• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia olahraga mempunyai arti dan makna sangat

penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

kehidupan. Salah satu tujuan berolahraga adalah untuk meningkatkan kesegaran

jasmani menjadi lebih baik.

Olahraga adalah gerak manusia yang dilakukan secara sadar, dengan

cara-cara efektif yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk memelihara serta

meningkatkan kualitas manusia, dengan memandang manusia sebagai salah satu

kesatuan psiko fisik yang kompleks. Olahraga renang adalah olahraga yang

kompleks. Dalam gerakan renang selalu menggerakkan seluruh tubuh terutama

kepala, tangan dan kaki. Gerakan renang dilakukan menggunakan koordinasi

gerakan dan anggota tubuh agar mencapai usaha yang maksimal.

Renang merupakan cabang olahraga yang berbeda jika dibandingkan dengan

cabang olahraga lain pada umumnya. Renang dilakukan di air, sehingga faktor

gravitasi bumi dipengaruhi oleh daya tekanan air ke atas. Kegunaan olahraga

dewasa ini semakin hari semakin bertambah penting bagi kehidupan setiap

manusia, baik olahraga itu dilihat dari segi pendidikan (paedagogis), segi

kejiwaan (psycologis), segi fisik (physiologis) maupun dari segi hubungan sosial.

Hal tersebut mengingat peranan olahraga terhadap pertumbuhan dan

perkembangan fisik manusia sangat besar. Dengan melakukan olahraga secara

teratur otot akan menjadi kuat dan berkembang serta membuat organ-organ tubuh

berfungsi dengan baik.

Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dikenal di masyarakat.

Berbicara tentang olahraga renang, maka terdapat beberapa faktor yang dapat

menyebabkan tidak optimalnya kemampuan seseorang dalam renang, diantaranya

adalah karena tidak didukung dengan keadaan yang dimiliki dan tidak ditunjang

dengan kemampuan fisik yang memadai bisa diatasi dengan pola latihan yang

(2)

Percaya atau tidak, bayi sesungguhnya dapat berenang sebelum mereka dapat

berjalan, memang terdengar janggal bayi dapat berenang, sedangkan anak-anak

yang lebih tua sulit sekali belajar berenang, bahkan tidak sedikit pula yang

memang tak pernah mampu berenang. Tetapi semua memang sadar bahwa

semakin dini belajar berenang, semakin mudah berenang. Bayi secara alami betah

dan senang bermain-main dalam air tanpa mempunyai rasa takut ataupun curiga.

Kepercayaan diri yang begitu besar, semakin lama semakin hilang sesuai dengan

pertambahan usia, berenang juga digunakan untuk menyelamatkan jiwa sendiri

atau menolong orang lain dari bahaya tenggelam.

Berenang adalah salah satu jenis olahraga yang mampu meningkatkan

kesehatan seseorang yang juga merupakan olahraga tanpa gaya gravitasi bumi

(non weight barring). Berenang terbilang minim risiko cedera fisik, karena saat

berenang seluruh berat badan ditahan oleh air atau mengapung. Selain itu

berenang merupakan olahraga yang paling dianjurkan bagi mereka yang

mengalami gangguan pernapasan, mengalami hambatan dalam motorik kasar dan

penderita gangguan persendian tulang atau arthritis. Berenang memiliki banyak

manfaat yang dapat dirasakan apabila melakukannya secara benar dan rutin,

manfaat tersebut antara lain melatih motorik kasar, karena saat berenang,

menggerakkan hampir keseluruhan otot-otot pada tubuh, mulai dari kepala, leher,

anggota gerak atas, dada, perut, punggung, pinggang, anggota gerak bawah, dan

telapak kaki. Saat bergerak di dalam air, tubuh mengeluarkan energi lebih besar

karena harus melawan massa air yang mampu menguatkan dan melenturkan

otot-otot tubuh, membantu mengencangkan otot-otot-otot-otot yang kendur. Gerakan renang

yang benar akan membantu anda mengencangkan otot-otot tubuh anda yang

kendur. Otot-otot di bagian lengan, dada, perut, paha, dan betis, akan menjadi

lebih kencang dan badan menjadi lebih kuat. Renang juga dapat membantu

membakar lemak, membakar kalori lebih banyak. Saat berenang, tubuh akan

terasa lebih berat bergerak di dalam air. Otomatis energi yang dibutuhkan pun

menjadi lebih tinggi, sehingga dapat secara efektif membakar kalori tubuh.

Renang melatih pernafasan. Sangat dianjurkan bagi orang yang terkena penyakit

(3)

3

kuat. Penafasan menjadi lebih sehat, lancar, dan pernafasan menjadi lebih

panjang, meningkatkan kemampuan fungsi jantung dan paru-paru. Gerakan

mendorong dan menendang air dengan anggota tubuh terutama tangan dan kaki,

dapat memacu aliran darah ke jantung, pembuluh darah, dan paru-paru. Renang

dapat menambah tinggi badan. Berenang secara baik dan benar akan membuat

tubuh tumbuh lebih tinggi dan motorik kasar menjadi lebih kuat. Artinya,

berenang dapat dikategorikan sebagai latihan aerobik dalam air yang memiliki

fungsi lengkap sehingga mampu dengan baik untuk melatih motorik kasar. Sesuai

dengan beberapa pengertian mengenai olahraga renang yaitu sebagai berikut:

Renang adalah suatu bentuk gerakan di air yang sama tuanya dengan

bentuk-bentuk gerakan yang lain misalnya lari, lempar dan sebagainya. (Utomo, 1991 :

5).

Berenang adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia atau hewan sewaktu

bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan. Berenang bisa menjadi

kegiatan rekreasi dan olahraga. (Thomas, 2009 : 10).

Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam

berenang dengan gaya tertentu. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi

dan olahraga. Berenang dipakai sewaktu bergerak dari satu tempat ke tempat

lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau melakukan olahraga air. Olahraga renang

membuat tubuh sehat karena hampir semua otot tubuh dipakai sewaktu berenang.

(Haller, 2013 : 7).

Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam

berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya kupu-kupu,

gaya punggung, dan gaya dada. Dan olahraga renang ini dapat dimanfaatkan

untuk rekreasi dan olahraga. Berenang dipakai sewaktu gerak dari satu tempat ke

tempat lainnya di air, mencari ikan, mandi atau melakukan olahraga air.

Akan tetapi disisi lain olahraga renang juga merupakan salah satu sarana

rekreasi ataupun sebagai sarana untuk mengembangkan perkembangan dan

pertumbuhan pada anak-anak, khususnya pada anak berkebutukan khusus.

Dan perkembangan juga dapat dialami oleh siapa saja atau pasti akan dialami

(4)

perkembangan fisik, motorik, psikis dll. Akan tetapi pada setiap individu di dunia

ini ada masa perkembangannya sesuai dengan fase-fase perkembangan dan

pertumbuhan, ada juga yang tidak sesuai dengan fase-fase tersebut atau terlambat.

Fase ini sering terjadi pada anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

Seorang anak autis memiliki beberapa karakteristik dan gangguan seperti

gangguan sensoris, interaksi sosial dan komunikasi namun tidak jarang anak autis

juga memilki hambatan dalam motoriknya. Dari permasalahan ini penulis

melakukan observasi pendahualuan di SlB Al Hikmah Bandung dan menemukan

seorang anak autis ringan bernama AB yang mengalami hambatan motorik kasar

dimana anak terlihat mengalami hambatan dalam keseimbangan berdiri, hambatan

dalam menggerakan kaki dan tangan serta persendian lebih kaku.

Dengan melihat kenyataan yang terjadi di lapangan, bahwa anak memiliki

hambatan motorik kasar maka dibutuhkan media yang tepat untuk meminimalisir

hambatan motorik kasar dalam pembahasan ini penulis menggunakan olahraga

renang sebagai media tersebut, renang sendiri merupakan olahraga air yang sangat

baik digunakan untuk melatih perkembangan motorik kasar pada anak autis,

penulis akan menggunakan teknik-teknik dasar dalam olahrga renang seperti

pernapasan, meluncur, mengambang untuk melatih motorik kasar anak sekaligus

sebagai acuan skala penilaian.

Maka dari itu pada kesempatan kali ini penelitian yang akan dilaksanakan

yaitu mengenai pengaruh olahraga renang terhadap perkembangan motorik kasar

pada anak autis di salah satu sekolah luar biasa yang ada di Bandung yaitu SLB

Al Hikmah.

B. Identifikasi Masalah

Adapun beberapa identifikasi masalah yang akan diadakan penelitian diantara

lain sebagai berikut:

1. Terdapat anak autis yang memiliki hambatan dalam motorik kasarnya.

2. Perkembangan motorik kasar anak mengalami hambatan terutama dalam

keseimbangan berdiri, hambatan dalam menggerakan kaki dan tangan

(5)

5

3. Olahraga renang merupakan media yang digunakan untuk melatih motorik

kasar.

C. Batasan Masalah

Mengingat ada beberapa aspek kemampuan yang dapat dilatih dengan

olahraga renang maka penelitian ini membatasi masalah yang akan diteliti yaitu

hanya pada aspek motorik kasar anak autis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya,maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh olahraga renang

terhadap perkembangan motorik kasar pada anak autis ?.

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari

penelitian yaitu:

a. Mengetahui gambaran kemampuan motorik kasar anak autis sebelum

dilatih olahraga renang.

b. Mengamati gambaran kemampuan motorik kasar permulaan anak autis

dalam olahraga renang.

c. Mengetahui gambaran pengaruh olahraga renang terhadap peningkatan

kemampuan motorik kasar anak autis.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian nanti atau dapat sangat

bermanfaat bagi peneliti atau pihak lainya. Ada 2 macam manfaat yang

dapat dilihat baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya sebagai

berikut:

a. Ditinjau secara teoritis: Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat

(6)

terhadap perkembangan motorik kasar pada anak autis di SLB Al Hikmah

Bandung.

b. Ditinjau secara praktis: Sebagai salah satu acuan bagi seluruh atau bagi

mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dan sebagai data

dasar bagi salah satu pemodifikasian suatu metode pembelajaran bagi

(7)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan

pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 72) “metode penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendali”. Penelitian eksperimen ini menggunakan subjek tunggal (Single Subject Research) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada objek secara berulang-ulang

dalam jangka waktu tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh olahraga

renang terhadap motorik kasar anak autis.

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penenlitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa Yayasan

Pendidikan Al Hikmah B C Bandung yang beralamat di jalan Gedung X C

No.14 B Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak autis berinisial AB yang

mengalami autis sejak lahir, yang mengalami hambatan motorik kasar.

Adapun identitas subjek penelitian adalah sebagai berikut:

Nama : AB

Tempat lahir : Bandung

Tanngal lahir : 29 Maret 2000

Umur : 14 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Kelas : 2 SMPLB

(8)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK B. Desain Penelitian

Menurut Rosnow dan Rosenthal (dalam Sunanto 2005:56) mengemukakan

“desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (1) Desain kelompok (group design) dan (2) disain subjek

tunggal (single subject design)”. Pada penelitian ini penulis menggunakan desain

subjek tunggal dengan desain pengulangan yaitu desain A-B-A. menurut Sunanto

(2005:57) “desain ini menunjukan adanya hubungan sebab akibat antara variabel

teerikat dan variabel bebas yang lebih kuat dengan desain A-B”.

Desain A-B-A terdapat tiga tahapan yaitu : baseline-1 (A-1), Intervensi (B),

baseline-2 (A-2). Dimana baseline-1 (A-1) merupakan kemampuan dasar, yaitu

kemampuan awal motorik kasar anak autis. Subjek diamati, sehingga dalam

kondisi kemampuan awal subjek tersebut dapat diambil datanya dengan tidak ada

rekayasa. Pengamatan dan pengambilan data tersebut dilakukan secara berulang

untuk memastikan data yang sudah didapat berupa kemampuan motorik kasar

subjek sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil.

B (perlakuan atau intervensi) yang diberikan berupa olahraga renang, kegiatan

ini adalah memberikan pelatihan motorik kasar melalui olaharaga renang. Subjek

diberikan kesempatan untuk mengenal dan mempraktekan olahraga renang.

Setelah intervensi, subjek diberikan evaluasi berupa tes dalam setiap pertemuan.

Baseline-2 (A-2) yaitu pengamatan kembali terhadap kemampuan motorik

kasar pada anak autis. Setelah pengukuran pada kondisi intervensi selesai,

dilakukan pengukuran pada kondisi baseline kedua. Baseline kedua (A-2) ini

dilakukan sebagai kontrol kondisi intervensi untuk melihat pengaruh yang

ditimbulkan dari variabel bebas. Hal ini juga dapat menjadi evaluasi sejauh mana

(9)

28

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

Baseline (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

Pe

ri

lak

u

Sasa

ran

Sesi (Waktu)

Adapun grafik perkembangan yang digunakan dalam mengolah data yaitu

gambar grafik desain A-B-A. Tampilan grafik yang akan nampak pada hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Grafik 3.1 Desain A-B-A

C. Definisi Opersional Variabel Penelitian

Variabel menurut Sunanto (2005: 12) merupakan “istilah dasar dalam

penelitian eksperimen, termasuk penelitian dengan subjek tunggal. Variabel

merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang dapat berbentuk

benda atau kejadian yang diamati”. Dalam penelitian yang berjudul pengaruh olahraga renang terhadap perkembangan motorik kasar pada anak autis di slb

Al-Hikmah Bandung” terdapat dua variabel, yaitu :

1. Olahraga Renang Sebagai Variabel Bebas

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat atau dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan” Sunanto (2005:12). Dalam

penenlitian ini yang menjadi variabel bebas adalah olahraga renang.

[image:9.595.147.465.181.378.2]
(10)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

Saat bergerak di dalam air, tubuh mengeluarkan energi lebih besar karena

harus melawan massa air yang mampu menguatkan dan melenturkan otot-otot

tubuh. Gerakan renang yang benar akan membantu mengencangkan otot-otot

tubuh. Subjek akan melakukan gerakan dasar renang seperti memasukan kepala

kedalam air, meluncur dan menggerakan kaki tangan.

Langkah – langkah latihan dasar olahraga renang :

1) Anak melakukan pemanasan, pertama anak melakukan peregangan otot.

2) Masuk kedalam air, anak merendam tubuh sebatas leher, kemudian membasuh

muka dengan kedua tangan berulang – ulang.

3) Bernapas

a. Badan dibungkukan ke depan, dagu dibawah permukaan air, tiupkan udara

dari mulut sehingga nampak ada riakan air.

b. Tarik napas sedalam – dalamnya dengan mulut dibuka ¼ nya, masukan

muka ke bawah permukaan air, tiupkan udara kedalam air dengan

membuka mulut setengahnya.

c. Bernapas naik turun di atas dan dibawah permukaan air sebanyak 5 – 10

kali dengan mata ½ dibuka.

4) Meluncur

a. Berdiri tegak, kedua lengan lurus keatas dirapatkan.

b. Bungkukan tubuh ke dapan, dada sampai mengenai permukaan air.

c. Tolakan salah satu kaki ke dingding tembok, pertahankan sikap meluncur

sampai berhenti.

d. Ulangi latihan meluncur ini sampai 8 kali.

5) Menggerakan kaki dan tangan di air

a. Melakukan gerakan meluncur di dampingi peneliti yang memegang badan

anak

(11)

30

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

2. Perkembangan Motorik kasar Sebagai Variabel Terikat

“Variabel terikat adalah variabel yanng dipengaruhi oleh variabel bebas

dikenal dengan nama perilaku sasaran atau target behavior” (Sunanto, 2005: 12).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah perkembangan motorik

kasar.

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan kemampuan

melakukan/merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah pula

kemampuan motoriknya.Untuk mengembangkan kemampuan motoriknya, anak

melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas tersebut dapat dilakukan secara formal

maupun informal, contoh dari aktivitas formal misalnya kegiatan senam di

sekolah, dan contoh kegiatan informalnya yaitu berbagai permainan yang

dilakukan anak. Menurut pendapat beberapa ahli mengenai perkembangan

motorik antara lain, menurut Zeller dan Hetser (dalam Haditono, 1991) terlihat

bahwa anak sekolah menunjukan ciri badan atas lebih lamban berkembangnya

daripada bagian bawah, anggota-anggota badan masih relative pendek, kepala

relative besar, perutnya besar dan ada gigi susu. Pada masa ini, keseimbangan

badan anak sudah baik, anak sudah andai berjalan, dapat naik tangga, meloncat

dari tanah dengan kedua kakinya bersama-sama berkembang koordinasi antara

mata dan tangan (Visio-Motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak,

melempar dan menangkap dan sering juga sudah dapat bersepeda.

Dari definisi perkembangan motorik kasar diatas dapat disimpulkan gangguan

perkembangan motorik dapat menyebabkan kesulitan belajar dan adanya

hambatan dalam kegiatan anak baik aktifitas di lingkungan sekolah dalam proses

pembelajaran maupun di lingkungan rumah, untuk itu latihan motorik sangat

diperlukan dalam menunjang perkembangan anak.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2013: 224) “teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

(12)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

dapat memperlihatkan ada atau tidaknya suatu pengaruh dari olahraga renang

terhadap motorik kasar anak autis.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pemberian tes kinerja. Tes yang akan diberikan pada tiga fase, masing-masing

fase tersebut adalah baseline-1 (A-1) dimana pada fase ini data yang didapat

menunjukan kemampuan awal subjek, kemudian fase intervensi (B) dimana fase

ini data yang didapat menunjukan kemampuan motorik kasar subjek selama

mendapatkan perlakuan (intervensi), dan fase terakhir yaitu baseline-2 (A-2)

untuk mengetahui sejauh mana data menujukan kemampuan subjek setelah

diberikan perlakuan. Sehingga dari ketiga fase tersebut data yang diperoleh dapat

menggambarkan bagaimana kemampuan awal, kemampuan selama intervensi, dan

kemampuan setelah diberikan intervensi.

E. Intrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2013: 102) :

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan istrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Instrumen penenlitian menjadi bagian penting dalam melakukan penenlitian

karena berfungsi untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data

yang dilakukan dalam penenlitian yaitu melakukan tes kinerja yang akan

diberikan kepada anak pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan

baseline-2 (A-2). Tes kinerja pada kondisi baseline-1 (A-1) untuk mengetahui

kemampuan motorik kasar anak autis sebelum diberikan intervensi atau

perlakuan, pada kondisi intervensi (B) tes kinerja diberikan untuk mengetahui

kemampuan motorik kasar anak autis selama diberikan intervensi atau perlakuan

padda tiap sesinya, dan pada kondisi baseline-2 (A-2) diberikan kembali tes

kinerja pada anak untuk mengetahui kemampuan motorik kasar anak setelah

diberikan perlakuan atau intervensi pada kondisi intervensi (B) tanpa memberikan

(13)

32

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

intevensi, maka dengan membandingkan data dari baseline-1 dan baseline-2.

Apabila terdapat selisih dimana nilai baseline-2 lebih besar dari baseline-1, hal

ini menunjukan bahwa ada pengaruh dari intervensi yang diberikan.

Untuk mengumpulakan data penelitian maka di butuhkan sebuah instrumen

penelitian. Maka peneliti membuat beberapa langkah untuk membuat instrumen

penelitian, yaitu :

1. Membuat kisi-kisi

Kisi-kisi dalam penenlitian ini sebagai dasar dalam pengembangan instrumen

dimana didalamnya merupakan gambaran rencana butir-butir soal yang

disesuaikan dengan variabel penelitian. Kisi-kisi dibuat berdasarkan aspek yang

akan diukur dan disesuaika dengan kondisi anak.

2. Pembuatan butir soal

Pembuatan butir soal merupakan pengembangan dari kisi-kisi yang telah

dibuat. Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan

pada kisi-kisi. (Kisi-kisi dan butir soal terlampir)

3. Kriteria penilaian butir soal

Setelah pembuatan butir soal yang berjumlah 25 butir soal, maka selanjutnya

menentukan kriteria penilian soal. Penilaian digunakan untuk mendapatkan data

pada tahap baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan baseline-2 (A-2). Penilian butir

soal dilakukan dengan sederhana yaitu jika anak dapat melakukan gerakan dengan

benar mendapatkan skor 1 dan jika anak tidak dapat melakukan gerakan dengan

benar maka skornya 0. Data yang diperoleh kemudian dicatat dan kemudian

diolah dalam jenis ukuran variabel terikat, yaitu presentasi. Menurut Sunanto

(2006: 16) “presentase menunjukan jumlah terjadinya suatu prilaku atau peristiwa

dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut

dikalikan dengan 100%”.

(14)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK F. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen penelitian ini digunakan, maka peneliti melakukan uji

coba instrumen penelitian untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen

tersebut dapat dijadikan sebagai alat tes. Untuk mengetahui sebuah instrumen

penelitian dapat digunakan atau tidak, maka harus memenuhi kriteria yakni

instrumen yang valid. “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiono, 2013 :121).

1. Judgement

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan setiap soal

berdasarkan pada pendapat para ahli. Melalui judgement, instrumenkelayakan alat

pengumpul data dapat digunakan sebagaimana mestinya. Berikut adalah

nama-nama ahli yang memberikan judgement terhadap instrumen penelitian :

Tabel 3.1

Daftar pemberi judgement

No. Nama Jabatan

1. Dr. Nia Sutisna, M.Si Lektor Kepala (Dosen PKH)

2. Drs. Badruzaman, M.Pd Lektor Kepala (Dosen FPOK)

3. Tony Suherman Guru SLB

2. Uji Validitas

Mencari kesesuaian antara alat pengukuran dengan tujuan pengukuran

merupakan tujuan dari uji validitas, sehingga suatu tes hasil belajar dapat

dikatakan valid apabila tes terrsebut benar-benar mengukur hasil belajar. Untuk

mengukur tingkat validitas instrumen peneliti menggunakan expert judgment yaitu

penilaian dari para ahli. Dimana penilaan validitas instrumen dilakukan oleh ahli.

Hasil judgmen kemudian dihitung dengan menggunakan presentase, dengan

(15)

34

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

Keterangan :

F = jumlah cocok

(16)

Septian, 2015

[image:16.595.135.490.150.737.2]

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

Tabel 3.2

Hasil Judgment

No. Butir

Soal

Daftar Chekhlis Judgement

Hasil Keterangan Nia S. Badruzaman Tony

1. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

2. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

3. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

4. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

5. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

6. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

7. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

8. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

9. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

10. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

11. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

12. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

13. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

14. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

15. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

16. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

17. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

18. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

19. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

20. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

21. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

22. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

23. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

24. Cocok Cocok Cocok 100% Valid

(17)

36

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

Berdasarkan hasil jugement diatas, setiap soal memiliki validitas isi :

= 100%

Dari hasil perolehan data di atas diketahui bahwa instrumen layak digunakan.

G. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan yang

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis statistik deskriptif. Dimana

tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran secara jelas pengaruh atau efek

intervensi terhadap perilaku yang akan dirubah dalam jangka waktu tertentu.

Bentuk penyajian data diolah menggunakan grafik, sebagaimana yang diungkap

oleh Sunanto (2006: 29) “dalam proses analisis data penelitian di bidang

modifikasi perilaku dengan subjek tunggal banyak mempresentasikan data ke

dalam grafik, khususnya grafik garis”. Adapun tujuan pembuatan grafik menurut

Sunanto (2006: 29) memiliki dua tujuan utama yaitu,

1. Untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan

2. Untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membatu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat lebih menggambarkan

kemampuan motorik kasar pada anak autis.

Menurut Sunanto (2006: 30) terdapat beberapa komponen penting dalam

grafik antara lain sebagai berikut :

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal)

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi dan durasi)

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%)

(18)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut

yaitu:

1. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A-1) dari setiap subjek pada

tiap sesi.

2. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B) dari subjek pada tiap sesi.

3. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A-2) dari setiap subjek pada

setiap sesi.

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi

baseline-1 (A-1), kondisi intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), skor intervensi (B)

dan baseline-2 (A-2).

6. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara

langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

7. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.

Langkah penganalisaan dalam kondisi dan antar kondisi. Analisis perubahan

dalam kondisi adalah analisis data dalam suatu kondisi, misalnya kondisi baseline

atau kondisi intervensi. Adapun komponen yang akan dianalisis dalm kondisi ini

meliputi :

1. Panjang Kondisi

Panjang kondisi menunnjukan banyaknya data dan sesi yang ada pada suatu

kondisi atau fase.

2. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data

dalam kondisi dimmana banyaknya data yang berrada di atas dan di bawah garis

(19)

38

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

3. Tingkat Stabilitas (level stability)

Menunjukan hogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat

dihitung dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di

dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

4. Tingkat Perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunnjukan besarannya perubahan antara dua data.

Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi

maupun data anatar kondisi.

5. Jejak data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu

kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terrjadi tiga kemungkinan,

yaitu menaik, menurrun, dan mendatar.

6. Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak anatara

data pertama dengan dat terkhir. Rentang ini memberikan informasi sebagaimana

yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan (levelchange)

Adapun analisis antarkondisi meliputi komponen sebagai berikut:

1. Variabel yang diubah

Dalam analisis data analisis data anatar kondisi sebaiknya variable terikat

atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan

pada efek atau pengaruh ntervensi teerhadap perilaku sasaran.

2. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Dalam analisis data anatar kondisi, perunbahan kecenderungan arah grafik

antara kondisi baseline dan intervensi menunjukan makna perubahan prilaku

(20)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

3. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.

Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah (mendatar, menaik,

atau menurun) secara konsisten.

4. Perubahan level data

Perubahan level data menunjukan seberapa besar data berubah. Sebagaimana

telah dijelaskan terdahulu tingkat (level) perubahan data antara kondisi

ditunjukan selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama

pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menggambarkan seberapa besar terjadi

perubahan perilaku akibat sebagai pengaruh dari intervensi.

5. Data yang tumpang tindih

Data tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinnya data yang sama

pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya

perubahan peada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih

(21)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badruzaman. (2014). Renang untuk pemula, lanjutan dan Penyempurnaan. Bandung:

Program Studi ilmu Keolahragaan FPOK UPI

Christie, P. (2001). Langkah Awal Berinteraksi Dengan Autis. Jakarta: Penerbit CV.

Gramedia pustaka utama

Davison, G. T. (1995), Op.cit..Jakarta : Penerbit CV . Gramedia pustaka utama

Delphie, B. ( 2011). Pendidikan Anak Autistik.Bandung: Penerbit Refika Aditama

---. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita Suatu pengantar Dalam

Pendiddikn Inklusi. Bandung : Penerbit Refika Aditama

Dewan Bimbingan Skripsi. (2011). Pedoman Penulisan dan Makalah Untuk

Mahasiswa S1. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI.

Dinata, M. (2006). Belajar Renang. Bandung: Penerbit Cerdas Jaya

Haller, D. (2013). Belajar Berenang. Bandung: Penerbit Pionir jaya

Hurlock, E. (1991). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit: Erlangga.

Kusmayadi, I. (2011). Membongkar Kecerdasan Anak. Jakarta: Penerbit Gudang Ilmu

Muhammad, K. A. J. (2008). Special Education For Special Children. Jakarta:

Penerbit PT Mizan Publika

(22)

Septian, 2015

PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB

AL-Somantri, S. (2006). Psikologi Luar Biasa. Bandung: Penerbit Refika Aditama

Sunu. (2011). Unlocking Autism,Jakarta : penerbit Gramedia Pustaka Utama

Saputra, Y., dan Badruzaman, Perkembangan Pembelajaran Motorik, Bandung:

Program Studi ilmu Keolahragaan FPOK UPI

Soendari, T. M. A., dan Muhdar, M. (2008). Pengajaran Asesemen Anak

Berkebutuhan Khusus (Modul). Tidak Diterbitkan, Jurusan Pendidikan Luar

Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sugiono. (2013). Metode penelititan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, D., et al. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal. CRICED University of Tsukuba.

Thomas, D. (2009). Renang Tingkat Pemula. Jakarta: Penerbit Succes Media

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI PRESS

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Petunjuk Teknis Pencegahan Plagiat

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI PRESS

Gambar

gambar grafik desain A-B-A. Tampilan grafik yang akan nampak pada hasil
Tabel 3.2 Hasil Judgment

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi bagi anak tunanetra mengenai faktor - faktor yang berperan dalam meningkatkan motorik kasar pada anak tunanetra di SLB

Dari sini peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunarungu sedang usia 4-6 tahun di SLB B Karnnamanohara Sleman, masuk dalam kategori

Penanganan untuk anak autis dalam menangani perkembangan motorik halus menggunakan terapi bermain playdough agar merangsang saraf, otot-otot halus dan otak sehingga

Jadi, ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang perkembangan anak usia 4-5 tahun maka akan menstimulasi perkembangan anak terutama perkembangan motorik kasar dan

Selanjutnya, dilakukan analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh motorik kasar terhadap perkembangan kreatifitas anak usia

Penelitian mengenai pengaruh senam irama terhadap perkembangan motorik kasar anak kelompok B di TK Al-Fitroh Surabaya ini menggunakan pendekatan kuantitatif

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Hubungan Stimulasi Motorik Kasar Dengan Perkembangan Anak Balita 3-5 Tahun Di Posyandu Kelurahan

iv RADEN RORO JANE ADJENG PURNAMASARI 10050010027 PENGARUH TERAPI ABA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SLB AUTIS PRANANDA BANDUNG Autis merupakan suatu kondisi dimana anak