• Tidak ada hasil yang ditemukan

Overgrowth Alga turf Pada Karang Keras di Pulau Barranglompo Kota Makassar Sulawesi selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Overgrowth Alga turf Pada Karang Keras di Pulau Barranglompo Kota Makassar Sulawesi selatan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

i

OVERGROWTH

ALGA

TURF

PADA KARANG KERAS

DI PULAU BARRANGLOMPO KOTA MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

HENDRA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Overgrowth Alga turf

Pada Karang Keras di Pulau Barranglompo Kota Makassar Sulawesi Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

Bogor, September 2014

Hendra

(4)
(5)

v

RINGKASAN

HENDRA. Overgrowth Alga turf Pada Karang Keras di Pulau Barranglompo Kota Makassar Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh NEVIATY P. ZAMANI dan JAMALUDDIN JOMPA

Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting di perairan. Terumbu karang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi yang vital di perairan laut. Ekosistem terumbu karang sangat khas dan hanya mampu hidup pada kondisi tertentu menyebabkan organisme ini yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang terjadi akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem terumbu karang.

Ketidakseimbangan yang terjadi dapat menyebabkan perubahan struktur komunitas dari terumbu karang menjadi komunitas makroalga termasuk didalamnya kelompok alga turf. Alga turf merupakan salah satu kelompok makroalga bentik yang banyak menyebabkan kerusakan karang. Alga turf

memiliki biomassa yang rendah per unit area, namun mampu mendominasi sejumlah luasan area terumbu karang, meskipun pada kondisi karang yang sehat. Oleh karena itu perlu diketahui laju pertumbuhan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Hal ini sangat bermanfaat dalam kegiatan konservasi dan penanggulangan kerusakan ekosistem terumbu karang.

Pada penelitian ini menggunakan metode monitoring fotography dan metode penandaan. Karang massif yang ditumbuhi alga turf ditandai menggunakan transek kuadrat 10x10 cm2 dan transek kuadrat 30x30 cm2 sebagai ukuran kalibrasi pada pengolahan data. Karang yang telah ditandai difoto menggunakan

underwater kamera untuk memonitoring pertumbuhan alga turf. Pengambilan foto contoh karang dilakukan setiap dua minggu sekali. Pengukuran laju pertumbuhan alga turf untuk karang bercabang, metode penandaan menggunakan tali tie. Batas interaksi karang-alga ditandai menggunakan tali tie dengan jarak 10 cm. Pertumbuhan alga diukur dari jarak penanda tali tie dengan batas interaksi karang-alga setiap dua minggu. Faktor oseanografi yang diukur yaitu konsentrasi nitrat dan fosfat air, suhu, salinitas, pH dan kecerahan.

Pertumbuhan total alga turf pada karang keras di pulau Barranglompo Kota Makassar mengalami peningkatan disebabkan oleh kondisi nutrien terutama fosfat yang tinggi. Laju pertumbuhan alga turf pada karang keras di pulau Barranglompo Kota Makassar mengalami penurunan disebabkan meningkatnya kelimpahan dan biomassa ikan herbivora yang menjadikan alga sebagai makanan utama.

Perlu diadakan penelitian dengan rentang waktu yang lebih lama dan wilayah yang lebih luas dengan jenis karang yang lebih banyak pula untuk mengetahui perubahan serta pengaruh pertumbuhan alga turf pada karang keras. Identifikasi kandungan metabolik sekunder dari alga turf penyebab kematian jaringan karang.

(6)
(7)

vii

SUMMARY

HENDRA. The Overgrowth of Turf Algae on Hard Coral in the Barranglompo Island, Makassar, South Sulawesi. Supervised by NEVIATY P. ZAMANI and JAMALUDDIN JOMPA

Coral reef is an important ecosystem in the marine waters. Coral reef has ecological and economic function in marine waters substantially. Coral reef is very distinctive and only able to live in specific condition so that this ecosystem is very sensitive to environmental changes. Environmental changes will cause the disruption of the balance of this ecosystem.

This imbalance in the ecosystem can lead to change the coral reef community structure to macroalgae community, including groups of turf alga. Turf algae is one group of benthic macroalgae that many causes the coral damage. Turf algae have a low biomass per unit area but able to dominate a number of extents reef areas, although in the healthy coral. Therefore, it is important to know the rate of growth and the factors that influence it. This is very helpful in the conservation and in the prevention of the damage of coral reefs.

Methods used in this study are photographic monitoring method and tagging method. The massive coral that covered by algae turf is marked by using square transects 10x10 cm2 and 30x30 cm2 as a measure of calibration on the data processing. The coral has been marked and photographed using an underwater camera then monitored the growth of turf algae on it. Coral sample photo was taken every two weeks. Tagging method for measuring the rate of growth of algae turf for branching corals using tie straps. Interaction limit of coral-algal marked by using tie straps with a distance of 10 cm. Algae growth is measured from a distance of tie straps marker with a limit of coral-algal interactions in every two weeks. Oceanographic factors that measured, were the concentrations of nitrate and water phosphate, temperature, salinity, pH and brightness.

The total growth of algal turf on hard coral in Barranglompo Island Makassar has increased caused by conditions of nutrients, especially the high content of phosphate. The rate of growth of turf algae on hard coral in Barranglompo Island decreased with increasing of abundance and biomass of herbivorous fish which makes algae as a main food.

For further research, needs to be conducted in a longer time span with a larger area, and by using more types of coral as well. It works in order to know the changes and the effect of turf algae growth on hard corals. Identification of the secondary metabolic content of algal turf cause of death of coral tissue.

(8)
(9)

ix

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

xi

OVERGROWTH

ALGA

TURF

PADA KARANG KERAS

DI PULAU BARRANGLOMPO KOTA MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

HENDRA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

xii

(13)

xiii

Judul Tesis : Overgrowth Alga turf Pada Karang Keras di Pulau Barranglompo Kota Makassar Sulawesi selatan

Nama : Hendra

NRP : C551120061

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Neviaty P. Zamani, MSc Ketua

Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan

Dr Ir Neviaty P. Zamani, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(14)
(15)

xv

PRAKATA

Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji bagi Allah swt atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Overgrowth Alga turf

Pada Karang Keras Di pulau Barranglompo Kota Makassar Sulawesi Selatan” ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memporoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IKL-SPs IPB).

Penulis juga mengucapkan terimaksih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut serta dalam memberi arahan, dorongan dan motivasi, mulai dari saat studi hingga penelitian dan penyusunan tesis ini, terutama kepada: Dr. Neviaty P. Zamani, MSc dan Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, MSc atas bimbingannya mulai dari penelitian hingga penyusunan tesis ini. Dr. Tri Prartono dari Gugus Kendali Mutu (GKM) yang memberikan banyak masukan dalam perbaikan tesis ini. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, atas Beasiswa Unggulan (BU) yang diberikan selama studi. Marine Coastal and Small Island, Universitas Hasanuddin (MaCSI-Unhas) Ka’ Wawan, Ka’Inda, Ka’ Nur, Ka’ Ade, Ka’ Ucu, Manda, Nurqadri, Dilla atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama penelitian. Keluarga Besar atas dukungan dan doanya selama ini. Saharuddin sekeluarga dan Abdul Hamid. Terkirim doa untuk ayahanda tercinta Alm. Hasim Ngaru Bin Baddu. Keluarga Besar Jompa atas doa, motivasi dan bimbingannya. Rekan-rekan seperjuangan Ilmu Kelautan: I Wayan Eka Dharmawan, Nurafni, Nebuchadnessar Akbar, Edwin Jefri, Krisye, Any Kurniawati, Aradea Bujana Kusuma, Bertoka Fajar SPN, Muhammad Gazali, Asep Sandra Budiman, Sri Yenica Rosa, Mikael Delpopi, I Nyoman Giri Putra. BKL 2011: Andi Haerul, Syamsidar Gaffar, Sulistiyono, Andika Putriningtias. Rekan-rekan Alumni Ilmu Kelautan Unhas 07 di Bogor: Nurmawati, Ilham Antariksa, Abdul Saddam Mujib, Albida Rantetasak, Rhojim Wahyudi. Rekan-rekan di Pondok Tanahdoang (PTD). Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis memiliki harapan besar, penelitian ini bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Ilmu kelautan khususnya untuk ekosistem terumbu karang.

Bogor, September 2014

(16)

xvi DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR TABEL xviii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan dan Manfaat 2

BAHAN DAN METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Metode Pengumpulan Data 3

Laju pertumbuhan alga turf pada karang keras 3

Pengamatan ikan karang herbivora 5

Pengukuran faktor lingkungan 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pertumbuhan total alga turf pada karang bercabang 6 Laju pertumbuhan alga turf pada kelompok karang bercabang 9 Pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp. 11 Ikan herbivora grazer alga turf pada karang bercabang 14

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

1. Pulau Barranglompo Kota Makassar yang merupakan bagian dari kepulauan Spermonde. Lokasi penelitian berada dibagian barat pulau

Barranglompo. 3

2. Desain pengukuran laju pertumbuhan alga pada karang massive. Bagian A menunjukkan keadaan awal penandaan. Bagian B menunjukkan hasil

analisis softwarePhotoQuad_V1. 4

3. Desain pengukuran laju pertumbuhan alga untuk karang bercabang

(Bender et al. 2012) 4

4. Rata-rata pertumbuhan total alga turf pada kelompok karang bercabang 6 5. Tanda panah menunjukkan karang bercabang Acropora brancing

terinfeksi penyakit yang belum teridentifikasi (unknown diseases) 8 6. Laju pertumbuhan rata-rata alga turf pada kelompok karang bercabang. 10 7. Analisis komponen utama hubungan laju pertumbuhan alga turf pada

kelompok karang bercabang dengan kondisi oseanografi perairan 10 8. Laju pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp. 12 9. Karang Porites spp. yang ditumbuhi alga turf dan ditutupi sedimen 12 10.Analisis komponen utama hubungan laju pertumbuhan alga turf pada

karang massif Porites spp. dengan kondisi oseanografi perairan 13 11.Pertumbuhan total alga turf pada karang massif Porites spp. 13 12.Salah satu ikan kelompok scraper (Scarus flavipectoralis) yang

ditemukan di lokasi penelitian (Green dan Bellwood 2009) 16 13.Kelompok grazer, ikan baronang Siganus lineatus dan ikan butana ekor

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

1. Kelimpahan ikan herbivora di kepulauan Spermonde (Husain 2012) 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil analisis Anova satu arah untuk mengetahui signifikansi perbedaan pertumbuhan total alga turf jenis A. cervicornis pada kelompok karang

bercabang 20

2. Hasil analisis Anova satu arah untuk mengetahui signifikansi perbedaan pertumbuhan total alga turf jenis A. formosa pada kelompok karang

bercabang 20

3. Hasil analisis Anova satu arah dan uji lanjut Bonferroni untuk mengetahui signifikansi perbedaan pertumbuhan total alga turf antar

semua jenis pada kelompok karang bercabang 20

4. Hasil analisis Anova satu arah dan uji lanjut Bonferroni untuk mengetahui signifikansi perbedaan laju pertumbuhan alga turf jenis A. cervicornis setiap monitoring 21 5. Hasil analisis Anova satu arah dan uji lanjut Bonferroni untuk

mengetahui signifikansi perbedaan laju pertumbuhan alga turf jenis A. formosa setiap monitoring 22 6. Hasil analisis Anova satu arah dan uji lanjut Bonferroni untuk

mengetahui signifikansi perbedaan laju pertumbuhan alga turf antar

semua jenis pada kelompok karang bercabang 23

7. Peta pembagian zona kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan 24 8. Rata-rata kelimpahan (ind/250m2) untuk setiap kelompok fungsional

ikan karang herbivora pada setiap zona 25

9. Tren kepadatan ikan herbivora di beberapa stasiun pengamatan di Kepulauan Spermonde (Maret – Agustus 2011) (Faisal et al. 2012) 25 10.Hasil analisis regresi hubungan nilai pertumbuhan alga turf pada karang

(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat penting di perairan laut karena terumbu karang memiliki fungsi ekologis, menjadi habitat mencari makan berbagai jenis ikan dan avertebrata, memijah, asuhan dan berlindung bagi beberapa spesies biota laut dari pemangsa, pelindung pantai dari abrasi, dan pendaur zat hara secara efisien (Karleskint et al. 2010). Terumbu karang juga memiliki produksi primer yang tinggi hasil dari simbiosis mutualismenya dengan zooxanthellae (Nybakken dan Bertness 2004). Secara ekonomi terumbu karang menjadi tempat penangkapan berbagai jenis ikan hias, objek wisata dan sumber penghasil bahan aktif untuk obat dan kosmetik (Karleskint et al. 2010; Tuwo 2011).

Ekosistem terumbu karang sangat khas dan hanya mampu hidup pada kondisi tertentu. Beberapa faktor yang membatasi kehidupan karang antara lain kecerahan, temperatur, salinitas, arus dan sedimentasi (Castro dan Huber 2007). Karang pembentuk terumbu terutama berasal dari kelompok karang hermatipik. Karang hermatipik (karang keras) merupakan organisme yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang terjadi akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem.

Degradasi lingkungan dapat terjadi secara alami dan juga oleh perbuatan manusia. Gangguan secara alami yang terjadi antara lain penyakit, pemangsaan oleh Acanthaster planci dan beberapa spesies moluska, pemutihan massal dan perubahan iklim global (Karleskint et al. 2010). Degradasi akibat campur tangan manusia antara lain pengambilan batu karang untuk bahan bangunan, sedimentasi yang tinggi akibat penggundulan hutan yang menyebabkan aliran sedimen semakin besar ke laut, pembuangan limbah ke laut dengan proses yang tidak ramah lingkungan, penangkapan ikan berlebih dan pengayaan nutrien (Karleskint

et al. 2010).

Ketidakseimbangan yang terjadi dapat menyebabkan perubahan struktur komunitas dari terumbu karang menjadi komunitas makroalga. Makroalga merupakan salah satu jenis tumbuhan tingkat rendah yang hidup di sekitar ekosistem terumbu karang (Nybakken dan Bertness 2004). Makroalga terbagi menjadi empat kelompok berdasarkan bentuk pertumbuhannya yaitu fleshy algae, crustose coralline algae, alga berkapur dan alga turf (McCook 2001). Pada kondisi lingkungan yang masih alami, makroalga menjadi bagian penting di ekosistem terumbu karang. Namun, pada kondisi karang yang telah mengalami degradasi, keberadaan makroalga akan menjadi kompetitor (Karleskint et al.

2010).

(20)

2

menunjukkan Anotrichium tenue yang pertumbuhannya tinggi mematikan jaringan hewan karang (Jompa dan McCook 2003a). Penelitian di Pulau Derawan Kalimantan Timur memperlihatkan dominansi alga turf dan crustose coralline alga (CCA) pada jaringan karang batu Porites spp (Wangpraseurt et al. 2012). Alga hijau berbentuk filamen Cholodesmis fastigiata menyerang sistem imun karang dengan kandungan hasil metabolik sekunder yang mengakibatkan kondisi karang menurun kemudian menyebabkan jaringan karang mati (Bender et al.

2012). Experimen yang dilakukan di Southern Line Island Pasifik tengah (Atol Millennium) menggunakan beberapa jenis makroalga menunjukkan bahwa interaksi karang dengan alga turf merupakan penyebab kerusakan paling dominan dibanding jenis makroalga lainnya (Barott et al. 2009). Pada umumnya makroalga akan menyerang karang mulai dari koloni yang telah mati kemudian meluas ke koloni karang hidup (Paonganan 2008).

Alga turf mampu bertahan lebih lama pada ekosistem terumbu karang disebabkan tingginya kecepatan makan oleh ikan herbivora terhadap alga fleshy. Alga fleshy menjadi makanan utama ikan karang herbivora terutama dari kelompok fungsional browser (pemilah) (Husain 2012). Hilangnya alga fleshy

memberikan ruang pada kelompok alga turf untuk berkembang. Pulau Barrang Lompo adalah salah satu pulau di Kepulauan Spermonde dengan jumlah penduduk yang tinggi. Besarnya jumlah penduduk menyebabkan tingginya pengaruh antropogenik terhadap ekosistem terumbu karang di perairan pulau tersebut terutama peningkatan suplai nutrien dan kondisi ikan herbivora. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pertumbuhan makroalga di ekosistem terumbu karang dikhawatirkan akan menyebabkan perubahan struktur dari komunitas karang menjadi komunitas makroalga. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang laju pertumbuhan alga pada karang khususnya karang keras dan faktor-faktor lingkungan yang berperan didalamnya.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pertumbuhan total dan laju pertumbuhan alga turf pada karang keras serta faktor-faktor yang memengaruhi.

Manfaat dari penelitian ini sebagai informasi tentang pertumbuhan makroalga khususnya alga turf pada karang keras yang diharapkan dapat digunakan dalam kegiatan konservasi dan penanggulangan kerusakan terumbu karang.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

(21)

3

Gambar 1. Pulau Barranglompo Kota Makassar yang merupakan bagian dari kepulauan Spermonde. Lokasi penelitian berada dibagian barat pulau Barranglompo.

Metode Pengumpulan Data

Laju pertumbuhan alga turf pada karang keras

(22)

4

Gambar 2. Desain pengukuran laju pertumbuhan alga pada karang massive. Bagian A menunjukkan keadaan awal penandaan. Bagian B menunjukkan hasil analisis

softwarePhotoQuad_V1.

Pengukuran laju pertumbuhan alga turf untuk karang bercabang, metode penandaan menggunakan tali tie (Jompa dan McCook 2002). Dua jenis karang dipilih menjadi contoh eksperimen. Jenis A.cervicornis sebanyak 16 cabang dan

A.formosa sebanyak 18 cabang dan kontrol sebanyak 16 cabang. Kedua jenis karang yang dijadikan contoh eksperimen merupakan jenis karang yang dominan ditumbuhi oleh alga turf. Dua jenis karang yang digunakan sebagai contoh eksperimen sebagai bahan perbandingan pertumbuhan alga turf. Batas interaksi karang-alga ditandai menggunakan tali tie dengan jarak 10 cm. Pertumbuhan alga diukur dari jarak penanda tali tie dengan batas interaksi karang-alga setiap dua minggu (Gambar 3). Pengukuran dilakukan menggunakan kaliper (Bender et al.

2012). Total pertumbuhan alga adalah akumulasi nilai pertumbuhan setiap monitoring. Laju pertumbuhan alga adalah panjang daerah pertumbuhan alga dibagi waktu pertumbuhan alga.

(23)

5

Pengamatan ikan karang herbivora

Informasi mengenai ikan herbivora diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Husain (2012). Untuk validasi hasil penelitian tersebut, pengamatan ikan dilakukan dengan pengambilan gambar dan video pada daerah penandaan karang.

Pengukuran faktor lingkungan

1. Nitrat (NO3) dan Fosfat (PO4)

Pengambilan contoh air untuk menentukan konsentrasi nutrien dilakukan dengan menggunakan botol Van Dorn pada semua titik penandaan karang. Contoh air diambil setiap kali pengambilan data kondisi karang yaitu setiap dua minggu selama dua bulan. Pengambilan contoh air dilakukan pada kolom air. Air disaring menggunakan kertas saring Whatman Hawp berpori 0.45µm dengan diameter 47 mm. Selanjutnya contoh dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna gelap dan didinginkan dengan es dalam cool box. Contoh air dibawa ke Laboratorium Oseanografi Kimia Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin untuk dianalisis konsentrasi nitrat dan fosfatnya.

2. Kekeruhan dan Total padatan tersuspensi (TSS)

Pengambilan contoh air untuk menentukan kekeruhan dilakukan dengan menggunakan botol Van Dorn pada semua titik penandaan karang. Pengambilan contoh air dilakukan pada kolom air. Air disaring menggunakan kertas saring Whatman Hawp berpori 0.45µm dengan diameter 47 mm. Selanjutnya contoh dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna gelap dan didinginkan dengan es dalam cool box. Contoh air dianalisis di Laboratorium Oseanografi Kimia Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin untuk mengetahui tingkat kekeruhan dan total padatan tersuspensi.

3. Suhu, Salinitas, pH dan Arus

Pengukuran suhu, salinitas, pH dengan menggunakan alat Water Quality Checker

(Merk Toa DKK-Japan; Type:WQC-22A). Kecepatan dan arah arus diukur menggunakan layang-layang arus. Layang-layang arus dihayutkan diatas permukaan air laut, lalu dihitung laju layang-layang arus tersebut dengan stopwatch dan arah tali layang-layang dengan kompas. Pengukuran suhu air, salinitas dan pH dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh air yaitu setiap dua minggu selama dua bulan.

Analisis Data

Hasil pengukuran pertumbuhan alga turf pada karang Acropora brancing

(24)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan total alga turf pada karang bercabang

Pertumbuhan total alga turf pada kelompok karang bercabang secara umum memperlihatkan pola yang meningkat pada kedua jenis karang yang ditandai, walaupun pada minggu tertentu mengalami penurunan namun tidak signifikan. Karang sehat yang digunakan sebagai kontrol atau pembanding pertumbuhan alga

turf tidak mengalami perubahan sejak penandaan sampai monitoring akhir penelitian (Gambar 4).

Pertumbuhan total pada jenis karang A.cervicornis mengalami peningkatan sejak penandaan hingga akhir monitoring. Nilai pertumbuhan total turf alga pada minggu kedua sebesar 1.148 mm/hari, pada minggu keempat 1.589 mm/hari, minggu keenam 1.672 mm/hari, minggu kedelapan 1.800 mm/hari dan pada minggu kesepuluh meningkat menjadi 1.966 mm/hari. Hasil uji one way anova dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa pertumbuhan total alga turf jenis A.cervicornis setiap minggunya tidak berbeda nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0.784 (p>0.05) (Lampiran 1).

Gambar 4. Rata-rata pertumbuhan total alga turf pada kelompok karang bercabang

Jenis A.formosa memiliki hal yang berbeda dengan A.cervicornis,

(25)

7

(p=0,05) menunjukkan bahwa pertumbuhan total turf alga jenis A.formosa setiap minggunya tidak berbeda nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0.955 (p>0.05)(Lampiran 2).

Perbandingan pertumbuhan total alga turf antara karang A.cervicoenis, A.formosa dan kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil uji one way anova dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa pertumbuhan total alga turf jenis A.cervicornis dengan A.formosa dan kontrol berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal sama juga terjadi antara karang A.formosa dengan kontrol dimana nilai signifikansinya 0.006 (p<0.005) (Lampiran 3).

Pertumbuhan total alga turf yang semakin meningkat tersebut juga ditemukan oleh Diaz-Pulido et al. (2009). Penelitian yang dilakukan di Great Barrier Reef Australia menemukan bahwa di Middle island dan Halfway island, pertumbuhan alga turf mengalami peningkatan pada bulan Februari hingga Juni 2006. Pada Februari hingga April 2007 juga mengalami peningkatan, sedangkan pada Februari 2008 pertumbuhannya stagnan. Pertumbuhan alga turf pada Barren island cenderung mengalami penurunan pada Agustus 2006 hingga Juni 2007 dan mengalami peningkatan dari Juli 2007 hingga Februari 2008. Pertumbuhan alga

turf pada North Keppel island lebih fluktuatif, pertumbuhan alga turf mengalami penurunan pada Februari hingga Desember 2006 dan mengalami peningkatan pada Februari hingga Mei 2007. Pada bulan Mei 2007 hingga hingga Agustus 2007 pertumbuhan alga turf menurun dan kembali meningkat pada Agustus 2007 hingga Februari 2008.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan alga turf pada karang

Acropora lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis karang lainnya (Tanner 1995). Tanner (1995) menemukan peningkatan pertumbuhan turf pada A. brueggemanni dan A. cuneata lebih tinggi bila dibandingkan dengan Pocillopora damicornis di Heron island Great Barrier Reef Australia. Bender et al. (2012) yang melakukan penelitian di pulau yang sama dengan jenis karang berbeda menemukan bahwa pertumbuhan turf pada karang Acropora aspera lebih tinggi dibanding Acropora pulcara namun tidak dijelaskan hal yang memengaruhi perbedaan tersebut. Peningkatan pertumbuhan total yang signifikan antara karang jenis A. cervicornis dengan A.formosa kemungkinan disebabkan oleh ukuran diameter dan jumlah percabangan yang berbeda.

Ukuran diameter cabang A.cervicornis lebih kecil, mudah patah dan jumlah percabangannya lebih rapat sedangkan ukuran diameter cabang A.formosa lebih besar dan lebih kokoh. Ukuran diameter tersebut menjadi salah satu hal yang mempengaruhi jumlah ikan yang menempati koloni karang tersebut. Jompa dan McCook (2002) menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan alga adalah keberadaan ikan herbivora

Ikan karang herbivora umumnya jarang menempati karang dengan diameter percabangan kecil dan percabangan yang rapat karena sulit memakan alga dan mudah diserang oleh pemangsa, kecuali ikan-ikan herbivora dengan ukuran yang masih kecil. Pada karang dengan ukuran diameter cabang yang lebih besar dan jumlah percabangan yang sedikit lebih memudahkan ikan dalam memakan alga dan bersembunyi dari pemangsa.

(26)

8

herbivora menjadi salah satu penyebab perbedaan jumlah dan luasan daerah merumput. Pada koloni karang dengan kelimpahan ikan yang lebih tinggi menyebabkan intensitas merumput lebih tinggi dan dapat mengontrol pertumbuhan alga (Nybakken dan Bertness 2004). Hal inilah yang kemungkinan besar menyebabkan pertumbuhan alga pada karang A.cervicornis lebih besar dibandingkan dengan karang A.formosa.

Kelimpahan ikan di Great Barrier Reef Australia juga menjadi faktor yang memengaruhi pertumbuhan alga turf. Middle island dan Halfway island yang memiliki kelimpahan ikan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan Barren island memiliki pertumbuhan alga yang lebih rendah. Pada North Keppel island dengan kelimpahan ikan Scaridae tertinggi, pertumbuhan alga turf ternyata juga masih tinggi. Hal ini diakibatkan kondisi tutupan karang hidup juga rendah bila dibandingkan dengan Middle island dan Halfway island (Diaz-Pulido et al. 2009).

Vermeij et al. (2010) menemukan hal yang berbeda di perairan Karibia, penelitian yang dilakukan untuk menganalisis efek dari peningkatan nutrien dan kelimpahan ikan terhadap overgrowth alga turf menunjukkan bahwa penghilangan ikan herbivora tidak menjadi faktor utama dalam mengukur laju pertumbuhan alga

turf pada ekosistem terumbu karang. Pertumbuhan alga turf lebih dipengaruhi oleh peningkatan nutrien. Hal lain yang mungkin ikut mempengaruhi menurunnya laju pertumbuhan alga turf adalah faktor ikan herbivora dan munculnya penyakit yang menginfeksi karang yang belum teridentikasi jenisnya (Massinai 2012) (Gambar 5). Perkembangan penyakit unknown ini menyebabkan kematian jaringan karang

Acropora brancing dengan kecepatan 0.130 cm/hari. Koloni karang yang mengalami kematian akan menjadi ruang untuk alga turf dapat berkembang. Sedangkan keberadan ikan herbivora menjadi predator utama dalam memangsa alga yang tumbuh pada koloni karang.

Gambar 5. Tanda panah menunjukkan karang bercabang Acropora brancing

(27)

9

Laju pertumbuhan alga turf pada kelompok karang bercabang

Laju pertumbuhan alga turf pada kelompok karang bercabang secara umum mengalami penurunan, berbanding terbalik dengan pertumbuhan totalnya yang mengalami peningkatan (Gambar 6). Penurunan laju pertumbuhan alga turf

tersebut ditunjukkan pada dua jenis karang yang ditandai. Laju pertumbuhan pada karang A.cervicornis mengalami kenaikan pada waktu tertentu, sedangkan pada karang A.formosa mengalami penurunan yang konsisten dari awal hingga akhir penelitian. Karang kontrol yang ditandai selama penelitian tidak mengalami perubahan. Karang kontrol tersebut belum ditumbuhi alga turf dari awal penandaan hingga minggu kesepuluh.

Kurva laju pertumbuhan turf pada karang jenis A.cervicornis mengalami penurunan sejak minggu kedua hingga minggu keenam, namun pada minggu kedelapan hingga minggu kesepuluh mengalami peningkatan. Pada minggu kedua laju pertumbuhan alga turf sebesar 1.148 mm/hari, lalu mengalami penurunan pada minggu keempat menjadi 0.442 mm/hari dan pada minggu keenam semakin menurun menjadi 0.082 mm/hari. Pada minggu kedelapan hingga minggu kesepuluh terjadi perubahan pola laju pertumbuhan alga turf. Pola laju pertumbuhan menunjukkan trend meningkat. Pada minggu kedelapan laju pertumbuhan alga turf menjadi 0.129 mm/hari dan pada minggu kesepuluh meningkat menjadi 0.165 mm/hari. Namun peningkatan laju pertumbuhan alga

turf pada karang A.cervicornis tidak menunjukkan hasil yang signifikan bila dibandingkan dengan penurunan laju pertumbuhannya. Hasil uji anova satu arah dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan alga turf jenis A.cervicornis setiap minggunya berbeda nyata dengan nilai signifikansi sebesar 0.015 (p<0.05). Analisis uji lanjut menggunakan Bonferroni menunjukkan perbedaan signifikan antara laju pertumbuhan minggu kedua dengan laju pertumbuhan minggu keempat dengan nilai signifikansi 0.022 (p<0.05) (Lampiran 4).

(28)

10

Gambar 6. Laju pertumbuhan rata-rata alga turf pada kelompok karang bercabang.

Laju pertumbuhan alga turf untuk semua jenis pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil uji anova satu arah dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan alga turf kontrol dengan jenis A.cervicornis dan A.formosa berbeda nyata dengan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal sama juga terjadi antara karang A.cervicornis dengan A.formosa

dengan nilai signifikansi sebesar 0.005 (p<0.005) (Lampiran 6).

(29)

11

Penurunan laju pertumbuhan alga tersebut tidak berhubungan erat dengan kondisi lingkungan perairan. Analisis komponen utama tentang keterkaitan antara laju pertumbuhan alga turf dengan konsentrasi nutrien dan faktor lingkungan lainnya menunjukkan hasil bahwa faktor lingkungan tersebut tidak menjadi faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan alga turf pada karang bercabang (Gambar 7). Lokasi penelitian yang berada pada wilayah rataan terumbu karang berjarak ±500 meter dari bibir pantai menyebabkan suplai nutrien tidak banyak memengaruhi pertumbuhan alga. Padang lamun yang tumbuh sepanjang ±400 meter dari bibir pantai menjadi daerah pembatas yang cukup luas untuk menyaring nutrien langsung masuk ke ekosistem terumbu karang. Lokasi penelitian yang berada pada wilayah rataan terumbu karang dengan kedalaman dua hingga 3 meter juga menyebabkan pengaruh arus dan faktor fisika oseanografi lainnya tidak besar.

Perbedaan ini kemungkinan besar diakibatkan oleh perbedaan karakter dari setiap karang yang dijadikan bahan pengamatan seperti ukuran diameter percabangan dan jumlah percabangan yang memengaruhi organisme yang berasosiasi dengan karang tersebut, salah satunya adalah kelimpahan ikan herbivora.

Pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp.

Laju pertumbuhan rata-rata alga turf pada kelompok karang massif Porites

spp. secara umum cenderung mengalami penurunan (Gambar 8). Pada monitoring pertama nilai pertumbuhan alga turf sebesar 0.542 cm2/hari. Pada monitoring kedua turun menjadi 0.300 cm2/hari. Pada monitoring ketiga nilai pertumbuhan alga turf sebesar -0.568 cm2/hari, turun drastis dibandingkan monitoring pertama dan kedua. Pada monitoring keempat pertumbuhan alga turf mengalami peningkatan dengan nilai pertumbuhan sebesar 0.190 cm2/hari. Pada monitoring kelima kembali mengalami penurunan dengan nilai pertumbuhan sebesar 0.070 cm2/hari.

(30)

12

Gambar 8. Laju pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp.

Pulau Derawan sangat berbeda dengan pulau Barranglompo yang memiliki keunikan tersendiri. Pulau Barranglompo termasuk dalan Zona II (Lampiran 7) daerah kepulauan Spermonde yang tidak mendapatkan pengaruh langsung dari daratan utama pulau Sulawesi namun faktor antropogenik dari penduduk pulau Barranglompo sendiri yang sangat tinggi merupakan faktor utama dalam perubahan lingkungan perairan (Faisal et al. 2012).

Gambar 9. Karang Porites spp. yang ditumbuhi alga turf dan ditutupi sedimen

Laju pertumbuhan alga turf yang cenderung menurun pada karang massif sangat dipengaruhi oleh konsentrasi nutrien perairan. Faisal et al. (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan alga di pulau Barranglompo terkait dengan konsentrasi nitrat. Namun hasil analisis komponen utama memperlihatkan hal yang berbeda (Gambar 10). Pertumbuhan alga turf pada karang massif mengelompok dengan fosfat. Analisis regresi hubungan laju pertumbuhan alga

(31)

13

Gambar 10. Analisis komponen utama hubungan laju pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp. dengan kondisi oseanografi perairan

Pertumbuhan alga turf di pulau Barranglompo menjadi indikator semakin baiknya kondisi terumbu karang. Titlyanov et al. (2006) yang melakukan penelitian di pulau Sesoko, Okinawa Jepang menemukan bahwa treatmen yang dilakukan pada karang Porites lutea hubungannya dengan keberadaan filamentous blue-green alga turf yaitu pertumbuhan, pengukuran fluorescence klorofil a, efisiensi fotochemical dan kepadatan simbion dinoflagellata menunjukkan nilai paling rendah bila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya seperti keberadaan fleshy makroalga Dictyota dichotoma, kontrol manipulasi dan kontrol dengan jaring penghambat.

Gambar 11. Pertumbuhan total alga turf pada karang massif Porites spp.

(32)

14

konsentrasi nutrien pada karang yang ditutupi oleh sedimen. Alga turf

memanfaatkan nutrien tersebut sebagai bahan untuk pertumbuhan dan berkembang. Pengaruh sedimentasi yang cukup tinggi pada wilayah bibir pantai merupakan salah satu faktor yang turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan alga turf (Cetz-Navarro et al. 2013). Sedimentasi termasuk dalam faktor yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan karang dan dapat menyebabkan kematian jaringan. Partikel-partikel sedimen menutupi polip-polip karang sehingga menyebabkan fisiologi hewan karang terganggu. Hewan karang akan mengeluarkan lebih banyak lendir untuk membersihkan polip dari tutupan partikel sedimen. Pada jangka waktu yang relatif lama maka penutupan polip oleh sedimen akan menyebabkan kematian jaringan karang bila hewan karang tidak mampu lagi melakukan pembersihan polip menggunakan lendir yang diproduksinya (River dan Edmunds 2001). Kematian hewan karang yang diakibatkan oleh sedimentasi memberikan ruang kepada alga untuk tumbuh dan berkembang (Cetz-Navarro et al. 2013).

Pertumbuhan alga turf pada ekosistem terumbu karang memiliki banyak faktor dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Setiap jenis alga turf dan karang memiliki keunikan tersendiri. Oleh sebab itu dalam menganalisis pertumbuhan alga turf pada ekosistem terumbu karang harus memerhatikan seluruh faktor yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan alga turf

sehingga tergambar kondisi yang sebenarnya. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain jenis alga turf, jenis karang yang menjadi daerah pertumbuhan alga, musim, dan faktor-faktor oseanografi didalamnya.

Ikan herbivora grazer alga turf pada karang bercabang

Laju penurunan alga di Pulau Barranglompo juga dilaporkan oleh Husain (2012). Pertumbuhan alga turf mengalami perubahan yang fluktuatif dan berbeda antar lokasi, namun secara umum mengalami penurunan alga yang nyata hingga 85 %. Hal ini berkaitan dengan komposisi dan kelimpahan ikan karang herbivora. Penelitian yang dilakukan pada bulan maret-agustus 2011 di kepulauan Spermonde menunjukkan peningkatan kepadatan ikan herbivora (Lampiran 9). Kepadatan ikan herbivora di pulau Barranglompo pada bulan maret sebesar 0.1 individu/m2 mengalami peningkatan lebih dari 0.2 individu/m2 pada bulan agustus (Faisal et al. 2012).

(33)

15

Tabel 1. Kelimpahan ikan herbivora di kepulauan Spermonde (Husain 2012)

Jompa dan McCook (2002) menemukan bahwa ikan herbivora menjadi faktor pengontrol pertumbuhan alga di ekosistem terumbu karang di Australia. Metode penelitian yang membandingkan antara tiga perlakuan pada karang yang ditumbuhi alga yaitu terbuka, setengah kurungan dan kurungan penuh, menunjukkan bahwa alga yang hidup pada kurungan penuh bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Hal yang sama juga di dapatkan oleh Lirman (2000) yang melakukan penelitian di Biscayne Natonal Park Florida, dengan metode perlakuan kurungan pada karang yang ditumbuhi alga menunjukkan peningkatan pertumbuhan alga yang signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Husain (2012) dan Faisal (2012) di Barranglompo menemukan bahwa terjadi korelasi negatif antara pertumbuhan turf

alga dengan kelimpahan dan biomassa ikan herbivora. Alga turf merupakan salah satu komponen pada ekosistem terumbu karang yang menjadi makanan utama oleh hampir sebagian besar ikan karang. Semakin meningkatnya kelimpahan dan biomassa ikan herbivora menyebabkan laju pertumbuhan alga turf menurun.

Ikan karang herbivora yang banyak ditemukan pada lokasi penelitian berasal dari suku Scaridae kelompok fungsional scraper (small excavator) dan grazer.

Hal ini sama dengan hasil penelitian Husain (2012) yang menemukan kelimpahan tertinggi ikan kelompok fungsionalis ikan herbovora scraper dan grazer

(Lampiran 8).

Scraper adalah ikan herbivora yang makanan utamanya alga turf beserta substratnya, akan tetapi jumlah substrat yang dimakan sedikit. Kelompok ikan ini menggigit tanpa menggali terlalu dalam pada substrat karang namun mampu menghilangkan alga turf (Green dan Bellwood 2009).

Zona Pulau

Kelimpahan ikan (individu/250m2) Biomassa (kg/ha) per pulau Non

herbivora Herbivora Jumlah

(34)

16

Gambar 12. Salah satu ikan kelompok scraper (Scarus flavipectoralis) yang ditemukan di lokasi penelitian (Green dan Bellwood 2009)

Kelompok scraper memiliki peranan yang besar dalam ketahanan terumbu karang yaitu membatasi pertumbuhan alga terutama alga turf . Tingginya grazing yang dilakukan oleh kelompok ikan ini menyediakan area substrat yang besih untuk tempat rekruitmen karang dan pertumbuhan koralin alga (Husain 2012).

Ikan Scarus flavipectoralis merupakan jenis ikan dari kelompok scraper

yang paling sering ditemukan pada lokasi penelitian (Gambar 12). Ikan ini umumnya soliter dan memiliki wilayah kekuasaan tersendiri. Kebiasaan ikan ini adalah menyerang ikan-ikan jenis lain yang memasuki wilayah kekuasannya dan sering terlihat bersembunyi pada celah koloni karang brancing. Memakan alga yang tumbuh pada karang dan akan meninggalkan bekas gigitan pada substrat karang namun tidak terlalu dalam.

(35)

17

Gambar 13. Kelompok grazer, ikan baronang Siganus lineatus dan ikan butana ekor cincin Acanthurus nigricauda (Green dan Bellwood 2009)

Jenis ikan yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian adalah ikan baronang Siganus lineatus dan ikan butana ekor cincin Acanthurus nigricauda

(Gambar 13). Kelompok ikan ini biasa bergerombol dan dapat memakan alga dalam jumlah yang besar dan skala yang lebih luas. Ikan jenis ini lebih banyak ditemukan pada daerah dengan tutupan alga yang rendah hal ini mungkin diakibatkan ikan telah melakukan grazing sebelum penelitian ini berlangsung.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pertumbuhan total alga turf pada karang keras di pulau Barranglompo Kota Makassar mengalami peningkatan disebabkan oleh kondisi nutrien terutama fosfat yang tinggi. Laju pertumbuhan alga turf pada karang keras di pulau Barranglompo Kota Makassar mengalami penurunan disebabkan meningkatnya kelimpahan dan biomassa ikan herbivora yang menjadikan alga sebagai makanan utama.

Saran

(36)

18

DAFTAR PUSTAKA

Allen GR, Adrim M. 2003. Coral Reef Fishes of Indonesia. Zoological Studies.

42(1):1-72

Barott K, Smith J, Dinsdale E, Hatay M, Sandin S, Rohwer F. 2009. Hyperspectral and physiological analyses of coral-algal interaction. PLoS One.

4(11):1-9

Bender D, Pulido GD, Dove S. 2012. Effect of macroalgae on corals recovering from disturbance. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology.

429:15-19

Castro P, Huber ME. 2007. Marine Biology, Sixth Edition. New York: McGraw-Hill Companies.

Cetz-Navarro NP, Espinoza-Avalos J, Hernández-Arana HA, Carricart-Ganivet JP. 2013. Biological Responses of the Coral Montastraea annularis to the Removal of Filamentous Turf Algae. PloS One. 8(1)

Diaz-Pulido G, McCook LJ, Dove S, Berkelmans R, Roff G, Kline DI, Weeks S, Evans RD, Williamson DH, Hoegh-Guldberg O. 2009. Doom and Boom on a Resilient Reef: Climate Change, Algal Overgrowth and Coral Recovery. PLoS One. 4(4):1-9

Faisal A. 2012. Dinamika spasio-temporal pengaruh eutrofikasi dan sedimentasi terhadap degradasi terumbu karang [Disertasi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Faisal A, Jompa J, Nessa N, Rani C. 2012. Pemetaan spasio-temporal ikan-ikan herbivora di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jurnal Iktiologi Indonesia 12(2):121-133

Green AL, Bellwood DR. 2009. Monitoring functional groups of herbivorous reef fishes as indicators of coral reef resilience – A practical guide for coral reef managers in the Asia Pacific region. IUCN working group on Climate Change and Coral Reefs. IUCN, Gland, Switzerland.70

Husain AAA. 2012. Bio-Ecology Of Herbivore Reef Fishes And Their Relation To Benthic Algae Group On Reef Flat Of Spermonde Achipelago [Disertasi]. Makassar: Hasanuddin University.

Jompa J, McCook LJ. 2002. Effects of competition and herbivory on interactions between a hard coral and a brown alga. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 271:25-39

Jompa J, McCook LJ. 2003a. Contrasting effect of turf algae on corals: massive

Porites spp. are unaffected by mixed-species turfs, but killed by the red alga

Anotrichium tenue. Marine Ecology Progress Series. 258:79-86

Jompa J, McCook LJ. 2003b. Coral-algal competition: macroalgae with different properties have different effect on corals. Marine Ecology Progress Series.

258:87-95

Karleskint G, Turner R, Small JW. 2010. Introduction to Marine Biology. Belmot USA: Brooks/Cole, Cengange Learning

(37)

19

Massinai A. 2012. The Degree Of Infection And Distribution Of Stony Coral Diseases In Spermonde Archipelago South Sulawesi [Disertasi]. Makassar: Hasanuddin University.

McCook LJ. 2001. Competition between corals and algal turf along gradient of terrestrial influencein the nearshore central Great Barrier Reef. Coral Reefs.

19:419-425

Nybakken JW, Bertness MD. 2004. Marine Biology: an ecological approach, Sixth Edition. San Francisco: Benjamin Cummings.

Paonganan Y. 2008. Analisis Invasi Makroalga ke Koloni Karang Hidup Kaitannya Dengan Konsentrasi Nutrien dan Laju Sedimentasi di Pulau Bokor, Pulau Pari dan Pulau Payung DKI Jakarta [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

River GF, Edmunds PJ. 2001. Mechanisms of interaction between macroalgae and scleractinians on a coral reef in Jamaica. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 261(2):159-172

Tanner JE. 1995. Competition between scleractinian corals and macroalgae: An experimental investigation of coral growth, survival and reproduction. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 190:151-168

Titlyanov EA, Yakovleva IM, Titlyanova TV. 2006. Interaction between benthic algae (Lyngbya bouillonii, Dictyota dichotoma) and scleractinian coral Porites lutea in direct contact. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology.

342(2007):282-291

Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut ; Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Surabaya: Brilian Internasional

Vermeij MJA, Moorselaar Iv, Engelhard S, Hornlein C, Vonk SM, Visser PM. 2010. The Effects of Nutrient Enrichment and Herbivore Abundance on the Ability of Turf Algae to Overgrow Coral in the Caribbean. PLoS One. 5(12) Wangpraseurt D, Weber M, Roy H, Polerecky L, Beer Dd, Suharsono, Nugues

MM. 2012. In Situ Oxygen Dynamics in Coral-Algal Interactions. PLoS One.

(38)

20

Lampiran 1. Hasil analisis Anova satu arah untuk mengetahui signifikansi perbedaan pertumbuhan total alga turf jenis A. cervicornis pada

Lampiran 2. Hasil analisis Anova satu arah untuk mengetahui signifikansi perbedaan pertumbuhan total alga turf jenis A. formosa pada mengetahui signifikansi perbedaan pertumbuhan total alga turf

antar semua jenis pada kelompok karang bercabang

ANOVA

Acropora cervicornis Acropora formosa .10345* .01867 .000 .0574 .1495

Kontrol .16345* .01867 .000 .1174 .2095

Acropora formosa Acropora cervicornis -.10345* .01867 .000 -.1495 -.0574

Kontrol .06000* .01867 .006 .0139 .1061

Kontrol Acropora cervicornis -.16345* .01867 .000 -.2095 -.1174

Acropora formosa -.06000* .01867 .006 -.1061 -.0139

(39)

21

Lampiran 4. Hasil analisis Anova satu arah dan uji lanjut Bonferroni untuk mengetahui signifikansi perbedaan laju pertumbuhan alga turf jenis A. cervicornis

setiap monitoring

(40)

22

Lampiran 5. Hasil analisis Anova satu arah dan uji lanjut Bonferroni untuk mengetahui signifikansi perbedaan laju pertumbuhan alga turf jenis

A. formosa setiap monitoring

(41)

23

Lampiran 6. Hasil analisis Anova satu arah dan uji lanjut Bonferroni untuk mengetahui signifikansi perbedaan laju pertumbuhan alga turf antar semua jenis pada kelompok karang bercabang

ANOVA

Kontrol Acropora cervicornis .10195* .01870 .000 .0558 .1481

Acropora formosa .16345* .01870 .000 .1173 .2096

Acropora cervicornis Kontrol -.10195* .01870 .000 -.1481 -.0558

Acropora formosa .06150* .01870 .005 .0154 .1076

Acropora formosa Kontrol -.16345* .01870 .000 -.2096 -.1173

Acropora cervicornis -.06150* .01870 .005 -.1076 -.0154

(42)

24

(43)

25

Lampiran 8. Rata-rata kelimpahan (ind/250m2) untuk setiap kelompok fungsional ikan karang herbivora pada setiap zona

Kelimpahan Zona I Zona II* Zona III Rata-rata

Browser 2.67 10.70% 6.33 3.50% 11.00 4.50% 6.67 4.40%

Excavator 4.67 18.70% 32.67 18.10% 49.00 19.80% 28.78 19.10%

Grazer 10.33 41.30% 50.00 27.80% 72.33 29.30% 44.22 29.40%

Scrapers 7.33 29.30% 91.00 50.60% 114.67 46.40% 71.00 47.10%

25.00 100% 180.00 100% 247.00 100% 150.67 100%

*

Pulau Barranglompo termasuk dalam zona II (Husain 2012)

(44)

26

Lampiran 10. Hasil analisis regresi hubungan nilai pertumbuhan alga turf pada karang massif Porites spp. dengan konsentrasi nitrat (NO3) dan fosfat (PO4)

NO3 (mg/L)

PO4 (mg/L)

Nilai Pertumbuhan

Alga turf di Massif

NO3 (mg/L) Pearson Correlation 1 -.779 -.723

Sig. (2-tailed) .120 .168

N 5 5 5

PO4 (mg/L) Pearson Correlation -.779 1 .898*

Sig. (2-tailed) .120 .039

N 5 5 5

Nilai Pertumbuhan Alga turf

di Massif

Pearson Correlation -.723 .898* 1

Sig. (2-tailed) .168 .039

(45)

27

RIWAYAT HIDUP

Hendra. Lahir di Masolo Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan pada 26 Juli 1989, dari orang tua Hasim Baddu dan Maryam, anak bungsu dari tiga bersaudara.

Gambar

Gambar 1.  Pulau Barranglompo Kota Makassar yang merupakan bagian dari kepulauan
Gambar 2.  Desain pengukuran laju pertumbuhan alga pada karang massive. Bagian A
Gambar 4. Rata-rata pertumbuhan total alga  turf pada kelompok karang bercabang
Gambar 5. Tanda panah menunjukkan karang bercabang  Acropora brancing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Minyak dan Gas Bumi merupakan cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, dan merupakan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi dan air

Dengan demikian penambahan LiClO4 tidak mempengaruhi proses pembuatan lembaran anoda grafit.. Bahan LiClO4 adalah bahan kimia

Berusaha memberikan ruang kosong dalam hati dengan cara melepaskan diri dari segala hiruk pikuk aktivitas duniawi. Secara sederhana dikatakan bahwa dengan

Perangkat Lunak Bahasa (Language Program), yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar

Laba bersih 2017 tumbuh 67% menjadi Rp230,8 miliar, naik dari posisi Rp138,4 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.. Pembagian dividen itu setara dengan Rp43

 Petrosea  (PTRO)  Tebar  Dividen  US$4,50  Juta.  Emiten  jasa  tambang  PT  Petrosea  Tbk.  (PTRO) 

Tito Sulistio, Direktur Utama BEI mengatakan tahun depan fraksi harga akan dikembalikan menjadi lima kelompok harga.. Aturan mengenai fraksi harga sebelumnya mengatur

Melalui Pembelajaran Jarak Jauh – dalam jaringan memanfaatkan WA Grup dan Wa Foruml dengan model Problem Based Learning, peserta didik dapat menganalisis permasalahan