• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA

IKAN KERAPU MACAN DI PULAU PANGGANG,

KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU,

DKI JAKARTA

Oleh :

Febryanto Wardhana Utama A14105546

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

FEBRYANTO WARDHANA UTAMA. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. (Di bawah bimbingan LUSI FAUSIAH).

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memilliki potensi kelautan dan perikanan yang besar. Sumberdaya perikanan yang telah besar dimaanfaatkan adalah komoditas ikan karang, seperti ikan kerapu (Epinephelus spp.). Indonesia merupakan produsen terbesar kedua dengan pertumbuhan produksi 14,7% per tahun. Produksi kerapu di Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan langsung di laut. Negara yang menjadi tujuan ekspor untuk ikan kerapu Indonesia adalah Hongkong, Taiwan, Singapura, Cina, dan Jepang. Hongkong adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk kerapu. Ekspor kerapu indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini disebabkan terjadinya over fishing ikan kerapu karena nilai ekonomisnya yang tinggi.

Salah satu wilayah yang mempunyai kontribusi dalam produksi kerapu adalah perairan Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu berada di wilayah Teluk Jakarta yang memiliki banyak potensi dibidang kelautan dan perikanan, antara lain ikan konsumsi, ikan hias, terumbu karang, rumput laut, dan mangrove. Ikan yang paling banyak ditangkap oleh nelayan adalah kerapu. Karena jumlah hasil tangkapan yang cenderung menurun, saat ini pemerintah melalui DKP lebih fokus untuk mengembangkan budidaya kerapu.

Dari jenis-jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan memiliki kelebihan dibandingkan ikan kerapu jenis lain. Ikan ini bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai daging yang lezat, bergizi tinggi dan mengandung asam lemak tak jenuh. Keberhasilan pengembangan budidaya ikan sangat ditentukan oleh pasokan benih yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas. Permasalahan utama dalam pengembangan budidaya ikan kerapu macan adalah terbatasnya benih dalam kualitas maupun kuantitas, meskipun diantara ikan kerapu lainnya, pembenihan jenis ikan ini relatif lebih mantap. Meskipun memiliki prospek yang baik dan potensi sumber daya alam yang baik, budidaya kerapu dengan sistem KJA masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Kendala utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah modal untuk menjalankan budidaya kerapu, khususnya ikan kerapu macan. Kendala yang kedua adalah ketersediaan bibit ikan kerapu macan di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang yang belum mampu dipenuhi oleh pihak pemasok bibit yang ada di Kepulauan Seribu.

Berdasarkan keadaan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah KJA yang ada di Pulau Panggang saat ini layak atau tidak diusahakan jika dilihat dari aspek finansial, aspek teknis, dan aspek pasar.

(3)

Analisis terhadap aspek pasar budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang dilakukan dengan melihat potensi permintaan dan penawaran di pasar. Setiap tahunnya, Hongkong mengimpor ikan kerapu hidup dalam jumlah yang besar dari mancanegara, seperti Australia, Malaysia, Filipina dan Indonesia sebesar 30.000 ton sedangkan Indonesia baru bisa memasok rata-rata 267,19 ton per tahun. Harga ikan kerapu macan di Pulau Panggang berkisar antara Rp. 120.000,- sampai Rp. 125.000,- per kilogram, sedangkan di Jakarta berkisar antara Rp. 130.000,- per kilogram. Berdasarkan gambaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peluang usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang masih sangat besar dan layak untuk diusahakan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, secara teknis masih banyak yang harus dibenahi dalam budidaya ikan kerapu macan KJA karena kebanyakan petani masih menggunakan cara tradisional yang beresiko tinggi menyebabkan kegagalan panen. Hal ini dapat dilihat dari survival rate (SR) kerapu macan budidaya yang berkisar 53,8-69,8 persen, sedangkan SR kerapu macan ideal berkisar antara 70-75 persen. Penyuluhan yang lebih intensif dan pemberian pelatihan mengenai teknik budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA dari Sudin Perikanan Kepulauan Seribu dan pihak lain yang terkait diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan pembudidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang.

Berdasarkan hasil analisis finansial yang dilakukan, maka usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA ukuran 2 kotak, 4 kotak, maupun 6 kotak dan KJT 4x4 meter layak untuk diusahakan karena memberikan tambahan manfaat yang positif setelah dianalisis dalam nilai sekarang. Hasil analisis sensitivitas pada KJA maupun KJT menunjukkan usaha ini masih memberikan keuntungan walaupun terjadi penurunan nilai SR dan kenaikan harga bibit ikan kerapu macan sebesar 10 persen.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA

IKAN KERAPU MACAN DI PULAU PANGGANG,

KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU,

DKI JAKARTA

Oleh :

Febryanto Wardhana Utama A14105546

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

Nama : Febryanto Wardhana Utama

NRP : A14105546

Program Studi : Ektensi Manajemen Agribisnis

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Lusi Fausia, M.Ec NIP 131 578 845

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH

Bogor, Juni 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Februari 1984 di Medan, Sumatera

Utara. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan A.

Bangun dan S. Surbakti. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah SD pada

tahun 1989 ,SLTP pada tahun 1995. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan

pendidikan ke SMUN 1 Medan, dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama

penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 pada

Program Studi Teknologi Informasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya

ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa atas segala kasih dan

Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

baik.

Skripsi ini mengambil topik mengenai ”Analisis Kelayakan Usaha Budidaya

Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan

Seribu, DKI Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha

budidaya ikan kerapu macan dengan sistem budidaya karamba jaring apung.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk lebih menyempurnakan skripsi

ini. Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca.

Bogor, Juni 2008

Febryanto Wardhana Utama A14105546

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH BAPA atas segala

kasih dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Kedua orang tua tercinta A.Bangun dan S. Surbakti serta adik-adikku

tersayang Astra Yudha Riady dan Afriliany Tri Lestari yang telah

memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang.

2. Ir. Lusi Fausia, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingannya.

3. Ir. Juniarti Atmakusumah, M.Si yang telah menjadi dosen evaluator yang

memberikan banyak saran pada penelitian saya.

4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan koreksi dan saran pada skripsi saya.

5. Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji komdik yang memberikan

koreksi dan saran pada penulisan skripsi saya.

6. Someone special for the passion and love. You give me more than I need.

7. Anak-anak Mariners Camp. Iqbal, Eponk, Kincit, Alin, Inyo, Farah,

Franky, Gilang atas dukungan dan bantuannya selama penulis

melaksanakan penelitian dan skripsi.

8. Teman-teman X10C Murry”entes” Hadi N, Simon A, Tomson B, Alfredo

Z, Panjang, Marudut H, Dongok, serta semua pihak yang turut membantu

(10)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Laut di Indonesia...10

2.2 Biologi Ikan Kerapu...11

2.3 Prospek Budidaya Ikan Kerapu di Indonesia ...13

2.3.1 Budidaya Ikan dengan Karamba Jaring Apung ...17

2.3.2 Teknik Budidaya Ikan Kerapu dengan Sistem Karamba Jaring Apung ...18

2.4 Penelitian Terdahulu ...25

2.5 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ...27

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi...28

3.1.1.1 Analisis Kelayakan Finansial...29

3.1.1.2 Analisis Kelayakan Pasar...30

3.1.1.3 Analisis Kelayakan Teknis ...30

3.1.1.4 analisis dampak Terhadap Lingkungan ...31

3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat ...31

3.1.3 Analisis Sensitivitas...32

(11)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA

IKAN KERAPU MACAN DI PULAU PANGGANG,

KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU,

DKI JAKARTA

Oleh :

Febryanto Wardhana Utama A14105546

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

FEBRYANTO WARDHANA UTAMA. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. (Di bawah bimbingan LUSI FAUSIAH).

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memilliki potensi kelautan dan perikanan yang besar. Sumberdaya perikanan yang telah besar dimaanfaatkan adalah komoditas ikan karang, seperti ikan kerapu (Epinephelus spp.). Indonesia merupakan produsen terbesar kedua dengan pertumbuhan produksi 14,7% per tahun. Produksi kerapu di Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan langsung di laut. Negara yang menjadi tujuan ekspor untuk ikan kerapu Indonesia adalah Hongkong, Taiwan, Singapura, Cina, dan Jepang. Hongkong adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk kerapu. Ekspor kerapu indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini disebabkan terjadinya over fishing ikan kerapu karena nilai ekonomisnya yang tinggi.

Salah satu wilayah yang mempunyai kontribusi dalam produksi kerapu adalah perairan Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu berada di wilayah Teluk Jakarta yang memiliki banyak potensi dibidang kelautan dan perikanan, antara lain ikan konsumsi, ikan hias, terumbu karang, rumput laut, dan mangrove. Ikan yang paling banyak ditangkap oleh nelayan adalah kerapu. Karena jumlah hasil tangkapan yang cenderung menurun, saat ini pemerintah melalui DKP lebih fokus untuk mengembangkan budidaya kerapu.

Dari jenis-jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan memiliki kelebihan dibandingkan ikan kerapu jenis lain. Ikan ini bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai daging yang lezat, bergizi tinggi dan mengandung asam lemak tak jenuh. Keberhasilan pengembangan budidaya ikan sangat ditentukan oleh pasokan benih yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas. Permasalahan utama dalam pengembangan budidaya ikan kerapu macan adalah terbatasnya benih dalam kualitas maupun kuantitas, meskipun diantara ikan kerapu lainnya, pembenihan jenis ikan ini relatif lebih mantap. Meskipun memiliki prospek yang baik dan potensi sumber daya alam yang baik, budidaya kerapu dengan sistem KJA masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Kendala utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah modal untuk menjalankan budidaya kerapu, khususnya ikan kerapu macan. Kendala yang kedua adalah ketersediaan bibit ikan kerapu macan di Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang yang belum mampu dipenuhi oleh pihak pemasok bibit yang ada di Kepulauan Seribu.

Berdasarkan keadaan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah KJA yang ada di Pulau Panggang saat ini layak atau tidak diusahakan jika dilihat dari aspek finansial, aspek teknis, dan aspek pasar.

(13)

Analisis terhadap aspek pasar budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang dilakukan dengan melihat potensi permintaan dan penawaran di pasar. Setiap tahunnya, Hongkong mengimpor ikan kerapu hidup dalam jumlah yang besar dari mancanegara, seperti Australia, Malaysia, Filipina dan Indonesia sebesar 30.000 ton sedangkan Indonesia baru bisa memasok rata-rata 267,19 ton per tahun. Harga ikan kerapu macan di Pulau Panggang berkisar antara Rp. 120.000,- sampai Rp. 125.000,- per kilogram, sedangkan di Jakarta berkisar antara Rp. 130.000,- per kilogram. Berdasarkan gambaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peluang usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang masih sangat besar dan layak untuk diusahakan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, secara teknis masih banyak yang harus dibenahi dalam budidaya ikan kerapu macan KJA karena kebanyakan petani masih menggunakan cara tradisional yang beresiko tinggi menyebabkan kegagalan panen. Hal ini dapat dilihat dari survival rate (SR) kerapu macan budidaya yang berkisar 53,8-69,8 persen, sedangkan SR kerapu macan ideal berkisar antara 70-75 persen. Penyuluhan yang lebih intensif dan pemberian pelatihan mengenai teknik budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA dari Sudin Perikanan Kepulauan Seribu dan pihak lain yang terkait diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan pembudidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang.

Berdasarkan hasil analisis finansial yang dilakukan, maka usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA ukuran 2 kotak, 4 kotak, maupun 6 kotak dan KJT 4x4 meter layak untuk diusahakan karena memberikan tambahan manfaat yang positif setelah dianalisis dalam nilai sekarang. Hasil analisis sensitivitas pada KJA maupun KJT menunjukkan usaha ini masih memberikan keuntungan walaupun terjadi penurunan nilai SR dan kenaikan harga bibit ikan kerapu macan sebesar 10 persen.

(14)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA

IKAN KERAPU MACAN DI PULAU PANGGANG,

KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU,

DKI JAKARTA

Oleh :

Febryanto Wardhana Utama A14105546

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

Nama : Febryanto Wardhana Utama

NRP : A14105546

Program Studi : Ektensi Manajemen Agribisnis

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Lusi Fausia, M.Ec NIP 131 578 845

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN DI PULAU PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH

Bogor, Juni 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Februari 1984 di Medan, Sumatera

Utara. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan A.

Bangun dan S. Surbakti. Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah SD pada

tahun 1989 ,SLTP pada tahun 1995. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan

pendidikan ke SMUN 1 Medan, dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama

penulis mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan Diploma 3 pada

Program Studi Teknologi Informasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Setelah itu pada tahun 2005 penulis melanjutkan kembali pendidikannya

ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa atas segala kasih dan

Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

baik.

Skripsi ini mengambil topik mengenai ”Analisis Kelayakan Usaha Budidaya

Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan

Seribu, DKI Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha

budidaya ikan kerapu macan dengan sistem budidaya karamba jaring apung.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk lebih menyempurnakan skripsi

ini. Semoga apa yang penulis sampaikan pada skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca.

Bogor, Juni 2008

Febryanto Wardhana Utama A14105546

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH BAPA atas segala

kasih dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan moril, semangat, bimbingan dan arahan dari semua pihak.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Kedua orang tua tercinta A.Bangun dan S. Surbakti serta adik-adikku

tersayang Astra Yudha Riady dan Afriliany Tri Lestari yang telah

memberikan dukungan moril, materil serta doa dan kasih sayang.

2. Ir. Lusi Fausia, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingannya.

3. Ir. Juniarti Atmakusumah, M.Si yang telah menjadi dosen evaluator yang

memberikan banyak saran pada penelitian saya.

4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan koreksi dan saran pada skripsi saya.

5. Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji komdik yang memberikan

koreksi dan saran pada penulisan skripsi saya.

6. Someone special for the passion and love. You give me more than I need.

7. Anak-anak Mariners Camp. Iqbal, Eponk, Kincit, Alin, Inyo, Farah,

Franky, Gilang atas dukungan dan bantuannya selama penulis

melaksanakan penelitian dan skripsi.

8. Teman-teman X10C Murry”entes” Hadi N, Simon A, Tomson B, Alfredo

Z, Panjang, Marudut H, Dongok, serta semua pihak yang turut membantu

(20)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Laut di Indonesia...10

2.2 Biologi Ikan Kerapu...11

2.3 Prospek Budidaya Ikan Kerapu di Indonesia ...13

2.3.1 Budidaya Ikan dengan Karamba Jaring Apung ...17

2.3.2 Teknik Budidaya Ikan Kerapu dengan Sistem Karamba Jaring Apung ...18

2.4 Penelitian Terdahulu ...25

2.5 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ...27

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi...28

3.1.1.1 Analisis Kelayakan Finansial...29

3.1.1.2 Analisis Kelayakan Pasar...30

3.1.1.3 Analisis Kelayakan Teknis ...30

3.1.1.4 analisis dampak Terhadap Lingkungan ...31

3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat ...31

3.1.3 Analisis Sensitivitas...32

(21)

IV. METODOLOGI

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...35

4.2 Jenis dan Sumber Data ...35

4.3 Metode Analisis Data...36

4.4 Analisis Kelayakan Investasi ...36

4.5 Analisis Sensitivitas ...40

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Potensi Sumber Daya Manusia ...41

5.2 Karakteristik Nelayan Pulau Panggang...42

5.3 Nelayan dan Pembudidaya di Pulau Panggang...44

5.4 Permasalahan Nelayan di Pulau Panggng ...47

VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA 6.1 Analisis Aspek Pasar...49

6.1.1 Keputusan Kelayakan Berdasarkan Aspek Pasar...52

6.2 Analisis Aspek Teknis ...52

6.2.1 Pemilihan Lokasi Karamba Jaring Apung ...52

6.2.2 Teknik Budidaya Ikan Kerapu dengan Sistem KJA 6.2.2.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan ...55

6.2.2.2 Penebaran Bibit ...56

6.2.2.3 Pemberian Pakan...57

6.2.2.4 Penyortiran (Sampling)...60

6.2.2.5 Perbaikan dan Pembersihan Waring ...60

6.2.2.6 Pemanenan ...61

6.2.3 Keputusan Kelayakan Berdasarkan Aspek Teknis ...61

6.3 Analisis Dampak Terhadap Lingkungan...62

6.3.1 Keputusan Berdasarkan Analisis Dampak Lingkungan...62

6.4 Analisis Aspek Finansial 6.4.1 Identifikasi Biaya Manfaat ...63

6.4.2 Keuntungan...76

(22)

6.4.4.1 Analisis Kelayakan Investasi Usaha ...78

6.5 Analisis Sensitifitas...82

6.5.1 Penurunan SR Sebesar 10 Persen ...83

6.5.2 Kenaikan Harga Bibit Kerapu Macan 10 Persen...87

6.6 Keputusan Kelayakan Berdasarkan Aspek Finansial...91

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ...92

7.2 Saran...93

DAFTAR PUSTAKA...94

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Ikan Kerapu Nasional...3

2. Nilai Produksi Ikan Kerapu ...3

3. Produksi Ikan Kerapu Kepulauan Seribu ...6

4. Evaluasi Penilaian Lokasi Karamba Jaring Apung ...20

5. Hubungan Antara Ukuran Benih Dengan Mata Waring ...21

6. Komposisi Pekerjaan Kepala Keluarga di Kelurahan Pulau

Panggang Tahun 2001 (KK) ...41

7. Komposisi Pekerjaan Penduduk di Kelurahan Pulau Panggang

Tahun 2001 ...42

8. Pendidikan Nelayan Pulau Panggang...43

9. Persentase Nelayan Menurut Penggunaan Alat Tangkap...44

10. Penghasilan Rata-rata Nelayan Berdasarkan Alat Tangkap ...47

11. Ekspor Nasional Kerapu...50

12. Kondisi Fisika, Kimia Pulau-Pulau di Kelurahan Pulau Panggang,

Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu ...54

13. Aturan Pemberian Pakan Ikan Rucah Untuk Ikan Kerapu ...58

14. Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 2 Kotak ...64

15. Komponen Biaya Ikan Kerapu Macan 4 Kotak ...65

16. Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 6 Kotak ...66

17. Komponen Biaya Variabel Ikan Kerapu Macan 2 Kotak...67

18. Komponen Biaya Variabel Ikan Kerapu Macan 4 Kotak...68

19. Komponen Biaya Variabel Ikan Kerapu Macan 6 Kotak...69

20. Penyusutan KJA 2 Kotak...73

21. Penyusutan KJA 4 Kotak...74

22. Penyusutan KJA 6 Kotak...75

23. Analisis Kelayakan Investasi Usaha...91

24. Analisis Sensitifitas SR Turun 10 persen ...91

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogattus)...11 2. Karamba Jaring Apung...14

3. Jumlah Rumah Tangga/Pengusaha Budidaya ...16

4. Luas Lahan Budidaya Karamba ...16

5. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Karamba ...16

6. Konstruksi Karamba Jaring Apung ...17

7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan

Usaha Budidaya Kerapu dengan Sistem KJA...34

8. Rantai Pemasaran Ikan Kerapu Macan Hasil Budidaya

di Pulau Panggang ...51

9. Persiapan Wadah Karamba Jaring Apung...56

10.Proses Aklimatisasi Ikan Kerapu Macan...57

11.Pakan Alami (Rucah) Ikan Kerapu Macan...58

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Proyeksi Rugi Laba KJA 2 Kotak ...96

2. Proyeksi Rugi Laba KJA 4 Kotak ...97

3. Proyeksi Rugi Laba KJA 6 Kotak ...98

4. Cash Flow KJA 2 Kotak...99

5. Cash Flow KJA 4 Kotak...100

6. Cash Flow KJA 6 Kotak...101

7. Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 2 Kotak ...102

8. Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 4 Kotak ...103

9. Analisis Sensitifitas Harga Bibit Kerapu Naik 10% KJA 6 Kotak ...104

10.Analisis Sensitifitas SR Turun 10% KJA 2 Kotak ...105

11.Analisis Sensitifitas SR Turun 10% KJA 4 Kotak ...106

(26)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan potensi yang dapat

memberikan manfaat ekonomi yang tinggi kepada masyarakat. Sebagai negara

maritim yang mempunyai luas perairan sekitar 5,8 juta km2, garis pantai sepanjang

81.000 km serta pantai berkarang yang menyimpan kekayaan flora dan fauna

seluas 3.124.747 Ha Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan potensi tersebut

(Departemen Kelautan dan Perikanan/DKP, 2005). Saat ini sektor kelautan dan

perikanan dapat dijadikan sebagai salah satu pilar dalam pemulihan krisis

ekonomi yang dialami bangsa Indonesia.

Beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai alasan untuk lebih

meningkatkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan antara lain

sebagai berikut : (1) Permintaan ikan konsumsi dari luar negeri, khususnya ikan

karang konsumsi belum dapat diakomodasi seluruhnya karena minimnya produksi

Indonesia; (2) Perkembangan teknologi dibidang kelautan dan perikanan juga

dapat mendorong pemanfaatan sumberdaya yang belum banyak dieksplorasi; (3)

Pertambahan penduduk menyebabkan permintaan barang dan jasa juga turut

meningkat, selain itu juga terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat dewasa ini

yang lebih berorientasi pada makanan laut1).

Saat ini sumberdaya perikanan yang telah dimanfaatkan dalam skala yang

cukup besar adalah komoditas ikan karang, seperti ikan kerapu (Epinephelus spp.). Ikan kerapu banyak terdapat di ekosistem terumbu karang khususnya di

kawasan Asia Pasifik. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, (2005) pada

(27)

tahun 1997 kawasan ini memasok sekitar 90 persen dari total produksi kerapu

dunia.

Ikan kerapu digolongkan dalam komoditas terpenting dan telah banyak

informasi berbagai aspek dalam pemilihannya sebagai komoditas budidaya. Dari

jenis-jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan memiliki kelebihan dibandingkan ikan

kerapu jenis lain. Ikan ini bernilai ekonomis tinggi karena mempunyai daging

yang lezat, bergizi tinggi dan mengandung asam lemak tak jenuh. Dengan

tingginya permintaan pasar terhadap ikan kerapu macan, usaha ikan kerapu macan

harus dilakukan.

Indonesia merupakan produsen terbesar kedua dengan pertumbuhan

produksi 14,7 persen per tahun2). Produksi kerapu di Indonesia sebagian besar

berasal dari penangkapan langsung di laut. Menurut Departemen Kelautan dan

Perikanan, (2005) produksi ikan kerapu budidaya hanya sekitar 7.500 ton atau

sekitar 15,45 persen dari sekitar 48.516 ton produksi kerapu Indonesia.

Perdagangan kerapu Indonesia berkembang dengan pesat pada pertengahan tahun

1990-an dengan jumlah ekspor sebesar 300 ton pada tahun 1989 menjadi 3.800

ton pada tahun 1995. Besarnya tingkat permintaan ikan konsumsi terutama ikan

kerapu disebabkan adanya permintaan pasar luar negeri terhadap ikan karang

hidup konsumsi yang dikenal dengan istilah Live Reef Fish for Food (LRFF). Jumlah produksi ikan kerapu nasional dapat dilihat pada Tabel 1.

(28)

Tabel 1. Produksi Ikan Kerapu Nasional

Kerapu Karang 43.472 48.422 48.516 48.400 53.743 14.392

Kerapu Bebek - - - 5.807

Kerapu Balong - - - 1.182

Keterangan : - (Data Tidak Tersedia)

Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan, 2005

Negara yang menjadi tujuan ekspor untuk ikan kerapu Indonesia adalah

Hongkong, Taiwan, Singapura, Cina, dan Jepang. Hongkong adalah negara tujuan

ekspor utama Indonesia untuk kerapu. Pada tahun 2000, total impor kerapu

Hongkong sebesar 14.000 ton, Indonesia memasok sebanyak 252,60 ton (DKP,

2005).

Ekspor kerapu indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal

ini disebabkan terjadinya over fishing ikan kerapu karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Meskipun ekspor ikan kerapu terus mengalami penurunan, tetapi nilai

ekspor yang dihasilkan masih cukup tinggi sehingga ikan kerapu tetap masih

menjadi komoditi yang menjanjikan untuk ekspor. Nilai produksi ikan kerapu

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Produksi Ikan Kerapu

Tahun Jenis Ikan

2001 (Rp) 2002 (Rp) 2003 (Rp) 2004 (Rp)

Kerapu Karang 509.113.698 617.975.592 561.328.311 147.186.349

Kerapu Bebek - - - 213.901.280

Kerapu Lumpur - - - 49.021.850

Keterangan : - (Data Tidak Tersedia)

Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan, 2005

Ikan kerapu macan hasil budidaya juga memiliki keunggulan

dibandingkan dengan hasil tangkapan langsung di laut. Keunggulan yang pertama

(29)

memanen ikan pada saat ukuran panen/konsumsi yang memiliki nilai ekonomis

paling tinggi yaitu pada saat ikan berbobot delapan ons. Yang kedua adalah

pasokan ikan kerapu macan hasil budidaya dapat terus menerus ada karena dapat

diatur masa penanaman dan panen sesuai dengan kebutuhan pembudidaya/pasar.

Nilai produksi ikan kerapu yang cukup besar dan keunggulan ikan kerapu

hasil budidaya dibandingkan dengan hasil tangkapan langsung membuat

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah menjadikan ikan kerapu sebagai

salah satu komoditas unggulan nasional.

Salah satu wilayah yang mempunyai kontribusi dalam produksi kerapu

adalah perairan Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu berada di wilayah Teluk

Jakarta yang memiliki banyak potensi dibidang kelautan dan perikanan, antara

lain ikan konsumsi, ikan hias, terumbu karang, rumput laut, dan mangrove. Ikan

yang paling banyak ditangkap oleh nelayan adalah kerapu.

Sebagai wilayah kabupaten di dalam Propinsi DKI Jakarta, maka Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu banyak memiliki ke-khasan yang memerlukan

pendekatan khusus pula dalam proses pembangunannya. Beberapa ke-khasan

tersebut adalah : (1) Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah

wilayah kepulauan yang terdiri atas 110 buah pulau-pulau sangat kecil dan

perairan yang luas; (2) Penduduk yang menempati hanya 11 pulau pemukiman

yang terpencar dari selatan ke utara dan hampir semua adalah warga pendatang;

(3) Alternatif kegiatan pembangunan yang relatif terbatas yaitu utamanya

perikanan tangkap dan pariwisata dan lain-lain.

Mengingat potensi perairan yang besar, salah satu kegiatan ekonomi yang

(30)

laut kawasan ini terdiri dari laut dangkal (shallow sea, perairan karang dalam) berupa reef flat, laguna (goba) dan teluk, serta laut lepas (deep sea) berupa selat (perairan di antara dua pulau) yang berpotensi untuk pengembangan budidaya laut

(marikultur). Luas kawasan potensial untuk marikultur tersebut diperkirakan

mencapai 4.376 Ha (Soebagyo, 2004).

Untuk memulai kegiatan pengembangan marikultur tersebut, Pemerintah

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada tahap awal tengah mempelopori

mengembangkan budidaya laut percontohan skala besar di empat pulau untuk

dijadikan areal budidaya rumput laut dengan sistem longline dan budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA (karamba jaring apung/cage culture) oleh masyarakat, terutama penduduk Pulau Panggang.

Jumlah produksi kerapu di Perairan Kepulauan Seribu antara tahun 1994

sampai 2004 sebesar 555,55 ton, tetapi produksi kerapu setiap tahunnya

cenderung menurun. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2005), jumlah

tangkapan ikan kerapu nasional antara tahun 2002-2003 mengalami penurunan

sebesar 72,78 persen. Hal ini disebabkan oleh penangkapan yang banyak

menggunakan potasium sianida dan terjadinya over fishing. Karena jumlah hasil tangkapan yang cenderung menurun, saat ini pemerintah melalui DKP lebih fokus

untuk mengembangkan budidaya kerapu. Produksi ikan kerapu di Kepulauan

(31)

Tabel 3 Produksi Ikan Kerapu di Kepulauan Seribu

Tahun Produksi (Kg) Pertumbuhan (%)

1994 27.856,40

-Sumber : Suku Dinas Perikanan Kepulauan Seribu, 2005

Kepulauan Seribu merupakan daerah yang sangat berpotensi untuk

budidaya kerapu karena memiliki pantai berkarang yang luas. Pantai dengan

karakteristik seperti ini merupakan habitat yang paling baik bagi kerapu. Menurut

penelitian Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL IPB, 2002),

potensi budidaya kerapu di Kepulauan Seribu seluas 359,49 Ha yang tersebar di

Kelurahan Pulau Kelapa, Kelurahan Pulau Harapan, Kelurahan Pulau Tidung,

Kelurahan Pulau Pari, dan Kelurahan Pulau Panggang. Kondisi fisik di

pulau-pulau diatas sangat baik untuk membudidayakan kerapu, terutama budidaya

dengan menggunakan Karamba Jaring Apung (KJA). Pemanfaatan lahan ini

diharapkan dapat menjadi alternatif mata pencaharian penduduk di Kepulauan

Seribu yang mayoritas pekerjaannya adalah nelayan tangkap.

1.2 Perumusan Masalah

Keberhasilan pengembangan budidaya ikan sangat ditentukan oleh pasokan

benih yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas. Permasalahan utama dalam

(32)

kualitas maupun kuantitas, meskipun diantara ikan kerapu lainnya, pembenihan

jenis ikan ini relatif lebih mantap. Permasalahan kedua yang dihadapi oleh

pembudidaya adalah keterbatasan modal yang membatasi untuk dilakukannya

pengembangan usaha budidaya ikan kerapu macan. Pengetahuan mengenai teknik

budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA juga merupakan permasalahan

yang ditemui di Pulau Panggang yang berakibat pada tidak optimalnya hasil

budidaya KJA pembudidaya.

Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Panggang memiliki prospek yang

sangat bagus untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA. Sumberdaya alam

berupa pantai berkarang yang merupakan habitat kerapu yang sangat baik untuk

budidaya dengan sistem KJA merupakan sebuah nilai tambah bagi perairan

Kepulauan Seribu.

Meskipun memiliki prospek yang baik dan potensi sumber daya alam

yang baik, budidaya kerapu dengan sistem KJA masih belum banyak dilakukan

oleh masyarakat. Budidaya ikan kerapu, khususnya ikan kerapu macan yang

umumnya dilakukan oleh masyarakat Pulau Panggang masih diusahakan dalam

skala kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kendala yang dihadapi oleh

masyarakat Pulau Panggang.

Kendala utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah modal untuk

menjalankan budidaya kerapu, khususnya ikan kerapu macan. Hal ini disebabkan

adanya ketakutan pihak perbankan maupun investor selaku pemilik modal

mengenai tingkat keberhasilan budidaya ikan kerapu khususnya dengan sistem

(33)

Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang yang belum mampu dipenuhi oleh

pihak pemasok bibit yang ada di Kepulauan Seribu.

Berdasarkan keadaan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah KJA yang ada di Pulau

Panggang saat ini layak atau tidak diusahakan jika dilihat dari aspek finansial,

aspek teknis, dan aspek pasar.

Aspek finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya dan

pemasukan untuk megusahakan budidaya kerapu sistem KJA sehingga dapat

diketahui apakah budidaya diatas layak atau tidak secara finansial. Aspek teknis

dilakukan untuk mengetahui apakah lokasi KJA yang dipilih layak atau tidak

dilihat dari segi kondisi alam dan ketersediaan input yang digunakan dalam usaha.

Aspek pasar perlu dianalisis untuk mengetahui berapa besar tingkat permintaan

dan penawaran kerapu di pasar sehingga dapat diketahui peluang pasar yang dapat

diraih.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya

ikan kerapu macan dengan sistem KJA di Pulau Panggang ditinjau dari:

1. Aspek finansial

2. Aspek pasar

3. Aspek teknis

4. Analisis sensitifitas

(34)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

a. Masyarakat Pulau Panggang sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan

usaha maupun pengembangan usaha budidaya kerapu macan.

b. Calon investor/pengusaha sebagai bahan pertimbangan sebelum berinvestasi

pada usaha budidaya kerapu macan dengan sistem KJA.

c. Pihak pihak yang terkait khususnya Suku Dinas Perikanan Kepulauan Seribu

untuk membantu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh masyarakat

Pulau Panggang dalam usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem

KJA.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan hanya pada ruang lingkup budidaya ikan kerapu

macan dengan sistem KJA berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan

diatas. Penelitian ini tidak menganalisis karamba Jaring tancap (KJT) yang juga

terdapat di Pulau Panggang dikarenakan KJT telah dilarang penggunaannya oleh

Pemerintah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. KJT dilarang karena

keberadaannya yang terlalu dekat dengan pantai dan konstruksinya yang

menancap langsung ke dasar perairan sehingga menyebabkan rusaknya terumbu

(35)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan Laut di Indonesia

Secara garis besar, perikanan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

perikanan tangkap dan perikanan budidaya baik di darat maupun di laut.

Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang melakukan penangkapan

terhadap hewan air dan tumbuhan air. Perikanan budidaya adalah kegiatan

ekonomi yang melibatkan manusia dalam membudidayakan hewan dan tumbuhan

air.

Menurut DKP (2005), sumberdaya perikanan di Indonesia dibagi menjadi

dua wilayah perairan yaitu : (1) Perairan barat yang meliputi perairan : Selat

Malaka, timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Cina Selatan, dan timur Kalimantan; (2)

Perairan timur yang meliputi perairan: Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara,

dan Laut Banda.

Karakteristik perairan barat Indonesia ditandai dengan perairan yang subur

(banyak terdapat fitoplankton), dangkal dan sumberdaya ikan yang dominan

adalah ikan demersal dan pelagis kecil. Ikan pelagis besar hanya terdapat di barat

Sumatera, selatan Jawa, dan Selat Makassar. Di perairan timur Indonesia, ikan

yang dominan adalah ikan pelagis besar. Akibat dari over fishing, saat ini jumlah ikan di perairan barat Indonesia lebih rendah dibandingkan perairan timur. Daerah

lain yang mengalami over fishing adalah perairan utara Jawa, Selat Malaka, dan Selat Bali. Pada perairan timur Indonesia hanya udang saja yang telah diekplorasi

(36)

2.2Biologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang. Bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang

memipih dan menajam, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip,

bintik hitam pada bagian dorsal (punggung) dan poterior (badan). Habitat ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak alga dan karangnya, setelah dewasa

hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan

kerapu macan termasuk jenis karnivora dan cara makannya mematuk makanan

yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai

jenis Crustaceae (rebon, dogol, dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan pelagis kecil (tembang, teri, dan belanak). Bentuk tubuh ikan krapu macan dapat dilihat

pada Gambar 1.

(37)

Klasifikasi Ikan Kerapu Macan3)

Class : Chondrichthyes

Sub class : Ellasmobranchii Ordo : Percomorphi

Divisi : Perciformes Famili : Serranidae

Genus : Epinephelus

Species : Epinephelus fuscoguttatus

Di pasar internasional kerapu dikenal dengan nama grouper atau trout. Kerapu mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Dari

semua spesies tersebut, bisa dikelompokkan ke dalam tujuh genus meskipun

hanya tiga genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis komersial yaitu

genus Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus.

Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis

Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan kerapu bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam. Daerah

habitatnya meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung, dan

kawasan perairan terumbu karang. Kerapu Sunu (coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang. Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut

juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres.

Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar

di perairan Kep. Karimunjawa, Kep. Seribu, Lampung Selatan, Kep. Riau, Bangka

Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur (estuary grouper)

(38)

mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga Kerapu

Hitam. Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya

yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan. Daerah habitat banyak

ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung, dan

daerah muara sungai.

2.3Prospek Budidaya Ikan Kerapu di Indonesia

Budidaya laut (Marine culture) adalah suatu kegiatan pemeliharaan

organisme akuatik laut dalam wadah dan perairan yang terkontrol dalam rangka

mendapatkan keuntungan. Ada beberapa jenis sistem budidaya yang bisa

digunakan di laut, yaitu sistem sistem kandang (Pen culture), sistem karamba (Cage culture), dan tali panjang (Longline). Sistem budidaya yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah sistem kandang dansistem karamba.

Sistem kandang adalah metode budidaya yang membatasi suatu wilayah

di laut dengan luasan tertentu dengan menggunakan kurungan tancap (dikenal

dengan Karamba Jaring Tancap /KJT) atau kurungan apung (dikenal dengan

Karamba Jaring Apung/KJA). Sistem ini juga biasa digunakan pada budidaya ikan

air tawar dan air payau, tetapi tingkat keberhasilannya di laut masih belum

maksimal dibandingkan dengan di air tawar dan payau.

Sistem karamba adalah metode budidaya dengan cara membuat suatu

bangunan semi permanen di laut dan menempatkan jaring di tengahnya dengan

kedalaman tertentu. Sistem ini yang paling banyak digunakan pada budidaya laut

di Indonesia. Bentuk dari Karamba Jaring Apung (KJA) dapat dilihat pada

(39)

Gambar 2 Karamba Jaring Apung

Produksi kerapu saat ini masih relatif rendah sehingga mengakibatkan

harga jual kerapu juga masih mahal. Harga jual kerapu dalam kondisi hidup lebih

mahal dibandingkan dalam keadaan mati (segar). Harga ikan Kerapu Bebek

(Chromileptis altivelis) ditingkat produsen atau pembudidaya KJA mencapai Rp 390.000 per kilogram, sedangkan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) Rp 90.000 per kilogram. Rendahnya produksi kerapu disebabkan oleh masih

tingginya penangkapan langsung dari laut yang hanya bisa menggunakan alat

tangkap kail, yaitu hand line dan long line. Alat tangkap ini hanya bisa menangkap ikan satu per satu sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk

mendapatkan kerapu dalam jumlah yang besar. Selain itu jumlah kerapu di laut

juga semakin berkurang karena terjadi over fishing dibeberapa daerah dan penggunaan bahan peledak serta potasium sianida yang mengakibatkan anak-anak kerapu yang belum layak tangkap juga mati. Penangkapan dengan menggunakan

(40)

permintaan pasar luar negeri maupun dalam negeri lebih banyak menginginkan

kerapu dalam keadaan hidup.

Kegiatan budidaya kerapu macan relatif lebih mudah dan peluang

keberhasilannya juga tinggi dibandingkan budidaya ikan kerapu jenis lain, udang

maupun bandeng tambak. Kerapu macan mudah untuk dibudidayakan karena

tingkat kelangsungan hidup-nya (survival rate) tinggi serta pakan alami (rucah) bisa menggunakan ikan laut jenis apapun. Kendala teknis yang paling banyak

ditemukan adalah ketersediaan benih kerapu, karena selama ini pembudidaya

sangat tergantung dari hasil tangkapan di laut. Namun ketersediaan benih yang

berasal dari laut tidak kontinyu dan semakin lama semakin sedikit.

Menurut Sari (2006), tingkat pemanfaatan kerapu hasil tangkapan di

Kepulauan Seribu telah melampaui batas optimal yang disarankan. Produksi

penangkapan dan produksi budidaya kerapu pada interaksi optimal sebesar 32.798

kilogram per tahun untuk penangkapan dan budidaya sebesar 28.348 kilogram

per tahun. Permasalahan benih telah dapat sedikit teratasi dengan adanya BBL

yang menjual benih kerapu yang berkualitas tinggi dan harga yang lebih murah,

serta hatchery yang ada di Bali dan Situbondo (Jawa Timur) sehingga

pembudidaya kerapu tidak lagi sepenuhnya bergantung pada benih yang berasal

dari laut.

Berdasarkan keadaan diatas dapat dilihat usaha budidaya kerapu macan

memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Meskipun demikian

analisis kelayakan usaha budidaya kerapu tetap diperlukan untuk mencegah

kerugian investor/pembudidaya kerapu sebelum menanamkan modalnya.

Pengembangan budidaya dengan sistem karamba yang dilakukan

(41)

budidaya dengan karamba. Hal ini ditandai dengan pertambahan Jumlah Rumah

Tangga (JRT)/perusahaan budidaya (Gambar 3), luas lahan budidaya (Gambar 4),

dan jumlah produksi perikanan budidaya karamba (Gambar 5). Menurut DKP

(2005), dari tahun 1999-2004 JRT mengalami kenaikan rata-rata sebesar 27,34

persen, luas lahan budidaya 41,26 persen, dan produksi sebesar 16,24 persen.

0

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Sumber : Statistik Perikanan dan Kelautan, 2005

Gambar 3 Jumlah Rumah Tangga/Pengusaha Budidaya

Sumber: Statistik Perikanan dan Kelautan, 2005 Gambar 4 Luas Lahan Budidaya Karamba

0

1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Sumber: Statistik Perikanan dan Kelautan, 2005

(42)

Daerah yang telah berhasil mengembangkan budidaya kerapu dengan

sistem KJA antara lain Kabupaten Munu, Bali, Kepulauan Riau, dan Bangka.

Perkembangan teknologi budidaya kerapu saat ini diharapkan mendorong daerah

lain yang memiliki pantai dengan karakteristik seperti habitat kerapu dapat

mencoba untuk melakukan budidaya kerapu.

2.3.1 Budidaya Ikan dengan Karamba Jaring Apung

Karamba Jaring Apung (KJA) adalah sistem budidaya yang paling banyak

digunakan di Indonesia. KJA telah dilakukan di Jepang pada tahun 1954 dan

kemudian menyebar ke Malaysia pada tahun 1973. Di Indonesia KJA mulai

dikenal pada tahun 1976 di Kepulauan Riau dan sekitarnya, sedangkan di Teluk

Banten dimulai pada tahun 1979. Salah satu kelebihan KJA adalah ikan dapat

dipelihara pada kepadatan yang tinggi tanpa kekurangan oksigen. Konstruksi KJA

dapat dilihat pada Gambar 6.

Waring

(43)

Sarana dan prasarana yang idealnya digunakan dalam usaha budidaya ikan

kerapu antara lain:

1. Rakit

Konstruksi wadah budidaya ikan kerapu macan merupakan konstruksi berupa

rakit. Rakit adalah kotak yang dilengkapi dengan pelampung yang biasanya

berupa tong plastik atau sterofoam. Rakit ini merupakan wadah untuk melekatkan atau mengikat jaring. Rakit biasanya terbuat dari kayu dengan ukuran bingkai 8 x

8 meter, dimana tiap rakit terbagi menjadi 4 kotak berukuran 3,5 x 3,5 meter.

2. Waring

Waring adalah kantong yang terbuat dari jaring. Waring digunakan sebagai

wadah untuk memelihara ikan kerapu. Untuk pembesaran ikan kerapu, jaring yang

digunakan berukuran 3,5 x 3,5 x 3,5 meter dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1-2 inci.

3. Perahu

Perahu merupakan sarana transportasi petani karamba. Perahu ini juga dapat

digunakan untuk pencarian pakan alami ikan kerapu (rucah). Idealnya setiap

petani KJA memiliki minimal 1 perahu.

2.3.2 Teknik Budidaya Ikan Kerapu Dengan Sistem Karamba Jaring Apung

a. Lokasi Usaha

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar KJA dapat berjalan dengan

baik seperti terdapat pada Tabel 4. Dalam hal tata letak, persyaratan umum yang

(44)

1. Terlindung dari angin dan gelombang besar

Angin dan gelombang besar dapat merusak konstruksi sarana budidaya

(rakit) dan dapat menggangu aktifitas budidayaseperti pemberian pakan. Tinggi

gelombang yang disarankan untuk budidaya kerapu tidak lebih dari 0,5 meter.

2. Kedalaman perairan

Kedalaman perairan ideal untuk budidaya ikan kerpau macan yang

menggunakan karamba jaring apung adalah 5-15 meter. Perairan yang terlalu

dangkal (kurang dari lima meter) dapatmempengaruhi kualitas air karena banyak

sisa pakan yang membusuk. Pada perairan yang kedalamannya lebih dari 15 meter

dibutuhkan tali yang panjang untuk mengikat jangkar sehingga dibutuhkan

tambahan biaya.

3. Jauh dari limbah pencemaran

Lokasi yang jauh dari buangan limbah seperti limbah indusri, pertanian,

rumah tangga, dan tambak sangat dianjurkan untuk budidaya iakn kerapu macan

dengan sistem KJA. Limbah rumah tangga biasanya dapat menyebabkan

tingginya bakter perairan. Limbah industri dapat membuat konsentrasi logam

berat di perairan tinggi. Sementara limbah tambak dapat meningkatkan kesuburan

perairan sehingga organisme penempel seperti teritip dan kerang-kerangan

tumbuh subur dan dapt menyebabkan jaring menjadi tertutup.

4. Dekat sumber pakan

Sumber pakan yang dekat dengan lokasi karamba sangat penting karena

pakan merupakan kunci keberhasilan budidaya ikan kerapu macan. Daerah

(45)

5. Sarana transportasi

Tersedianya sarana transportasi yang baik dan mudah diakses adalah suatu

keuntungan tersendiri pada lokasi budidaya ikan kerapu macan karena

memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan pakan dan hasil panen.

Tabel 4 Evaluasi Penilaian Lokasi Karamba Jaring Apung Parameter

Faktor Ekologi Nilai Bobot Bobot Nilai

> 1.0 = 5 10

0.5 - 1.0 = 3 6

A. Tinggi Air Pasang (meter) High Tide (meter)

(46)

Pada tabel evaluasi penilaian lokasi KJA diatas nilai bobot menunjukkan

tingkatan kondisi ideal dari parameter pada nilai yang tertera pada kolom nilai

bobot, sedangkan bobot menunjukkan tingkat kepentingan dari

parameter-parameter diatas.

b. Persiapan Wadah

Kegiatan persiapan wadah meliputi pencucian jaring atau waring dengan

mesin penyemprot samapai bersih. Setelah itu dipasang di karamba dengan diikat

dengan tali dan diberi pemberat berupa batu atau jangkar yang diikat di keempat

ujung waring. Ukuran mata jaring yang digunakan harus disuaikan dengan ukuran

benih yang akan ditebar. Hubungan antara ukuran mata jaring dan ukuran benih

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hubungan Antara Ukuran Benih dengan Mata Waring

No Ukuran Benih (cm) Ukuran Mata Jaring Satuan

1 2 - 3 4 mm

2 3 - 5 4 mm

3 5 - 7 4 mm

4 7 - 9 0,5 inchi

5 > 9 1 - 2 inchi

Sumber: Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung, 2004

c. Penebaran Ikan

Benih kerapu macan yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan di

karamba jaring apung berasal dari benih yang dibeli dari hatchery di Gondol, Situbondo, dan Lampung. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu

air tidak teralalu tinggi. Aklimatisasi dilakukan agar ikan tidak stres dengan

perbedaan suhu dan salinitas antara pembenihan dan pembesaran. Aklimatisasi

(47)

media pemeliharaan. Kantong dibiarkan mengapung selama 10-15 menit, setelah

itu ikatannya dibuka dan ikan dibiarkan keluar dari plastik dengan cara

menenggelamkan setengah mulut plastik sehingga ikan keluar dengan sendirinya.

d. Pemberian Pakan

Pemilihan jenis pakan pada ikan kerapu macan harus didasarkan pada

kemauan ikan untuk memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi, dan nilai

ekonomisnya. Jenis pakan adalah ikan rucah segar (ikan-ikan non ekonomis

penting) dengan kandungan lemak rendah seperti jenis selar, tanjan, dan benggol

karena harganya relatif murah dan nilai gizinya masih mencukupi untuk ikan

budidaya.

Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan feeding rate (FR) sebesar sepuluh persen dari bobot tubuh pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00

WIB dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Benih kerapu dengan berat

kurang dari 5-10 gram berat tubuh umumnya perlu diberi pakan lebih dari tiga kali

sehari untuk memaksimalkan pengambilan pakan dan mempercepat pertumbuhan

ikan. Semakin besar ukuran ikan, semakin kurang frekuensi pemberian pakan,

tanpa memberi pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan. Jika ikan diberi makan

dua kali setiap harinya, pemberian pakan harus dilakukan pada pagi hari dan

petang. Untuk ikan yang diberi makan sekali sehari, lebih baik dilakukan pada

waktu petang sebelum matahari terbenam. Tidak baik memberi pakan pada siang

dan sebelum petang, karena sinar matahari yang terik. Pada waktu tersebut, ikan

kerapu cenderung beristirahat di dasar wadah pemeliharaan dan umumnya kurang

aktif makan. Jika pembudidaya ikan menerapkan pemberian pakan sampai

(48)

ikan makan dengan agresif dan dengan demikian mengurangi terbuangnya sisa

pakan ke dasar wadah dan .memperkecil pencemaran. Hindari cara pemberian

pakan dengan melemparkan begitu saja sejumlah pakan baik ikan rucah atau pellet

ke dalam wadah tanpa memeriksa kebiasaan makan dari ikan-ikan tersebut karena

akan banyak pakan yang keluar dari dasar karamba dan menjadi limbah yang

mencemari perairan sekitar. Pemberian pakan diharapkan tidak meninggalkan sisa

pada dasar wadah pemeliharaan karena sisa pakan akan menjadi incaran ikan-ikan

diluar wadah, terutama ikan buntal yang sangat berbahaya dan dapat merobek

waring.

Penambahan multivitamin pada ikan laut dapat menambah kekebalan

tubuh ikan, mempercepat pertumbuhan, menceagah terjadinya pembengkokan

badan, dan mempertinggi tingkat kelulus hidupan (Survival rate/SR). Dosis pemberian vitamin atau multivitamin dan mineral mix adalah sebesar satu sampai

dua persen dari berat pakan.

e. Penyortiran (Sampling)

Ikan kerapu adalah ikan yang memiliki tingkat kanibalisme yang tinggi.

Faktor penyebab terjadinya kanibalisme adalah ukuran ikan yang tidak seragam,

kepadatan yang terlalu tinggi, kekurangan pakan, dan kualitas air yang jelek.

Kegiatan pemilahan ukuran atau penyortiran dilakukan untuk mengetahui

pertumbuhan, penentuan dosis pakan, dan SR. Sampling dilakukan seminggu

sekali dengan mengambil ikan secara acak sebanyak sepuluh persen dari jumlah

ikan yang ada. Pada saat sampling dilakukan perhitungan, pengukuran panjang,

(49)

dapat menentukan jumlah pakan yang harus diberikan, yaitu sepuluh persen dari

biomassa ikan.

f. Perbaikan dan Pembersihan Waring

Penggantian dan pembersihan waring selama masa pemeliharaan mutlak

dilakukan. Waring kotor akibat penempelan lumpur atau biota penempel, seperti

kerang, teritip, dan alga. Apabila hal ini dibiarkan maka dapat menghambat

pertumbuhan kerapu dan menimbulkan penyakit. Biasanya waring berukuran 8

mm akan kotor setelah dua minggu, waring ukuran 25 mm akan kotor diatas dua

minggu, dan waring ukuran 38 mm akan kotor setelah dua bulan.

Jaring kotor dijemur terlebih dahulu kemudian disemprot dengan air sampai

seluruh kotoran yang menempel terlepas dari waring. Sebelum dipasang kembali

waring harus diperiksa terlebih dahulu, sehingga apabila ada yang robek dapat

diperbaiki. Ikan baronang yang merupakan pemakan tumbuhan dapat membantu

membersihkan waring dari biota penempel khususnya dari jenis tumbuhan.

Waring berukuran 3 x 3 x 3 meter dapat dimasukkan 15-20 ekor ikan baronang.

g. Pemanenan

Pada budidaya kerapu macan hasil panen biasanya dijual atau dikonsumsi

dalam keadaan hidup. Untuk menjaga agar ikan tetap sehat dan segar, maka

pemanenan sebaiknya dilakukan pada sore hari karena suhu relatif lebih rendah.

Pemanenan pada sore hari diharapkan dapat mengurangi tingkat stres pada ikan.

Ada dua metode pemanenan yang biasanya diterapkan pada budidaya ikan

kerapu macan yaitu metode panen selektif dan metode panen total. Panen selektif

merupakan pemanenan terhadap ikan yang telah mencapai ukuran tertentu

(50)

yang biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan dalam skala besar, tetapi

ukuran seluruh ikan telah memenuhi kriteria jual.

Alat panen yang biasanya digunakan adalah scoop net yang terbuat dari kain kasa. Scoop net yang kasar tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan luka yang dapat menyebabkan penyakit dan stres pada ikan pada saat dibawa ke tempat

penjualan/konsumsi. Pemanenan ikan dilakukan dengan cara mengangkat waring

pemeliharaan dengan tongkat kayu. Tongkat kayu diletakkan pada bagian dasar

waring kemudian diangkat sehingga waring terbagi menjadi dua bagian sehingga

dapat memudahkan pengambilan ikan dari waring secara selektif maupun total.

2.4 Penelitian Terdahulu

Maulana (2003) menganalisis kelayakan usahatani pembesaran dan

pemasaran ikan nila gift budidaya KJA. Analisis yang dilakukan berdasarkan aspek pasar, teknis, finansial, dan lingkungan. Analisis sensitivitas dilakukan

untuk melihat tingkat kepekaan usahatani terhadap perubahan harga pakan, benih,

biaya tenaga kerja, penurunan harga jual serta penurunan volume produksi. Marjin

pemasaran dan saluran pemasaran juga dianalisis untuk mengetahui tingkat

efisiensi usahatani. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis data

yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang didapatkan dari

penelitian adalah usahatani tersebut layak diusahakan. Nilai NPV, Net B/C, dan

IRR yang dihasilkan memberikan kemungkinan untuk pengembangan usahatani

(51)

Secara keseluruhan saluran pemasaran kurang efisien, hal ini disebabkan oleh

tingginya biaya pengangkutan dan penyusutan ikan.

Atmoko (2006) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani

pembesaran dan pemasaran ikan mas. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk

menganalisis keragaan dan kelayakan usahatani pembesaran ikan mas berdasarkan

aspek pasar, teknis, finansial, dan lingkungan. Selain itu juga menganalisis tingkat

sensitivitas kelayakan usahatani terhadap perubahan harga pakan, benih, biaya

tenaga kerja, penurunan harga jual serta penurunan volume produksi. Marjin

pemasaran dan saluran pemasaran juga dianalisis untuk mengetahui tingkat

efisiensi usahatani pembesaran ikan mas. Metode analisis data yang digunakan

adalah analisis pendapatan usahatani, analisis kelayakan investasi, analisis

sensitivitas, dan analisis biaya pemasaran. Hasil dari penelitian didapatkan

kesimpulan bahwa dari aspek pasar, aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek

finansial usahatani tersebut dapat dijalankan. Usahatani diatas memiliki tingkat

kepekaan yang rendah terhadap perubahan yang telah diasumsikan. Secara

keseluruhan saluran pemasaran kurang efisien, hal ini disebabkan oleh tingginya

biaya pemasaran dan menyebabkan tingginya marjin pemasaran ikan mas.

Herlina (2006) melakukan penelitian usaha budidaya pendederan ikan

kerapu macan Pulau Semak Daun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis

kelayakan usaha pendederan ikan kerapu macan ditinjau dari aspek finansial,

aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen. Metode yang digunakan adalah

analisis dekriptif untuk menganalisis data yang tidak termasuk dalam aspek

finansial dan analisis kuantitatif untuk analisis data finansial. Hasil penelitian

(52)

dan manajemen layak untuk diusahakan. Secara finansial tidak dapat diusahakan

karena nilai jual benih yang dihasilkan dibawah harga pasar, namun usaha

tersebut dapat layak diusahakan apabila harga benih yang dijual mengikuti harga

pasar.

2.5 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penulis Persamaan Perbedaan aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen.

(53)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi

Pengertian proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan

usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya untuk memperoleh keuntungan

atau manfaat. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya

suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan

berhasil. Karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan terbatas, maka

perlu diadakan pemilihan diantara berbagai macam proyek yang dapat

diusahakan. Tujuan utama dilakukannya studi kelayakan proyek adalah untuk

menghindari kesalahan investasi yang memakai dana relatif besar yang pada

akhirnya tidak memberikan keuntungan secara ekonomi.

Manfaat yang diharapkan dari studi kelayakan proyek adalah memberikan

masukan informasi kepada pengambil keputusan untuk memutuskan dan menilai

alternatif proyek investasi yang akan dilakukan. Analisis yang bisa digunakan

dalam menganalisis kelayakan suatu investasi, yaitu analisis finansial dan analisis

ekonomi.

Dalam melaksanakan analisis proyek terdapat aspek-aspek yang saling

berkaitan dan secara bersama-sama menentukan keuntungan yang diperoleh dari

suatu investasi tertentu. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), beberapa aspek

yang mempengaruhi kelayakan suatu proyek adalah aspek pasar, aspek teknis,

aspek keuangan, aspek hukum, dan aspek ekonomi suatu negara.

Aspek pasar dan pemasaran melihat tentang permintaan dan penawaran,

(54)

Aspek teknis berhubungan dengan hal-hal teknis yang diperlukan dalam suatu

proyek, seperti alat-alat yang digunakan, fasilitas produksi, dan lokasi. Aspek

keuangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan

untuk usaha. Aspek hukum berhubungan dengan segala sesuatu yang menyangkut

hukum dan ketentuan yang berlaku di negara tempat proyek akan dilaksanakan.

Kelayakan aspek-aspek diatas akan menentukan apakah suatu usaha yang

akan dianalisis layak atau tidak diusahakan. Aspek-aspek yang akan dianalisis

dalam penelitian ini adalah aspek finansial, aspek pasar, dan aspek teknis.

3.1.1.1 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis aspek finansial merupakan analisis manfaat-biaya yang berpusat

pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek dan merupakan penerimaan

langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaannya (Kadariah, 1980).

Analisis finansial penting dalam memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang

terlibat langung dalam pelaksanaan proyek yang dilaksanakan.

Menurut Gittinger (1986), unsur-unsur dalam analisis finansial antara lain:

1. Harga yang digunakan adalah harga pasar

2. Pembayaran transfer, yaitu pajak merupakan biaya proyek dan sebagai

pengurang laba. Subsidi akan mengurangi biaya proyek sehingga menambah

manfaat proyek

(55)

3.1.1.2 Analisis Kelayakan Pasar

Gittinger (1986) menyatakan bahwa analisis kelayakan usaha dilakukan

terhadap kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan rencana pemasaran suatu

produk dan rencana penyediaan input produksi. Pemasaran adalah suatu proses

sosial dan manajerial, dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan

dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu

yang bernilai (Kotler, 2005). Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk

mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu

membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat

alat-alat yang digunakan perusahaan secara terus menerus untuk mencapai tujuan

pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat itu diklasifikasikan dan dikenal dengan

istilah empat P, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi) (Kotler, 2005).

Pangsa pasar (market share) juga termasuk aspek yang harus dikaji untuk mengetahui berapa besar permintaan pasar dan berapa yang mampu dipasok oleh

produsen, terutama produsen ikan kerapu dari Kepulauan Seribu umumnya dan

Pulau Panggang pada khususnya. Setelah pangsa pasar diketahui, dapat dilihat

posisi para petani karamba di Pulau Panggang di pasar sehingga dapat disusun

langkah-langkah strategis untuk memperbaiki posisi petani karamba untuk

menambah pangsa pasarnya.

3.1.1.3 Analisis Kelayakan Teknis

Analisis teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output

(56)

potensinya, ketersediaan air, varietas benih yang cocok dengan areal proyek,

pengadaan produksi, mekanisasi, pemupukan, dan alat-alat kontrol yang

diperlukan. Variabel utama yang perlu diperhatikan pada aspek teknis adalah

ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga kerja dan transportasi.

Sistem agribisnis yang dimulai dari hulu, on farm, dan hilir dapat juga diterapkan pada budidaya ikan kerapu KJA untuk membantu peningkatan efisiensi

dan produktivitas budidaya ikan kerapu KJA sehingga hasil yang didapat oleh

petani dapat meningkat. Selain itu petani juga dapat lebih meningkatkan mutu

produknya karena sistem agibisnis adalah sebuah sistem yang sangat terstruktur

sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal.

3.1.1.4Analisis Dampak Terhadap Lingkungan

Analisis dampak terhadap lingkungan adalah analisis yang dilakukan

terhadap perubahan-perubahan lingkungan perairan yang terjadi pada saat usaha

budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA dilaksanakan. Parameter yang

dianalisis meliputi kecerahan air dan kandungan kimia perairan serta dampaknya

terhadap jalur pelayaran/bersandarnya kapal.

3.1.2 Teori Biaya dan Manfaat

Dalam analisis proyek, tujuan analisis harus disertai dengan definisi

mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu

tujuan, dan manfaat adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986).

Biaya-biaya yang umumnya dimasukkan dalam perhitungan analisis usaha

(57)

seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah pengeluaran

untuk pembangunan yang tahan lama seperti bangunan, mesin, peralatan dan

biaya untuk penggantiannnya. Biaya operasional merupakan biaya yang

dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan seperti biaya bahan baku, upah tenaga

kerja langsung, pemeliharaan, dan pembayaran kembali (angsuran bunga dan

angsuran pokok serta pajak).

Manfaat adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang

menggunakan sejumlah biaya. Manfaat yang dihitung merupakan manfaat yang

dapat diukur (tangible) dari hasil penjualan produk. Menurut Kadariah (1980), manfaat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

a. Manfaat langsung (direct benefit) yang diperoleh dari adanya kenaikan nilai output, fisik, dan atau penurunan biaya.

b. Manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang disebabkan oleh adanya proyek tersebut biasanya dirasakan oleh orang tertentu beserta masyarakat berupa

adanya efek berganda (multiplier) dan skala ekonomi yang lebih besar, misalnya perubahan dalam produktifitas tenaga kerja yang disebabkan oleh

keahlian.

c. Manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible effect), misalnya perbaikan lingkungan hidup.

3.1.3 Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1986), analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat

sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat

Gambar

Gambar 1 Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Gambar 2 Karamba Jaring Apung
Gambar 4 Luas Lahan Budidaya Karamba
Gambar 6 Konstruksi Karamba Jaring Apung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh model cooperative integrated reading and composition terhadap kemampuan menentukan struktur teks eksposisi, yakni berdasarkan

Yayasan SMP Quraniah didirikan pada tanggal 26 Mei 1929, dan didirikan oleh Ki. Diberi nama Quraniah karena sekolah ini pertama kali dimulai dengan belajar

Permintaan domestik tersebut didukung oleh peningkatan impor barang modal dan bahan baku yang masing-masing tumbuh sampai dengan triwulan III sekitar 57% dan 42% (ytd). Hal ini

Itulah yang di- sebut dengan jaringan patronase baru yang dicirikan oleh koalisi di antara para tokoh yang saling memanfaatkan lembaga politik lokal untuk mendapatkan akses

This paper attempts to reconstruct paleo-riv- erbeds and paleo-river mouths of the cetina and Neretva Rivers, as well as the paleo-coastline, by applying DEM method on the

Penggunaan media pembelajaran plastisin untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini.. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat , Vol

institusi yang telah menjadi pilihannya sebagai tempat untuk menuntut ilmu pada jenjang yang lebih tinggi. Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah

Faktor risiko kematian neonatal di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah 2012, di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Case Control Variabel Bebas: