• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Awal Daya Tumbuh Sorgum

Perkecambahan merupakan proses yang kompleks di mana benih harus cepat pulih secara fisik dari pengeringan, melanjutkan intensitas metabolism berkelanjutan, menyelesaikan peristiwa seluler penting lainnya untuk memungkinkan embrio muncul, dan mempersiapkan diri untuk pertumbuhan bibit selanjutnya (Nonogaki et al. 2010). Kemampuan tumbuh benih sorgum di lahan

penanaman penting untuk diketahui sebagai langkah awal mengevaluasi kemampuan benih tanaman beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Tabel 3 Persentase daya tumbuh tanaman sorgum (%) Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu 94.67±2.36 95.67±2.25 93.67±2.36 94.83±3.06 94.71±2.28 CTY-33 92.33±2.52 91.17±6.11 90.83±3.82 93.17±1.53 91.88±3.46 PATIR3.2 94.00±2.65 91.17±5.01 93.00±3.04 90.83±4.16 92.25±3.54 PATIR3.5 90.33±7.97 91.17±5.35 91.67±1.26 93.00±2.29 91.54±4.36 Rataan 92.83±8.50 92.29±9.30 92.29±5.28 92.96±5.81

Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan daya tumbuh sebagai akibat pengaruh dosis pupuk kandang terhadap daya tumbuh sorgum Numbu, CTY-33, PATIR3.2 dan PATIR3.5 di berbagai dosis pupuk kandang (p>0.05), demikian juga tidak terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan varietas/ galur sorgum terhadap daya tumbuh (p>0.05). Daya tumbuh sorgum dalam penelitian ini rata – rata ini mencapai 92% (Tabel 3). Tingginya daya tumbuh benih – benih sorgum tersebut mengindikasikan bahwa vigor benih yang digunakan untuk percobaan termasuk bagus, sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan perkecambahan yang baru. Suhu lingkungan lokasi penelitian berkisar antara 20 oC hingga 38 oC. Sorgum mempunyai daya tumbuh benih tinggi pada kisaran suhu 32-40oC untuk ukuran biji sedang, dan suhu 32-42oC untuk ukuran biji besar (Mortlock dan Vanderlip 1989).

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan benih sorgum adalah kandungan air, oksigen, temperatur dan faktor internal benih. Benih harus memenuhi persyaratan genetik, fisik, dan fisiologis. Dengan demikian benih sorgum yang ditanam memenuhi persyaratan genetik, fisik, dan fisiologis yang baik. Oksigen terlarut dalam air yang ditambahkan atau yang berada antara kernel dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang signifikan selama tahap awal perkecambahan sorgum (Pflugfelder dan Rooney 1986).

Serangan Hama

Selama pemeliharaan tanaman, terjadi beberapa kali gangguan hama. Jumlah serangan hama yang dapat diidentifikasi dan dihitung terjadi pada hari ke empat setelah tanam. Hama yang menyerang pada waktu tersebut mayoritas adalah serangga seperti belalang dan jangkrik.

Tabel 4 menunjukkan tidak terdapat interaksi (p>0.05) antara dosis pupuk kandang dengan varietas/ galur sorgum yang mempengaruhi serangan hama tanaman sorgum pada umur empat hari setelah tanam (HST). Sementara itu dosis pupuk kandang juga tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap serangan hama pada umur empat HST.

Tabel 4 Persentase intensitas serangan hama terhadap tanaman sorgum umur empat HST (%)

Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu 32.00±07.21 21.67±09.50 34.00±03.61 31.67±08.33 29.83±8.12b CTY-33 34.00±12.17 29.67±04.62 29.33±07.09 38.33±07.57 32.83±8.07b PATIR3.2 13.00±01.73 13.67±02.08 15.33±06.51 17.67±12.50 14.92±6.40a PATIR3.5 15.00±03.46 12.33±04.93 07.00±04.57 16.67±08.50 12.75±6.18a Rataan 23.50±11.77 19.33±08.85 21.42±12.25 26.08±12.55

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05)

Jumlah intensitas serangan hama nyata dipengaruhi (p<0.05) oleh varietas/ galur sorgum (Tabel 4). Tabel 4 menunjukkan bahwa sorgum varietas Numbu dan CTY-33 lebih mudah diserang hama dibandingkan galur PATIR3.2 dan PATIR3.5. intensitas serangan pada Numbu dan CTY-33 mencapai 29.83 dan 32.83%, sedangkan pada PATIR3.2 dan PATIR3.5 mencapai 14.92 dan 12.75%. Dengan demikian PATIR3.2 dan PATIR3.5 kurang disukai oleh hama tanaman sorgum seperti belalang, jangkrik, dan ulat di lokasi penelitian, tanah sedimentasi ultisol. Secara alami tanaman memiliki mekanisme pertahanan terhadap serangan serangga. Tumbuhan muda yang masih rentan terhadap seragan dan bahaya dari lingkungan memiliki beberapa mekanisme pertahanan. Fraksinasi beberapa ekstrak daun sorgum berumur 15 hari menunjukkan terdapat beberapa fraksi asam fenolik, diduga merupakan senyawa yang mampu menghambat serangan belalang (Locusta) (Woodhead dan Driver 1979). Dengan demikian diduga senyawa fenolik pada galur bmr lebih efektif menekan jumlah serangan serangga pada awal usia penanaman, walaupun masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Pertambahan Tinggi dan Diameter Batang Tanaman Umur 15 - 30 HST Pertambahan tinggi dan diameter tanaman diukur untuk mengetahui laju pertumbuhan awal tanaman sorgum pada satuan waktu tertentu. Secara karakteristik, terdapat perbedaan antara ukuran tinggi dan diameter batang varietas sweet sorghum dengan galur bmr. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ukuran tinggi batang sweet sorghum pada umur 30 HST lebih tinggi, namun diameter batang bmr lebih besar dibandingkan dengan sweet sorghum.

Tabel 5 Pertambahan tinggi tanaman sorgum umur 15 - 30 HST (cm) Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu 52.01±09.56 53.88±11.63 53.50±08.63 57.99±10.08 54.35±10.16b CTY33 51.84±12.13 60.74±08.49 59.45±10.50 65.28±10.27 59.33±11.39a PATIR3.2 42.31±07.81 42.38±06.88 41.00±07.86 49.00±05.52 43.67±07.66c PATIR3.5 39.97±06.25 42.06±09.09 38.70±09.92 43.24±06.54 40.99±08.20d Rataan* 46.53±10.61c 49.77±12.07b 48.16±12.61bc 53.88±11.83a

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05), *pengaruh nyata (p<0.05) dengan pola linier

Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi dosis pupuk kandang dan varietas/ galur sorgum tidak mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman antara umur 15-30 HST (p>0.05). Hal ini berarti faktor genetis sorgum lebih berperan dalam menentukan pertumbuhan tinggi tanaman. Sementara itu dosis pupuk kandang ternyata memberikan pengaruh yang nyata (p<0.05) terhadap pertambahan tinggi tanaman pada umur tersebut dengan pola linier. Pertambahan tinggi tanaman dipengaruhi secara nyata (p<0.05) oleh varietas/ galur sorgum. Varietas CTY-33 memiliki pertambahan tinggi tanaman tertinggi (59.33 cm), diikuti oleh Numbu (54.35 cm), PATIR3.2 (43.67 cm) dan PATIR3.5 (40.99 cm).

Penambahan dosis pupuk kandang direspon dengan baik oleh pertambahan tinggi tanaman dari umur 15-30 HST (Gambar 2). Ketersediaan nutrisi dalam tanah berpengaruh pada ukuran tanaman, luas daun total, dan warna daun (Havlin

et al. 2005). Aplikasi pertama pupuk NPK yang dilakukan pada 15 HST dapat berkontribusi memberikan pengaruh pada pertambahan tinggi tanaman tersebut. Tabel 6 Pertambahan diameter batang tanaman sorgum umur 15 - 30 HST (cm)

Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40

Numbu 0.92±0.17f 0.93±0.21ef 1.05±0.20cde 1.02±0.21def 0.98±0.21 CTY33 0.91±0.22f 1.17±0.19bc 1.07±0.22cd 1.26±0.28ab 1.10±0.26 PATIR3.2 1.01±0.21def 1.11±0.19cd 1.02±0.22def 1.30±0.24a 1.11±0.24 PATIR3.5 0.98±0.19def 1.00±0.25def 1.01±0.28def 1.16±0.25bc 1.04±0.25 Rataan 0.95±0.20 1.05±0.23 1.04±0.23 1.18±0.26

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05)

Pertambahan diameter batang sorgum pada umur 15-30 HST dipengaruhi oleh interaksi antara dosis pupuk kandang dan varietas galur sorgum secara nyata (p<0.05) (Tabel 6). Kombinasi yang menghasilkan pertambahan diameter batang tanaman terbaik terdapat pada galur PATIR3.2 (1.30 cm) dan CTY-33 (1.26 cm) dengan pemberian pupuk kandang 40 ton ha-1.

Gambar 2 Pola pengaruh dosis pupuk kandang terhadap pertambahan tinggi tanaman umur 15 – 30 HST y = 0.1659x + 46.682 R² = 0.8068 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 0 10 20 30 40 50 Per tam baha n t ingg i t ana m an ( cm )

Secara umum, varietas CTY-33 memiliki respon yang paling bagus dengan kombinasi pemberian pupuk kandang terhadap pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan diameter batang. CTY-33 merupakan varietas nasional Indonesia (advanced mutant line M15) yang telah stabil produktivitasnya, sehingga varietas ini memiliki respon lebih adaptif terhadap lingkungan. Galur bmr tercatat memiliki respon terbaik pada kombinasi dengan dosis pupuk kandang 40 ton ha-1. Pada galur PATIR3.5 terdapat pola linier dimana penambahan dosis pupuk kandang meningkatkan pertambahan diameter batang hingga umur 30 HST. Hal tersebut mengindikasikan galur PATIR3.5 memiliki respon yang terus meningkat, dan perlu diketahui hingga level maksimalnya. Pertambahan diameter batang yang tinggi pada galur bmr lebih disebabkan oleh faktor genetis. Secara umum dalam penelitian ini terlihat bahwa karakter ukuran diameter batang galur bmr lebih besar dibandingkan kedua varietas sweet sorghum, namun kedua varietas sweet sorghum memiliki sifat tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur bmr. Varietas tersebut diciptakan untuk produksi biji, bioetanol, dan pakan.

Produktivitas Tanaman Sorgum Agronomi

Tinggi Tanaman dan Diameter Batang. Tinggi tanaman dan umur berbunga dapat digunakan sebagai karakter seleksi genotipe sorgum manis dengan potensi produksi biomasa segar yang tinggi (Efendi et al. 2013). Tinggi tanaman merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui kuantitas biomasa tanaman. Dalam penelitian Silungwe (2011) diperoleh indikasi hubungan positif yang sangat kuat antara tinggi tanaman dan hasil biomasa tanaman sorgum.

Tabel 7 Tinggi tanaman sorgum saat panen (cm) Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan

0 10 20 40

Numbu 267.95±28.03bc 262.33±38.30c 279.46±19.28ab 264.98±18.15c 268.60±27.47 CTY-33 265.23±24.97c 284.78±13.60a 277.89±17.39ab 281.40±19.71a 277.26±20.55 PATIR3.2 220.72±16.66efg 228.01±10.35de 215.14±35.03fg 236.63±10.81d 225.16±22.09 PATIR3.5 223.65±13.70ef 226.21±14.95def 209.29±24.84e 225.26±23.36def 221.01±20.90

Rataan 245.34±31.08 250.44±32.99 245.43±41.60 252.43±28.93

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05)

Hasil penelitian mengindikasikan terjadi interaksi antara level pupuk kandang dan varietas/ galur terhadap tinggi tanaman (p<0.05) namun tidak demikian pada diameter batang (p>0.05). Varietas CTY-33 memiliki kekonsistenan tinggi batang tertinggi pada setiap level pupuk kandang (Tabel 7), sedangkan varietas Numbu pada dosis 10 dan 40 ton h-1 memiliki tinggi yang terendah dibandingkan dengan dosis lain dalam varietas tersebut.

Apabila dibandingkan dengan dua galur bmr terdapat kekonsistenan varietas

sweet sorghum dengan hasil tinggi batang yang lebih tinggi. Galur PATIR3.2 memiliki tinggi terbaik pada dosis pupuk kandang 40 ton h-1 dan PATIR3.5 pada dosis 40 ton h-1 serta kontrol. Tinggi batang tanaman sorgum dalam penelitian ini

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)

lebih dipengaruhi oleh sifat genetis, galur bmr memiliki tinggi batang yang lebih pendek dibandingkan dengan varietas sweet sorghum. Karakter umum galur bmr

adalah penurunan produksi BK, daya ratun setelah panen, berat biomasa, tillering, dan masa pembungaan yang lebih lama (Pedersen 2005).

Tabel 8 Diameter batang sorgum saat panen (cm) Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu 1.40±0.24 1.43±0.28 1.52±0.22 1.55±0.28 1.48±0.26c CTY-33 1.44±0.23 1.64±0.25 1.49±0.27 1.73±0.31 1.58±0.29b PATIR3.2 1.74±0.24 1.83±0.23 1.79±0.30 1.99±0.29 1.84±0.28a PATIR3.5 1.79±0.22 1.83±0.32 1.75±0.31 1.99±0.28 1.84±0.30a Rataan* 1.59±0.29c 1.69±0.31b 1.64±0.30bc 1.81±0.34a

Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05), *pengaruh nyata (p<0.05) dengan pola linier

Data penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi yang nyata (p>0.05) antara dosis pupuk kandang dengan varietas/ galur sorgum terhadap diameter batang. Diameter batang sorgum dipengaruhi oleh dosis pupuk kandang (p<0.05) dengan pola linier dan kubik, selain itu varietas/ galur berpengaruh secara nyata (p<0.05). Secara genetis galur bmr memiliki diameter batang lebih tinggi (Tabel 8) dibandingkan dengan kedua varietas sweet sorghum.

Gambar 3 Pola pengaruh dosis pupuk kandang terhadap diameter batang saat panen.

Varietas CTY-33 dan Numbu merupakan varietas nasional Indonesia yang telah dilepas untuk pemasaran. Hal ini membuktikan varietas tersebut telah stabil dan teruji di bermacam lokasi dan jenis lahan. Pada berbagai level pupuk kandang, kedua varietas sweet sorghum tersebut mempunyai pertambahan tinggi tanaman yang baik.

y = 0.0049x + 1.596 R² = 0.8014 1.55 1.6 1.65 1.7 1.75 1.8 1.85 0 10 20 30 40 50 D iam et er b at ang t ana m an (cm )

Sementara itu, rendahnya pertambahan tinggi tanaman pada galur bmr

diduga karena akselerasi pertumbuhan galur ini lebih lambat dibandingkan varietas sweet sorghum. Pada akhir penelitian diketahui pada tingkat panen (berbunga 80%), dengan produksi dan kualitas yang sama, dicapai pada umur yang berbeda, yaitu bmr cenderung lebih lambat. Galur bmr secara genetis memiliki biomasa yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas sweet sorghum. Secara rata – rata produksi selama tiga tahun, sorgum hibrida bmr

memiliki hasil 12% lebih rendah dibandingkan dengan sorgum non-bmr (Sattler et al. 2010). Hal ini diduga yang menyebabkan tinggi batang sorgum bmr secara umum lebih rendah dibandingkan dengan sweet sorghum.

Gambar 4 Perbandingan diameter batang galur bmr (kiri) dan sweet

sorghum (kanan).

Perbedaan secara agronomi, pada varietas sorgum dapat dibagi dalam tiga kategori besar. Varietas penghasil biji tumbuh dengan tinggi kira – kira satu hingga 1.8 meter dan menghasilkan malai yang besar, sedangkan sweet sorghum

biasanya lebih tinggi, yaitu sekitar dua meter lebih dengan batang yang lebih tebal dibanding penghasil biji. Varietas terakhir adalah peruntukan sebagai hijauan pakan, yang mirip dengan varietas sweet sorgum, namun mempunyai kadar air dan gula yang lebih rendah (Whitfield et al. 2012). Telah banyak laporan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tinggi tanaman dan hasil bijian sorgum. Pengembangan sorgum jenis “stay-green” dan penghubungan dengan penurunan produksi biji, telah membuka kemungkinan untuk mempelajari hubungan positif tersebut. Secara umum tanaman yang tinggi menghasilkan bijian lebih banyak, bahkan hingga 20% (George-Jaeggli et al. 2011).

Berat Individu. Berat individu tanaman mencerminkan produktivitas tanaman sorgum pada satuan luas tanam. Dengan asumsi demikian semakin tinggi berat biomasa individu sorgum, maka berat segar yang diperoleh per satuan luas tanam akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak terdapat interaksi (p>0.05) antara dosis pupuk kandang yang diberikan dengan varietas/ galur sorgum yang mempengaruhi berat individu, dan tidak ada pengaruh dosis pupuk kandang yang signifikan (p>0.05) terhadap berat individu tanaman (Tabel 9). Penggunaan pupuk kandang belum dapat meningkatkan

produktivitas tanaman sorgum dalam jangka pendek, karena pelepasan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang bersifat lambat. Kecepatan dekomposisi bahan organik tanah sangat beragam tergantung dari komposisi kimianya. Bahan akan terdekomposisi dengan cepat apabila terdiri atas karbohidrat sederhana dan akan lambat apabila terdiri atas lemak dan lignin (McMahon et al. 2007). Selain itu, kemampuan sorgum tumbuh baik di lahan marjinal sangat berperan, karena dengan keadaan awal tanah (kontrol), sorgum mampu berproduksi dengan baik. Pengaruh bahan organik yang terdapat pada pupuk kandang diduga akan tampak apabila dilakukan penelitian terhadap tumbuhan ratun tanaman sorgum.

Sementara itu perbedaan varietas/ galur sorgum tidak berpengaruh secara nyaa terhadap berat individu sorgum (p>0.05). Potensi tanaman sorgum varietas Numbu dan CTY-33 yang ditanam pada tanah latosol berlokasi di Bogor, dengan umur panen 70 hari setelah tanam (HST) adalah 0.58 dan 0.75 kg/ individu (Supriyanto 2011). Berat biomasa individu varietas sweet sorghum mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan potensi awal, terutama varietas CTY-33 (Tabel 9), sedangkan berat individu bmr yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan dengan varietas sweet sorghum.

Tabel 9 Berat individu tanaman sorgum (kg) Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu 0.51±0.06 0.44±0.13 0.55±0.06 0.50±0.03 0.50±0.08 CTY-33 0.49±0.11 0.57±0.13 0.49±0.10 0.59±0.11 0.54±0.11 PATIR3.2 0.48±0.05 0.53±0.06 0.47±0.09 0.64±0.09 0.53±0.09 PATIR3.5 0.49±0.04 0.54±0.09 0.43±0.17 0.58±0.12 0.51±0.11 Rataan 0.50±0.06 0.52±0.11 0.49±0.11 0.58±0.10

Secara rata – rata produksi selama tiga tahun, sorgum hibrida bmr

memiliki hasil 12% lebih rendah dibandingkan dengan sorgum non-bmr (Sattler et al. 2010). Dengan demikian apabila mengacu pada berat individu sebagai penduga ukuran produktivitas, galur bmr lebih toleran terhadap kondisi tanah marjinal, walaupun memiliki berat yang relatif sama dengan varietas Numbu dan CTY-33 (sweet sorghum) yang diekspresikan dengan pencapaian berat individu yang lebih besar dibandingkan dengan potensi seharusnya.

Rasio daun/ batang. Rasio daun dan batang pada tanaman sorgum dapat mencerminkan edibilitas tanaman. Selain itu, persentase daun diindikasikan berpengaruh terhadap kandungan PK tanaman. Komponen utama penyusun zat hijau daun (klorofil) adalah Nitrogen, dimana N tersebut merupakan sumber utama PK tanaman. Daun merupakan kontributor utama kadar protein pada tanaman sorgum (Hanna et al. 1981; Snyman dan Joubert 1996). Penurunan rasio daun/ batang dan peningkatan persentase batang kemungkinan akan menurunkan kualitas hijauan karena kandungan PK daun lebih besar dan daun merupakan bagian yang lebih mudah dicerna dibandingkan dengan batang (Silungwe 2011).

Tabel 10 menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang dan varietas/ galur sorgum tidak berpengaruh terhadap persentase berat daun dan batang (p>0.05). Level pupuk kandang yang diberikan dan jenis varietas maupun galur sorgum tidak mempengaruhi secara nyata (p>0.05) rasio daun dan batang

sorgum yang dihasilkan (Tabel 10). Persentase daun berkisar antara 10% sampai 30% dari berat kering keseluruhan tanaman tergantung pada varietas dan meningkat seiring dengan kematangan tanaman (Yosef et al. 2009). Tidak berbedanya persentase daun dan batang, maka dapat diketahui bahwa sorgum bmr

mempunyai potensi hijauan yang sama apabila dibandingkan dengan sweet sorghum sebagai bahan pakan hijauan ternak.

Tabel 10 Persentase berat daun dan batang sorgum (%) Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu Pd (%) 28.83±2.28 28.00±0.36 27.79±0.90 30.43±2.61 28.76±1.88 Pb (%) 61.94±3.17 65.29±1.29 64.58±0.24 61.80±4.40 63.40±2.88 CTY-33 Pd (%) 29.00±3.73 29.05±1.95 29.27±1.99 30.33±0.88 29.41±2.10 Pb (%) 62.45±3.44 64.40±1.73 62.50±4.32 63.83±0.56 63.30±2.63 PATIR3.2 Pd (%) 27.78±2.09 31.35±2.92 30.72±2.58 31.81±1.05 30.41±2.54 Pb (%) 65.37±1.47 62.47±3.06 61.76±3.01 62.23±1.46 62.96±2.51 PATIR3.5 Pd (%) 28.04±1.49 31.28±3.40 30.53±1.74 30.69±2.09 30.14±2.35 Pb (%) 65.32±2.37 61.93±2.95 62.39±1.65 62.43±1.83 63.02±2.38 Rataan Pd (%) 28.41±2.23 29.92±2.58 29.58±2.03 30.82±1.66 Pb (%) 63.77±2.85 63.52±2.49 62.81±2.60 62.57±2.28 Keterangan: Pd : persentase daun, Pb : persentase batang

Umur Panen. Tinggi tanaman dan umur berbunga dapat digunakan sebagai karakter seleksi genotipe sorgum manis dengan potensi produksi biomasa segar yang tinggi (Efendi et al. 2013). Asumsi kualitas nutrisi dan produksi bahan kering yang optimal adalah saat tanaman berada pada fase berbunga 80%, di mana fase tersebut tanaman berada pada kondisi milk to the soft-dough stage yang sesuai untuk hijauan bahan silase (Doggett 1970). Waktu terbaik untuk pemanenan sorgum sebagai hijauan ketika tanaman cukup dewasa. Hal ini untuk mendapatkan biomasa tertinggi, dan kandungan gulanya maksimal (Ahlgren 1956).

Tabel 11 Umur panen saat fase berbunga mencapai 80% (HST)

Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu 70.67±2.08 69.00±4.36 70.00±1.00 69.00±1.00 69.67±2.27a CTY-33 72.00±5.20 68.67±3.79 69.00±1.00 66.67±0.58 69.08±3.42a PATIR3.2 82.67±2.89 79.33±3.51 80.67±4.62 77.33±1.15 80.00±3.46b PATIR3.5 83.67±0.58 81.33±3.51 82.67±5.86 80.00±5.20 81.92±3.94b Rataan* 77.25±6.77b 74.58±6.87ab 75.59±7.18ab 73.25±6.25a

Keterangan: HST : Hari setelah tanam, angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0.05),*pengaruh nyata (p<0.05) dengan pola linier

Interaksi antara dosis pupuk kandang dan varietas/ galur sorgum tidak mempengaruhi umur panen tanaman sorgum (p>0.05). Level pupuk kandang berpengaruh (p<0.05) terhadap umur panen dengan pola linier, selain itu umur panen dipengaruhi oleh perbedaan varietas/ galur sorgum secara nyata. Sorgum

bmr memiliki umur panen yang secara nyata(p<0.05) lebih panjang dibandingkan dengan sweet sorghum (Tabel 11).

Semakin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan, maka waktu panen (mencapai fase pembungaan 80%) semakin cepat. Waktu pembungaan diatur oleh

y = -0.0752x + 76.576 R² = 0.6852 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 0 10 20 30 40 U m ur p ane n sor gum (H ST )

Dosis pupuk kandang (ton ha-1)

sebuah sistem yang kompleks (autonomous pathway), panjang hari, temperatur, hormon, naungan, dan beberapa faktor lainnya (Imaizumi dan Kay 2006; Andres dan Coupland 2012; Higgins et al. 2010; Tsuji et al. 2011). Waktu pembungaan yang optimal adalah bagian terpenting dari kesuksesan reproduksi tanaman. Pembungaan yang lebih cepat berguna untuk produksi biji di daerah yang memiliki daya dukung untuk pertumbuhan terbatas (Murphy et al. 2014).

Gambar 5 Pola pengaruh dosis pupuk kandang terhadap umur panen Tanaman, : Numbu, : CTY-33, : PATIR3.2, :PATIR3.5

Sweet sorghum dikenal dengan jenis sorgum yang mempunyai umur kematangan benih yang lebih lambat dibandingkan dengan tipe lainnya. Namun apabila dibandingkan dengan pembungaan bmr, ternyata galur bmr lebih lambat sekitar 10 hari dibandingkan dengan sweet sorghum. Sifat umum galur bmr adalah masa pembungaan yang lebih lama (Pedersen 2005). Waktu vegetatif yang lama (pembungaan terlambat) pada tanaman pakan dapat meningkatkan produksi biomasa daun dan batang (Rooney et al. 2007). Hal ini menjadikan keuntungan budidaya bmr sebagai hijauan pakan karena memiliki waktu yang relatif panjang, sehingga mampu meningkatkan produksi biomasanya, yang semula lebih rendah dibandingkan dengan varietas sweet sorghum tanpa kehilangan kualitas hijauannya.

Kualitas Kimia

Kandungan dan Produksi Bahan Kering. Produksi bahan kering menjadi acuan kita untuk melihat kemampuan tanaman menghasilkan biomasa sebagai bahan pakan. Banyak faktor yang mempengaruhi produksi bahan kering tanaman, namun secara sekilas faktor genetis dan lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhinya.

Tabel 12 menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang dan varietas/ galur sorgum tidak berpengaruh terhadap terhadap produksi dan

persentase bahan kering (BK) (p>0.05). Kandungan dan produksi BK per hektar tanaman sorgum (Tabel 12) antara dua varietas sweet sorghum dan dua galur sorgum bmr tidak berbeda secara nyata (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sorgum bmr memiliki jumlah produksi BK sama dengan varietas sweet sorghum

dilahan penelitian. Dengan demikian daya produksi galur bmr lebih tinggi apabila ditanam di lahan marjinal dibandingkan dengan sweet sorghum karena berdasar penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa potensi bmr berada di bawah produksi sweet sorghum. Karakter umum galur bmr adalah penurunan produksi BK, daya ratun setelah panen, berat biomasa, tillering, dan masa pembungaan yang lebih lama (Pedersen 2005).

Tabel 12 Kandungan BK (%) dan produksi BK (ton ha-1) Varietas/

galur Dosis pupuk kandang (ton ha

-1) Rataan 0 10 20 40 Numbu BK 21.41±1.92 19.96±4.04 22.01±2.26 20.57±0.69 20.99±2.31 Prod. BK 7.41±0.82 6.60±0.91 9.15±0.75 6.63±0.58 7.45±1.27 CTY-33 BK 21.33±1.72 20.93±2.81 21.08±3.79 19.79±2.24 20.78±2.42 Prod. BK 7.02±0.86 9.07±0.59 8.34±2.57 8.41±0.97 8.21±1.47 PATIR3.2 BK 20.26±1.36 17.71±0.93 20.35±0.36 18.64±1.03 19.24±1.44 Prod. BK 7.64±1.11 7.69±1.07 7.74±1.69 9.67±1.80 8.19±1.53 PATIR3.5 BK 21.02±2.50 19.34±1.97 19.32±1.60 19.60±2.61 19.82±2.02 Prod. BK 7.57±0.24 8.31±0.48 7.19±1.75 8.42±0.69 7.87±0.99 Rataan BK 21.01±1.70 19.48±2.60 20.69±2.26 19.65±1.72 Rataan Prod. BK 7.41±0.74 7.91±1.17 8.10±1.72 8.28±1.48

Lebih rendahnya produksi biomasa pada sorgum bmr hasil mutasi oleh Degenhart et al. (1995) dihipotesakan akibat terjadinya pemblokan beberapa gen yang terkait dengan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk kandang pada berbagai dosis ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap kandungan BK tanaman sorgum. Hal ini mengindikasikan kemampuan sorgum untuk tetap produktif di lahan marjinal, di mana nutrisi dasar tanah dan pupuk dasar yang diberikan telah mencukupi kebutuhan nutrisinya.

Kemampuan berproduksi yang tetap tinggi pada sorgum bmr walau ditanam pada tanah marjinal ini disebabkan oleh pengaruh mutasi beberapa gen akibat radiasi sinar gamma. Adanya galur mutan harapan yang memiliki produktivitas biomasa tinggi, hal ini diduga bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dapat memperbaiki pada sifat batang tanaman sorgum (Sihono 2013). Hal senada dilaporkan oleh Sobrizal (2008) bahwa pemuliaan mutasi induksi menggunakan sinar radiasi gamma terhadap padi, telah diperoleh tanaman pendek, genjah, dan produktivitas biji tinggi.

Kadar Gula Batang. Kadar gula dalam batang sorgum biasa dinyatakan dalam nilai persentase brix. Brix menjadi sebuah parameter yang penting untuk menyeleksi genotip sorgum yang banyak mengakumulasi sukrosa (Kawahigashi et al. 2013). Tingkat kemanisan sorgum menjadi salah satu tujuan penting pengembangan sorgum sebagai bahan pakan selain keempukan dan proporsi daun (Bian 2006).

Hasil penelitian (Tabel 13) menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang dan varietas/ galur sorgum tidak berpengaruh terhadap kadar gula batang tanaman sorgum (p>0.05). Pemberian pupuk kandang dalam berbagai

dosis tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p>0.05) pada nilai brix batang sorgum. Sementara itu, varietas memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata (p<0.05) pada nilai brix. Galur PATIR3.5 mempunyai nilai brix tertinggi (13.05) dibandingkan dengan ketiga varietas maupun galur lainnya. Brix pada jus batang sorgum mempunyai nilai yang proporsional terhadap kandungan gula total konsentrasi sukrosa, yaitu mencapai kira – kira 75% dari kandungan gula total pada varietas dengan nilai brix lebih dari 15 (Kawahigashi et al. 2013).

Nilai brix yang lebih tinggi pada fase matang fisiologis mengindikasikan tingginya akumulasi kandungan gula total pada batang tanaman sorgum. Nilai brix meningkat pada fase pembungaan hingga fase matang fisiologis yang diduga terjadi karena penurunan kandungan air di batang (Gadakh et al. 2013). Sangat penting untuk diketahui bahwa kandungan gula pada tanaman sorgum dan milet terkonsentrasi pada batang. Dengan ekstrapolasi, perbedaan kandungan gula pada tanaman disebabkan oleh: (a) perbedaan kandungan gula pada batang, dan (b) perbedaan proporsi batang:daun. Dapat dikatakan bahwa genotip dengan

Dokumen terkait