SERAPAN HARA NPK DAN BIOMASSA MUCUNA
(Mucuna bracteata D. C) DENGAN PERLAKUAN ZAT
PENGATUR TUMBUH DAN PERBEDAAN MEDIA TANAM
SKRIPSI
Oleh:
RONNY NICODEMUS SORMIN 050301029 / BDP - AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SERAPAN HARA NPK DAN BIOMASSA MUCUNA
(Mucuna bracteata D. C) DENGAN PERLAKUAN ZAT
PENGATUR TUMBUH DAN PERBEDAAN MEDIA TANAM
SKRIPSI
Oleh:
RONNY NICODEMUS SORMIN 050301029 / BDP – AGRONOMI
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
201
0(DR. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP) Ketua Komisi Pembimbing NIP:
ABSTRAK
RONNY N. SORMIN: Serapan Hara NPK dan Biomasa Mucuna (Mucuna bracteata D. C) Dengan Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh dan
Perbedaan Media Tanam, dibimbing oleh Chairani Hanum dan Meiriani.
Mucuna (Mucuna bracteata D. C) berasal dari India merupakan salah satu Leguminosae Cover Crop. Tanaman ini memberikan kontribusi N2 dua kali lipat
ke dalam tanah dibanding tanama lainnya. Tanaman Mucuna (Mucuna bracteata D. C) sangat sulit berbuah di dataran rendah.
Keberhasilan dalam pembibitan Mucuna (Mucuna bracteata D. C) tergantung pada zat pengatur tumbuh dan media tanam. Untuk itu suatu penelitian dilakukan di Fakultas pertanian, USU, Medan (± 25 m dpl) pada bulan maret – mei 2010 mengunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial 2 faktor yaitu zat pengatur tubuh (GA3) (100 ppm, 200 ppm, 300 ppm) dan media tanam (Top Soil, TKKS,
Pasir). Parameter yang diamati adalah daya perkecambahan, panjang sulur, jumlah tangkai, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, serapan unsur hara NPK dan % unsur hara NPK.
Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan. Pengunaan media tanam berpengaruh nyata pada panjang sulur 5 – 10 MST, jumlah tangkai 4 – 10 MST, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobt kering akar. Sedangkan interaksi antar zat pengatur tumbuh dan media tanam berpengaruh nyata pada panjang sulur 8 – 9 MST dan tangkai daun 7 – 10 MST.
Kata.
ABSTRACT
Ronnie N. SORMIN: NPK Nutrient Uptake and Biomass Mucuna (Mucuna bracteata D. C) With a growth regulator and Substance Treatment Differences Growing Media, guided by Chairani Hanum and Meiriani.
Mucuna (Mucuna bracteata D. C) originated from India is one of the Leguminosae Cover Crop. These plants contribute N2 doubled into the ground than other Tanama. Plant Mucuna (Mucuna bracteata D. C) is very difficult to bear fruit in the lowlands. The success in breeding Mucuna (Mucuna bracteata D. C) depending on plant growth regulators and growth media. For that a study conducted at the Faculty of agriculture, USU, Medan (± 25 m asl) in March - May 2010 using a randomized block design factorial 2 factors regulating body substances (GA3) (100 ppm, 200 ppm, 300 ppm) and media planting (Top Soil, TKKS, Sand). Parameters were germination power, long tendrils, the number of stems, crown wet weight, dry weight of canopy, root wet weight, dry weight of roots, nutrient uptake and % NPK nutrients.
The results showed that treatment of growth regulators had no significant effect on all treatments. Use of planting media affect significantly on the length of shoots 50-10 MST, the number of stems 4-10 MST, canopy dry weight, wet weight of root, root dry bobt. While the interaction between growth regulators and growth media significantly on the long shoots of 8-9 MST and petiole 7-10 MST.
Keywords: growth regulator substances, Growing Media,
RIWAYAT HIDUP
Ronny N. Sormin dilahirkan di Kisaran pada tanggal 10 juni 1986 dari Bapak Ir. Bastian P. Sormin dan Ibu Nurmatiar Aruan. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara
Ada pun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Methodist-1 Medan lulus tahun 1999, SLTP methodist-1 Medan lulus tahun 2002, SMA Methodist-1 Medan lulus tahun 2005. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara pada tahun 2005 melalui jalur SPMB.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Serapan Hara NPK dan Biomasa Mucuna (Mucuna bracteata D. C) Dengan Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh dan Perbedaan Media Tanam. “.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Ibu DR. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Meiriani, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua tercinta, Bapak Ir. Bastian P. Sormin dan Ibu Nurmatiar Aruan atas segala kasih sayang, perhatian, nasehat, motivasi serta doanya. Tak lupa juga ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman dan adik-adik saya Ainul, Baldep, Syahril, Pozi, Artha, There, Herta, Junita, Esra, Jannes, Pahala, Azi, Wilson, Wanto, Ajo, Maylindra, Sonia, Sukhwin, Harprit, Bowo, Onzy, Haikal, Endi, Ony, Nelson, Ebet, Paian, Ilham, Derry, Agus, Ikhsan, Zulfi, Gregori, Darwin, Sugi, Harry, Christian, Richar, teman-teman Armyplant”05 dan adik-adik BDP’08, 09 lainnya yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu namanya.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Pemotongan Kulit Biji ... 17
Perendaman Biji ... 17
Persemaian ... 17
Persiapan Media Tanam ... 17
Penanaman ... 17
Penyiangan ... 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18
Pengamatan Parameteri Panjang Sulur (cm) ... 18
Jumlah Tangkai Daun (Tangkai) ... 18
Bobot Basah Tajuk (g) ... 19
Bobot Kering Tajuk (g) ... 19
Bobot Basah Akar (g) ... 19
Bobot Kering Akar (g) ... 19
Serapan Hara NPK ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20
Pembahasan ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 50
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Rataan Tinggi Bibit Akibat Perlakuan Media Tanam Dan
Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 6-14 MST ... 18 2. Pengaruh Interaksi Perlakuan Media Tanam Dan Pupuk Majemuk
NPKMg Terhadap Tinggi Bibit Umur 6-14 MST ... 19 3. Rataan Diameter Batang Akibat Perlakuan Media Tanam Dan
Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 12-14 MST ... 23 4. Pengaruh Interaksi Perlakuan Media Tanam Dan Pupuk Majemuk
NPKMg Terhadap Diameter Batang Umur 12-14 MST ... 24 5. Rataan Panjang Daun Akibat Perlakuan Media Tanam Dan
Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 25 6. Rataan Total Luas Daun Akibat Perlakuan Media Tanam Dan
Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 26 7. Rataan Bobot Basah Akar Akibat Perlakuan Media Tanam Dan
Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 27 8. Rataan Bobot Basah Bagian Atas Akibat Perlakuan Media Tanam
Dan Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 29 9. Rataan Bobot Kering Akar Akibat Perlakuan Media Tanam Dan
Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 30 10.Rataan Bobot Kering Bagian Atas Akibat Perlakuan Media Tanam
Dan Pupuk Majemuk NPKMg Pada Umur 14 MST ... 32
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST Dengan Media Tanam ... 20
2. Hubungan Tinggi Bibit 6 MST Dengan Pupuk Majemuk NPKMg .... 21
3. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST Dengan Pupuk Majemuk NPKMg .... 21
4. Hubungan Tinggi Bibit 8 MST Dengan Interaksi Antara Media Tanam Dan Pupuk Majemuk NPKMg ... 22
5. Hubungan Diameter Batang 14 MST Dengan Media Tanam ... 23
6. Hubungan Panjang Daun 14 MST Dengan Media Tanam... 25
7. Hubungan Total Luas Daun 14 MST Dengan Media Tanam ... 27
8. Hubungan Bobot Basah Akar 14 MST Dengan Media Tanam... 28
9. Hubungan Bobot Basah Bagian Atas 14 MST Dengan Media Tanam ... 30
10.Hubungan Bobot Kering Akar 14 MST Dengan Media Tanam ... 31
11.Hubungan Bobot Kering Bagian Atas 14 MST Dengan Media Tanam ... 33
12.Areal Penelitian ... 56
13.Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST ... 56
14.Pengukuran Tinggi Bibit ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Data Pengamatan Tinggi Bibit 6 MST ... 42
2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 6 MST ... 42
3. Data Pengamatan Tinggi Bibit 8 MST ... 43
4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 8 MST ... 43
5. Data Pengamatan Tinggi Bibit 10 MST ... 44
6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 10 MST ... 44
7. Data Pengamatan Tinggi Bibit 12 MST ... 45
8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 12 MST ... 45
9. Data Pengamatan Tinggi Bibit 14 MST ... 46
10.Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 14 MST ... 46
11.Data Pengamatan Diameter Batang 12 MST ... 47
12.Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST ... 47
13.Data Pengamatan Diameter Batang 14 MST ... 48
14.Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 14 MST ... 48
15.Data Pengamatan Panjang Daun 14 MST ... 49
16.Daftar Sidik Ragam Panjang Daun 14 MST ... 49
17.Data Pengamatan Total Luas Daun 14 MST ... 50
18.Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun 14 MST ... 50
19.Data Pengamatan Bobot Basah Akar 14 MST ... 51
20.Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar 14 MST ... 51
21.Data Pengamatan Bobot Basah Bagian Atas 14 MST ... 52
23.Data Pengamatan Bobot Kering Akar 14 MST... 53
24.Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar 14 MST ... 53
25.Data Pengamatan Bobot Kering Bagian Atas 14 MST ... 54
26.Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Bagian Atas 14 MST ... 54
27.Bagan Penelitian... 55
28.Jadwal Kegiatan ... 55
ABSTRAK
RONNY N. SORMIN: Serapan Hara NPK dan Biomasa Mucuna (Mucuna bracteata D. C) Dengan Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh dan
Perbedaan Media Tanam, dibimbing oleh Chairani Hanum dan Meiriani.
Mucuna (Mucuna bracteata D. C) berasal dari India merupakan salah satu Leguminosae Cover Crop. Tanaman ini memberikan kontribusi N2 dua kali lipat
ke dalam tanah dibanding tanama lainnya. Tanaman Mucuna (Mucuna bracteata D. C) sangat sulit berbuah di dataran rendah.
Keberhasilan dalam pembibitan Mucuna (Mucuna bracteata D. C) tergantung pada zat pengatur tumbuh dan media tanam. Untuk itu suatu penelitian dilakukan di Fakultas pertanian, USU, Medan (± 25 m dpl) pada bulan maret – mei 2010 mengunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial 2 faktor yaitu zat pengatur tubuh (GA3) (100 ppm, 200 ppm, 300 ppm) dan media tanam (Top Soil, TKKS,
Pasir). Parameter yang diamati adalah daya perkecambahan, panjang sulur, jumlah tangkai, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, serapan unsur hara NPK dan % unsur hara NPK.
Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan. Pengunaan media tanam berpengaruh nyata pada panjang sulur 5 – 10 MST, jumlah tangkai 4 – 10 MST, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobt kering akar. Sedangkan interaksi antar zat pengatur tumbuh dan media tanam berpengaruh nyata pada panjang sulur 8 – 9 MST dan tangkai daun 7 – 10 MST.
Kata.
ABSTRACT
Ronnie N. SORMIN: NPK Nutrient Uptake and Biomass Mucuna (Mucuna bracteata D. C) With a growth regulator and Substance Treatment Differences Growing Media, guided by Chairani Hanum and Meiriani.
Mucuna (Mucuna bracteata D. C) originated from India is one of the Leguminosae Cover Crop. These plants contribute N2 doubled into the ground than other Tanama. Plant Mucuna (Mucuna bracteata D. C) is very difficult to bear fruit in the lowlands. The success in breeding Mucuna (Mucuna bracteata D. C) depending on plant growth regulators and growth media. For that a study conducted at the Faculty of agriculture, USU, Medan (± 25 m asl) in March - May 2010 using a randomized block design factorial 2 factors regulating body substances (GA3) (100 ppm, 200 ppm, 300 ppm) and media planting (Top Soil, TKKS, Sand). Parameters were germination power, long tendrils, the number of stems, crown wet weight, dry weight of canopy, root wet weight, dry weight of roots, nutrient uptake and % NPK nutrients.
The results showed that treatment of growth regulators had no significant effect on all treatments. Use of planting media affect significantly on the length of shoots 50-10 MST, the number of stems 4-10 MST, canopy dry weight, wet weight of root, root dry bobt. While the interaction between growth regulators and growth media significantly on the long shoots of 8-9 MST and petiole 7-10 MST.
Keywords: growth regulator substances, Growing Media,
PENDAHULUAN Latar Belakang
Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop
(LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India Utara dan sudah meluas sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karet di Kerala India Selatan. Mucuna bracteta ini juga banyak digunakan di perkebunan di Indonesia, tanaman ini memiliki biomassa yang tinggi di bandingkan dengan penutup tanah lainya. Perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet selalu mengunakan tanaman ini pada aeral peremajaan (Siagian, 2003).
Keunggulan LCC yang adalah kemampuannya membentuk bintil akar hasil simbiose dengan Rhizobium untuk menambat N2 dari udara. Kurang lebih
66% dari hara nitrogen pada tumbuhan kacangan berasal dari gas N2 atmosfer.
Pada umur 3 tahun, Calpogonium cereulium mengembalikan N ke dalam tanah sebanyak 57,75 kg (± 125 kg urea), sedangkan kacangan campuran konvensional mengembalikan ke dalam tanah sebanyak 35,13 kg (± 75 kg urea) per hektar per tahun. Mucuna bracteta memberikan nitrogen kedalam tanah sebesar 219,74 kg/ha efektif, dua kali lebih besar dibandingkan dengan kontribusi
Peuraria javanica (Mathews, 1998). Disamping unsur N, LCC dapat juga
memberikan tambahan unsur P, K dan Mg ke dalam tanah.
Mucuna bracteata tidak dapat berbuah bila ditanam di daratan rendah. Di
digabung dengan cara perbanyakan vegetatif, terutama dengan cara stek. Perbanyakan melalui stek ini sangat rentan terhadap kematian (tingkat kematiaannya mencapai 90%). Kegagalan pada penyetekan Mucuna bracteata terutama disebabkan oleh (a) sulitnya mendapatkan stek yang baik, berupa ruas yang bulu akarnya sudah mulai muncul (akar putih), (b) kurangnya penyesuaian (aklimatisasi) setelah stek dipotong dari tanaman induknya. Mendapatkan ruas stek yang baik sering mendapat kendala dilapangan karena ketebalan Mucuna
bracteata dapat mencapai 4 – 6 cm (Sebayang dkk., 2004).
Perbanyakan Mucuna bracteata secara generatif sangat sulit dikarenakan kulit keras dan untuk berkecambah perlu dilakukan skarifikasi pada bijinya dan jika dilakukan pekembangbiakan kecambah persentase kecambahnya hanya 12%. Biji Mucuna bracteata tidak tersedia di Indonesia dikarenakan itu biji ini harus diimpor dari India. Pertanyaan yang sering dilontarkan oleh para pekebun karet adalah bagaimana teknik memperbanyak Mucuna bracteata, sehingga
memberikan keberhasilan hidup yang tinggi. Kebutuhan jumlah biji
Mucuna bracteata per hektar tanaman karet adalah 200 - 300 gram dengan daya
kecambah 75% (Siagian dan Tistama, 2005).
waktu tanam untuk itu perbanyakan secara generatif atau biji dapat dilakukan hanya saja perlu dilakukan tindakan perlakuan pada biji antara lain dengan mempercepat masa dormansi biji (Harahap dan Subronto, 2004).
Hormon pengatur tumbuh seperti sitokinin, giberelin, dan auksin juga dapat memecahkan dormansi pada benih melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan hormon yang mendorong perkecambahan (Sutopo, 1988).
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya embrio memerlukan energi dan bahan baku, diantaranya untuk sintesa lemak; protein; dan senyawa penyusun lainnya. Energi dalam bentuk ATP (Adenosine triphosphate) atau dalam bentuk donor hidrogen NADH2/NADPH2 (Nikotin Amida Dinukleotida H2 /
Nikotin Amida Dinukleotida Phosphate H2) dan bahan baku yang dihasilkan pada
proses respirasi. Kegiatan enzim-enzim di dalam biji distimulir oleh adanya
gibberellic acid (GA3) yaitu suatu hormon tumbuh yang dihasilkan oleh embrio
setelah menyerap air. Proses pertumbuhan dan perkembangan embrio semula terjadi pada ujung-ujung tumbuh dari akar. Kemudian diikuti oleh ujung-ujung tumbuh tunas (Sutopo, 1988).
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dari hasil penelitian mempunyai beberapa keuntungan antara lain: kualitas tidak bervariasi, bobot lebih ringan, tidak mengandung inokulum penyakit dan lebih bersih (Wahyono, 2003).
Kompos Tandan Kelapa Sawit sangat bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah. Bahan organik dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang makin tinggi. Dengan demikian tandan kosong kelapa sawit mempunyai potensi yang besar sebagai bahan penyubur tanah (Witjaksana dkk., 2000).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh serapan unsur hara NPK dan biomassa mucuna Mucuna bracteata dngan perlakuan zat pengatur tumbuh dan perbedan media tanam.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh zat pengatur tumbuh asam gibberellic acid dan media tanam terhadap pertumbuhan Mucuna Bracteata di pembibitan.
Hipotesa Penelitian
Ada pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan
Mucuna Bracteata D. C dan serapan hara NPK di pembibitan.
Ada pengaruh pengunaan media tanam terhadap pertumbuhan
Ada interaksi pemberian zat pengatur tumbuh dan penggunaan media tanam terhadap pertumbuhan Mucuna bracteata D. C dan serapan hara NPK di pembibitan.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani TanamanMenurut Germplasm Resources Information Network Amerika tanaman mucuna memilki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisio : Spermatophyta Subdivisio: Angiospermae Ordo: Fabales Family: Fabaceae Genus: Mucuna
Species: Mucuna bracteata DC.
(http//www.wikipedia, 2007).
Mucuna bracteata memiliki perakaran tunggang berwarna putih
kecoklatan, dan memilki bintil akar berwarna merah muda segar dan sangat banyak, pada nodul dewasa terdapat kandungan leghaemoglobin. Laju pertumbuhan akar relatif cepat pada umur tiga tahun panjang akar dapat mencapai 3 m kedalam tanah (Harahap dan Subronto, 2004).
Daun berbentuk oval pada setiap tangkai daun terdapat 3 helai anak daun berwarna hijau dan muncul disetiap ruas batang. Ukuran daun dewasa dapat mencapai 15 x 10 cm. Jika suhu meningkat maka helaian daun dapat menutup sehingga mengurangi respirasi pada permukaan daun (Harahap, dkk, 2008).
Bunga tanaman Mucuna bracteata berbentuk tandan menyerupai anggur. Panjang tangkai bunga dapat mencapai 20 - 35 cm dan termasuk kedalam jenis monoceous. Warna bunga biru terong dan dapat mngeluarkan bau yang
menyengat untuk dapat menarik perhatian kumbang penyerbuk (Harahap dan Subronto, 2004).
Biji berbentuk bulat oval berwarna itam dan pada umumya memiliki kulit biji yang tebal sehingga perbanyakan melalui biji dapat dilakukan dengan perlakuan benih melalui skarifikasi dan penggunaan larutan kimia. Bobot biji dapat mencapai 0,5 - 1 g/biji (Harahap dan Subronto, 2004).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh baik di berbagai daerah baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi untuk dapat melakukan pertumbuhan generatif atau berbunga tanaman ini memerlukan ketinggian > 1000 m dpl, jika berada di bawah 1000 m dpl maka pertumbuhan akan jagur tetapi tidak dapat terjadi pembentukan bunga (Harahap dan Subronto, 2004).
Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan tanaman mucuna baik berkisar antara 1000 - 2500 mm/thn dan 3 - 10 merupakan hari hujan setiap bulannya. Sedangkan untuk kelembaban tanaman ini adalah 80%. Jika kelembaban terlalu tinggi akan berakibat bunga busuk, layu dan kering. Untuk panjang penyinaran, Mucuna bracteata membutuhkan lama penyinaran penuh antara 6 - 7 jam/hari (Harahap dan Subronto, 2004).
Tanah
Tanaman mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah, pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang cukup tinggi, gembur serta tidak jenuh. Apabila mucuna di tanam pada tanah yang tergenang akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif sedikit serta lambat. Untuk pertumbuhan tanaman mucuna secara umum dapat tumbuh baik pada kisaran pH 4,5 - 6,5 (Harahap dan Subronto, 2004).
Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3)
Dormansi dapat diatasi dengan penggunaan zat kimia dalam perangsangan perkecambahan benih, dengan bahan misalnya: KNO3 sebagai pengganti fungsi
cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O2; untuk
mengatasi dormansi digunakan sitokinin serta 2,4 - D; dan giberelin (GA3) dapat
digunakan untuk memulihkan kembali vigor benih yang telah menurun (Kartasapoetra, 2003).
sedikit bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena ditentukan oleh keadaan subsoil tersebut (Buckman dan Brady,1982).
Perkembangan impermeable seed coats berpengaruh secara langsung terhadap fase istirahat. Impermeable seed coats bagi biji yang sedang mengalami dormansi, dapat mereduksi kandungan oksigen yang ada di dalam biji, sehingga
dalam keadaan anaerobik, terjadi sintesa zat penghambat tumbuh (growth inhibiting subtance). Fase akhir dari dormansi adalah fase berkecambah.
Setelah fase istirahat berakhir, maka aktivitas metabolisme meningkat dengan disertai meningkatnnya aktivitas enzim dan respirasi (respiration rate). Terkait aktivitas metabolisme, giberelin mempunyai peranan penting. Hormon tumbuh ini dihasilkan oleh embrio kemudian ditranslokasikan ke lapisan aleuron sehingga menghasilkan enzim α amylase. Proses selanjutnya yaitu enzim tersebut masuk ke dalam endosperm, maka terjadilah perubahan-perubahan yaitu berubahnya pati menjadi gula dan menghasilkan energi yang berguna untuk aktivitas sel dan pertumbuhan. Tahapan ini merupakan akhir dari dormansi biji (Abidin, 1983).
Tingginya tingkat giberelin yang ada dalam biji, biasanya meningkat selama proses penuaan, oleh karena itu biji yang kering mengandung level yang sangat rendah. Giberelin berasal dari embrio yang merangsang produksi daripada
meskipun ada dalam jumlah yang besar. Giberelin (GA3) mungkin faktor yang
utama untuk mengontrol pemanjangan sebaik respon aleuron. Jalan kecil dimana giberelin meninggalkan scutellum dan mencapai aleuron tidak dapat dimengerti dengan baik walaupun ada bukti bahwa transport giberelin yang sistematis terhadap puncak scutellum yang dilepaskan ke dalam lapisan aleuron. Pergerakan giberelin biasanya difusi dalam ruang bebas, tetapi pergerakan dalam scutellum dapat terjadi melalui sistem vaskular dan pergerakan simplastik antara aleuron melalui plasmodesmata (Davies, 1995).
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya embrio memerlukan energi dan bahan baku, diantaranya untuk sintesa lemak; protein; dan senyawa penyusun lainnya. Energi dalam bentuk ATP (Adenosine triphosphate) atau dalam bentuk donor hidrogen NADH2/NADPH2 (Nikotin Amida Dinukleotida
H2/Nikotin Amida Dinukleotida Phosphate H2) dan bahan baku yang dihasilkan
pada proses respirasi. Kegiatan enzim-enzim di dalam biji distimulir oleh adanya
gibberellic acid (GA3) yaitu suatu hormon tumbuh yang dihasilkan oleh embrio
setelah menyerap air. Proses pertumbuhan dan perkembangan embrio semula terjadi pada ujung-ujung tumbuh dari akar. Kemudian diikuti oleh ujung-ujung tumbuh tunas. Proses pembagian dan membesarnya sel-sel ini tergantung dari terbentuknya energi dan molekul-molekul komponen tumbuh yang berasal dari jaringan persediaan makanan. Dimana molekul-molekul protein dan lemak penting untuk pembentukan protoplasma, sedang molekul-molekul kompleks polisakarida dan asam poliuronat untuk pembentukan dinding sel (Sutopo, 1988).
Berbeda halnya dengan enzim β amylase yang sudah ada dari semulanya
α amylase ini belum atau tidak terdapat (not pre-exist) pada biji kering angin, tetapi enzim ini baru dibuat (synthesized) kemudian pada waktu permulaan perkecambahan biji (early stage of germination) oleh gibberellic acid (GA3), atau
asam giberelik. Jadi asam giberelik (GA3) adalah suatu senyawa organik yang
sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena ia bersifat pengontrol perkecambahan tersebut. Kalau GA3 tidak ada atau kurang aktif
(belum teraktivir) maka α amylase tidak akan terbentuk yang dapat menyebabkan terhalangnya proses perombakan pati (amylose dan amylopectin), sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya perkecambahan (Kamil, 1979).
asam-asam amino, zat - zat dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase dan protease, ditranspor ke embrio, dan di sini zat - zat ini mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah (Heddy, 1989).
Media Tanam
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah (Hakim dkk, 1986).
Perkembangan areal penanaman kelapa sawit sangat pesat, dan diperkirakan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 2006 mencapai lebih dari enam juta ha (Witjaksana, 2006). Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit proses produksi minyak sawit, Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah terbesar yaitu sekitar 23 % tandan buah segar (TBS).
Tandan Kosong Kelapa Sawit mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu > 45 %. Hal ini menyebabkan N pada tanah kurang tersedia karena N terimobilisasi dalam proses perombakan bahan organik oleh mikroba tanah. Oleh sebab itu usaha penurunan kadar C/N dapat dilakukan dengan proses pengomposan seperti penumpukan tandan kosong kelapa sawit,sampai kadar C/N mendekati kadar C/N tanah. Tumpukan tersebut diberi urea dan limbah cair pabrik kelapa sawit serta dijaga kadar airnya sehingga diperoleh kompos yang baik (Sutanto, 2002)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan WaktuPenelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada bulan Febuari – April 2010
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji Mucuna bracteata, Zat Pengatur Tumbuh (GA3), alkohol, Top Soil, Kompos Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS), Pasir dan Polibeg ukuran 20 x 30 cm.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antar lain gunting kuku, beacker glass, gembor, meteran, timbangan analitik, bak perkecambahan, amplop, oven, cangkul dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu:
Faktor I: Zat pengatur tumbuh (GA3) dengan 3 taraf, yaitu:
G1: 100 ppm G2: 200 ppm G3: 300 ppm Faktor II: Media tanam
M1: Top soil
M2: Top soil + Kompos TKKS (1 :1)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut : G1M1 G2M1 G3M1
G1M2 G2M2 G3M2
G1M3 G2M3 G3M3
Jumlah ulangan : 3 Jumlah plot : 27 Jumlah polibag/plot : 5 Jumlah sampel/plot : 4 Jumlah seluruh tanaman : 135
Luas plot : 100 cm x 100 cm Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm Jarak antar polibag : 20 cm
Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yijk = µ + ρi + αj + βk +(αβ)jk +
ε
ijkDimana:
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan zat pengatur
tumbuh pada taraf ke-j dan media tanam pada taraf ke-k
µ
= Nilai tengah umumρ
i = Pengaruh blok ke-iα
j = Pengaruh perlakuan zat pengatur tumbuh pada taraf ke-j(
αβ
)
jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan zat pengatur tumbuh pada taraf ke-j dan media tanam pada taraf ke-kε
ijk=
Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan zatPELAKSANAAN PENELITIAN
Seleksi BijiSeleksi biji dilakukan dengan memilih biji yang sama besar, bebas dari hama dan penyakit, tidak pecah kulitnya, tidak berjamur. Seleksi biji dilakukan pada minggu pertama.
Pemotongan Kulit Biji
Pemotongan kulit biji dilakukan dengan menggunakan gunting kuku dengan cara memotong sisi biji. Pemotongan biji dilakukan pada minggu pertama.
Perendaman Biji
Perendaman biji dilakukan setelah seleksi biji dengan cara merendam biji kedalam larutan Zat Pengatur Tumbuh (GA3) sesuai perlakuan selama 2 jam. Persemaian
Persemaian dilakukan dengan menggunakan bak kecambah dengan ukuran 24 x 30 cm dan media yang digunakan adalah media kapas. Persemaian dilakukan pada minggu pertama.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah Top Soil, Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), Pasir yang diisi kedalam polibeg berukuran 20 x 35 cm sesuai perlakuan dan dilakukan pada minggu pertama.
Penanaman
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari setelah penanaman pada pagi dan sore hari. Penyiram disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di pada polibeg dan di areal pembibitan dilakukan setiap minggu interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.
Pengamatan Parameter Daya Perkecambahan (%)
Persentase perkecambahan diketahui dengan menghitung jumlah benih yang tumbuh dari keseluruhan jumlah benih yang ditanam pada bak perkecambahan. Persentase perkecambahan dihitung pada 3 - 7 hari setelah perkecambahan.
Rumus : Persentase perkecambahan =
Panjang Sulur (cm)
Panjang sulur diukur dari titik tumbuh sulur hingga ujung sulur dengan menggunakan meteran yang dilaksanakan pada minggu ketiga setelah pindah tanam hingga minggu ke sepuluh setelah tanam.
Jumlah Tangkai Daun (Tangkai)
Jumlah tangkai dihitung pada minggu ketiga setelah penanaman hingga minggu ke sepuluh setelah tanam.
Jumlah benih yang tumbuh
Bobot Basah Tajuk (g)
Bobot basah tajuk dihitung pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik yaitu pada minggu ke sepuluh setelah penanaman.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot kering tajuk dihitung dengan menggunakan timbangan analitik yang dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu kesepuluh setelah penanaman yang sebelumnya telah dikering ovenkan dengan suhu 700C selama ±24 jam.
Bobot Basah Akar (g)
Bobot basah akar dihitung dengan menggunakan timbangan analitik yang dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu kesepuluh setelah penanaman.
Bobot Kering Akar (g)
Bobot kering akar dihitung dengan menggunakan timbangan analitik yang dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada minggu kesepuluh setelah penanaman yang sebelumnya telah dikering ovenkan dengan suhu 700C selama ±24 jam.
Analisis Serapan Hara NPK
Hasil Dan Pembahasan
HasilDaya Perkecambahan (%)
Data pengamatan daya perkecambahan benih Mucuna bracteata umur 3 – 7 HST pada beberapa konsentrasi zat pengatur tumbuh dapat dilihat pada Lampiran 1 dan gambar diagram batang pada Gambar 1.
Gambar 1. Persentase daya perkecambahan (%) Mucuna bracteata pada beberapa konsentrasi ZPT umur 3 – 7 hari
Gambar 1 menunjukkan daya kecambah tertinggi pada pengamatan 7 HST
diperoleh pada perlakuan G3 yaitu 66% dan terendah pada perlakuan
G1 yaitu 56%. Panjang Sulur (cm)
terhadap panjang sulur 5 – 10 MST dan interaksi antar perlakuan berpengaruh nyata terhadap panjang sulur 8 dan 10 MST.
Data panjang sulur Mucuna bracteata pada umur 5 – 10 MST akibat perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Panjang sulur Mucuna bracteata (cm) pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 5 – 10 MST Keterangan: *Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%. **TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 1 menunjukkan pada 5 – 7 MST sulur terpanjang diperoleh pada M2
sedangkan pada 8 – 10 MST sulur terpanjang diperoleh pada M3 walaupun M2
dan M3 berbeda tidak nyata.
Keterangan: **TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Gambar 2. Hubungan panjang sulur Mucuna bracteata dengan media tanam 10 MST
Gambar 2 menunjukkan komposisi media tanam menyebabkan pertumbuhan sulur terpanjang terdapat pada perlakuan M3 yaitu 197.16 cm dan
terendah M1 yaitu 149.34 cm.
Pengaruh interaksi zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang sulur Mucuna bracteata pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam pada 8 – 10 MST
Perlakuan
Panjang Sulur (MST)
8 9 10
G1M1 132.26 bc 150.10 cde 167.93
G1M2 151.80 abc 167.87 abcd 183.93
G1M3 163.37 ab 181.83 ab 200.30
G2M1 117.49 cd 141. 68 de 165.87
G2M2 147.02 abc 154.66 bcd 162.30
G2M3 144.13 abc 166.35 abcd 188.57
G3M1 86.67 d 121.35 e 157.83
G3M2 177.67 a 198.47 a 219.27
G3M3 157.81 ab 180.20 abc 202.60 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan
Tabel 2 menunjukan bahwa interaksi zat pengatur tumbuh dan media tanam memiliki panjang sulur terpanjang pada umur 8 – 9 MST perlakuan G3M2
disusul pada perlakuan G1M3 dan G3M3 keduanya berbeda tidak nyata.
Hubungan panjang sulur Mucuna bracteata 9 MST dengan media tanam pada berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan: **TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Gambar 3. Panjang sulur Mucuna bracteata dengan media tanam pada berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh 9 MST
Gambar 3 menunjukan interaksi antara zat pengatur tumbuh dan media tanam menyebabkan pertumbuhan bibit tertinggi terdapat pada perlakuan G3M2
yaitu sebesar 198.47 cm.
Jumlah Tangkai Daun (Tangkai)
pengatur tumbuh dan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkai daun 7 – 10 MST.
Data jumlah tangkai daun Mucuna bracteata pada umur 4 – 10 MST pada berbagai perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah tangkai daun Mucuna bracteata (Tangkai) pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 4 – 10 MST
Perlakuan Keterangan: *Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%. **TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 3 menunjukkan, pada 4 – 10 MST tangkai terbanyak diperoleh pada M2 walaupun M2 dan M3 berbeda tidak nyata
Keterangan: **TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Gambar 4. Hubungan jumlah tangkai daun Mucuna bracteata dengan media tanam 10 MST
Gambar 4 menunjukkan komposisi media tanam yang menyebabkan pertumbuhan tangkai daun terbanyak terdapat pada perlakuan M2 yaitu 14.27 dan
tersedikit pada M1 yaitu 11.22.
Pengaruh interaksi zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah tangkai daun Mucuna bracteata pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 7 – 10 MST
Perlakuan
Jumlah Tangkai Daun (MST)
7 8 9 10
G1M1 7.27 fgh 8.93 fgh 10.40 fgh 12.20 fgh G1M2 8.13 bcdef 9.33 defgh 11.00 efgh 12.53 efgh G1M3 8.40 abcde 10.07 bcdef 12.07 bcdef 13.93 bcdef G2M1 6.93 gh 8.27 gh 9.67 gh 10.93 gh G2M2 7.73 efg 9.27 efgh 11.27 degh 12.87 defgh G2M3 7.93 defg 9.80 cdefg 11.67 cdefg 13.47 cdefg G3M1 6.40 h 7.80 h 9.27 h 10.53 h G3M2 9.47 a 12.13 a 14.93 a 17.40 a G3M3 8.07 cdef 10.33 bcdef 12.40 bcdef 14.87 abcdef
Tabel 4 menunjukan interaksi zat pengatur tumbuh dan media tanam memiliki jumlah tangkai daun terbanyak pada umur 7 – 10 MST perlakuan G3M2
disusul pada perlakuan media tanam G3M1, keduanya berbeda nyata.
Hubungan jumlah tangkai daun Mucuna bracteata 10 MST dengan media tanam pada berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Jumlah tangkai daun Mucuna bracteata dengan media tanam berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh umur 10 MST
Gambar 5 menunjukan interaksi antara zat pengatur tumbuh dan media tanam yang menyebabkan pertumbuahan tangkai daun terbanyak pada perlakuan G3M2 yaitu sebesar 17.40.
Bobot Basah Tajuk (g)
Mucuna bracteata 10 MST akibat perlakuan zat pengatur tumbuh dan media
tanam dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot basah tajuk Mucuna bracteata (g) pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
M1 = TS M2 = TS + K M3 = TS + K + P
………..g………..
G1 = 100 ppm 18.33 20.63 21.39 20.12
G2 = 200 ppm 14.77 16.53 18.89 16.73
G3 = 300 ppm 13.88 21.78 25.51 20.39
Rataan 15.66 b 19.65 ab 21.93 a 19.08
Keterangan: *Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%.
**TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 5 menunjukkan bobot basah tajuk Mucuna bracteata 10 MST terberat cenderung diperoleh pada G3 yaitu 20.39 yang berbeda tidak nyata
dengan G1 dan G2.
Tabel 5 juga menunjukkan bobot basah tajuk Mucuna bracteata 10 MST terberat diperoleh pada M3 yaitu 21.93 yang berbeda tidak nyata dengan M2.
Gambar 6. Hubungan bobot basah tajuk Mucuna bracteata dengan media tanam 10 MST
Gambar 6 menunjukkan komposisi media tanam yang menyebabkan bobot basah terberat terdapat pada perlakuan M3 yaitu 21.93 g dan terendah M1 yaitu
15.66 g.
Bobot Kering Tajuk (g)
Data pengamatan dan sidik ragam Bobot Kering Tajuk Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada lampiran 44 dan 45, yang menunjukkan perlakuan zat pengatur tumbuh dan interaksi berpengaruh tidak nyata sedangkan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.
Tabel 6. Bobot kering tajuk Mucuna bracteata (g) pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
M1 = TS M2 = TS + K M3 = TS + K + P
………..g………..
G1 = 100 ppm 4.32 4.88 5.71 4.97
G2 = 200 ppm 3.68 4.7 4.09 4.16
G3 = 300 ppm 3.24 5.64 6.6 5.16
Rataan 3.75 b 5.07 ab 5.47 a 4.76
Keterangan: *Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%.
**TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 6 menunjukkan bobot kering tajuk Mucuna bracteata 10 MST terberat cenderung diperoleh pada G3 yaitu 5.36 yang berbeda tidak nyata dengan
G1 dan G2.
Tabel 6 juga menunjukkan bobot kering tajuk Mucuna bracteata 10 MST terberat diperoleh pada M3 yaitu 5.47 yang berbeda tidak nyata dengan M2.
Hubungan bobot kering tajuk Mucuna bracteata 10 MST dengan media tanam dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 menunjukkan komposisi media tanam yang menyebabkan bobot basah terberat terdapat pada perlakuan M3 yaitu 5.47 g dan terendah M1 yaitu
3.75 g.
Bobot Basah Akar (g)
Data pengamatan dan sidik ragam Bobot Basah Akar Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada lampiran 46 dan 47, yang menunjukakan perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk.
Data bobot basah akar Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot basah akar Mucuna bracteata (g) pada berbagai zat pengatur tumbuh dan mediat umur 10 MST
ZPT Media Rataan
Keterangan: *Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%.
**TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 7 menunjukkan bobot basah akar Mucuna bracteata 10 MST terberat cenderung diperoleh pada G3 yaitu 2.0937 yang berbeda tidak nyata
dengan G1 dan G2.
Hubungan bobot basah akar Mucuna bracteata 10 MST dengan media tanam dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan bobot basah akar Mucuna bracteata dengan media tanam 10 MST
Gambar 8 menunjukkan komposisi media tanam yang menyebabkan bobot basah terberat terdapat pada perlakuan M3 yaitu 2.29 g dan terendah M1 yaitu
1.17 g.
Bobot Kering Akar (g)
Data pengamatan dan sidik ragam Bobot Kering Akar Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada lampiran 48 dan 49, yang menunjukkan perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk.
Tabel 8. Bobot kering akar Mucuna bracteata (g) pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
M1 = TS M2 = TS + K M3 = TS + K + P
………..g………..
G1 = 100 ppm 0.42 0.89 1.31 0.87
G2 = 200 ppm 0.45 0.83 0.61 0.63
G3 = 300 ppm 0.4 1.1 1.36 0.95
Rataan 0.42 b 0.94 ab 1.09 a 0.82
Keterangan: *Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%.
**TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 8 menunjukan bobot kering tajuk Mucuna bracteata 10 MST terberat cenderung diperoleh pada G3 yaitu 0.8857 yang berpengaruh tidak nyata
dengan G1 dan G2.
Tabel 8 menunjukan bobot kering tajuk Mucuna bracteata 10 MST terberat diperoleh pada M3 yaitu 1.09 yang berpengaruh tidak nyata M2.
Hubungan bobot kering akar Mucuna bracteata 10 MST dengan media tanam dalam bentuk diagram dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 menunjukkan komposisi media tanam yang menyebabkan bobot kering terberat terdapat pada perlakuan M2 yaitu 1.09 g dan terendah M1 yaitu
0.42 g.
Analisis Serapan Hara N P K Serapan Hara N
Data pengamatan dan sidik ragam Serapan Hara N Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Lampiran 50 dan 51, yang menunjukan perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap serapan hara N.
Data serapan hara N Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Serapan hara N Mucuna bracteata pada berbagai zat pegatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
Keterangan: TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 9 menunjukkan serapan hara N Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada G3 yaitu 0.2740 yang berpengaruh tidak
nyata dengan G1 dan G2.
Tabel 9 menunjukkan serapan hara N Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada M3 yaitu 0.3013 yang berpengaruh tidak
Kadar Nitrogen
Data pengamatan dan sidik ragam kadar nitrogen Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Lampiran 52 dan 53, yang menunjukan perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar nitrogen.
Data kadar nitrogen Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kadar nitrogen Mucuna bracteata pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
Tabel 10 menunjukkan kadar nitrogen Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada G3 yaitu 7.8790 yang berpengaruh tidak
nyata dengan G1 dan G2.
Tabel 10 menunjukkan kadar nitrogen Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada M3 yaitu 7.8274 yang berpengaruh tidak
nyata dengan G1 dan G2. Serapan Hara P
Data serapan hara P Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Serapan hara P Mucuna bracteata pada berbagai zat pengatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
M1 = TS M2 = TS + K M3 = TS + K + P
G1 = 100 ppm 0.0269 0.0212 0.0163 0.0215
G2 = 200 ppm 0.0197 0.0189 0.0249 0.0212
G3 = 300 ppm 0.0149 0.0233 0.0293 0.0225
Rataan 0.0205 0.0211 0.0235 0.0217
Keterangan: *TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 11 menunjukkan serapan hara P Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada G3 yaitu 0.0225 yang berpengaruh tidak
nyata dengan G1 dan G2.
Tabel 11 menunjukkan serapan hara P Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada M3 yaitu 0.0235 yang berpengaruh tidak
nyata dengan M1 dan M2. Kadar Fosfat
Data pengamatan dan sidik ragam kadar fosfat Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Lampiran 54 dan 55, yang menunjukan perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar fosfat.
Tabel 12. Kadar fosfat Mucuna bracteata pada berbagai zat pengaturt dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
M1 = TS M2 = TS + K M3 = TS + K + P
G1 = 100 ppm 0.5870 0.6110 0.6770 0.6250
G2 = 200 ppm 0.6153 0.5950 0.6280 0.6128
G3 = 300 ppm 0.6210 0.6483 0.6907 0.6533
Rataan 0.6078 0.6181 0.6652 0.6304
Keterangan: *TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 12 menunjukkan kadar fosfat Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada G3 yaitu 0.6533 yang berpengaruh tidak nyata dengan
G1 dan G2.
Tabel 12 menunjukkan kadar fosfat Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada M3 yaitu 0.6652 yang berpengaruh tidak nyata dengan
M1 dan M2. Serapan Hara K
Data pengamatan dan sidik ragam Serapan Hara K Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Lampiran 58 dan 59, yang menunjukan perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap serapan hara K.
Tabel 13. Serapan hara K Mucuna bracteata pada berbagai zat pegatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
M1 = TS M2 = TS + K M3 = TS + K + P
G1 = 100 ppm 0.0999 0.1536 0.1046 0.1194
G2 = 200 ppm 0.0979 0.1184 0.1383 0.1182
G3 = 300 ppm 0.0887 0.1161 0.1596 0.1215
Rataan 0.0955 0.1294 0.1342 0.1197
Keterangan: *TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 13 menunjukkan serapan hara K Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada G3 yaitu 0.1215 yang berpengaruh tidak
nyata dengan G1 dan G2.
Tabel 13 menunjukkan serapan hara K Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada M3 yaitu 0.1342 yang berpengaruh tidak
nyata dengan M1 dan M2. Kadar Kalium
Data pengamatan dan sidik ragam kadar kalium Mucuna bracteata 10 MST pada beberapa perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam dapat dilihat pada Lampiran 60 dan 61, yang menunjukan perlakuan zat pengatur tumbuh dan media tanam serta interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar kalium.
Tabel 14. Kadar kalium Mucuna bracteata pada berbagai zat pegatur tumbuh dan media tanam umur 10 MST
ZPT Media Rataan
M1 = TS M2 = TS + K M3 = TS + K + P
G1 = 100 ppm 3.3010 3.3180 3.4023 3.3404
G2 = 200 ppm 3.2517 3.3473 3.2933 3.2974
G3 = 300 ppm 3.3953 3.3667 3.4203 3.3941
Rataan 3.3160 3.3440 3.3720 3.3440
Keterangan: *TS= Top Soil, K = TKKS, P = Pasir.
Tabel 14 menunjukkan kadar kalium Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada G3 yaitu 3.3941 yang berpengaruh tidak
nyata dengan G1 dan G2.
Tabel 14 menunjukkan kadar kalium Mucuna bracteata 10 MST terbanyak cenderung diperoleh pada M3 yaitu 3.3720 yang berpengaruh tidak
Pembahasan
Pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata D. C) dan serapan hara NPK di pembibitan.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bawah pemberian zat pengatur tumbuh (GA3) terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna Bracteata D. C) mempercepat
perkecambahan dimana pemberian G3 (300 ppm) pada waktu lebih singkat
(4 hari) pesentase perkecambahan maksimal dibandingkan pada kosentrasi rendah (G1 dan G2). Karena GA3 diperlukan pada proses perkecambahan yaitu di dalam
mengaktifkan cadangan makannan pada proses respirasi yang menghasilkan energi telah tercapai pada pemberian GA3 pada konsentrasi 300 ppm, sedangkan
pada kosentrasi yang lebih rendah diperlukan waktu lebih panjang waktu untuk perkecambahan
Walaupun berbeda tidak nyata pemberian GA3 pada perlakuan G3 juga
menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik terhadap semua parameter. Pada parameter daya perkecambahan dapat dilihat GA3 memiliki pengaruh positf
terhadap pertumbuhan mucuna dan serapan NPK, dengan adanya penambahan kosentreasi GA3 daya perkecambahn mucuna semakin meningkat (Gambar 1 dan
Lampiran 1).
Pengaruh pengunaan media tanam terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata D.C) dan serapan NPK di pembibitan.
tanam menunjukkan hasil lebih baik dari perlakuan Top Soil (M1) dan Top Soil +
TKKS (M2).
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa penggunaan media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang sulur 10 mst (Tabel 2 dan Lampiran 21), jumlah tangkai daun (tabel 3 dan lampiran 41 ),bobot basah tajuk (Tabel 5 dan Lampiran 43), bobot kering tajuk (Tabel 6 dan Lampiran 45), bobot basah akar (Tabel 7 dan Lampiran 47), bobot kering akar (Tabel 8 dan Lampiran 49) dan pada parameter tersebut diperoleh hasil pengunaan media tanam terbaik pada media campuran Top Soil + TKKS + Pasir (M3) yang diikuti oleh media
campuran Top Soil + TKKS (M2) kemudian media Top Soil (M1).
Hal ini menunjukkan bahwa media M3 berperan dalam meningkatkan
perkembangaanya. Hal ini sesuai dengan literatur fisiologi Marschner (1999) yang menyatakan K juga meningkatkan daya tahan dan K berperan pada laju serapan hara.
Media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan mucuna dimana pengunaan media tanam Top Soil dan TKKS (M2) berpengaruh nyata terhadap
tangkai daun dan bobot basah tajuk kemudian diikuti dengan M3 dan M1 ini di
Interaksi pemberian zat pengatur tumbuh dan penggunaan media tanam terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata D. C) dan serapan hara NPK di pembibitan.
Hasil analisis statsistik menunjukan bawah interaksi pemberian zat pengatur tumbuh dan penggunaan media tanam terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata D. C) dan serapan hara NPK di pembibitan
berpengaruh nyata terhadap parameter panjang sulur (Tabel 2 dan Lampiran 17 – 19) dan tangkai daun (Tabel 4 dan Lampiran 35 - 41). kombinasi
pelakuan yang terbaik pada para meter panjang sulur dan tangkai daun diperoleh pada perlakuan pemberian ZPT 300 ppm dan Top Soil + TKKS (G3M2). Ini
mengindikasikan bawah dengan adanya daya kecambah yang baik diakibatkan dengan pemberian GA3 dan pengunaan media tanam yang baik akan
menghasilkan daya kecambah yang baik dan menghasilkan pertumbuhan yang baik pula sehingga meningkat panjang sulur dan tangkai daun pada mucuna. GA3
dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Berdasarkan literatur Mathews (1998) menyatakan keunggulan LCC yang adalah kemampuannya membentuk bintil akar hasil simbiose dengan Rhizobium untuk menambat N2 dari udara. Kurang lebih
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
1. Pemberian GA3 konsentrasi 300 ppm meningkatkan persentase
perkecambahan 50% dibanding 200 ppm dan 75% dibandingkan 100 ppm. 2. Pemberian GA3 menigkatkan luas area penutup (Panjang Sulur) dan luas
akar penutup sehingga meningkatkan biomassa Mucuna (Mucuna bracteata D. C).
3. Pengunaan Media Tanam terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata D.C) dan serapan NPK di pembibitan
meningkatkan pertumbuhan panjang sulur, jumlah tangkai daun, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar.
4. Interaksi pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan penggunaan Media Tanam terhadap pertumbuhan Mucuna (Mucuna bracteata D. C) dan serapan hara NPK di pembibitan panjang sulur dan tangkai daun kombinasi terbaik terdapat pada perlakuan pemberian GA3 300 ppm dan media tanam
campuran Top Soil + TKKS.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., 1983. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung. Hal:53-54.
Buckman, H.O dan N.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah, Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Davies, P.J., 1995. Plant Hormones; Physiology, Biochemistry and Molecular Biology. Kluwer Academic Publisher. London. Pages:247-248.
Hakim, N. M.Y., Nyakpa, A.M., Lubis, S.G ., Nugroho, M. A., Diha, G. B., Hong, H.H., Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung
Harahap,I .Y . dan Subronto. 2004. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah Mucuna Bracteata Pada Pertanaman Kelapa Sawit. Medan. Warta Vol 10. Harahap,I.Y, Taufiq. C, Hidayat. Dan G. Simangunsong. 2008. Mucucna
Bracteata. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Heddy, S., 1989. Hormon Tumbuhan. Edisi I. Cetakan kedua. Rajawali Press. Jakarta. Hal:25,56,57.
http://Wikipedia/Species/Mucuna Bracteata, 2007
Kamil, J., 1979. Teknologi Benih 1. Cetakan kesepuluh. Angkasa Raya Padang. Hal:87,90,134,142.
Kartasapoeltra, A.G., 2003. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Cetakan keempat. Rineka Cipta. Jakarta. Hal:70-72,88,92. Mathews, C. 1998 The indtroduction and establishment of a new Leguminous
Cover, Mucuna bracteata under oil palm in Malaysia. Planther 74(868):359-368.
Mugnisjah.W.Q dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta Sebayang, S.Y., E.S. Sutarta, dan I.Y. Harahap. 2004. Penggunaan Mucuna
Bracteata Pada Kelapa Sawit. Pengalaman di Kebun Tinjoan Sawit II, PT. Perkebunan Nusantra IV. Pusat Penelitian kelapa sawit, Medan. Warta Vol 12. Hal 6-7
Siagian, N. 2003. Potensi dan Pemanfaatan Mucuna Bracteata Sebagai Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Medan. Steel,R.G.D. and J.H. Torrie., 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia
Sutopo, L., 1988. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNBRAW. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal:25,26,27,53,54,163,164.
.
Wahyono, S., F.L. Sahwan, F. Suryanto, dan A. Waluyo, 2003. Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Teknologi untuk Negri, Vol. I, Hal. 375-386.