1
A. Latar Belakang Masalah
Infeksi merupakan penyakit yang terus berkembang dan dapat menular (Jawetz et al., 1991). Infeksi terutama disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus (Jawetz et al., 2001) yang melakukan pertumbuhan dan bereplikasi dalam sel inang (Pratiwi, 2008). Bakteri menimbulkan berbagai perubahan kimiawi pada substansi yang ditumbuhinya (Pelczar dan Chan, 1986). Contoh bakteri yang dapat menyebabkan infeksi adalah Shigella dysenteriaedanStaphylococcus epidermidis(Jawetzet al., 2005).
Shigella dysenteriae menyebabkan penyakit disentri (Dwijoseputro, 2005) yang paling parah dibanding Shigella lainnya (WHO, 2005). Menurut survei Departemen Kesehatan RI (2011) morbiditas dan mortalitas penyakit yang ditimbulkan oleh Shigella dysenteriae tergolong tinggi, Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2008 dari 69 kecamatan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang dengan Case Fatality Rates (CFR) 2,94%. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 orang dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%).
Staphylococcus epidermidismerupakan flora normal yang hidup pada kulit dan mukosa pada manusia normal (Jawetz et al., 2005) namun bakteri tersebut dapat menjadi patogen oportunistik pada kondisi tertentu (Pratiwi, 2008). Staphylococcus epidermidis adalah penyebab endokarditis bakterial, terutama pada pasien dengan katup jantung buatan dan pada pecandu narkotika. Bakteri ini juga menyebabkan infeksi traktus urinarius akibat pemakaian alat-alat implan plastik yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia seperti kateter (Elliot et al., 2013). Alternatif yang bisa digunakan untuk menekan angka kejadian infeksi bakteri adalah obat yang berasal dari tamanan.
dengan bahan alam dianggap lebih murah, aman, mudah diperoleh, efektif (Yulitha, 2010) dan efek sampingnya relatif rendah (Pramono dan Katno, 2010). Banyak penelitian yang menemukan bahwa tanaman teruji memiliki khasiat sebagai antibakteri. Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri adalah pepaya (Sukadanaet al., 2008).
Tanaman pepaya memiliki kemampuan melawan pertumbuhan bakteri (Alabi et al., 2012). Ekstrak etanol biji pepaya memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Enterococcus faecalis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan spesies Proteus (Akujobi et al., 2010). Ekstrak n-heksan biji pepaya mengandung senyawa golongan triterpenoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Sukadana et al., 2008). Ekstrak metanol batang pepaya mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella thypi (Oladimejiet al., 2007), Micrococcus luteus, Proteus mirabilis, Salmonella paratyphi danShigella flexneri (Rahmanet al., 2011). Ekstrak etanol batang pepaya mengandung senyawa saponin dan antrakuinon yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureusdan Escherichia coli multiresisten antibiotik (Setyawan, 2009).
biji pepaya. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji dengan batang pepaya terhadap bakteri yang mewakili Gram negatif yaitu Shigella dysenteriae dan bakteri Gram positif yaituStaphylococcus epidermidis.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji jika dibandingkan dengan ekstrak etanol batang pepaya terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis?
2. Golongan senyawa apa dalam ekstrak etanol biji dan batang pepaya yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan tersebut, tujuan penelitian ini adalah:
1. Membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pepaya dengan ekstrak etanol batang pepaya terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis
D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman pepaya (Carica papayaL.)
Menurut Hutapea (1991) tanaman pepaya diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta Sub-devisi : Angiosperma Kelas : Dicotyledonae Ordo : Caricales Famili : Caricaceae Spesies :Carica papayaL.
Tanaman pepaya memiliki banyak khasiat. Buah pepaya berfungsi memperbaiki sistem kardiovaskular dan mencegah kanker (Agoes, 2010). Akar pepaya memiliki khasiat sebagai obat antelmintika (pembasmian cacing) (Kartasapoetra, 2004), pengobatan gastrointestinal, dan infeksi luka (Doughari et al. 2007). Biji pepaya berkhasiat sebagai antioksidan (Kothari et al., 2010), antiandrogenik (Basha dan Changamma, 2013) dan antibakteri (Handayani, 2013). Daun pepaya dapat digunakan sebagai pencegahan demam berdarah (Ahmadet al., 2011) dan memiliki aktvitas antibakteri terhadap isolatSalmonella typhi(Aloet al.,(2012).
2. Shigella dysenteriae
Klasifikasi dariShigella dysenteriaesebagai berikut: Kingdom : Bacteria
Filum : Proteo bacteria
Kelas : Gamma proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Shigella
Spesies :Shigella dysenteriae(Todar, 2012)
Shigellaadalah Gram negatif, non motil, tidak membentuk spora, berbentuk batang (Todar, 2012), tidak bergerak, bersifat fakultatif anerobik, tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Pada otolisis semua Shigella mengeluarkan lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi dinding usus (Jawetz et al., 2001). Eksotoksin yang dihasilkan Shigella dysenteriae akan menimbulkan keluhan mendadak berupa nyeri perut, demam dan diare cair yang diikuti oleh berak berlendir dan berdarah, dan pada anak dan orang lanjut usia dapat terjadi dehidrasi, asidosis dan kematian (Soedarto, 2007). Penyakit yang ditimbulkan oleh jenis Shigella dinamakan Shigellosis dan terapi untuk penyakit ini adalah dengan siprofloksasin. Shigella diketahui telah resisten terhadap ampisillin, klotrimoksazol, dan asam nalidiksat (WHO, 2005).
3. Staphylococcus epidermidis
Klasifikasi dariStaphylococcus epidermidis sebagai berikut: Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus
Staphylococcus berbentuk bola, Gram positif, biasanya tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur, diameter 0,8-1,0 µm, tidak bergerak (Jawetz et al., 2001). Staphylococcus (khususnya S. epidermidis) adalah anggota flora normal kulit manusia dan saluran penapasan serta saluran pencernaaan (Jawetzet al., 1991). Staphylococcus menyebabkan pembentukan abses, berbagai infeksi piogenik, septikemia yang fatal (Jawetz et al., 2001), endokarditis bakterial dan infeksi traktus urinarius (Elliot et al., 2013). Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap banyak zat antibakteri dan menyebabkan masalah pengobatan yang sulit (Jawetz et al., 2001). Terapi untuk infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis adalah rifampisin dan levofloksasin (Gomes et al., 2012). Dalam penelitiannya Chung et al. (2011) memaparkan bahwa kombinasi metisilin atau vankomisin dan senyawa triterpenoid dapat menghasilkan efek sinergis dalam penghambatanStaphylococcus.
E. Landasan Teori
Martiasih et al. (2014) melaporkan bahwa ekstrak etanol biji papaya memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes dengan zona hambat 8,5 dan 9 mm pada konsentrasi 1% (700 µg). Berdasarkan penelitian dari Sukadana et al. (2008) dalam biji pepaya mengandung senyawa golongan triterpenoid yang pada konsentrasi 1000 ppm berpotensi menghambat pertumbuhanStaphylococcus aureusdanEscherichia coli dengan diameter zona hambat berturut-turut sebesar 7 mm dan 10 mm. Puspitaningtyas (2012) mengungkapkan bahwa ekstrak etanol biji pepaya dengan konsentrasi 70% efektif menghambat pertumbuhan Bacillus sp. dengan diameter zona hambat 3,972 mm, konsentrasi 90% efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp. dengan diameter zona hambat sebesar 4,59 mm dan
Staphylococcus aureus (Nayak et al., 2012). Menurut Akujobi et al. (2010) ekstrak etanol biji pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan spesies Proteus dengan masing-masing zona hambat sebesar 12, 10, 11 dan 8 mm.
Ekstrak etanol batang pepaya mengandung senyawa saponin dan antrakuinon yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli multiresisten antibiotik dengan Kadar Bunuh Minimun (KBM) 3% b/v (Setyawan, 2009). Menurut Oladimeji et al. (2007)
ekstrak metanol batang pepaya mengandung alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella thypi pada konsentrasi 1000 µg dengan zona hambat berturut-turut 13, 14, 11,5 dan 12 mm.
F. Hipotesis
1. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol batang pepaya lebih besar dibanding ekstrak etanol biji pepaya