• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan total alga turf pada karang bercabang

Pertumbuhan total alga turf pada kelompok karang bercabang secara umum memperlihatkan pola yang meningkat pada kedua jenis karang yang ditandai, walaupun pada minggu tertentu mengalami penurunan namun tidak signifikan. Karang sehat yang digunakan sebagai kontrol atau pembanding pertumbuhan alga

turf tidak mengalami perubahan sejak penandaan sampai monitoring akhir penelitian (Gambar 4).

Pertumbuhan total pada jenis karang A.cervicornis mengalami peningkatan sejak penandaan hingga akhir monitoring. Nilai pertumbuhan total turf alga pada minggu kedua sebesar 1.148 mm/hari, pada minggu keempat 1.589 mm/hari, minggu keenam 1.672 mm/hari, minggu kedelapan 1.800 mm/hari dan pada minggu kesepuluh meningkat menjadi 1.966 mm/hari. Hasil uji one way anova dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa pertumbuhan total alga turf jenis A.cervicornis setiap minggunya tidak berbeda nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0.784 (p>0.05) (Lampiran 1).

Gambar 4. Rata-rata pertumbuhan total alga turf pada kelompok karang bercabang Jenis A.formosa memiliki hal yang berbeda dengan A.cervicornis,

pertumbuhan totalnya mengalami peningkatan pada minggu kedua hingga minggu keenam, namun menurun pada minggu kedelapan hingga kesepuluh. Nilai pertumbuhan total alga turf pada karang jenis A.formosa pada minggu kedua sebesar 0.459 mm/hari, pada minggu keempat 0.655 mm/hari, minggu keenam sebesar 0.805 mm/hari, lalu kemudian mengalami penurunan pada minggu kedelapan sebesar 0.087 mm/hari menjadi 0.717 mm/hari. Pada minggu kesepuluh pertumbuhan total alga turf semakin menurun. Penurunan pertumbuhan yang terjadi pada minggu kesepuluh sama dengan penurunan pertumbuhan pada minggu kedelapan yaitu sebesar 0.087 mm/hari. Pertumbuhan total turf alga pada minggu kesepuluh menjadi 0.630 mm/hari. Walaupun mengalami fluktuasi, perubahan pertumbuhan total turf alga pada karang A.formosa setiap minggunya tidak signifikan. Hasil uji one way anova dengan selang kepercayaan 95%

7

(p=0,05) menunjukkan bahwa pertumbuhan total turf alga jenis A.formosa setiap minggunya tidak berbeda nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0.955 (p>0.05)(Lampiran 2).

Perbandingan pertumbuhan total alga turf antara karang A.cervicoenis, A.formosa dan kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil uji one way anova dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa pertumbuhan total alga turf jenis A.cervicornis dengan A.formosa dan kontrol berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal sama juga terjadi antara karang A.formosa dengan kontrol dimana nilai signifikansinya 0.006 (p<0.005) (Lampiran 3).

Pertumbuhan total alga turf yang semakin meningkat tersebut juga ditemukan oleh Diaz-Pulido et al. (2009). Penelitian yang dilakukan di Great Barrier Reef Australia menemukan bahwa di Middle island dan Halfway island, pertumbuhan alga turf mengalami peningkatan pada bulan Februari hingga Juni 2006. Pada Februari hingga April 2007 juga mengalami peningkatan, sedangkan pada Februari 2008 pertumbuhannya stagnan. Pertumbuhan alga turf pada Barren island cenderung mengalami penurunan pada Agustus 2006 hingga Juni 2007 dan mengalami peningkatan dari Juli 2007 hingga Februari 2008. Pertumbuhan alga

turf pada North Keppel island lebih fluktuatif, pertumbuhan alga turf mengalami penurunan pada Februari hingga Desember 2006 dan mengalami peningkatan pada Februari hingga Mei 2007. Pada bulan Mei 2007 hingga hingga Agustus 2007 pertumbuhan alga turf menurun dan kembali meningkat pada Agustus 2007 hingga Februari 2008.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan alga turf pada karang

Acropora lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis karang lainnya (Tanner 1995). Tanner (1995) menemukan peningkatan pertumbuhan turf pada A. brueggemanni dan A. cuneata lebih tinggi bila dibandingkan dengan Pocillopora damicornis di Heron island Great Barrier Reef Australia. Bender et al. (2012) yang melakukan penelitian di pulau yang sama dengan jenis karang berbeda menemukan bahwa pertumbuhan turf pada karang Acropora aspera lebih tinggi dibanding Acropora pulcara namun tidak dijelaskan hal yang memengaruhi perbedaan tersebut. Peningkatan pertumbuhan total yang signifikan antara karang jenis A. cervicornis dengan A.formosa kemungkinan disebabkan oleh ukuran diameter dan jumlah percabangan yang berbeda.

Ukuran diameter cabang A.cervicornis lebih kecil, mudah patah dan jumlah percabangannya lebih rapat sedangkan ukuran diameter cabang A.formosa lebih besar dan lebih kokoh. Ukuran diameter tersebut menjadi salah satu hal yang mempengaruhi jumlah ikan yang menempati koloni karang tersebut. Jompa dan McCook (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan alga adalah keberadaan ikan herbivora

Ikan karang herbivora umumnya jarang menempati karang dengan diameter percabangan kecil dan percabangan yang rapat karena sulit memakan alga dan mudah diserang oleh pemangsa, kecuali ikan-ikan herbivora dengan ukuran yang masih kecil. Pada karang dengan ukuran diameter cabang yang lebih besar dan jumlah percabangan yang sedikit lebih memudahkan ikan dalam memakan alga dan bersembunyi dari pemangsa.

Kondisi yang berbeda tersebut menyebabkan kelimpahan ikan herbivora juga berbeda. Husain (2012) mengemukakan bahwa perbedaan kelimpahan ikan

8

herbivora menjadi salah satu penyebab perbedaan jumlah dan luasan daerah merumput. Pada koloni karang dengan kelimpahan ikan yang lebih tinggi menyebabkan intensitas merumput lebih tinggi dan dapat mengontrol pertumbuhan alga (Nybakken dan Bertness 2004). Hal inilah yang kemungkinan besar menyebabkan pertumbuhan alga pada karang A.cervicornis lebih besar dibandingkan dengan karang A.formosa.

Kelimpahan ikan di Great Barrier Reef Australia juga menjadi faktor yang memengaruhi pertumbuhan alga turf. Middle island dan Halfway island yang memiliki kelimpahan ikan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan Barren island memiliki pertumbuhan alga yang lebih rendah. Pada North Keppel island dengan kelimpahan ikan Scaridae tertinggi, pertumbuhan alga turf ternyata juga masih tinggi. Hal ini diakibatkan kondisi tutupan karang hidup juga rendah bila dibandingkan dengan Middle island dan Halfway island (Diaz-Pulido et al. 2009).

Vermeij et al. (2010) menemukan hal yang berbeda di perairan Karibia, penelitian yang dilakukan untuk menganalisis efek dari peningkatan nutrien dan kelimpahan ikan terhadap overgrowth alga turf menunjukkan bahwa penghilangan ikan herbivora tidak menjadi faktor utama dalam mengukur laju pertumbuhan alga

turf pada ekosistem terumbu karang. Pertumbuhan alga turf lebih dipengaruhi oleh peningkatan nutrien. Hal lain yang mungkin ikut mempengaruhi menurunnya laju pertumbuhan alga turf adalah faktor ikan herbivora dan munculnya penyakit yang menginfeksi karang yang belum teridentikasi jenisnya (Massinai 2012) (Gambar 5). Perkembangan penyakit unknown ini menyebabkan kematian jaringan karang

Acropora brancing dengan kecepatan 0.130 cm/hari. Koloni karang yang mengalami kematian akan menjadi ruang untuk alga turf dapat berkembang. Sedangkan keberadan ikan herbivora menjadi predator utama dalam memangsa alga yang tumbuh pada koloni karang.

Gambar 5. Tanda panah menunjukkan karang bercabang Acropora brancing

9

Laju pertumbuhan alga turf pada kelompok karang bercabang

Laju pertumbuhan alga turf pada kelompok karang bercabang secara umum mengalami penurunan, berbanding terbalik dengan pertumbuhan totalnya yang mengalami peningkatan (Gambar 6). Penurunan laju pertumbuhan alga turf

tersebut ditunjukkan pada dua jenis karang yang ditandai. Laju pertumbuhan pada karang A.cervicornis mengalami kenaikan pada waktu tertentu, sedangkan pada karang A.formosa mengalami penurunan yang konsisten dari awal hingga akhir penelitian. Karang kontrol yang ditandai selama penelitian tidak mengalami perubahan. Karang kontrol tersebut belum ditumbuhi alga turf dari awal penandaan hingga minggu kesepuluh.

Kurva laju pertumbuhan turf pada karang jenis A.cervicornis mengalami penurunan sejak minggu kedua hingga minggu keenam, namun pada minggu kedelapan hingga minggu kesepuluh mengalami peningkatan. Pada minggu kedua laju pertumbuhan alga turf sebesar 1.148 mm/hari, lalu mengalami penurunan pada minggu keempat menjadi 0.442 mm/hari dan pada minggu keenam semakin menurun menjadi 0.082 mm/hari. Pada minggu kedelapan hingga minggu kesepuluh terjadi perubahan pola laju pertumbuhan alga turf. Pola laju pertumbuhan menunjukkan trend meningkat. Pada minggu kedelapan laju pertumbuhan alga turf menjadi 0.129 mm/hari dan pada minggu kesepuluh meningkat menjadi 0.165 mm/hari. Namun peningkatan laju pertumbuhan alga

turf pada karang A.cervicornis tidak menunjukkan hasil yang signifikan bila dibandingkan dengan penurunan laju pertumbuhannya. Hasil uji anova satu arah dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan alga turf jenis A.cervicornis setiap minggunya berbeda nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0.015 (p<0.05). Analisis uji lanjut menggunakan Bonferroni menunjukkan perbedaan signifikan antara laju pertumbuhan minggu kedua dengan laju pertumbuhan minggu keempat dengan nilai signifikansi 0.022 (p<0.05) (Lampiran 4).

Laju pertumbuhan alga turf pada karang jenis A.formosa secara konsisten mengalami penurunan sejak awal hingga akhir penelitian. Pada minggu kedua nilai laju pertumbuhannya sebesar 0.459 mm/hari. Laju pertumbuhannya terus menurun pada minggu keempat, keenam, kedelapan hingga kesepuluh dengan nilai laju pertumbuhan masing-masing 0.196 mm/hari, 0.149 mm/hari, -0.087 mm/hari dan -0.087 mm/hari. Penurunan tersebut cukup signifikan. Hasil uji anova satu arah dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan alga turf jenis A.formosa antar minggu berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0.018 (p<0.05). Analisis uji lanjut menggunakan Bonferroni menunjukkan perbedaan signifikan antara laju pertumbuhan minggu kedua dengan laju pertumbuhan minggu keempat dengan nilai signifikansi 0.022 (p<0.05). Analisis uji lanjut menggunakan Bonferroni menunjukkan perbedaan signifikan antara laju pertumbuhan minggu kedua dengan laju pertumbuhan minggu kesepuluh dengan nilai signifikansi 0.029 (p<0.05) (Lampiran 5).

10

Gambar 6. Laju pertumbuhan rata-rata alga turf pada kelompok karang bercabang.

Laju pertumbuhan alga turf untuk semua jenis pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil uji anova satu arah dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan alga turf kontrol dengan jenis A.cervicornis dan A.formosa berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal sama juga terjadi antara karang A.cervicornis dengan A.formosa

dengan nilai signifikansi sebesar 0.005 (p<0.005) (Lampiran 6).

Gambar 7. Analisis komponen utama hubungan laju pertumbuhan alga turf pada kelompok karang bercabang dengan kondisi oseanografi perairan

11

Penurunan laju pertumbuhan alga tersebut tidak berhubungan erat dengan kondisi lingkungan perairan. Analisis komponen utama tentang keterkaitan antara laju pertumbuhan alga turf dengan konsentrasi nutrien dan faktor lingkungan lainnya menunjukkan hasil bahwa faktor lingkungan tersebut tidak menjadi faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan alga turf pada karang bercabang (Gambar 7). Lokasi penelitian yang berada pada wilayah rataan terumbu karang berjarak ±500 meter dari bibir pantai menyebabkan suplai nutrien tidak banyak memengaruhi pertumbuhan alga. Padang lamun yang tumbuh sepanjang ±400 meter dari bibir pantai menjadi daerah pembatas yang cukup luas untuk menyaring nutrien langsung masuk ke ekosistem terumbu karang. Lokasi penelitian yang berada pada wilayah rataan terumbu karang dengan kedalaman dua hingga 3 meter juga menyebabkan pengaruh arus dan faktor fisika oseanografi lainnya tidak besar.

Perbedaan ini kemungkinan besar diakibatkan oleh perbedaan karakter dari setiap karang yang dijadikan bahan pengamatan seperti ukuran diameter percabangan dan jumlah percabangan yang memengaruhi organisme yang berasosiasi dengan karang tersebut, salah satunya adalah kelimpahan ikan herbivora.

Pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp.

Laju pertumbuhan rata-rata alga turf pada kelompok karang massif Porites

spp. secara umum cenderung mengalami penurunan (Gambar 8). Pada monitoring pertama nilai pertumbuhan alga turf sebesar 0.542 cm2/hari. Pada monitoring kedua turun menjadi 0.300 cm2/hari. Pada monitoring ketiga nilai pertumbuhan alga turf sebesar -0.568 cm2/hari, turun drastis dibandingkan monitoring pertama dan kedua. Pada monitoring keempat pertumbuhan alga turf mengalami peningkatan dengan nilai pertumbuhan sebesar 0.190 cm2/hari. Pada monitoring kelima kembali mengalami penurunan dengan nilai pertumbuhan sebesar 0.070 cm2/hari.

Pertumbuhan alga turf yang didapatkan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wangpraseurt et al. 2012) di pulau Derawan, Kalimantan Timur. Nilai pertumbuhan alga turf pada penelitian tersebut sebesar 0.58 mm/bulan atau 0.0193 mm/hari. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh perbedaan kondisi oseanografi antara perairan pulau Barranglompo dengan pulau Derawan. Pulau Derawan berjarak 20 km dari daratan utama pulau Kalimantan dan mendapatkan pengaruh sedimentasi dari sungai Berau (Wangpraseurt et al. 2012). Faktor utama yang memengaruhi perubahan kondisi oseanografi Pulau Derawan adalah masukan dari pulau utama Kalimantan dan sungai Berau, namun dengan jarak yang relatif jauh tersebut dapat mengurangi pengaruh langsung terhadap perairan.

12

Gambar 8. Laju pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp.

Pulau Derawan sangat berbeda dengan pulau Barranglompo yang memiliki keunikan tersendiri. Pulau Barranglompo termasuk dalan Zona II (Lampiran 7) daerah kepulauan Spermonde yang tidak mendapatkan pengaruh langsung dari daratan utama pulau Sulawesi namun faktor antropogenik dari penduduk pulau Barranglompo sendiri yang sangat tinggi merupakan faktor utama dalam perubahan lingkungan perairan (Faisal et al. 2012).

Gambar 9. Karang Porites spp. yang ditumbuhi alga turf dan ditutupi sedimen Laju pertumbuhan alga turf yang cenderung menurun pada karang massif sangat dipengaruhi oleh konsentrasi nutrien perairan. Faisal et al. (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan alga di pulau Barranglompo terkait dengan konsentrasi nitrat. Namun hasil analisis komponen utama memperlihatkan hal yang berbeda (Gambar 10). Pertumbuhan alga turf pada karang massif mengelompok dengan fosfat. Analisis regresi hubungan laju pertumbuhan alga

turf dengan konsentrasi nutrien memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara pertumbuhan alga dengan konsentrasi fosfat (PO4) dimana nilai signifikan sebesar 0.039 (p<0.05) (Lampiran 10). Fosfat (PO4) merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh alga untuk tumbuh dan berkembang.

13

Gambar 10. Analisis komponen utama hubungan laju pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp. dengan kondisi oseanografi perairan Pertumbuhan alga turf di pulau Barranglompo menjadi indikator semakin baiknya kondisi terumbu karang. Titlyanov et al. (2006) yang melakukan penelitian di pulau Sesoko, Okinawa Jepang menemukan bahwa treatmen yang dilakukan pada karang Porites lutea hubungannya dengan keberadaan filamentous blue-green alga turf yaitu pertumbuhan, pengukuran fluorescence klorofil a, efisiensi fotochemical dan kepadatan simbion dinoflagellata menunjukkan nilai paling rendah bila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti keberadaan fleshy makroalga Dictyota dichotoma, kontrol manipulasi dan kontrol dengan jaring penghambat.

Gambar 11. Pertumbuhan total alga turf pada karang massif Porites spp.

Hasil pertumbuhan total alga turf pada karang massif yang yang tetap mengalami peningkatan (Gambar 11) kemungkinan disebabkan tingginya sedimentasi (Gambar 9). Sedimentasi yang tinggi dapat menyebabkan tingginya

14

konsentrasi nutrien pada karang yang ditutupi oleh sedimen. Alga turf

memanfaatkan nutrien tersebut sebagai bahan untuk pertumbuhan dan berkembang. Pengaruh sedimentasi yang cukup tinggi pada wilayah bibir pantai merupakan salah satu faktor yang turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan alga turf (Cetz-Navarro et al. 2013). Sedimentasi termasuk dalam faktor yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan karang dan dapat menyebabkan kematian jaringan. Partikel-partikel sedimen menutupi polip-polip karang sehingga menyebabkan fisiologi hewan karang terganggu. Hewan karang akan mengeluarkan lebih banyak lendir untuk membersihkan polip dari tutupan partikel sedimen. Pada jangka waktu yang relatif lama maka penutupan polip oleh sedimen akan menyebabkan kematian jaringan karang bila hewan karang tidak mampu lagi melakukan pembersihan polip menggunakan lendir yang diproduksinya (River dan Edmunds 2001). Kematian hewan karang yang diakibatkan oleh sedimentasi memberikan ruang kepada alga untuk tumbuh dan berkembang (Cetz-Navarro et al. 2013).

Pertumbuhan alga turf pada ekosistem terumbu karang memiliki banyak faktor dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Setiap jenis alga turf dan karang memiliki keunikan tersendiri. Oleh sebab itu dalam menganalisis pertumbuhan alga turf pada ekosistem terumbu karang harus memerhatikan seluruh faktor yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan alga turf

sehingga tergambar kondisi yang sebenarnya. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain jenis alga turf, jenis karang yang menjadi daerah pertumbuhan alga, musim, dan faktor-faktor oseanografi didalamnya.

Ikan herbivora grazer alga turf pada karang bercabang

Laju penurunan alga di Pulau Barranglompo juga dilaporkan oleh Husain (2012). Pertumbuhan alga turf mengalami perubahan yang fluktuatif dan berbeda antar lokasi, namun secara umum mengalami penurunan alga yang nyata hingga 85 %. Hal ini berkaitan dengan komposisi dan kelimpahan ikan karang herbivora. Penelitian yang dilakukan pada bulan maret-agustus 2011 di kepulauan Spermonde menunjukkan peningkatan kepadatan ikan herbivora (Lampiran 9). Kepadatan ikan herbivora di pulau Barranglompo pada bulan maret sebesar 0.1 individu/m2 mengalami peningkatan lebih dari 0.2 individu/m2 pada bulan agustus (Faisal et al. 2012).

Husain (2012) menemukan bahwa kelimpahan ikan karang herbivora di pulau Barranglompo sebesar 0.496 individu/m2 dengan persentase 15% (Tabel 1) menunjukkan proporsi ikan karang herbivora yang tergolong tinggi jika mengacu pada proporsi ikan herbivora oleh Conservation International yaitu sebesar 8-10% (Allen dan Adrim 2003).

15

Tabel 1. Kelimpahan ikan herbivora di kepulauan Spermonde (Husain 2012)

Jompa dan McCook (2002) menemukan bahwa ikan herbivora menjadi faktor pengontrol pertumbuhan alga di ekosistem terumbu karang di Australia. Metode penelitian yang membandingkan antara tiga perlakuan pada karang yang ditumbuhi alga yaitu terbuka, setengah kurungan dan kurungan penuh, menunjukkan bahwa alga yang hidup pada kurungan penuh bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Hal yang sama juga di dapatkan oleh Lirman (2000) yang melakukan penelitian di Biscayne Natonal Park Florida, dengan metode perlakuan kurungan pada karang yang ditumbuhi alga menunjukkan peningkatan pertumbuhan alga yang signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Husain (2012) dan Faisal (2012) di Barranglompo menemukan bahwa terjadi korelasi negatif antara pertumbuhan turf

alga dengan kelimpahan dan biomassa ikan herbivora. Alga turf merupakan salah satu komponen pada ekosistem terumbu karang yang menjadi makanan utama oleh hampir sebagian besar ikan karang. Semakin meningkatnya kelimpahan dan biomassa ikan herbivora menyebabkan laju pertumbuhan alga turf menurun.

Ikan karang herbivora yang banyak ditemukan pada lokasi penelitian berasal dari suku Scaridae kelompok fungsional scraper (small excavator) dan grazer.

Hal ini sama dengan hasil penelitian Husain (2012) yang menemukan kelimpahan tertinggi ikan kelompok fungsionalis ikan herbovora scraper dan grazer

(Lampiran 8).

Scraper adalah ikan herbivora yang makanan utamanya alga turf beserta substratnya, akan tetapi jumlah substrat yang dimakan sedikit. Kelompok ikan ini menggigit tanpa menggali terlalu dalam pada substrat karang namun mampu menghilangkan alga turf (Green dan Bellwood 2009).

Zona Pulau

Kelimpahan ikan (individu/250m2) Biomassa (kg/ha) per pulau Non

herbivora Herbivora Jumlah

Non

herbivora Herbivora Jumlah I Lae-lae 127 16 143 11.54 55.89 67 Laiya 648 41 689 123.55 115.74 239 Salemo 203 18 221 82 20.79 103 II Kodingarenglompo 1024 127 1151 76.1 228.78 305 Barranglompo 1132 124 1256 99.72 240.44 340 Bonetambung 538 41 579 44.32 142.29 187 Samatellulompo 441 248 689 103.13 536.68 640 III Langakai 628 197 825 71.14 120.58 192 Lumu-lumu 344 178 522 44.01 113.92 158 Reang-reang 611 120 731 104.18 214.63 319 Tambakulu 331 167 498 29.75 195.15 225 Saranti 1508 79 1587 72.58 85.92 159 Total 7535 1356 8891 862.02 2070.82 2932.84 85% 15% 100% 29% 71% 100%

16

Gambar 12. Salah satu ikan kelompok scraper (Scarus flavipectoralis) yang ditemukan di lokasi penelitian (Green dan Bellwood 2009)

Kelompok scraper memiliki peranan yang besar dalam ketahanan terumbu karang yaitu membatasi pertumbuhan alga terutama alga turf . Tingginya grazing yang dilakukan oleh kelompok ikan ini menyediakan area substrat yang besih untuk tempat rekruitmen karang dan pertumbuhan koralin alga (Husain 2012).

Ikan Scarus flavipectoralis merupakan jenis ikan dari kelompok scraper

yang paling sering ditemukan pada lokasi penelitian (Gambar 12). Ikan ini umumnya soliter dan memiliki wilayah kekuasaan tersendiri. Kebiasaan ikan ini adalah menyerang ikan-ikan jenis lain yang memasuki wilayah kekuasannya dan sering terlihat bersembunyi pada celah koloni karang brancing. Memakan alga yang tumbuh pada karang dan akan meninggalkan bekas gigitan pada substrat karang namun tidak terlalu dalam.

Ikan Scarus flavipectoralis biasanya lebih memilih wilayah dengan tutupan alga turf tinggi. Hal ini yang mempengaruhi biomassa kelompok scraper termasuk didalamnya Scarus flavipectoralis lebih tinggi dibanding dengan jenis ikan lainnya (Husain 2012). Kelompok fungsional grazer adalah ikan herbivora yang memakan alga terutama alga turf epilitik namun tidak mengikis atau menggali substrat karang ketika sedang makan. Meliputi hampir semua ikan baronang (Siganus), semua spesies Centropyge dan banyak spesies Acanthuridae (Green dan Bellwood 2009).

17

Gambar 13. Kelompok grazer, ikan baronang Siganus lineatus dan ikan butana ekor cincin Acanthurus nigricauda (Green dan Bellwood 2009) Jenis ikan yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian adalah ikan baronang Siganus lineatus dan ikan butana ekor cincin Acanthurus nigricauda

(Gambar 13). Kelompok ikan ini biasa bergerombol dan dapat memakan alga dalam jumlah yang besar dan skala yang lebih luas. Ikan jenis ini lebih banyak ditemukan pada daerah dengan tutupan alga yang rendah hal ini mungkin diakibatkan ikan telah melakukan grazing sebelum penelitian ini berlangsung.

Dokumen terkait