Pertumbuhan Ternak Kelinci
Proses pertumbuhan terdiri atas dua aspek yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan pertambahan bobot badan per satuan waktu sampai dewasa tubuh, sedangkan perkembangan merupakan perubahan dalam komposisi, bentuk serta tinggi tubuh (Lawrie 2003). Pertumbuhan kelinci dimulai di dalam uterus setelah sel telur betina dibuahi (prenatal), proses pertumbuhan ini berlangsung 20 sampai 32 hari. Penelitian ini mengamati pertumbuhan dan perkembangan posnatal kelinci. Bobot indukan dan litter size pada Tabel 1 dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anakan kelinci. Hal ini menentukan performa indukan dalam menyusui dan persaingan anakan dalam mendapatkan susu induk. Kelahiran anak setiap kelahiran yang optimal adalah menyesuaikan dengan jumlah puting induknya, maka kebutuhan susu anak akan terpenuhi dan pertumbuhan anak akan meningkat. Bobot lahir pada Tabel 2 menunjukkan hasil yang tidak berbeda, hal ini menunjukkan bahwa
sampel anakan jantan bangsa kelinci Rex yang digunakan homogen dari
masing-masing indukan. Plasma nutfah kelinci termasuk bangsa kelinci Rex yang dikembangkan di Balitnak telah mengalami seleksi pada setiap generasi. Rataan bobot lahir berbanding terbalik dengan jumlah anak setiap kelahiran.
Laju pertumbuhan anak kelinci akan terus meningkat cepat pada satu bulan pertama sejak lahir dan akan terus bertambah sampai disapih. Kecepatan pertumbuhan pada anak kelinci dapat mencapai dua kali lipat bobot badannya per minggu, sehingga pada umur tiga minggu dapat mencapai bobot badan 0.45 kg, kemudian kelinci mulai mengkonsumsi pakan padat sehingga kecepatan pertumbuhannya dapat mencapai 30 sampai 50 g perhari antara umur 3 sampai 8 minggu (Rao et al. 1978). Cheeke et al. (1987) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan kelinci yang hidup di daerah tropis dapat mencapai 10 sampai 20 g per hari. Bobot sapih pada umur 6 minggu (Tabel 2) menunjukkan hasil yang berbeda (P<0.05). Bobot sapih terendah pada umur 10 minggu sebesar 367.50 ± 60.76 g. Rendahnya bobot sapih kelinci mengambarkan potensi produksi susu induk dan persaingan antar anak dalam memperoleh susu induk. Hal ini sesuai dengan jumlah anak sekelahiran tertinggi pada umur 10 minggu (Tabel 1) yang mengakibatkan rendahnya pertambahan bobot badan dari lahir sampai sapih (Tabel 1).
Bangsa kelinci Rex jantan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan nilai rataan bobot sapih total sebesar 529.25 ± 140.67 g ekor-1. Hasil ini lebih rendah dari GUPTA et al. (1992) yang memperoleh rataan bobot sapih
pada umur enam minggu berkisar antara 604.78 sampai 717.27 g ekor-1, CSIRO
(2002) dengan rataan sebesar 600.00 g ekor-1 pada bangsa kelinci New Zealand pada umur 4 sampai 5 minggu, Khalil et al. (2002) dengan rataan sebesar 560 g ekor-1 dengan range 408 sampai 780 g ekor-1 pada bangsa kelinci Giza White Rabbit ketika berumur 6 minggu, Brahmantiyo (2008) dengan rataan sebesar 585.35 + 124.92 g ekor-1 dan 623.56 g ekor-1 (Brahmantiyo 2010). Beberapa peneliti menggunakan masa sapih yang berbeda-beda pada sampel kelinci yang
digunakan. Hal ini diduga karena perbedaan breed menyebabkan perbedaan bobot
9
memiliki bobot sapih yang lebih besar daripada bangsa kelinci dengan ukuran
medium.
Tabel 1 Catatan pertumbuhan dan reproduksi bangsa kelinci Rex
Sifat Umur (minggu)
10 12 14 16
Indukan (ekor) 2 3 2 3
Bobot indukana (g) 2787.50 2722.50 2465.00 2726.67
Bobot indukanb (g) 2527.50 2135.00 2677.50 2435.00
Litter size (ekor
kelahiran-1) 6 3 4 4
Anakanc(ekor) 4 7 5 4
PBBd(g) 52.33 81.43 101.80 71.42
PBBe (g) 59.27 88.38 91.66 71.63
a
Bobot indukan pada saat anakan dilahirkan, bBobot indukan pada saat anakan disapih, cAnakan bangsa kelinci Rex berjenis kelamin jantan yang digunakan sebagai sampel, dPertambahan bobot badan dari lahir sampai lepas sapih (umur 6 minggu), ePertambahan bobot badan dari lepas sapih sampai umur potong yang berbeda-beda.
Tabel 2 Rataan bobot lahir, bobot sapih dan bobot potong
Sifat Umur (minggu)
10 12 14 16
Bobot (g)a
Bobot Lahir 53.54 ± 2.08 54.39 ± 1.62 59.20 ± 6.57 55.25 ± 6.70 Bobot Sapih 367.50 ± 60.76c 547.14 ± 144.02ab 670.00 ± 77.38a 483.75 ± 27.50bc Bobot Potong 646.25 ± 166.75c 992.86 ± 288.57b 1256.00 ± 159.00ab 1417.50 ± 303.77a a
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Pertumbuhan meliputi pertambahan bobot badan per satuan waktu tertentu dan perubahan konformasi dari jaringan tubuh sesuai umur dan fungsinya
sehingga disebut dengan tumbuh-kembang. Postweaning merupakan hasil akhir
dari periode menyusui sampai saat disembelih. Perkembangan reproduksi pada bangsa kelinci berukuran medium lebih cepat yaitu pada umur 4 sampai 5 bulan dibandingkan bangsa kelinci yang besar yaitu pada umur 5 sampai 8 bulan. Kelinci jenis pedaging memiliki metabolisme yang efesien dan pertumbuhan yang cepat, mulai digemukkan pada umur 4 sampai 5 minggu dengan bobot rata-rata 600 g dan siap dipotong pada umur 11 sampai 13 minggu (CSIRO 2002). Kelinci pedaging yang berumur 70 sampai 90 hari dengan bobot 1 sampai 2 kg merupakan kategori fryers, sedangkan kelinci yang berumur 90 hari sampai 180
hari dengan bobot 2 sampai 3.5 kg merupakan kategori roasters dan kelinci yang
berumur di atas 180 hari dengan bobot lebih dari 3.5 kg merupakan kategori
stewers. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi
pula. Rataan bobot potong menunjukkan hasil yang berbeda (Tabel 2). Pertumbuhan meningkat seiring pertambahan umur ternak, bobot potong pada umur 16 minggu memiliki rataan tertinggi. Nilai rataan bobot potong penelitian sebesar 1074.25 ± 353.67 g ekor-1 lebih rendah dari penelitian Setiawan (2009)
10
Hernandez dan Rubio (2001) yang menunjukkan bahwa Rex umur 13 minggu memiliki bobot sebesar 1900 sampai 1200 g ekor-1.
Pola pertumbuhan kelinci digambarkan dalam kurva yang berbentuk sigmoid (S) yang menghubungkan antara umur (minggu) dengan bobot badan (g) dan pola pertumbuhan ternak tersebut (Sanford 1980). Kurva sigmoid
menunjukkan fase pertumbuhan yang dipercepat (accelerating) pada umur remaja,
sedangkan fase pertumbuhan yang diperlambat (decelerating) dimulai dari umur remaja sampai dewasa (Hammond dan Browman 1983).
Gambar 2 Kurva pertumbuhan kelinci Rex umur 10, 12, 14 dan 16 minggu Kelinci muda mengalami pertumbuhan yang cepat dan puncak
pertumbuhan (accelerating) dicapai pada umur delapan minggu (Rao et al. 1979).
Titik belok bobot hidup adalah titik dimana ternak mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan pada satuan waktu titik belok umurnya atau bobot ternak mencapai masa pubertasnya baik pada jantan maupun betina (Brahmantiyo 2010). Pada Gambar 2 terlihat pola laju pertumbuhan pada masing masing umur potong yang menunjukkan kecenderungan meningkat. Selisih nilai rataan terbesar diantara umur 10 dan 12 minggu sebesar 346.61 g ekor-1. Laju pertumbuhan menunjukkan kecenderungan menurun hingga mencapai umur 14 dan 16 minggu
sebesar 263.14 dan 161.50 g ekor-1. Pertumbuhan kelinci mencapai umur potong
10 sampai 12 minggu memiliki pola garis pertumbuhan yang stabil dan menanjak. Pemotongan pada usaha ternak pedaging dilakukan pada saat umur dan bobot potong yang tepat agar produksi karkas optimal. Semakin tinggi bobot potong kelinci diharapkan produksi karkas yang dihasilkan juga semakin besar. Kondisi tersebut sekaligus dapat memperbaiki karakteristik fisik karkas (bobot, persentase daging, tulang dan lemak karkas). Laju pertumbuhan, status nutrisi, jenis kelamin dan bobot badan merupakan faktor yang berhubungan erat satu sama lain, secara sendiri atau kombinasi dapat mempengaruhi komposisi tubuh atau karkas yang dihasilkan. 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00 1600.00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 B o bo t (g ) Umur (minggu) Umur 10 minggu Umur 12 minggu Umur 14 minggu Umur 16 minggu
11
Komponen Karkas
Kelinci yang dipelihara di daerah tropis menghasilkan karkas sebesar 48 % dari bobot hidup 1 sampai 2.1 kg. Karkas kelinci merupakan bagian dari tubuh ternak tanpa darah, kepala, kulit, kaki, ekor, saluran pencernaan berserta isinya dan isi rongga dada (Soeparno 2009). Karkas terdiri dari tiga jaringan utama yaitu tulang, daging dan lemak. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan terkait bobot karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas daging dari karkas tersebut. Bobot karkas kelinci jantan pada waktu muda lebih tinggi daripada bobot karkas betina, karena pertambahan bobot badan kelinci jantan pada waktu muda lebih tinggi, tetapi selanjutnya bobot karkas betina lebih tinggi, karena perlemakan pada karkas betina dewasa lebih besar.
Tabel 3 Rataan bobot komponen karkas Komponen
karkas
Umur (minggu)
10 12 14 16
Bobot (g)a
Karkas 241.25 ± 96.81c 465.71 ± 136.79b 569.00 ± 92.36ab 648.75 ± 195.68a Daging 146.25 ± 72.27c 320.60 ± 135.93b 428.44 ± 71.28a 489.25 ± 181.96a Tulang 85.00 ± 29.72b 91.03 ± 27.93b 156.06 ± 16.95a 149.93 ± 54.23a
L. Subcutan 0.00b 0.00b 0.00b 2.50± 0.00a
L. Abdominal 0.00b 0.00b 0.00b 2.50± 0.00a
a
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Bobot karkas merupakan salah satu peubah yang penting dalam evaluasi karkas. Bobot karkas kelinci penelitian berbeda nyata seiring dengan meningkat umur ternak. Bobot karkas kelinci penelitian berbeda nyata seiring dengan meningkat umur ternak (P<0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur potong mempengaruhi bobot karkas yang dihasilkan (Tabel 3) dan mempengaruhi persentase karkas dari bobot potong (Tabel 4) yang dihasilkan dari jenis kelinci Rex. Bobot hidup yang hilang setelah dipotong merupakan penyusutan dari bobot karkas panas ke karkas dingin, isi saluran pencernaan, massa udara yang terdapat didalam paru-paru, bobot cairan selain darah tubuh yang terdapat pada tubuh
kelinci semasa ditimbang hidup seperti urine dan selama proses deboning karkas.
Pemuasaan selama 12 jam menyebabkan kelinci lebih banyak minum sehingga kandungan cairan seperti urin di dalam tubuh meningkat.
Persentase karkas terhadap bobot badan ditentukan oleh bobot badan, jenis pakan dan pemuasaan sebelum pemotongan (Cheeke et al. 1987). Bobot potong mempengaruhi persentase karkas. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi persentase karkasnya. Komponen tubuh yang menghasilkan daging akan selaras dengan ukuran bobot badan. Templeton (1968) menyatakan persentase
karkas kelinci muda (fryer) sebesar 50 sampai 54 % dengan bagian karkas yang
dapat dikonsumsi sebesar 78 sampai 80 %, sedangkan kelinci dewasa (roaster) menghasilkan persentase karkas sebesar 55 sampai 65 % dengan bagian yang dapat dikonsumsi sebesar 87 sampai 90 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelinci Rex dengan rataan kadar bobot karkas sebesar 42 % dari bobot potong dapat menghasilkan bobot daging sebesar 30 % dan bobot tulang sebesar 11 %
12
dari bobot potong. Hasil penelitian ini lebih rendah dari penelitian Oteku dan
Igene (2006) dengan rataan persentase karkas 48 %; 51 sampai 59 % (Memeith et
al. 2004); 55 sampai 61 % (Bielanski et al. 2000) dari bobot potong. Bobot karkas tertinggi pada umur 16 minggu (Tabel 3) sebesar 648.75 ± 195.68 g/ekor dengan persentase 44 % dari bobot potong sedangkan persentase karkas tertinggi pada umur 14 minggu (Tabel 4) sebesar 45 % dengan bobot 569.00 ± 92.36 g/ekor. Kadar daging bobot potong kelinci tertinggi pada umur 14 minggu sebesar 35 % lebih tinggi dari umur potong 16 minggu yang menghasilkan sebesar 33 %.
Tabel 4 Rataan persentase komponen karkas
Peubah Umur (minggu)
10 12 14 16
Karkas (%) 36.57 ± 5.67b 43.01 ± 7.11ab 45.14 ± 2.09a 44.25 ± 3.50ab Daging (%) 21.73 ± 4.79c 28.27 ± 5.02b 34.78 ± 1.54a 33.03 ± 5.31ab Tulang (%) 12.99 ± 1.74a 8.31 ± 0.89c 12.47 ± 0.80a 10.19 ± 1.99b Rasio
Daging:Tulang 1.67 ± 0.26c 3.42 ± 0.59a 2.80 ± 0.24b 3.27 ± 0.32ab Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Karkas yang ideal mengandung sejumlah otot, kandungan lemak yang optimal serta tulang yang minimum. Bobot badan kelinci pada peternakan komersial diharapkan 1.8 sampai 2.7 kg dengan produksi daging 0.9 sampai 1.4 kg dengan persentase karkas sebesar 55 % dan rasio daging dan tulang adalah 5:1. Persentase daging meningkat seiring peningkatan bobot potong kaki belakang
(hindleg) dan punggung (loin). Daging pada bagian kaki depan (foreleg) tumbuh
dengan konstan (Eviaty 1982). Bobot karkas merupakan salah satu peubah yang penting dalam evaluasi karkas. Bobot karkas kelinci penelitian berbeda signifikan seiring dengan meningkat umur ternak. Kelinci Rex penelitian dengan rataan
bobot potong sebesar 1074.25 ± 353.67 g ekor-1 dapat menghasilkan rataan daging
sebesar 348.92 g ekor-1, rataan tulang sebesar 117.86 g ekor-1 dan rataan lemak sebesar 0.5 g ekor-1. Adanya penurunan setelah menjadi karkas disebabkan pengurangan jumlah darah dan bobot non karkas. Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil yang didapat dari penelitian Setiawan (2009) dengan rataan nilai bobot potong kelinci Rex jantan umur 3 sampai 4 bulan (13 sampai 17 minggu) sebesar
1818.00 ± 157.23 g ekor-1 dapat menghasilkan rataan bobot daging sebesar 692.53
± 121.24 g ekor-1, tulang 185.56 ± 14.85 g ekor-1 dan lemak 25.80 ± 13.83 g ekor-1 dan penelitian Brahmantiyo (2008) yang menyajikan data kelinci Rex jantan dengan rataan nilai bobot potong 2711.44 g ekor-1 dapat menghasilkan rataan bobot daging sebesar 1408.61 g ekor-1, tulang 334.17 g ekor-1 dan lemak 125.35 g ekor-1. Hal ini disebabkan kelinci yang digunakan berusia lebih muda yaitu di antara 10 sampai 16 minggu dan menghasilkan bobot potong yang lebih rendah. Pola kenaikan bobot potong seiring dengan kenaikan bobot karkas pada setiap peningkatan umur. Rataan bobot daging dan tulang pada setiap kenaikan umur potong menunjukkan hasil yang berbeda (P<0.05).
Tulang merupakan kerangka yang berfungsi sebagai pelindung jaringan lunak dan organ-organ vital serta sebagai pengungkit aktivitas otot. Tulang tumbuh pada awal pertumbuhan dan membentuk kerangka kemudian disusul oleh pertumbuhan urat yang membentuk daging yang menyelimuti kerangka dan lemak
13
tumbuh terakhir pada saat mendekati kemasakan tubuh (Mc Nitt dan Lukefahr 1993). Jaringan tulang dari semua potongan karkas mengalami pertumbuhan relatif dini dan persentase bobot jaringan tulang akan berkurang dengan bertambahnya bobot masing-masing potongan karkas. Perkembangan tulang menentukan ukuran tubuh dan produksi daging seekor ternak dan diharapkan mempunyai proporsi yang sekecil mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tulang kelinci Rex tidak stabil dan cenderung menurun pada umur 12 sampai umur 16 minggu. Adanya peningkatan kadar bobot tulang pada umur 14 minggu dan rendahnya kadar bobot tulang pada umur 12 minggu dapat disebabkan kondisi kesehatan dan lingkungan pemeliharaan. Persentase tulang menunjukkan hasil yang bervariasi (Tabel 4). Perbedaan rataan jumlah anak yang dilahirkan menyebabkan perbedaan pertambahan bobot badan (Tabel 1). Seleksi jumlah anak sekelahiran pada masing-masing induk sebanyak 6 ekor per kelahiran. Persaingan anakan mendapatkan susu induk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tulang. Attfield (1977) menyatakan bahwa kelinci tipe medium dengan pertulangan yang ringan dan kulit yang tipis akan menghasilkan persentase karkas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelinci yang mempunyai pertulangan besar dan kulit yang lebih tebal.
Perletakan dan distribusi lemak mempunyai nilai ekonomi penting dalam produksi daging. Depot lemak merupakan komponen karkas yang masak lambat, persentase depot lemak meningkat seiring dengan bertambahnya bobot badan. Distribusi lemak sangat mempengaruhi proporsi jaringan otot karkas. Hal ini disebabkan proporsi daging dan tulang berkurang sedangkan komponen lemak bertambah dengan meningkatnya bobot karkas. Pertumbuhan lemak pada kelinci berlangsung pada umur lebih dari dua bulan yaitu pada bobot badan 1.5 sampai 2.0 kg, tetapi lemak yang dikandungnya lebih kecil dari ternak yang lain. Lemak pada kelinci pada organ di sekitar rusuk, sepanjang tulang belakang, daerah paha, sekitar leher, ginjal dan jantung. Kelinci Rex umur 10, 12 dan 14 minggu tidak
memiliki lemak subcutan dan lemak abdominal sedangkan kedua lemak ini mulai
tumbuh pada umur 16 minggu. Kadar lemak karkas kelinci Rex pada umur 16 minggu sebesar 0.4 % dari bobot potong lebih rendah dari hasil penelitian Salvini
et al. (1998) sebesar 6.8 % pada kelinci New Zealand White dengan pakan
campuran hijauan dan pellet yang mengandung protein kasar sebesar 16 %, serat
kasar sebesar 14 % dan lemak sebesar 3 %. Kadar lemak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis pakan, kandungan lemak pakan, tipe pemeliharaan, suhu, dan jenis kelamin. Rasio atau perbandingan daging dan tulang dapat menunjukkan besarnya bagian dari seekor ternak dapat dikonsumsi. Nilai rasio yang semakin besar maka akan semakin besar pula bagian yang dapat dikonsumsi. Hasil rataan rasio daging dan tulang penelitian sebesar 2.89 dengan rataan tertinggi pada umur 12 minggu sebesar 3.42 ± 0.59, hal ini sebanding dengan tingginya kadar daging dan rendahnya kadar bobot tulang pada umur 12 minggu (Tabel 4).
Komponen Non Karkas
Kelinci merupakan herbivora non ruminansia yang mempunyai sistem
lambung tunggal yang disebut sebagai pseudoruminant. Bobot non karkas
merupakan bobot yang berasal dari bagian selain karkas seperti kepala, kaki depan dan kaki belakang, kulit, jantung, hati, ginjal, paru-paru dan saluran pencernaan.
14
Organ dalam dan saluran pencernaan disebut dengan offal. Selama pertumbuhan
postnatal terjadi perbedaan kadar laju pertumbuhan relatif organ dan jaringan.
Jaringan atau organ yang kadar laju kenaikan beratnya relatif lebih lambat daripada kenaikan berat tubuh selama periode postnatal, diklasifikasikan sebagai dewasa cepat dan jaringan atau organ yang menunjukkan karakteristik sebaliknya digolongkan dewasa lambat (Soeparno 2009). Bobot kepala, kaki depan, kaki belakang dan kulit bangsa kelinci Rex umur potong 10 sampai 16 minggu meningkat seiring peningkatan umur (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan ternak pada umumnya.
Tabel 5 Rataan bobot komponen non karkas Komponen Non
Karkas
Umur (minggu)
10 12 14 16
Bobot (g)a
Kepala 72.25 ± 10.99c 100.71 ± 13.67b 125.00 ± 13.23a 135.00 ± 21.21a Kaki depan 8.38 ± 2.84c 12.86 ± 2.67bc 12.00 ± 2.74b 18.75 ± 2.50a Kaki belakang 18.38 ± 5.12c 27.86 ± 6.36b 31.00 ± 5.48ab 37.50 ± 6.45a Kulit 55.88 ± 20.65d 91.43 ± 32.11c 125.00 ± 31.62b 158.75 ± 40.29a Jantung 2.50 ± 0.82b 5.00 ± 0.00a 5.00 ± 0.00a 5.00 ± 0.00a Hati 24.75 ± 7.90 30.71 ± 7.87 39.00 ± 6.52 37.00 ± 22.55 Ginjal 6.63 ± 1.97b 9.29 ± 1.89a 10.00 ± 0.00a 11.25 ± 2.50a Paru-paru 5.25 ± 1.04 5.71 ± 1.89 5.00 ± 0.00 7.50 ± 2.89 Saluran
pencernaan 179.13 ± 25.45c 211.43 ± 38.59bc 239.00 ± 30.90b 308.75 ± 45.53a a
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Tabel 6 Persentase komponen non karkas Rex Komponen Non Karkas Umur (minggu) 10 12 14 16 Persentase (%)a Kepala 11.41 ± 1.27 9.83 ± 2.84 9.99 ± 0.66 9.47 ± 1.23 Kaki depan 1.29 ± 0.20 1.31 ± 0.59 0.96 ± 0.20 1.32 ± 0.18 Kaki belakang 2.85 ± 0.24 2.68 ± 0.73 2.49 ± 0.49 2.62 ± 0.16 Kulit 8.49 ± 0.89 8.40 ± 1.81 9.88 ± 1.68 11.06 ± 2.02 Jantung 0.39 ± 0.10 0.50 ± 0.19 0.40 ± 0.50 0.36 ± 0.09 Hati 3.79 ± 0.31 2.90 ± 0.84 3.10 ± 0.31 2.84 ± 1.76 Ginjal 1.02 ± 0.12 0.90 ± 0.32 0.80 ± 0.10 0.79 ± 0.12 Paru-paru 0.83 ± 0.15a 0.60 ± 0.39ab 0.40 ± 0.50b 0.50 ± 0.11ab Saluran
pencernaan 28.46 ± 4.73a 20.38 ± 5.87b 19.12 ± 2.18b 21.77 ± 3.48b
Offal 34.50 ± 4.38a 25.29 ± 7.38b 23.83 ± 2.54b 26.27 ± 5.23ab
a
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).
Hasil pengujian statistik pada Tabel 5 menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada masing-masing organ diatas tetapi menunjukkan hasil yang tidak berbeda pada persentasenya (Tabel 6). Hal ini membuktikan bahwa kenaikan umur tidak mempengaruhi persentasenya. Persentase kepala terendah pada umur 16 minggu sebesar 9.47 ± 1.23 g (Tabel 6) lebih tinggi dari persentase kepala
15
bangsa kelinci New Zealand White tertinggi pada umur potong yang sama sebesar 8.0 ± 0.2 g (Oteku dan Igene 2006). Bobot dan persentase kulit dari bangsa kelinci
New Zealand White dan Californian pada penelitian Baimony and Hassanien
(2011) pada umur potong 12 minggu masing-masing sebesar 204 ± 17.7 g (9.20 %) dan 192 ± 12.7 g (8.70 %) lebih tinggi dari bobot dan persentase bangsa kelinci Rex pada umur yang sama yaitu sebesar 91.43 ± 32.11 g (8.40 %). Perbedaan bangsa kelinci menunjukkan perbedaan bobot dan persentase organ-organ tersebut. Pertumbuhan kulit meningkat seiring meningkatnya massa dari organ dan rangka tubuh. Persentase non karkas seperti kulit, darah, hati, saluran pencernaan khususnya lambung dan usus kecil menurun seiring peningkatan bobot hidup.
Pola pertumbuhan organ seperti jantung, hati, ginjal, paru-paru dan saluran pencernaan menunjukkan hasil yang bervariasi, sedangkan organ yang
berhubungan dengan digesti dan metabolisme menunjukkan perubahan berat yang
besar sesuai dengan status nutrisional dan fisiologis ternak (Soeparno 2009). Hasil pengujian statistik pada Tabel 5 menunjukkan rataan nilai bobot offal seperti hati dan paru-paru menunjukkan hasil yang tidak berbeda, sedangkan jantung, ginjal dan saluran pencernaan menunjukkan hasil yang berbeda. Bobot jantung dan ginjal kelinci terendah pada umur 10 minggu dan kemudian tidak berbeda setelah berumur 12 minggu. Hal ini diduga disebabkan belum maksimalnya pertumbuhan dan perkembangan kedua organ kelinci penelitian pada umur tersebut. Penelitian Metzger et al. (2003) menunjukkan ada perbedaan nyata persentase hati bangsa kelinci New Zealand White umur 13 minggu yang dipelihara pada kandang individu dan kandang kelompok masing-masing yaitu 2.30 g dan 2.42 g. Hasil ini lebih rendah dari persentase hati bangsa kelinci Rex pada umur potong 12 minggu dan 14 minggu sebesar 2.90 ± 0.84 g dan 3.10 ± 0.31 g, persentase ini tidak menunjukkan perbedaan pada setiap kenaikan umur. Pada kelinci umur 10 minggu rataan bobot saluran pencernaan lebih rendah diduga disebabkan oleh faktor konsumsi. Kelinci akan mengkonsumsi lebih banyak pakan pada setiap meningkatnya bobot dan umur, hal ini sesuai dengan meningkatnya bobot badan kelinci pada setiap kenaikan umur. Berat total saluran pencernaan umumnya menurun pada saat mencapai kedewasaan. Penelitian Setiawan (2009) menunjukkan bahwa bangsa memiliki berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap offal
yaitu pada bagian jantung dan saluran pencernaan. Pertumbuhan saluran
pencernaan ini diduga dipengaruhi oleh konsumsi pada setiap kenaikan umurnya. Bobot jantung, hati, ginjal dan paru terus mengalami kenaikan seiring peningkatan umur 10 sampai 16 minggu. Penelitian Brahmantiyo (2010) menunjukkan bobot jantung, hati, ginjal dan paru-paru bangsa kelinci Rex umur 20 minggu masing-masing sebesar 9.72 g, 63.51 g, 13.17 g dan 11.72 g. Hasil ini lebih tinggi dari bobot jantung, hati, ginjal dan paru-paru bangsa kelinci Rex umur 16 (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa jantung, hati, ginjal dan paru-paru bangsa kelinci Rex terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring peningkatan umur.
Rataan persentase offal sebesar 26.96 % dari total bobot badan kelinci Rex dancenderung tidak stabil. Rataan persentase offal tertinggi pada umur 10 minggu menunjukkan bahwa pada umur 10 minggu kelinci masih mengalami periode pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, kemudian setelah umur 10 minggu
menunjukkan kecenderungan menurun. Kenaikan persentase offal pada umur 16
16
dan paru-paru yang menunjukkan kecenderungan meningkat pada umur 16 minggu sedangkan persentase organ seperti jantung dan hati stabil dan menurun.