• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot kering, kadar fosfor, serapan nitrogen, fosfor, kalium, dan kadar klorofil Mucuna bracteata. Sedangkan peubah amatan bobot segar, kadar nitrogendan kalium Mucuna bracteata, pH tanah, kadar P, C, N tanah mendapat pengaruh yang tidak nyata.

Tanggap Kelapa Sawit terhadap perlakuan pupuk hayati memperlihatkan pengaruh yang nyata pada peubah amatan kadar N dan P kelapa sawit. Sedang kan kadar K tidak nyata.

Bobot Segar (kg)

Dari data pengamatan bobot segar pada Lampiran 4 dan sidik ragam pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar Mucuna bracteata. Data rataan bobot segar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bobot segar Mucuna bracteata (kg) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Rataan

kontrol 2,39

bioteks 2,81

rhiposant 2,59

rhiposant + miza plus 2,46

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar. Hal ini karena bobot segar tanaman dipengaruhi oleh

penyerapan air oleh tanaman dimana mikroorganisme pada pupuk hayati tidak mempengaruhi penyerapan air oleh tanaman. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata akan tetapi terdapat kecenderungan bobot segar tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk Bioteks (2,81kg) dan terendah pada perlakuan tanpa pemberian pupuk hayati (2,39kg).

Bobot Kering (kg)

Pengamatan bobot kering pada Lampiran 6 dan sidik ragam pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot kering Mucuna bracteata.

Tabel 2. Bobot kering Mucuna bracteata (kg) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Rataan

Kontrol 0,94b

Bioteks 1,49a

Rhiposant 1,11b

rhiposant + miza plus 1,07b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Hasil pada Tabel 2 memperlihatkan perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot kering Mucuna. Rataan tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pupuk bioteks menyusul rhiposant, rhiposant+miza plus, dan tanpa pemberian pupuk hayati. Bobot kering yang merupakan biomassa tanaman dipengaruhi oleh laju akumulasi asimilat pada fase pertumbuhan tanaman. Bioteks merupakan pupuk hayati yang mengandung IAA yang berfungsi dalam mengatur pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan Hartanto (2007) yang menyatakan bahwa IAA yang merupakan Auksin dapat memacu pertumbuhan pada konsentrasi tertentu.

Kadar N, P, K Mucuna (%)

Data pengamatan kadar N, P dan K Mucuna pada Lampiran 8, 10, 12 dan sidik ragam pada Lampiran 9, 11, 13 memperlihatkan bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kadar P dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N dan K Mucuna. Data hasil uji beda rataan kadar N, P dan K Mucuna dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar N, P dan K Mucuna bracteata (%) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Kadar N Kadar P Kadar K

kontrol 3,92 0,42b 2,27

bioteks 4,66 0,41b 2,11

rhiposant 4,59 0,46a 2,27

rhiposant + miza plus 4,21 0,40b 2,04

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Kadar P tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian rhiposant dengan nilai 0,46% (Tabel 3). Hal ini sesuai literatur http://www.ibriec.org (2009b) yang menyatakan bahwa pupuk hayati ini mengandung bakteri pelarut P yaitu Aeromonas punctata yang memiliki kemampuan menghasilkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida ekstra sel beraktivitas tinggi pada kondisi tanah masam dengan kadar P rendah. Senyawa-senyawa tersebut akan membebaskan unsur P dari senyawa-senyawa pengikatnya, sehingga P yang tersedia bagi tanaman meningkat.

Serapan Hara N, P dan K Mucuna (g/tanaman)

Dari data pengamatan serapan hara N Mucuna pada Lampiran 14, 16, 18 dan sidik ragam pada Lampiran 15, 17 dan 19 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap serapan hara N, P dan K Mucuna. Data rataan serapan hara N, P dan K Mucuna dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Serapan hara N, P dan K Mucuna bracteata (g/tanaman) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Serapan N Serapan P Serapan K

Kontrol 37,64b 3,90b 21,08b

Bioteks 68,77a 5,99a 31,49a

Rhiposant 50,50b 5,20ab 25,19ab

rhiposant + miza plus 44,70b 4,25b 21,93b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Serapan hara N, P, K Mucuna bracteata akibat pemberian pupuk hayati tertinggi diperoleh pada pemberian biotek. Kadar N, P, K tersebut berturut-turut 68,77; 5,99; 31,49 g/tanaman (Tabel 4). Hasil pada tabel 4 juga memperlihatkan serapan N, P, K terendah pada perlakuan tanpa pupuk hayati. Salah satu faktor yang mempengaruhi serapan hara adalah pertumbuhan akar tanaman. Pertumbuhan akar yang baik dapat meningkatkan serapan hara oleh tanaman. Serapan tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk bioteks. Serapan hara dipengaruhi oleh bobot kering tanaman. Dari tabel 2 kita ketahui bahwa bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan bioteks sehingga hal tersebut juga terjadi pada serapan hara. Selain itu serapan N pada tanaman leguminosa yang mampu memfiksasi N dari udara juga berhubungan dengan serapan P karena dalam memfiksasi N, bakteri pemfiksasi membutuhkan energi dalam bentuk ATP yang salah satu unsur penyusunnya adalah P. Hal ini sesuai dengan literatur Marschner (1995) yang menyatakan bahwa dalam fiksasi Nitrogen, P berfungsi sebagai sumber energi dalam proses nitrogenase. Bioteks merupakan pupuk hayati dengan kandungan rhizobium, IAA, dan Kascing. Walaupun dalam kondisi normal bakteri rhizobium banyak terdapat di tanah, akan tetapi penambahan bakteri ini dari bioteks akan meningkatkan populasi bakteri ini di dalam tanah. Peningkatan ini akan berakibat pada laju serapan N dan P. Kandungan IAA dalam komposisi

bioteks ini akan membantu pertumbuhan akar dan memudahkan bakteri rhizobium menginfeksi akar Mucuna bracteata.

Kadar Klorofil Mucuna (mg/g jaringan)

Dari data pengamatan kadar klorofil pada Lampiran 20 dan sidik ragam pada Lampiran 21 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kadar klorofil Mucuna. Data rataan kadar klorofil Mucuna dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kadar klorofil Mucuna bracteata (mg/g jaringan) pada perlakuan pupuk

hayati

Perlakuan Kadar Klorofil

Kontrol 1,12b

Bioteks 1,72a

Rhiposant 1,10b

rhiposant + miza plus 1,10b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kadar klorofil Mucuna, dengan rataan tertinggi pada perlakuan pemberian bioteks (1,72mg/g) dan terendah pada perlakuan pemberian rhiposant dan rhiposant+ miza plus (1,10mg/g). Kadar klorofil tanaman dipengaruhi oleh unsur N, Mg, dan Fe. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa serapan N tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan bioteks. Serapan N yang tinggi akan mempengaruhi kadar klorofil tanaman. Hal ini didukung pernyataan Tam (1935) yang menyatakan jumlah serapan N tinggi dapat meningkatkan jumlah klorofil yang terbentuk selama cahaya, Fe, dan Mg juga tersedia.

pH Tanah

Data pengamatan pH tanah pada Lampiran 22 dan sidik ragam pada Lampiran 23 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Data rataan pH tanah Mucuna dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. pH tanah Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan pH tanah

Kontrol 6,19

Bioteks 6,26

rhiposant 6,15

rhiposant + miza plus 6,07

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Hasil pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pH pada tanah yang diaplikasi pupuk hayati berkisar 6. Mikroorganisme pada pupuk hayati ini tidak bekerja mengubah pH, hanya membantu penyediaan unsur hara untuk tanaman. Meskipun mikroorganisme tersebut dapat mengeluarkan asam-asam organik yang dapat membebaskan P dari ikatan dengan Fe atau Al oksida namun tetap tidak mengubah gugus Fe atau Al oksida tersebut sehingga berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Selain itu, tanah yang digunakan pada penelitian ini juga merupakan tanah bekas lahan pertanaman sehingga telah ada perlakuan terhadap pH tanah tersebut.

Analisis Tanah (Kadar P, C dan N tanah)

Dari data pengamatan analisis tanah pada Lampiran 24, 26 dan 28 dan sidik ragam pada Lampiran 25, 27 dan 29 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap kadar P, C dan N tanah. Data hasil uji beda rataan kadar P tanah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kadar P, C dan N tanah pada perlakuan pupuk hayati Perlakuan Kadar P (ppm) Kadar C (%) Kadar N (%) Kontrol 392,31 1,311 0,188 Bioteks 395,11 1,487 0,181 Rhiposant 410,19 1,328 0,175

rhiposant + miza plus 301,04 1,213 0,171

Perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap kadar P, C dan N tanah (Tabel 7). Rataan kadar P tertinggi pada perlakuan rhiposant (410,19ppm) dan terendah pada rhiposant+ miza plus (301,04ppm). Rataan kadar C tertinggi pada bioteks (1,487%) dan terendah pada rhiosant+ miza plus (1,213%). Rataan kadar N tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk hayati (0,188%) dan terendah pada rhiposant+ miza plus (0,171%).

Kadar Hara N, P dan K Kelapa Sawit (%)

Data pengamatan kadar hara N, P, dan K Kelapa sawit pada Lampiran 30, 32, 34 dan sidik ragam pada Lampiran 31, 33 dan 35 memperlihatkan bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kadar hara N, P kelapa sawit dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar K kelapa sawit. Data rataan kadar hara N, P dan K Mucuna dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. kadar hara N, P dan K kelapa sawit (%) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Kadar N Kadar P Kadar K

kontrol 2,77bc 0,38a 1,52

bioteks 2,98ab 0,35b 1,47

rhiposant 3,03a 0,37ab 1,56

rhiposant + miza plus 2,74c 0,33ab 1,51

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap kadar hara kalium kelapa sawit, namun berpengaruh nyata pada kadar N dan

P. Rataan kadar hara N tertinggi pada perlakuan rhiposant (3,03%) dan terendah pada rhiposant+ miza plus (2,74%). Rataan kadar hara P tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk hayati (0,38%) dan terendah pada rhiposant+ miza plus (0,33%). Kadar N tertinggi kelapa sawit terdapat pada perlakuan pupuk hayati. Hal ini membuktikan bahwa adanya pupuk hayati yang diaplikasikan pada Mucuna tidak menjadikannya pesaing bagi kelapa sawit dalam menyerap unsur hara khususnya N. Sedangkan untuk kadar P Kelapa sawit tertinggi terdapat pada perlakuan H0 (kontrol). Hal ini dapat terjadi karena ketersediaan P di tanah dimana pada perlakuan kontrol pemupukan diberikan dengan menggunakan 100% pupuk kimia sehingga ketersediaannya lebih tinggi. Hal ini juga dapat terjadi karena pada perlakuan pupuk hayati kadar P lebih tinggi pada Mucuna daripada Kelapa sawit. Pada kondisi tercekam tanaman akan meningkatkan pertumbuhan atau pengambilan unsur hara terutama P. P merupakan bagian penting sebagai bagian dari molekul ATP. Tanaman akan membentuk “lumbung P” pada kondisi yang tidak menguntungkan (Bidwell, 1974). Hal ini diduga menyebabkan kadar P pada perlakuan tanpa pupuk hayati tinggi.

KESIMPULAN

1. Pupuk hayati Bioteks dapat meningkatkan bobot kering dari 0,94 kg menjadi 1,49 kg, serapan N dari 37,64 g/tanaman menjadi 68,77 g/tanaman, serapan P dari 3,9 g/tanaman menjadi 5,99 g/tanaman, serapan dari 21,08 g/tanaman menjadi 31,49 g/tanaman, kadar klorofil dari 1,12 mg/g menjadi 1,72 mg/g.

2. Pupuk Hayati Rhiposant dapat meningkatkan kadar P Mucuna dari 0,42 % menjadi 46 %, kadar N kelapa sawit dari 2,77 % menjadi 3,03 %.

3. Penggunaan pupuk Hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 50% pada Mucuna.

Dokumen terkait