• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

RIKKI SANI SITORUS 060301003

BDP - AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SKRIPSI

Oleh:

RIKKI SANI SITORUS 060301003

BDP - AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS. Ir. Syukri NIP. 131 785 642 NIP. 131 653 991

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

i

RIKKI SANI SITORUS. Growth of Mucuna bracteata and nutrient content of Oil palm by using biofertilizer. Under the supervision of CHAIRANI HANUM and SYUKRI.

Oil palm plantation needs input of chemical fertilizer in high amount so that increasing efficiency or reducing usage of chemical fertilizer is needed. Mucuna bracteata is one of the legume cover crop at oil palm plantation that can makes symbioses with nitrogen fixation microorganism. Growth medium modification of

Mucuna bracteata would give a chance for this legume to increase the a ctivity of the fixation, biomass production that had a positive effect to oil plam. The objective of this research was to study the influence of biofertilizer at growth of Mucuna bracteata and nutrient content of oil palm. Research was done at Adolina Oil Palm Plantation PTPN IV, Serdang Bedagai in October 2008 until December 2009. Method of this research is randomized block design non factorial with 4 treatment, that is control, Bioteks, Rhiposant, Rhiposant + Miza plus with 12 replications.

Results of research showed that the biofertilizer treatment is significant to increase dry weight, phosphorus content, nitrogen uptake, phosphorus uptake, potassium uptake, chlorophyll content of Mucuna, and nitrogen content, phosphorus content of oil palm but not significant at fresh weight, nitrogen content, potassium content of Mucuna, pH of soil, soil analysis, and potassium content of oil palm.

(4)

RIKKI SANI SITORUS. Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) dengan Pemberian Pupuk Hayati. Dibawah bimbingan CHAIRANI HANUM dan SYUKRI

Budidaya Kelapa sawit membutuhkan asupan pupuk kimia yang cukup besar sehingga peningkatan efisiensi atau pengurangan penggunaan pupuk kimia perlu dilakukan. Mucuna bra cteata merupakan salah satu tanaman legume cover crop pada perkebunan kelapa sawit yang mampu bersimbiosis dengan mikroorganisme penambat N. Modifikasi media tumbuh Mucuna bracteata akan memberikan kesempatan pada legum ini untuk meningkatkan aktifitas penambatannya, penghasilan biomassa yang berakibat positif pada kelapa sawit. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk hayati pada pertumbuhan Mucuna bracteata dan kadar hara Kelapa Sawit. Penelitian dilakukan di Kebun Adolina PTPN IV, Serdang Bedagai mulai bulan Oktober 2008 sampai Desember 2009. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok non faktorial dengan 4 perlakuan, yaitu kontrol, bioteks, rhiposant, rhiposant + miza plus dengan 12 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan pupuk hayati meningkatkan bobot kering, kadar fosfor Mucuna, Serapan nitrogen , fosfor dan kalium Mucuna, kadar klorofil Mucuna, dan kadar nitrogen dan fosfor kelapa sawit tetapi memberikan pengaruh tidak nyata pada bobot basah, kadar nitrogen dan kalium Mucuna, pH tanah, analisis tanah dan kadar kalium kelapa sawit.

(5)

iii

Penulis lahir di Sei Karang pada tanggal 16 Juni 1988 putra dari Bapak L. Sitorus dan Ibu Suwarni. Penulis merupakan anak tunggal.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran dan pada tahun yang sama diterima masuk ke Program Studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota bidang diklat BKM Al-Mukhlisin FP-USU (2007-2008), anggota divisi perlengkapan Himadita Nursery (2007-2008), ketua divisi public relation Himadita Nursery (2008-2009), tata usaha Himadita Nursery (2009-2010).

(6)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Serapan Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) dengan Pemberian Pupuk Hayati,”

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis, serta memberikan dukungan moril dan materil. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP. dan Bapak Ir. Syukri selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Ibu Dr. Ir. Happy Widiastuti, MS. dan Bapak Ir. Suharyanto, M.Si di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia Bogor, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya membimbing di lapangan dan menganalisis hara, selain itu kepada staff lapangan dan karyawan Kebun Adolina PTPN IV yang telah menyediakan lahan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2010

(7)
(8)

Kadar klorofil ... 21

Analisis kadar dan serapan hara ... 21

Analisis tanah ... 21

Bobot segar ... 22

Bobot kering ... 22

Kelapa sawit ... 22

Analisis kadar hara... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN... 23

KESIMPULAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(9)

vii

1. Bobot segar Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati ... 23

2. Bobot kering Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati ... 24

3. Kadar N, P, K Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati ... 25

4. Serapan hara N, P K Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati ... 26

5. Kadar klorofil Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati ... 27

6. pH tanah Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati ... 28

7. Kadar P. C dan N tanah Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati ... 29

(10)

1. Teknik pengambilan parameter kadar klorofil ... 34

2. Bagan Penelitian ... 35

3. Tabel kegiatan penelitian ... 36

4. Data pengamatan bobot segar Mucuna bracteata ... 37

5. Daftar sidik ragam bobot segar Mucuna bracteata... 37

6. Data pengamatan bobot kering Mucuna bracteata ... 38

7. Daftar sidik ragam bobot kering Mucuna bra cteata ... 38

8. Data pengamatan kadar nitrogen Mucuna bracteata ... 39

9. Daftar sidik ragam kadar nitrogen Mucuna bractea ta ... 39

10. Data pengamatan kadar fosfor Mucuna bra cteata ... 40

11. Daftar sidik ragam kadar fosfor Mucuna bracteata ... 40

12. Data pengamatan kadar kalium Mucuna bracteata ... 41

13. Daftar sidik ragam kadar kalium Mucuna bracteata ... 41

14. Data pengamatan serapan hara nitrogen Mucuna bracteata ... 42

15. Daftar sidik ragam serapan hara nitrogen Mucuna bracteata ... 42

16. Data pengamatan serapan hara fosfor Mucuna bracteata ... 43

17. Daftar sidik ragam serapan hara fosfor Mucuna bracteata ... 43

18. Data pengamatan serapan hara kalium Mucuna bracteata ... 44

19. Daftar sidik ragam serapan hara kalium Mucuna bracteata ... 44

(11)

ix

23. Daftar sidik ragam pH tanah Mucuna bracteata ... 46

24. Data pengamatan kadar fosfor tanah Mucuna bracteata ... 47

25. Daftar sidik ragam kadar fosfor tanah Mucuna bracteata ... 47

26. Data pengamatan kadar karbon tanah Mucuna bra cteata ... 48

27. Daftar sidik ragam kadar karbon tanah Mucuna bracteata ... 48

28. Data pengamatan kadar nitrogen tanah Mucuna bracteata ... 49

29. Daftar sidik ragam kadar nitrogen tanah Mucuna bracteata ... 49

30. Data pengamatan kadar nitrogen kelapa sawit ... 50

31. Daftar sidik ragam kadar nitrogen kelapa sawit ... 50

32. Data pengamatan kadar fosfor kelapa sawit ... 51

33. Daftar sidik ragam kadar fosfor kelapa sawit ... 51

34. Data pengamatan kadar kalium kelapa sawit ... 52

35. Daftar sidik ragam kadar kalium kelapa sawit ... 52

(12)

RIKKI SANI SITORUS. Growth of Mucuna bracteata and nutrient content of Oil palm by using biofertilizer. Under the supervision of CHAIRANI HANUM and SYUKRI.

Oil palm plantation needs input of chemical fertilizer in high amount so that increasing efficiency or reducing usage of chemical fertilizer is needed. Mucuna bracteata is one of the legume cover crop at oil palm plantation that can makes symbioses with nitrogen fixation microorganism. Growth medium modification of

Mucuna bracteata would give a chance for this legume to increase the a ctivity of the fixation, biomass production that had a positive effect to oil plam. The objective of this research was to study the influence of biofertilizer at growth of Mucuna bracteata and nutrient content of oil palm. Research was done at Adolina Oil Palm Plantation PTPN IV, Serdang Bedagai in October 2008 until December 2009. Method of this research is randomized block design non factorial with 4 treatment, that is control, Bioteks, Rhiposant, Rhiposant + Miza plus with 12 replications.

Results of research showed that the biofertilizer treatment is significant to increase dry weight, phosphorus content, nitrogen uptake, phosphorus uptake, potassium uptake, chlorophyll content of Mucuna, and nitrogen content, phosphorus content of oil palm but not significant at fresh weight, nitrogen content, potassium content of Mucuna, pH of soil, soil analysis, and potassium content of oil palm.

(13)

ii

RIKKI SANI SITORUS. Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) dengan Pemberian Pupuk Hayati. Dibawah bimbingan CHAIRANI HANUM dan SYUKRI

Budidaya Kelapa sawit membutuhkan asupan pupuk kimia yang cukup besar sehingga peningkatan efisiensi atau pengurangan penggunaan pupuk kimia perlu dilakukan. Mucuna bra cteata merupakan salah satu tanaman legume cover crop pada perkebunan kelapa sawit yang mampu bersimbiosis dengan mikroorganisme penambat N. Modifikasi media tumbuh Mucuna bracteata akan memberikan kesempatan pada legum ini untuk meningkatkan aktifitas penambatannya, penghasilan biomassa yang berakibat positif pada kelapa sawit. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk hayati pada pertumbuhan Mucuna bracteata dan kadar hara Kelapa Sawit. Penelitian dilakukan di Kebun Adolina PTPN IV, Serdang Bedagai mulai bulan Oktober 2008 sampai Desember 2009. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok non faktorial dengan 4 perlakuan, yaitu kontrol, bioteks, rhiposant, rhiposant + miza plus dengan 12 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan pupuk hayati meningkatkan bobot kering, kadar fosfor Mucuna, Serapan nitrogen , fosfor dan kalium Mucuna, kadar klorofil Mucuna, dan kadar nitrogen dan fosfor kelapa sawit tetapi memberikan pengaruh tidak nyata pada bobot basah, kadar nitrogen dan kalium Mucuna, pH tanah, analisis tanah dan kadar kalium kelapa sawit.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tahun 2008 terjadi lonjakan harga pupuk yang sangat signifikan yang membuat petani pekebun merasa perlu mensiasatinya. Salah satunya dengan menekan biaya pemupukan melalui peningkatan efisiensi pemupukan dan mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi kebutuhan pupuk anorganik dengan memanfaatkan bakteri penambat N udara, pelarut fosfat dan penggunaan pupuk organik. Daerah tropis memiliki kelimpahan jenis mikroba sehingga menjadi keuntungan dalam penggunaannya sebagai pupuk hayati (http://ditjenbun.deptan.go.id/benihbun/benih., 2009).

Bioteks merupakan salah satu alternatif yang mungkin dapat dilakukan karena bioteks merupakan pupuk organik yang mengandung berbagai komponen penting penyokong pertumbuhan. Bioteks mengandung rhizobium yang dapat membantu memfiksasi nitrogen dari udara, auksin dalam bentuk indole asetic acid, kascing (kotoran cacing) dan tricoderma sp yang telah terbukti mampu menjadi musuh alami bagi ganoderma yang menyebabkan penyakit pada batang kelapa sawit.

(15)

perakaran tanaman sehingga pemberian Miza Plus di samping secara aktif menyediakan hara tanaman juga memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman secara berkesinambungan. Mikroba terseleksi yang terkandung dalam Miza Plus adalah bakteri penambat N non simbiotik, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Rhiphosant adalah inokulan berbahan aktif bakteri

penambat N dan pelarut P unggul hasil isolasi dan seleksi dari mikroba indigenous Indonesia yang dapat berfungsi membantu menambat nitrogen (N) dari udara dan melarutkan senyawa fosfat (P) sukar larut di dalam tanah (http://www.ibriec.org, 2009b).

Upaya lain yang biasa dilakukan di perkebunan adalah dengan menanam tanaman penutup tanah dari golongan leguminosae. Penanaman ini diharapkan mampu menambat nitrogen bebas di udara dan menambah kandungan bahan organik tanah sehingga dapat membantu efisiensi penggunaan pupuk. Mucuna bracteata merupakan salah satu jenis tanaman penutup tanah yang banyak digunakan saat ini. Hal ini disebabkan karena mucuna memiliki keunggulan kompetitif dibanding tanaman penutup tanah lain. Kelebihan lain mucuna itu antara lain kandungan alelopati yang dapat menekan pertumbuhan gulma-gulma utama perkebunan dan kemampuannya untuk hidup di bawah naungan dan kondisi cekaman kekeringan.

(16)

sekaligus mengurangi jumlah pemakaian pupuk anorganik yang harganya mahal dan langka, serta memberikan efek negatif pada tanaman dan lingkungan.

Tujuan Penelitian

Mempelajari pengaruh pemberian pupuk hayati pada Mucuna bracteata terhadap kadar hara Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan tanggap yang nyata dari kadar hara Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) akibat pemberian pupuk hayati pada Mucuna bracteata.

Kegunaan Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Kelapa sawit berakar serabut yang terdisi atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 2008).

Batang kelapa sawit tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).

Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2008).

(18)

pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini disebabkan semakin umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2008).

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120 Lintang Utara 120 Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008).

Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

(19)

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit adalah antara 0-150. Sedangkan di atas kemiringan 150 harus dibuat teras kontur. Pada topografi datar di daerah Sumatera Timur biasanya dijumpai tanah gley humik atau hidromorfik. Sedangkan tanah organosol (tanah gambut) vegetasinya terdiri dari hutan lebat dan terendam air (Risza, 2008).

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N). Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit

harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).

Mucuna bracteata

(20)

sehingga pada umur di atas tiga tahun akar utamanya dapat mencapai kedalaman 3 m (Subronto dan Harahap, 2002).

Daun dewasa (trifoliat) berwarna hijau gelap dengan ukuran 15x10 cm. Helaian daun akan menutup apabila suhu tinggi (termonastik), sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan. Karangan bunga seperti buah anggur panjang 10-30 cm, terdiri dari 40-100 hiasan bunga berwarna hitam keunguan (Subronto dan Harahap, 2002).

Mucuna bracteata memiliki hampir keseluruhan syarat LCC ideal dan nyata lebih unggul dibandingkan dengan LCC konvensional. Selain itu, salah satu sifat yang dimiliki LCC ini adalah tidak disukai oleh ternak. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa 3-(3.4-dihydroxyphenyl)-L-alanine (dikenal sebagai L-Dopa) yang tinggi pada LCC ini (Mathews, 1998).

Berdasarkan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah ternyata kacangan penutup tanah Mucuna bracteata memenuhi syarat sebagai tanaman penutup tanah. Tanaman ini penghasil bahan organik vang tmggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada daerah dengan kandungan bahan organik rendah. Nilai nutrisi dalam jumlah serasah yang dihasilkan pada naungan sebanyak 8,7 ton dan di daerah terbuka sebanyak 19,6 ton. Jumlah ini sama dengan 263 kg dan 531 kg (NPKMg dengan 75-83% N). Sedangkan Pueraria japonica hanya menghasilkan 4,8 ton serasah yang ekuivalen dengan 173 kg (NPKMg). Kanaungan karhon, total P, K tertukar dan KTK dalam tanah yang ditumbuhi M. bracteata meningkat sangat tajam dibanding dengan lahan vang ditumbuhi gulma (Subronto dan Harahap, 2002).

(21)

- Pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi. - Mudah ditanam dengan input yang rendah.

- Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi. - Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.

- Memiliki sifat alelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gulma.

- Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat, sehingga menambah kesuburan tanah.

- Mengendalikan erosi.

- Sebagai legumninosa dapat menambat N bebas dari udara. - Tahan nanungan dan kekeringan. (Subronto dan Harahap, 2002).

Ketebalan vegetasi ini dapat mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah.

(22)

Produksi awal kelapa sawit pada areal yang menggunakan penutup tanah Mucuna bracteata lebih tinggi dibandingkan dengan areal yang menggunakan penutup tanah konvensional. Tingkat kesuburan yang relatif tinggi dan kelembaban yang selalu terjaga diduga menjadi penyebab utama produktivitas tanaman di areal berpenutup tanah Mucuna bracteata lebih tinggi dibanding pada areal berpenutup tanah kovensional. Serasah yang berasal dari biomassa penutup Mucuna bracteata yang jumlahnya sangat besar merupakan sumber hara penting bagi peningkatan kesuburan tanah dibandingkan dengan areal berpenutup tanah konvensional (Sebayang, dkk, 2004).

Pupuk Hayati

Pupuk hayati adalah mikroorganisme hidup yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi atau menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Formulasi mikroba dan bahan pembawa mempengaruhi efektifitas pupuk hayati (Hasibuan, 2009). Beberapa contoh pupuk hayati adalah Bioteks, Rhiposant, dan Miza Plus.

Bioteks

(23)

Rhizobium

Rhizobium adalah jenis bakteri yang mampu melakukan fiksasi nirogen (N2) dari udara menjadi senyawa-senyawa nitrat yang dapat digunakan oleh jenis-jenis kacangan (legum) dalam suatu hubungan simbiosis dengan kacangan tersebut. Pada akar kacangan, bakteri ini membentuk bintil-bintil akar (nodul). Tanpa inokulasi bintil-bintil akar tersebut akan terbentuk juga jika dalam tanah terdapat populasi rhizobium. Tetapi, dengan inokulasi pembentukan bintil-bintil akar akan lebih cepat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

(24)

Bakteri Rhizobium hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang– kacangan dengan membentuk nodula. Proses terjadinya nodula akar pada tanaman sehubungan dengan hadirnya Rhizobium dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Bakteri Rhizobium berkerumun di sekitar rambut–rambut akar (secara alami)

maupun pada media buatan dengan pemberian inokulan (preparat hidup bakteri Rhizobium),

b. Sehubungan dengan berkerumunnya bakteri tersebut, rambut akar akan mengekskresi/mengeluarkan triftofan, yang selanjutnya oleh bakteri diubah ke indol asetat,

c. Kehadiran indol asetat mengakibatkan rambut–rambut akar mengeriting (mengkerut), sedang kegiatan bakteri lebih lanjut menghasilkan sejenis enzim yang dapat melarutkan senyawa pektat yang terdapat dalam fibril (sellulosa) kulit/selaput rambut akar sehingga terikat,

d. Adanya larutan pektat menyebabkan bakteri rhizobium berubah bentuk menjadi bulat, kecil–kecil, dan dapat bergerak,

e. Senyawa pektat tersebut mengikat sellulosa, sehingga hal ini berpengaruh pada selaput rambut akar yang menjadi sangat tipis dan mudah ditembus oleh bakteri Rhizobium,

(25)

Indole Asetic Acid (IAA)

Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa sintetis yang mempunyai aktifitas kerja yang sama seperti halnya hormon tanaman, dimana dengan konsentrasi tertentu dapat mendorong ataupun menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa peranan auksin adalah :

· Bersama Sitokinin mendorong pembelahan sel.

· Merangsang pertumbuhan akar lateral/samping. · Mencegah gugur daun.

· Merangsang pembungaan pada kelompok tanaman Bromelia. (Hartanto, 2007).

Auksin adalah asam indol asestat (IAA) atau C10H9O2N. IAA merupakan suatu kelompok dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asestat (C12H10)2) dan asam 2, 4 diklorofenoksi asetat (C8H6)3Cl2) atau disingkat 2,4 – D. Efek karakteristik auksin adalah kemampuannya mendorong pembengkokan suatu benih dan efek ini berhubungan dengan adanya suatu kelompok atom di dalam molekul auksin tersebut. Struktur IAA :

CH2COOH

NH (Heddy, 1996).

Kascing

(26)

yang dikenal para ilmuwan. Tetapi hanya sembilan spesies yang dimanfaatkan untuk menghasilkan pupuk organik. Kesembilan jenis tersebut adalah Lumbricus terrestris, Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, Allolobophora caliginosa, Allolobophora chlorotica, Pheretima asiatica, Perionyx excavatus, Diplocordia verrucosa, dan Eudrilus eugeuniae. Dari sembilan spesies itu, hanya empat spesies yang dibudi dayakan yaitu L. rubellus, E. foetida, P. asiatica, E. eugeuniae. Cacing tanah dapat mencerna bahan organik seberat badannya bahkan lebih (http://www.baungcamp.com., 2008).

Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994).

Kelebihan Kompos cacing dari kompos biasa adalah :

1. Waktu penguraian sampah lebih cepat karena tidak hanya diuraikan oleh kumpulan mikro organisme tetapi juga dibantu oleh cacing

2. Cacing menghasilkan bahan nutrisi yang lebih mudah diserap oleh tumbuhan. 3. Tidak memerlukan panas dan tidak perlu dibolak-balik.(http://www.mail-archive.com, 2007).

(27)

(Ca) 0,23%, magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%,

molibdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100mg, kapasitas

menyimpan air 41,23%, dan asam humus 13,88%

(http://pengalamanbertaniorganik.blogspot.com, 2006).

Tricoderma spp

Bahan kimia yang banyak digunakan dalam bidang pertanian dapat membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungannya. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan yang bergizi tinggi dan tidak tercemar bahan kimia juga se-makin tinggi. Untuk dapat memenuhi tuntutan

tersebut penggunaan bahan kimia terutama pestisida harus ditekan serendah mungkin. Pengembangan produk biofungisida Trichoderma sebagai

salah satu alternatif yang men-janjikan telah berhasil dilaksanakan (http://www.ipard.com, 2009).

(28)

Bahan Humat

Bahan humat atau yang lebih dikenal sebagai humus yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organik bersifat stabil. Terdiri atas fraksi asam humat, asam fulfat dan humin. Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah. Asam humat merupakan bahan makromolekul polielektrolit yang memiliki gugus fungsional sehingga memiliki peluang untuk membentuk kompleks dengan ion logam. Adanya senyawa organik memungkinkan terjadinya khelat yaitu senyawa organik yang berikatan dengan kation logam dalam tanah dan akan mengurangi pengikatan P oleh oksida sehingga P menjadi lebih tersedia (Ariyanto, 2006).

Rhiphosant

Rhiphosant adalah inokulan berbahan aktif bakteri penambat N dan pelarut P unggul hasil isolasi dan seleksi dari mikroba indigenous Indonesia yang dapat berfungsi membantu menambat nitrogen (N) dari udara dan melarutkan senyawa fosfat (P) sukar larut di dalam tanah (http://www.ibriec.org, 2009b).

(29)

Senyawa-senyawa tersebut akan membebaskan unsur P dari senyawa-senyawa pengikatnya, sehingga P yang tersedia bagi tanaman meningkat. Selain itu, mikroba ini juga mampu meningkatkan kelarutan Kalium dalam tanah. (http://www.ibriec.org, 2009b).

Miza Plus

Miza Plus adalah pupuk hayati berbasis mikoriza arbuskula dan telah diformulasi dengan memadukan sinergisme antara mikroba simbiotik dan non simbiotik. Secara fungsional mikroba tersebut bersinergi dalam penyediaan unsur makro P, N, dan zat pengatur tumbuh tanaman. Perbaikan rhizosfer tanaman dibuktikan dapat memperbaiki akar dan daerah perakaran tanaman sehingga pemberian Miza Plus di samping secara aktif menyediakan hara tanaman juga memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman secara berkesinambungan. Mikroba terseleksi yang terkandung dalam Miza Plus adalah bakteri penambat N non simbiotik, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (http://www.ibriec.org, 2009a).

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan Afdeling VII dan Kebun Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, yang berada pada ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2008 hingga bulan Desember 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah bibit tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang belum menghasilkan, benih Mucuna

bracteata, bioteks, rhiposant dan miza plus, amplop coklat, plastik, tali rafia. Alat yang digunakan pada penelitian adalah timbangan, kalkulkator, pisau dan gunting, meteran, alat tulis dan kertas.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 4 perlakuan dan 12 ulangan yaitu :

H0 : Kontrol H1 : Bioteks H2 : Rhiphosant

H3 : Rhiphosant + Miza Plus

(31)

Jumlah petak ubinan per perlakuan : 72 petak Jumlah petak ubinan per ulangan : 24 petak

Ukuran petak ubinan (1 tanaman) : 150 cm x 150 cm Jumlah sampel seluruhnya : 288 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yij = µ + ρi + αj + εij

i = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 j = 1,2,3,4, Dimana:

Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan ke-j

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan ke-j

εij : Galat dari blok ke-i, perlakuan ke-j

(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pembibitan

Pembibitan diawali dengan pengecambahan biji. Pengecambahan dilakukan dengan mengecambahkan biji Mucuna pada media tanam pasir selama ± 1 minggu. Selanjutnya, biji yang telah berkecambah dipindahkan ke polibek ukuran ½ kg.

Aplikasi Perlakuan Pupuk

Perlakuan pemberian pupuk hayati dilakukan saat Mucuna ditanam pada polibek dengan dosis 2 gram bioteks, 1,25 gram rhiposant dan 5 gram miza + 1,25 gram rhiposant per polibek Mucuna untuk masing-masing perlakuan.

Perlakuan pemberian pupuk hayati dilakukan saat Mucuna ditanam di lapangan adalah sebagai berikut

Perlakuan Pemupukan M. bracteata di lapangan H0 Pupuk NPK 15:15:15 675 kg/ha

H1 Bioteks 213 kg/ha + Pupuk NPK 15:15:15 337,5 kg/ha H2 Rhiphosant 4 kg/ha + Pupuk NPK 15:15:15 337,5 kg/ha

H3 Rhiphosant 4 kg/ha + Miza Plus 20 kg/ha + Pupuk NPK 15:15:15 337,5 kg/ha

Penanaman

(33)

dilakukan saat seluruh tanaman kelapa sawit masih berada pada umur ± 1 Tahun

(TBM I).

Pembuatan Plot

Pembuatan plot dilakukan secara acak setelah penanaman dilakukan. Plot ditandai dengan 8 buah pacak yang dibuat dengan ukuran plot 150 cm x 150 cm.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan saat pembibitan. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi lapangan setiap harinya. Penyiraman tidak dilakukan lagi setelah 2 minggu pindah tanam ke lapangan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan di lapangan sesuai rotasi oleh pihak perkebunan. Penyiangan ini dilakukan sekitar 5-6 bulan setelah penanaman.

Pemupukan

Pemupukan Mucuna dilakukan setelah 2 minggu pindah tanam. Untuk perlakuan kontrol diberikan pupuk NPK 15:15:15 dengan dosis 675 kg/Ha dan untuk perlakuan diberikan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 337,5 kg/Ha dan ditambah pupuk hayati.

(34)

Peubah Amatan

Gejala perubahan pada pertumbuhan, serapan mucuna maupun kelapa sawit diamati melalui parameter-parameter sebagai berikut:

A. Mucuna bracteata

Parameter yang diamati pada mucuna meliputi: 1. Kadar Klorofil (mg/g)

Kadar klorofil diambil pada bulan Agustus 2009. Parameter ini berguna untuk mengetahui serapan unsur nitrogen oleh Mucuna dari tanah. Kadar klorofil diukur pada 3 helai daun Mucuna bracteata dari sulur yang berbeda dan diambil secara acak dalam satu petakan. Daun yang diambil merupakan daun yang berada pada bagian tengah sulur.

2. Analisis Kadar Hara (%) dan Serapan Hara (g/tanaman)

Analisis kadar dan serapan hara Mucuna bracteata dilakukan pada bulan Agustus 2009. Dengan mengambil sebanyak 3 helai daun dari sulur yang berbeda. Pengambilan daun ini dilakukan secara acak dalam satu petak ubin. Daun yang diambil adalah daun yang berada pada bagian tengah. Serapan dan kadar hara yang diamati adalah N, P dan K.

3. Analisis Tanah

(35)

4. Bobot Segar (kg)

Pengamatan bobot segar mucuna juga dilakukan pada bulan Agustus 2009. Bobot segar diamati dengan cara menimbang Mucuna segar segera setelah pemanenan berlangsung.

5. Bobot Kering (kg)

Pengamatan bobot kering dilakukan pada bulan Agustus 2009 dengan cara menimbang bobot mucuna setelah dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari hingga kering dan berubah warna menjadi kecoklatan.

B. Kelapa Sawit

Parameter yang diamati pada kelapa sawit hanya: Analisis Kadar Hara (%)

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot kering, kadar fosfor, serapan nitrogen, fosfor, kalium, dan kadar klorofil Mucuna bracteata. Sedangkan peubah amatan bobot segar, kadar nitrogendan kalium Mucuna bracteata, pH tanah, kadar P, C, N tanah mendapat pengaruh yang tidak nyata.

Tanggap Kelapa Sawit terhadap perlakuan pupuk hayati memperlihatkan pengaruh yang nyata pada peubah amatan kadar N dan P kelapa sawit. Sedang kan kadar K tidak nyata.

Bobot Segar (kg)

Dari data pengamatan bobot segar pada Lampiran 4 dan sidik ragam pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar Mucuna bracteata. Data rataan bobot segar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bobot segar Mucuna bracteata (kg) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Rataan

kontrol 2,39

bioteks 2,81

rhiposant 2,59

rhiposant + miza plus 2,46

(37)

penyerapan air oleh tanaman dimana mikroorganisme pada pupuk hayati tidak mempengaruhi penyerapan air oleh tanaman. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata akan tetapi terdapat kecenderungan bobot segar tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk Bioteks (2,81kg) dan terendah pada perlakuan tanpa pemberian pupuk hayati (2,39kg).

Bobot Kering (kg)

Pengamatan bobot kering pada Lampiran 6 dan sidik ragam pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap bobot kering Mucuna bracteata.

Tabel 2. Bobot kering Mucuna bracteata (kg) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Rataan

Kontrol 0,94b

Bioteks 1,49a

Rhiposant 1,11b

rhiposant + miza plus 1,07b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

(38)

Kadar N, P, K Mucuna (%)

Data pengamatan kadar N, P dan K Mucuna pada Lampiran 8, 10, 12 dan sidik ragam pada Lampiran 9, 11, 13 memperlihatkan bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kadar P dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N dan K Mucuna. Data hasil uji beda rataan kadar N, P dan K Mucuna dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar N, P dan K Mucuna bracteata (%) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Kadar N Kadar P Kadar K

kontrol 3,92 0,42b 2,27

bioteks 4,66 0,41b 2,11

rhiposant 4,59 0,46a 2,27

rhiposant + miza plus 4,21 0,40b 2,04

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

Kadar P tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian rhiposant dengan nilai 0,46% (Tabel 3). Hal ini sesuai literatur http://www.ibriec.org (2009b) yang menyatakan bahwa pupuk hayati ini mengandung bakteri pelarut P yaitu Aeromonas punctata yang memiliki kemampuan menghasilkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida ekstra sel beraktivitas tinggi pada kondisi tanah masam dengan kadar P rendah. Senyawa-senyawa tersebut akan membebaskan unsur P dari senyawa-senyawa pengikatnya, sehingga P yang tersedia bagi tanaman meningkat.

Serapan Hara N, P dan K Mucuna (g/tanaman)

(39)

Tabel 4. Serapan hara N, P dan K Mucuna bracteata (g/tanaman) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Serapan N Serapan P Serapan K

Kontrol 37,64b 3,90b 21,08b

Bioteks 68,77a 5,99a 31,49a

Rhiposant 50,50b 5,20ab 25,19ab

rhiposant + miza plus 44,70b 4,25b 21,93b

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

(40)

bioteks ini akan membantu pertumbuhan akar dan memudahkan bakteri rhizobium menginfeksi akar Mucuna bracteata.

Kadar Klorofil Mucuna (mg/g jaringan)

Dari data pengamatan kadar klorofil pada Lampiran 20 dan sidik ragam pada Lampiran 21 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kadar klorofil Mucuna. Data rataan kadar klorofil Mucuna dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kadar klorofil Mucuna bracteata (mg/g jaringan) pada perlakuan pupuk

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

(41)

pH Tanah

Data pengamatan pH tanah pada Lampiran 22 dan sidik ragam pada Lampiran 23 dapat dilihat bahwa pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Data rataan pH tanah Mucuna dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. pH tanah Mucuna bracteata pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan pH tanah nyata terhadap pH tanah. Hasil pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pH pada tanah yang diaplikasi pupuk hayati berkisar 6. Mikroorganisme pada pupuk hayati ini tidak bekerja mengubah pH, hanya membantu penyediaan unsur hara untuk tanaman. Meskipun mikroorganisme tersebut dapat mengeluarkan asam-asam organik yang dapat membebaskan P dari ikatan dengan Fe atau Al oksida namun tetap tidak mengubah gugus Fe atau Al oksida tersebut sehingga berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Selain itu, tanah yang digunakan pada penelitian ini juga merupakan tanah bekas lahan pertanaman sehingga telah ada perlakuan terhadap pH tanah tersebut.

Analisis Tanah (Kadar P, C dan N tanah)

(42)

Tabel 7. Kadar P, C dan N tanah pada perlakuan pupuk hayati

rhiposant + miza plus 301,04 1,213 0,171

Perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap kadar P, C dan N tanah (Tabel 7). Rataan kadar P tertinggi pada perlakuan rhiposant (410,19ppm) dan terendah pada rhiposant+ miza plus (301,04ppm). Rataan kadar C tertinggi pada bioteks (1,487%) dan terendah pada rhiosant+ miza plus (1,213%). Rataan kadar N tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk hayati (0,188%) dan terendah pada rhiposant+ miza plus (0,171%).

Kadar Hara N, P dan K Kelapa Sawit (%)

Data pengamatan kadar hara N, P, dan K Kelapa sawit pada Lampiran 30, 32, 34 dan sidik ragam pada Lampiran 31, 33 dan 35 memperlihatkan bahwa pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap kadar hara N, P kelapa sawit dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar K kelapa sawit. Data rataan kadar hara N, P dan K Mucuna dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. kadar hara N, P dan K kelapa sawit (%) pada perlakuan pupuk hayati

Perlakuan Kadar N Kadar P Kadar K

kontrol 2,77bc 0,38a 1,52

bioteks 2,98ab 0,35b 1,47

rhiposant 3,03a 0,37ab 1,56

rhiposant + miza plus 2,74c 0,33ab 1,51

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5 %

(43)
(44)

KESIMPULAN

1. Pupuk hayati Bioteks dapat meningkatkan bobot kering dari 0,94 kg menjadi 1,49 kg, serapan N dari 37,64 g/tanaman menjadi 68,77 g/tanaman, serapan P dari 3,9 g/tanaman menjadi 5,99 g/tanaman, serapan dari 21,08 g/tanaman menjadi 31,49 g/tanaman, kadar klorofil dari 1,12 mg/g menjadi 1,72 mg/g.

2. Pupuk Hayati Rhiposant dapat meningkatkan kadar P Mucuna dari 0,42 % menjadi 46 %, kadar N kelapa sawit dari 2,77 % menjadi 3,03 %.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, D. P., 2006. Ikatan Antara Asam Organik Tanah dengan Logam. Dikutip dari: http://ariyanto.staff.uns.ac.id/ Diakses tanggal 16 Maret 2010.

Bidwell, R. G. S., 1974. Plant physiology. Macmillan. New York.

Fitriatin, B. N., D. H. Arief, Y. Sumarni, N. Nurlaeny. 1999. Serapan N dan P, Infeksi Mikoriza, Nodulasi dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) yang Dipengaruhi oleh Inokulan (Bradyrhizobium japonicum dan VAM) serta Biostimulan pada Tanah Gambut Pontianak. Dalam prosiding kongres nasional VII HITI. Bandung.

Harman, G. E. 2003. Trichoderma for biocontrol of plant pathogens from basic research to commercialized products. Dikutip dati: http://www/nyseas.cornell.edu/ent/bcconf/talks/harman/html. Diakses tanggal 1 Juni 2003.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Hartanto, Y., 2007. Zat Pengatur Tubuh Tanaman. Dikutip dari: http://www.godongijo.com, Diakses tanggal 17 Mei 2009.

Hasibuan, B.E., 2009. Pupuk dan Pemupukan. USU. Medan

http://ditjenbun.deptan.go.id/benihbun/benih., 2009. Mensiasati Kelangkaan Pupuk Pada Tanaman Perkebunan Karet. Diakses tanggal 17 April 2009. http://pengalamanbertaniorganik.blogspot.com, 2006. Membuat Pupuk Kascing.

Diakses tanggal 17 Juni 2008.

http://www.baungcamp.com., 2008. Memanfaatkan cacing tanah Untuk Hasilkan pupuk Organik. Diakses tanggal 17 Mei 2009.

http://www.ibriec.org, 2009a. Miza Plus. Diakses tanggal 24 Agustus 2009 http://www.ibriec.org, 2009b. Rhiphosant. Diakses tanggal 24 Agustus 2009 http://www.ibriec.org, 2009c. Bioteks. Diakses tanggal 24 Agustus 2009

http://www.ipard.com/penelitian/penelitian_biotek.asp, 2009. Pengendalian Penyakit Ganoderma sp. dan Jamur Akar Putih (JAP). Diakses tanggal 17 Mei 2009.

(46)

Marschner, H., 1993. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Ed. Academic Press. San Diego.

Mathews, C., 1998. The Introduction and Establishment of a New Leguminous Cover Crop, Mucuna bracteata under Oil Palm in Malaysia. The Planter, Kuala Lumpur :359-368.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun., 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Jakarta.

Risza, S. 2008. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Sastrosayono, S., 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sebayang, S. Y., E. S. Sutarta dan I. Y. Harahap., 2004. Penggunaan Mucuna

bracteata Pada Kelapa Sawit: Pengalaman Di Kebun Tinjowan Sawit II, PT. Perkebunan Nusantara IV. Warta PPKS 2004, Vol. 12(2-3) 15-22. Subronto dan I. Y. Harahap. 2002. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah Mucuna

bracteata Pada Pertanaman Kelapa Sawit. Warta PPKS 2002, Vol 10(1):1-6

Sunarko., 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Kanisius. Jakarta.

Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra, dan S. Sastroatmodjo, 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta

Tam R. K. dan O. C. Magistad, 1935.Relationship Between Nitrogen Fertilization And Chlorophyll Content In Pineapple Plants. Plant Physiol. 1935 10: 159-168. Dikutip dari: http://www.plantphysiol.org/ Diakses tanggal 16 Maret 2010

(47)

Lampiran 1. Teknik Pengambilan Parameter Kadar Klorofil

1. Cara pengamatan perhitungan kadar klorofil dalam daun Mucuna

a. Ambil sampel daun Mucuna lalu potong-potong kecil. Timbang potongan kecil daun tersebut sampai beratnya mencapai 2 gram

b. Gerus sampel daun tersebut menggunakan pestel. Kemudian tambahkan dengan Aceton p.a. sebanyak 10 ml.

c. Gerus lagi daun tersebut kemudian tambahkan akuades kurang lebih 0,8 ml sampai konsentrasi akhir aceton menjadi 80% (satu helaian daun mengandung sedikitnya 80% air). Tambahkan aceton 80 % secukupnya ke dalam ekstrak jaringan daun sambil digerus sehingga ekstrak menjadi homogen

d Diamkan ekstrak (dekantasi), lalu saring supernatan menggunakan kertas saring ke dalam gelas ukur berukuran 100 ml ulangi sampai 5 kali.

e. Tambahkan aceton 80% ke dalam residu daun yang masih tersisa di mortar dan ulangi proses ekstraksi seperti poin sebelumnya

f. Lalu setarakan volume hasil ekstraksi pada gelas ukur tersebut dengan aceton 80%

g. Pindahkan hasil ekstraksi tersebut sebanyak 5 ml ke dalam tabung volumetrik berukuran 50 ml dan setarakan volume ekstraksi dengan aceton 80%

h. Ukur nilai absorbansi hasil ekstrak tersebut pada panjang gelombang 663 µm dan 645 µm

i. Diukur kadar klorofil dengan rumus :

C= (20,2 x D645) + (8,02 x D663) x 50/1000 x 100/5 x 1/bobot cth per daun Keterangan :

C = kadar konsentrasi klorofil daun (mg klorofil/gr jaringan). 20,2 dan 80,2 = koefisien absorbansi klorofil

D645 dan D663 = nilai absorbansi ekstrak 50/1000 x 100/5 = faktor pengenceran

(48)

Lampiran 2. Bagan Percobaan Penelitian

H0 H1 H2 H3 H0 H1 H2 H3 H0 H1 H2 H3

H1 H2 H3 H0 H1 H2 H3 H0 H1 H2 H3 H0

H2 H0 H1 H2 H0 H1 H2 H0 H1 H2 H0 H1 H2 H3 H0 H1 H2 H3 H0 H1 H2 H3 H0 H1

(49)
(50)

Lampiran 4. Data pengamatan bobot segar Mucuna bracteata

Perlakuan Blok

Total

Rataan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 4,58 3,44 3,50 3,34 1,48 2,22 2,36 2,30 0,90 0,74 1,24 2,54 28,64 2,39

H1 6,40 4,08 3,75 1,10 1,38 2,38 1,05 2,17 3,00 2,40 2,40 3,57 33,68 2,81

H2 2,92 2,78 2,20 1,64 4,38 4,56 2,58 1,58 3,66 1,36 1,70 1,72 31,08 2,59

H3 2,68 2,45 2,34 1,84 3,44 2,58 2,46 2,50 2,24 2,94 2,22 1,88 29,57 2,46

Total 16,58 12,75 11,79 7,92 10,68 11,74 8,45 8,55 9,80 7,44 7,56 9,71 122,97

Rataan 4,15 3,19 2,95 1,98 2,67 2,94 2,11 2,14 2,45 1,86 1,89 2,43 2,56

Lampiran 5. Daftar sidik ragam bobot segar Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05 Blok 11 19,57 1,78 1,62 tn 2,09 Perlakuan 3 1,21 0,40 0,37 tn 2,89 Error 33 36,22 1,10

Total 47 57,00

(51)

Lampiran 6. Data pengamatan bobot kering Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 1,48 1,43 1,40 1,38 0,61 0,89 1,12 0,98 0,34 0,27 0,39 1,00 11,29 0,94

H1 2,73 1,93 1,70 1,11 1,38 1,49 1,41 0,93 1,40 1,03 1,02 1,73 17,86 1,49

H2 1,25 1,07 0,81 0,69 2,08 2,12 1,21 0,74 1,48 0,50 0,60 0,73 13,28 1,11

H3 1,18 1,04 1,08 0,90 1,70 1,18 0,97 0,91 0,88 1,22 1,00 0,76 12,82 1,07

Total 6,64 5,47 4,99 4,08 5,77 5,68 4,71 3,56 4,10 3,02 3,01 4,22 55,25

Rataan 1,66 1,37 1,25 1,02 1,44 1,42 1,18 0,89 1,03 0,76 0,75 1,06 1,15

Lampiran 7. Daftar sidik ragam bobot kering Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05 Blok 11 3,5959 0,3269 2,0319 tn 2,09 Perlakuan 3 1,9978 0,6659 4,1393 * 2,89 Error 33 5,3091 0,1609

Total 47 10,9027

(52)

Lampiran 8. Data pengamatan kadar nitrogen Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H1 4,36 3,95 3,98 3,86 3,90 4,36 3,95 4,20 3,80 3,52 3,36 3,82 47,06 3,92

H4 4,43 3,90 4,51 5,35 4,82 5,35 4,59 4,46 4,78 4,46 4,44 4,78 55,87 4,66

H2 5,12 4,59 5,05 3,95 3,83 4,43 4,90 4,82 5,00 4,67 3,75 4,97 55,08 4,59

H3 4,97 7,59 3,29 3,66 3,43 3,90 3,67 3,60 4,40 3,52 4,70 3,82 50,55 4,21

Total 18,88 20,03 16,83 16,82 15,98 18,04 17,11 17,08 17,98 16,17 16,25 17,39 208,56

Rataan 4,72 5,01 4,21 4,21 4,00 4,51 4,28 4,27 4,50 4,04 4,06 4,35 4,35

Lampiran 9. Daftar sidik ragam kadar nitrogen Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05 Blok 11,00 3,89 0,35 0,69 tn 2,09 Perlakuan 3,00 4,24 1,41 2,75 tn 2,89 Error 33,00 16,98 0,51

Total 47,00 25,11

(53)

Lampiran 10. Data pengamatan kadar fosfor Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 0,40 0,41 0,40 0,44 0,49 0,44 0,38 0,42 0,38 0,40 0,42 0,40 4,98 0,42

H1 0,34 0,41 0,37 0,44 0,43 0,46 0,48 0,40 0,41 0,4 0,39 0,37 4,90 0,41 H2 0,52 0,46 0,40 0,44 0,42 0,59 0,40 0,49 0,50 0,42 0,41 0,42 5,47 0,46 H3 0,42 0,41 0,42 0,43 0,42 0,40 0,33 0,42 0,33 0,40 0,34 0,43 4,75 0,40 Total 1,68 1,69 1,59 1,75 1,76 1,89 1,59 1,73 1,62 1,62 1,56 1,62 20,10

Rataan 0,42 0,42 0,40 0,44 0,44 0,47 0,40 0,43 0,41 0,41 0,39 0,41 0,42

Lampiran 11. Daftar sidik ragam kadar fosfor Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 0,0248 0,0023 1,30 tn 2,09

Perlakuan 3,00 0,0243 0,0081 4,66 * 2,89

Error 33,00 0,0573 0,0017

Total 47,00 0,1063

(54)

Lampiran 12. Data pengamatan kadar kalium Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 2,15 2,09 2,19 2,28 2,64 2,58 1,96 2,13 2,06 2,66 2,03 2,51 27,28 2,27 H1 1,88 2,59 2,15 2,17 2,37 2,12 2,01 2,12 2,07 1,99 1,80 2,07 25,34 2,11

H2 2,58 2,26 2,30 1,91 1,96 2,25 2,25 2,45 2,61 1,75 2,62 2,35 27,29 2,27

H3 1,97 1,86 1,89 2,06 2,31 2,25 1,76 2,08 2,00 1,95 2,12 2,27 24,52 2,04

Total 8,58 8,80 8,53 8,42 9,28 9,20 7,98 8,78 8,74 8,35 8,57 9,20 104,43 Rataan 2,15 2,20 2,13 2,11 2,32 2,30 2,00 2,20 2,19 2,09 2,14 2,30 2,18

Lampiran 13. Daftar sidik ragam kadar kalium Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 0,41 0,04 0,62 tn 2,09

Perlakuan 3,00 0,49 0,16 2,72 tn 2,89

Error 33,00 1,98 0,06

Total 47,00 2,88

(55)

Lampiran 14. Data pengamatan serapan hara nitrogen Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 64,53 56,49 55,72 53,27 23,79 38,80 44,24 41,16 12,92 9,50 13,10 38,20 451,72 37,64

H1 120,94 75,27 76,67 59,28 66,28 79,82 64,72 41,48 66,92 45,94 45,29 82,69 825,29 68,77

H2 64,00 49,11 40,91 27,26 79,66 93,92 59,29 35,67 74,00 23,35 22,50 36,28 605,94 50,50

H3 58,65 78,94 35,53 32,94 58,31 46,02 35,60 32,76 38,72 42,94 47,00 29,03 536,44 44,70

Total 308,11 259,80 208,83 172,74 228,04 258,56 203,85 151,07 192,56 121,74 127,89 186,21 2419,40

Rataan 77,03 64,95 52,21 43,19 57,01 64,64 50,96 37,77 48,14 30,43 31,97 46,55 50,40

Lampiran 15. Daftar sidik ragam serapan hara nitrogen Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 8562,50 778,41 2,91 * 2,09

Perlakuan 3,00 6393,61 2131,20 7,96 * 2,89

Error 33,00 8832,68 267,66

Total 47,00 23788,80

(56)

Lampiran 16. Data pengamatan serapan hara fosfor Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 5,92 5,86 5,60 6,07 2,99 3,92 4,26 4,12 1,29 1,08 1,64 4,00 46,74 3,90

H1 9,28 7,91 6,29 4,88 5,91 6,86 6,77 3,72 5,74 4,12 3,98 6,40 71,86 5,99

H2 6,50 4,92 3,24 3,04 8,74 12,51 4,84 3,63 7,40 2,10 2,46 3,07 62,43 5,20

H3 4,96 4,26 4,54 3,87 7,14 4,72 3,20 3,82 2,90 4,88 3,40 3,27 50,96 4,25

Total 26,66 22,96 19,67 17,85 24,78 28,01 19,07 15,28 17,34 12,18 11,48 16,74 232,00

Rataan 6,66 5,74 4,92 4,46 6,19 7,00 4,77 3,82 4,33 3,05 2,87 4,18 4,83

Lampiran 17. Daftar sidik ragam serapan hara fosfor Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 78,53 7,14 2,18 * 2,09

Perlakuan 3,00 32,34 10,78 3,30 * 2,89

Error 33,00 107,87 3,27

Total 47,00 218,74

(57)

Lampiran 18. Data pengamatan serapan hara kalium Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 31,82 29,89 30,66 31,46 16,10 22,96 21,95 20,87 7,00 7,18 7,92 25,10 252,93 21,08 H1 51,32 49,99 36,55 24,04 32,59 31,63 28,34 19,72 28,98 20,50 18,36 35,81 377,83 31,49 H2 32,25 24,18 18,63 13,18 40,77 47,70 27,23 18,13 38,63 8,75 15,72 17,16 302,32 25,19 H3 23,25 19,34 20,41 18,54 39,27 26,55 17,07 18,93 17,60 23,79 21,20 17,25 263,20 21,93 Total 138,64 123,40 106,25 87,23 128,73 128,84 94,59 77,65 92,21 60,22 63,20 95,32 1196,27 Rataan 34,66 30,85 26,56 21,81 32,18 32,21 23,65 19,41 23,05 15,05 15,80 23,83 24,92

Lampiran 19. Daftar sidik ragam serapan hara kalium Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 1861,85 169,26 2,24 * 2,09

Perlakuan 3,00 802,41 267,47 3,54 * 2,89

Error 33,00 2493,13 75,55

Total 47,00 5157,39

(58)

Lampiran 20. Data pengamatan kadar klorofil Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI

H0 1,23 1,07 1,04 1,37 1,07 0,96 6,73 1,12 H1 2,73 1,93 1,70 1,11 1,38 1,49 10,34 1,72 H2 0,96 1,23 1,04 0,98 1,21 1,18 6,60 1,10 H3 1,25 1,15 0,86 1,14 1,20 1,02 6,63 1,10 Total 6,17 5,38 4,64 4,59 4,85 4,66 30,29 Rataan 1,54 1,35 1,16 1,15 1,21 1,16 1,26

Lampiran 21. Daftar sidik ragam kadar klorofil Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 5,00 0,48 0,10 1,02 tn 2,90

Perlakuan 3,00 1,70 0,57 6,00 * 3,29

Error 15,00 1,41 0,09

Total 23,00 3,59

(59)

Lampiran 22. Data pengamatan pH Tanah Mucuna bracteata

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 6,38 6,74 6,07 6,08 6,15 6,47 6,21 6,33 5,88 6,05 5,98 5,91 74,25 6,19

H1 6,08 6,13 6,22 6,11 6,36 6,30 6,50 6,33 6,47 6,11 6,17 6,39 75,17 6,26 H2 6,69 6,16 5,93 6,40 6,48 6,18 6,06 5,80 5,88 6,07 5,80 6,38 73,83 6,15 H3 5,96 5,81 5,82 6,22 6,18 6,31 5,92 6,33 6,05 6,03 6,23 5,98 72,84 6,07 Total 25,11 24,84 24,04 24,81 25,17 25,26 24,69 24,79 24,28 24,26 24,18 24,66 296,09

Rataan 6,28 6,21 6,01 6,20 6,29 6,32 6,17 6,20 6,07 6,07 6,05 6,17 6,17

Lampiran 23. Daftar sidik ragam pH Tanah Mucuna bracteata

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 0,45 0,04 0,78 tn 2,09

Perlakuan 3,00 0,23 0,08 1,47 tn 2,89

Error 33,00 1,75 0,05

Total 47,00 2,43

(60)

Lampiran 24. Data pengamatan kadar P Tanah

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 424,28 431,68 399,63 332,46 288,71 320,75 360,53 378,78 377,45 449,73 507,12 436,61 4707,73 392,31

H1 369,04 206,66 335,54 382,38 345,20 308,23 476,05 485,13 429,21 197,91 563,30 642,66 4741,31 395,11

H2 685,58 362,66 350,33 305,96 310,89 478,51 287,51 320,75 517,96 453,86 401,78 446,47 4922,26 410,19 H3 352,67 222,15 268,99 401,78 341,01 404,11 323,22 283,35 350,33 301,22 197,50 166,19 3612,52 301,04

Total 1831,57 1223,15 1354,49 1422,58 1285,81 1511,60 1447,31 1468,01 1674,95 1402,72 1669,70 1691,93 17983,82

Rataan 457,89 305,79 338,62 355,65 321,45 377,90 361,83 367,00 418,74 350,68 417,43 422,98 374,66

Lampiran 25. Daftar sidik ragam kadar P Tanah

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 92311,85 8391,99 0,78 tn 2,86

Perlakuan 3,00 88936,76 29645,59 2,77 tn 2,86

Error 33,00 353279,42 10705,44

Total 47,00 534528,03

Keterangan : * = nyata tn = tidak nyata

(61)

Lampiran 26. Data pengamatan kadar C Tanah

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 1,49 1,46 1,15 1,15 1,14 1,44 1,36 1,32 1,35 1,46 1,22 1,19 15,73 1,31 H1 1,30 1,27 1,49 1,47 1,17 1,19 1,49 1,41 1,35 1,19 2,17 2,34 17,84 1,49

H2 2,45 1,99 1,31 1,06 1,14 1,31 1,03 0,99 1,17 1,23 1,16 1,10 15,94 1,33 H3 1,15 1,31 1,42 1,44 1,22 0,16 1,35 1,26 1,40 1,32 1,05 1,47 14,55 1,21 Total 6,39 6,03 5,37 5,12 4,67 4,10 5,23 4,98 5,27 5,20 5,60 6,10 64,06 Rataan 1,60 1,51 1,34 1,28 1,17 1,03 1,31 1,25 1,32 1,30 1,40 1,53 1,33

Lampiran 27. Daftar sidik ragam kadar C Tanah

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 1,11 0,10 0,80 tn 2,86

Perlakuan 3,00 0,46 0,15 1,22 tn 2,86

Error 33,00 4,17 0,13

Total 47,00 5,74

(62)

Lampiran 28. Data pengamatan kadar N Tanah

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 0,21 0,20 0,19 0,17 0,17 0,18 0,18 0,18 0,21 0,21 0,19 0,16 2,25 0,19 H1 0,17 0,21 0,16 0,18 0,15 0,16 0,16 0,19 0,20 0,16 0,26 0,17 2,17 0,18

H2 0,26 0,22 0,17 0,17 0,16 0,17 0,15 0,15 0,16 0,17 0,16 0,16 2,10 0,18 H3 0,16 0,17 0,19 0,19 0,16 0,15 0,20 0,16 0,17 0,15 0,16 0,19 2,05 0,17 Total 0,80 0,80 0,71 0,71 0,64 0,66 0,69 0,68 0,74 0,69 0,77 0,68 8,57 Rataan 0,20 0,20 0,18 0,18 0,16 0,17 0,17 0,17 0,19 0,17 0,19 0,17 0,18

Lampiran 29. Daftar sidik ragam kadar N Tanah

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 0,01 0,00 1,09 tn 2,09

Perlakuan 3,00 0,00 0,00 1,00 tn 2,89

Error 33,00 0,02 0,00

Total 47,00 0,03

(63)

Lampiran 30. Data pengamatan kadar N Kelapa Sawit

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 2,84 2,88 2,61 2,63 2,8 2,68 2,99 2,88 2,61 2,57 2,63 3,15 33,27 2,77

H1 2,81 3,46 2,92 3,27 2,84 2,37 2,99 3,06 3,07 3,02 3,15 2,84 35,80 2,98 H2 3,18 2,61 3,15 2,68 3,15 3,23 2,95 2,99 2,95 3,15 3,22 3,11 36,37 3,03

H3 3,06 2,91 2,83 3,06 3,13 2,29 2,61 2,6 2,29 2,84 2,64 2,64 32,90 2,74

Total 11,89 11,86 11,51 11,64 11,92 10,57 11,54 11,53 10,92 11,58 11,64 11,74 138,34 Rataan 2,97 2,97 2,88 2,91 2,98 2,64 2,89 2,88 2,73 2,90 2,91 2,94 2,88

Lampiran 31. Daftar sidik ragam kadar N Kelapa Sawit

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 0,44 0,04 0,64 tn 2,09

Perlakuan 3,00 0,77 0,26 4,12 * 2,89

Error 33,00 2,05 0,06

Total 47,00 3,26

(64)

Lampiran 32. Data pengamatan kadar P Kelapa Sawit

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 0,37 0,38 0,37 0,37 0,39 0,37 0,37 0,26 0,32 0,43 0,42 0,48 4,53 0,38 H1 0,4 0,31 0,4 0,35 0,34 0,33 0,36 0,32 0,33 0,33 0,37 0,3 4,14 0,35

H2 0,44 0,42 0,46 0,38 0,33 0,35 0,31 0,32 0,31 0,34 0,37 0,35 4,38 0,37 H3 0,37 0,36 0,32 0,35 0,36 0,28 0,28 0,35 0,33 0,28 0,4 0,29 3,97 0,33 Total 1,58 1,47 1,55 1,45 1,42 1,33 1,32 1,25 1,29 1,38 1,56 1,42 17,02 Rataan 0,40 0,37 0,39 0,36 0,36 0,33 0,33 0,31 0,32 0,35 0,39 0,36 0,35

Lampiran 33. Daftar sidik ragam kadar P Kelapa Sawit

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 0,03 0,00 1,69 tn 2,09

Perlakuan 3,00 0,02 0,01 2,94 * 2,89

Error 33,00 0,06 0,00

Total 47,00 0,11

(65)

Lampiran 34. Data pengamatan kadar K Kelapa Sawit

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

H0 1,51 1,53 1,51 1,66 1,69 1,53 1,69 1,59 1,43 1,32 1,43 1,36 18,24 1,52 H1 1,64 1,66 1,69 1,60 1,21 1,40 1,83 1,61 1,44 1,29 1,21 1,06 17,63 1,47

H2 1,52 1,53 1,69 1,39 1,46 1,64 1,62 1,58 1,64 1,65 1,57 1,47 18,76 1,56 H3 1,39 1,48 1,55 1,41 1,47 1,52 1,69 1,43 1,65 1,49 1,63 1,45 18,17 1,51 Total 6,06 6,19 6,44 6,07 5,82 6,09 6,83 6,20 6,17 5,74 5,84 5,35 72,79 Rataan 1,52 1,55 1,61 1,52 1,45 1,52 1,71 1,55 1,54 1,43 1,46 1,34 1,52

Lampiran 35. Daftar sidik ragam kadar K Kelapa Sawit

SK db JK KT Fhit F.05

Blok 11,00 0,38 0,03 1,87 tn 2,09

Perlakuan 3,00 0,05 0,02 0,97 tn 2,89

Error 33,00 0,61 0,02

Total 47,00 1,03

(66)

Gambar

Tabel 1. Bobot segar Mucuna bracteata (kg) pada perlakuan pupuk hayati Perlakuan Rataan
Tabel 2. Bobot kering Mucuna bracteata (kg) pada perlakuan pupuk hayati Perlakuan Rataan
Tabel 3. Kadar N, P dan K Mucuna bracteataPerlakuan   (%) pada perlakuan pupuk hayati Kadar N Kadar P Kadar K
Tabel 4. Serapan hara N, P dan K Mucuna bracteata (g/tanaman) pada perlakuan pupuk hayati Perlakuan Serapan N Serapan P Serapan K
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian pemberian pupuk hayati dan amandemen terhadap serapan hara N, P serta pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis

Data pengamatan dan sidik ragam Bobot Kering Akar Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada lampiran 48 dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam meningkatkan panjang sulur, luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, jumlah seluruh bintil akar, jumlah

Pemberian pupuk hayati mikoriza pada semua tingkat dosis yang dicobakan tidak menunjukkan peningkatan serapan hara N dan P pada tajuk tanaman serta kualitas

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, diperoleh dosis optimum pupuk nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan pupuk organik untuk bibit kelapa sawit selama

Perlakuan pupuk fosfor memberikan pengaruh yang nyata dan sangat nyata terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun umur 90 hst dan rata-rata pertambahan diameter

Seperti halnya dengan tingkat serapan N, tingkat serapan P pada perlakuan pupuk hayati juga menunjukkan peningkatan (30,8 mg/pot) dibandingkan tanaman kontrol. Sedangkan