k didapat dari pengolahan sebaran frekuensi panjang ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) dengan program Fisat II. Metodenya adalah metoda Elefan I (Electronic Length Frequencys Analisis). Adapun t0 didapat dari rumus persamaan empiris Pauly

(Pauly 1984), yakni:

log(-t0) = -0,3922 – 0,2752 (Log (L )) – 1,0380 (log (k))

Nilai pendugaan t dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Beberapa metode perhitungan yang dapat digunakan untuk menentukan model pertumbuhan adalah; plot Gulland & Holt, plot Ford-Walford, metode Chapman, dan plot Von Bertalanffy. Keunggulan plot Gulland & Holt (1959)

adalah nilai ∆t (interval waktu) tidak perlu menjadi konstanta, akan tetapi hanya masuk akal jika nilai ∆t kecil. Keunggulan plot Ford (1933) - Walford (1946) adalah dapat mengestimasi nilai L∞ (panjang asimptote) dan K (koefisien

pertumbuhan) secara cepat tanpa perhitungan-perhitungan. Namun metode yang dikembangkan oleh Chapman (1961) dan Gulland (1969) ini mengatakan bahwa metode tersebut hanya bisa diaplikasikan jika observasi-observasi yang dilakukan

bersifat berpasangan karena nilai ∆t menjadi suatu konstanta. Metode yang

(25)

12

menerima Lt yang lebih besar dari L∞. Hal ini mungkin saja terjadi pada ikan yang

sangat tua (Sparre & Venema 1999).

(26)

13

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Pulau Panggang

Pulau Panggang merupakan satu dari banyak gugusan pulau di Kepulauan Seribu. Pulau Panggang yang dihuni sekitar 5.443 jiwa ini merupakan pulau dengan peruntukan pemukiman selain Pulau Pramuka (Anonim 2009). Komoditas perikanan utama pulau ini adalah terumbu karang, ikan hias dan ikan karang konsumsi seperti ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775). Sebagian besar penduduknya adalah nelayan bubu, tombak, jaring dan pancing.

Ikan kerapu macan di daerah perairan Pulau Panggang biasanya ditangkap dengan alat tangkap bubu. Nelayan bubu berangkat pukul 5 dan pulang pukul 15.00. Sementara, bubu diambil pada keesokan pagi harinya. Sebelum dilarang, nelayan biasa menggunakan potassium. Penangkapan oleh nelayan harian dilakukan perorangan dengan menggunakan kapal sendiri. Daerah tangkapannya sekitar perairan Kelurahan Pulau Panggang. Ada juga nelayan jaring dan bubu yang menggunakan bantuan kompresor yang menangkap ikan kerapu macan di Pulau Pari atau di Pulau Payung.

Tabel 1. Tabel data kualitas air di 9 pulau/gosong di Kelurahan Pulau Panggang. Sumber: Estradivari et al. (2009)

(27)

14

Berdasarkan data parameter ekologis yang cocok bagi pertumbuhan ikan kerapu macan yaitu temperatur 24-31oC, salinitas 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH 7,8 – 8, perairan seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang (Lembaga Penelitian Undana 2006 in Ahmad 2009). Kondisi lingkungan di perairan kelurahan Pulau Panggang ini cocok untuk kehidupan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775), baik untuk ikan budidaya maupun ikan kerapu macan yang hidup di alam, seperti terlihat dari data pada Tabel 1.

Selain penangkapan, kegiatan budidaya di Pulau Panggang sudah banyak dilakukan warga setempat melalui kegiatan yang dikenal dengan nama sea farming. Permintaan ikan ini di pasar sekarang tidak tergantung penuh pada kegiatan penangkapan, pemenuhan permintaan sudah bisa diperoleh dari nelayan budidaya. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan harga Rp. 140.000 / kg dan waktu pembesaran yang lebih cepat daripada ikan kerapu lain, menjadi pilihan banyak pembudidaya untuk dibesarkan dalam keramba jaring apung (KJA) nelayan budidaya setempat (Udin, Yousuf dan Nawawi, Komunikasi Pribadi 20 Agustus 2010). Kegiatan budidaya ini juga mempengaruhi permintaan terhadap ikan hasil tangkapan sampingan yang biasanya dijadikan sebagai runcah/pakan ikan kerapu macan budidaya.

Ikan ini mencapai ukuran pasar (siap panen) pada kegiatan budidaya dimulai dari ukuran 500 gram, atau sekitar 300-330 mm. Ukuran tersebut didapat setelah waktu pembesaran selama 7-12 bulan dari ukuran 100 mm, tergantung pemberian pakan. Pada kegiatan budidaya di Pulau Panggang sebagian besar nelayan memberikan pakan runcah (ikan yang di iris-iris) tanpa pelet/pakan tambahan lainnya sebanyak satu kali sehari, beberapa nelayan ada yang memberi pakan dua kali sehari (Udin, Yousuf & Nawawi, Komunikasi Pribadi 20 Agustus 2010).

4.2 Hubungan Panjang Berat

(28)

15

pertambahan jumlah (Effendie 1997). Terdapat hubungan antara panjang dan berat, terkait pola pertumbuhan ikan, yang dapat dirumuskan dalam w=aLb.

Gambar 5. Hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775)hasil tangkapan nelayan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

Hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775) yang diperoleh dari sekitar perairan Pulau Panggang mengikuti persamaan: W=7x10-6L3,14, dengan koefisien determinasi (R2) = 0,971. Hal ini menunjukan tingkat kepercayaan terhadap model ini sebesar 97,1%. Hasil analisis regresi linear menghasilkan persamaan Y= -6,1724+3,14X, sehingga didapat nilai b adalah 3,14. Setelah dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95%, diputuskan bahwa nilai b sebesar 3,14 bersifat allometrik positif. Dengan kata lain, laju pertumbuhan bobot ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di sekitar Pulau Panggang lebih dominan dibandingkan dengan laju pertumbuhan panjangnya. Model hubungan tersebut dapat diperlihatkan dalam Gambar 5.

Tabel 2. Perbandingan Nilai a, b dan R2 Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di antara Pulau Panggang, Indonesia dan Pulau Tigak, Papua Nugini

Parameter Pertumbuhan Pulau Panggang Pulau Tigak

a 7 x 10-6 1,1 x 10-5

b 3,14 3,08

R2 0,97 0,97

Persamaan W=aLb W=7x10-6L3,14 W=1,1x10-5L3,08

Keterangan:

(29)

16

Sebagai perbandingan hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Tigak, berdasarkan penelitian Wright dan Richards (1985) di pulau tersebut hubungan panjang dan berat ikan ini mengikuti persamaan W=1,1x10-5L3,08, dengan koefisien determinasi (R2) = 0,97, yang dapat menjelaskan besarnya pengaruh dari panjang total terhadap bobot tubuh ikan sebesar 97%. Jika dibandingkan dengan akan terlihat perbandingan seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Gambar 6. Perbandingan model hubungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775)antara Pulau Panggang dan Pulau Tigak

Kedua model ini kemudian disimulasikan dan seperti terlihat dalam Gambar 6 dan hasil simulasi pada Lampiran 10. Dari hasil simulasi diketahui bahwa ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Tigak memiliki hubungan panjang berat yang cenderung sama dibandingkan dengan ikan kerapu macan di Pulau Panggang.

4.3 Model Pertumbuhan Panjang Von Bertalanffy

(30)

17

ikan ini pernah ditemukan diperkirakan sampai 40 tahun, maka dibuat simulasi t sampai 40 seperti terlihat pada Gambar 7 dan Lampiran 8.

Tabel 3. Perbandingan nilai parameter pertumbuhan panjang antara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang dan Pulau Tigak.

NO Parameter Pulau Panggang, 2010

L : panjang pada t tak berhingga,

k : koefisien pertumbuhan,

t0 : waktu pada saat L0.

Gambar 7. Kurva perbandingan pertumbuhan panjang ikan kerapu macan (Epinephelus

fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang dan Pulau Tigak

Pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Pulau Panggang termasuk cepat mengingat pada umur 1 tahun 8,4 bulan diduga mendekati ukuran kedewasaan (mature) bila dibandingkan dengan ikan di Pulau Tigak ikan ini diduga mencapai ukuran dewasanya pada 2 tahun 2,4 bulan. Menurut Pears et al. (2007) in SRFCA (2009) umur dan ukuran dugaan ikan ini benar-benar dewasa adalah ukuran panjang total 57 cm.

(31)

18

1775) di Pulau Tigak yang mempunyai nilai k=0,29, pertumbuhan panjang ikan kerapu macan di sekitar perairan Pulau Panggang lebih cepat (Gambar 7). Cepatnya pertumbuhan ini bisa disebabkan dari lingkungan yang cukup mendukung pertumbuhan ikan ini. Laju pertumbuhan yang cepat menunjukkan kelimpahan makanan dan kondisi tempat hidup yang sesuai (Moyle & Cech 2004

in Tutupoho 2008).

Ikan kerapu (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal, 1775) macan bersifat

hermafrodit protogyni, yakni berubah menjadi jantan pada ukuran tertentu (Kordi 2001). Perkiraan ikan kerapu macan mencapai ukuran betina dewasa (420 mm) di Pulau Panggang dimulai pada umur 1 tahun 1 bulan. Sementara Pulau Tigak dimulai pada umur 2 tahun 3 bulan. Ukuran jantan dewasa (698 mm) di Pulau Panggang dimulai pada umur 2 tahun 9 bulan, dan di Pulau Tigak pada umur 6 tahun 2 bulan. Ukuran ini didasarkan pada pernyataan Johannes et al. 1999 bahwa berdasar dari penelitian Pulau Palau, diketahui spesies betina dewasa berkisar pada ukuran 420 mm, dan jantan dewasa berkisar pada ukuran 698 mm.

Menurut (Udin 12 Agustus 2010, komunikasi pribadi) ukuran ideal pasar untuk ikan ini adalah 300 – 1300 gram. Jadi, pada ukuran kisaran tersebut ikan kerapu macan di alam menjadi target utama. Ukuran mata pancing dan mulut bubu disesuaikan dengan ukuran pasar tersebut. Ikan dengan bobot kurang dari 300 gram tidak akan diterima pasar dan biasanya dipelihara di keramba, untuk dibesarkan lagi. Ukuran ikan kerapu macan 300 – 1300 gram di sekitar perairan Pulau Panggang berkisar pada ukuran 260 – 480 mm, dan diduga pada umur ikan tersebut 6 bulan sampai 1 tahun 4 bulan.

4.4 Alternatif Pengelolaan

Hasil analisis menunjukan bahwa ikan ini akan mulai ditangkap pada ukuran 260 m (berumur kurang lebih 6 bulan), karena sudah menjadi ukuran pasar. Ukuran paling ideal sebenarnya dimulai dari 500 gram atau 600 gram, karena ukuran tersebut adalah ukuran ikan yang diminati banyak konsumen. Ukuran ini panjangnya sekitar 310 mm (8 bulan).

(32)

19

panjang. Kenyataan ini dapat diakibatkan ketersediaan makanan yang banyak. Pada sisi lain panjang infinitifnya lebih cepat dicapai dibandingkan di Pulau Tigak. Kondisi tersebut dimungkinkan karena persaingan dalam mencari makanan berkurang akibat adanya penangkapan yang berimplikasi pada penurunan stok ikan. Berdasarkan hal ini, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama dilakukan upaya

restocking. Caranya dengan menebar bibit ikan ke perairan tersebut untuk menjaga ketersediaan stok ikan tersebut di alam.

Kedua, supaya stok ikan setelah restocking terjaga maka penangkapan ikan disarankan hanya untuk nelayan tangkap yang tidak membudidaya dengan hasil tangkapan yang dikendalikan. Untuk itu perlu ada pembatasan ukuran mulut bubu dan mata pancing sehingga hanya dapat menangkap ikan yang berukuran diatas 500 gram (310 mm) ke atas. Ukuran pancing yang disarankan adalah nomor 9, dan diameter mulut bubu disesuaikan dengan ukuran ikan.

Ketiga, dilihat dari pertumbuhannya sebaiknya diterapkan larangan penangkapan 8 bulan setelah restocking. Hal ini supaya tekanan penangkapannya tidak terlalu besar.

Keempat, larangan penggunaan alat tangkap yang membahayakan lingkungan. Alat demikian diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia pasal 8 nomor 34 tahun 2004 tentang perikanan.

(33)

20

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Pola pertumbuhan panjang berat yang bersifat allometrik positif menyatakan bahwa kondisi lingkungan lebih dominan mempengaruhi pertumbuhan bobot ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775)di perairan Pulau Panggang.

2. Pertumbuhan panjang ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus

Forsskal, 1775) di perairan Pulau Panggang lebih cepat dibandingakan dengan ikan kerapu macan dari Pulau Tigak.

3. Ukuran ekonomis ikan kerapu macan yang yang ditangkap adalah ukuran yang lebih besar dari 310 mm.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketersediaan makanan banyak tapi ketersediaan stok sedikit. Oleh karena itu, disarankan perlunya melakukan

(34)

21

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim] 2009. Profil Wilayah: Pulau Panggang Saksi Bisu Sejarah Pemerintahan. [terhubung berkala]. http://www.pulauseribu.net/modules/ news/article.php?storyid=253. [25 September 2010].

[SCRFA] Society for the Conservation of Reef Fish Aggregations. 2009. The Brown Marbled Grouper: Description of Epinephelus fuscoguttatus.

[terhubung berkala]. http://www.scrfa.org/index.php/about-fish-spawning-aggregations/aggregating-species/the-brown-marbled-grouper.html, [25 September 2010).

Ahmad A. 2009. Estimasi daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomasa Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan Sulamadaha, Maluku Utara (Suatu Pendekatan Pengelolan Ekologis). Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.

Badri A. 2008. Tehnik Budidaya Kerapu Macan. [terhubung berkala]. http://my.opera.com/indiejeans/blog/tehnik-budidaya-kerapu-macan. [22 Agustus 2011].

Binohlan CB. 2010. Epinephelus fuscoguttatus (Forsskål, 1775)..[terhubung berkala]. http://www.fishbase.org/summary/SpeciesSummary.php?genus name=Epinephelus&speciesname=fuscoguttatus.[2 Juli 2010].

Effendi I. 2006. Riset Terapan Pengembangan Sea Farming di Kepulauan Seribu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB). Bogor.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 92p.

Estradivari, Setyawan E, Yusri S. 2009. Terumbu karang Jakarta: Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu (2003-2007). Yayasan TERANGI. Jakarta.

Heemstra PC, Randall JE. 1993. FAO species catalogue. Vol. 16. Groupers of the world (Family Serranidae, Subfamily Epinephelinae). An annotated and illustrated catalogue of the grouper, rockcod, hind, coral grouper and lyretail species known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 16. Rome, FAO.

Johannes RE, Squire LC, Graham T, Sadovy Y, Renguul H. 1999. Spawning aggregations of groupers (Serranidae) in Palau. Report No. 1, The Nature Conservancy.

Kordi KMGH. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Kanisius. Yogyakarta.115p.

(35)

22

Riyanto, M. 2008. Respon Penciuman Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) Terhadap Umpan Buatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.

Sampang, AG. 1999. Frequency Distribution of Epinephelus fuscoguttatus..[terhubung berkala]. http: //www.fishbase.org/PopDyn/ LengthFreqDistribution.php?stockcode=4658&lfcode=1421 .[25 September 2010].

Spare P, Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1: Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Penerjemah. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

Sulanjari, Sutimin. 2008. Model Dinamik Pertumbuhan Biomassa Udang Windu Dengan Faktor Mortalitas Bergantung Waktu. Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Diponegoro. Semarang. 120p.

Yudha IG. 2003. Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Selatan Prosiding Seminar Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Dosen Universitas Lampung dalam rangka Dies Natalis Universitas Lampung ke-38, tanggal 19-20 September 2003.

Tutupoho SNE. Pertumbuhan Ikan Motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di Perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Walpole RE. 1992. Pengantar statistika, Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515p.

(36)

23

(37)

24

Lampiran 1. Foto-foto pengukuran panjang berat ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) hasil tangkapan nelayan di Pulau

Panggang

Pengukuran Panjang Ikan Kerapu Macan

(38)

25

Lampiran 2. Alat tangkap bubu dan pancing sebagai alat tangkap ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Pulau Panggang

Alat Pancing Pancing No. 9 – 10 Dipakai Untuk Menangkap Kerapu Macan

(39)

26

Lampiran 3. Data mentah pengamatan panjang berat ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) hasil tangkapan nelayan di Pulau

(40)

27

Lampiran 4, Data nilai tengah (Xi) dan frekuensi (Fi) ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) di Pulau Tigak, Papua Nugini

(41)

28

Lampiran 5. Pengukuran sebaran frekuensi panjang ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) hasil tangkapan nelayan di Pulau Panggang

n (jumlah sampel) = 104 ekor

Jumlah Kelas =1+3.32 x LOG(104) = 7.70 = 8 Nilai Minimum = 230 mm

NIlai Maksimum = 830 mm Interval = (830 – 23 0) / 8= 78

Sebaran frekuensi panjang ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hasil tangkapan nelayan di Pulau Panggang

No Selang Kelas

(mm)

Batas Kelas Xi Fi

(42)

29

Lampiran 6. Penghitungan L dan k menggunakan program FISAT II

Berikut langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung L dan k menggunakan program FISAT II:

1. Dibuat sebaran kelas frekuensi panjang

2. Dicari Xi (nilai tengah) selang serta frekuensinya 3. Masuk program fisat II

4. Dibuat file.lfq (file-new)

5. Masukan keterangan, spesies, satuan pengukuran, nilai tengah selang serta intervalnya

6. Klik “add sample”, isi keterangan datanya - OK

7. Cari Nilai L dan k dengan menu, Asses – Direct fit of L/F Data – ELEFAN I

8. Klik tab “k scan”, klik “compute”

9. Klik “Save MSD” untuk menyimpan kurva, dan hasil L dan k.

(43)

30

Lampiran 7. Perhitungan penentuan b = 3 atau tidak (penentuan isometrik/allometrik)

Hubungan Panjang Berat: W=7x10-6L3,14

Hubungan Linear Panjang berat: y = -6,172 + 3.14x

Uji Hipotesis

H0 = b sama dengan 3

H1 = b tidak sama dengan 3 Statistik Regresi

R2 = 0,971837

Tabel Sidik Ragam

db Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT)

Regresi 1 14,89 14,89

Sisa 102 0,43 0,00423

Total 103 15,32

b = 3,14 Standar error = 0.05 t Hitung = 2,65 t Tabel = 2.27

Kesimpulan : T hitung > T tabel

(44)

31

(45)

32

Lampiran 9. Perhitungan panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus

(46)

33

(47)

34

(48)

35

Gambar

Gambar 2. Peta distribusi penyebaran ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus Forsskal,
Gambar 3. Lokasi studi Kelurahan Pulau Panggang
Gambar 4. Skema pengambilan data panjang berat ikan kerapu macan (Epinephelus
Tabel 1. Tabel data kualitas air di 9 pulau/gosong di Kelurahan Pulau Panggang.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Air, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dengan menggunakan 8 lokasi

Berdasarkan hasil analisis finansial yang dilakukan, maka usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA ukuran 2 kotak, 4 kotak, maupun 6 kotak dan KJT 4x4 meter layak

Berdasarkan hasil penentuan kesesuaian lokasi budidaya Kerapu Macan di perairan Pulau Panggang terlihat bahwa sumberdaya wilayah perikanan budidaya laut yang termasuk dalam kelas

Pengamatan nilai TAN dilakukan di Lab Ligkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan air sampel dilakukan

Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh ekstrak daun Sambung Nyawa untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan kerapu macan sehingga dapat mencegah

Hal yang menarik yang ditemukan adalah titer antibodi ikan kerapu yang divaksin tetap terdeteksi dalam jumlah yang cukup banyak dan lebih tinggi dari ikan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk menguji pengaruh CpG-ODN dalam meningkatkan respon imun adalah rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan, tiga ulangan dan

Usaha budidaya kerapu macan dengan menggunakan sistem KJA layak diusahakan dari aspek finansial karena Nilai NPV yang didapat bernilai positif, IRR lebih besar dari DF, Net B/C