• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intensitas Serangan (%) Phytopthora infestan

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian T. harzianum berpengaruh sangat nyata mengendalikan Phytopthora infestans. Pengaruh pemberian T. Harzianum terhadap intensitas serangan Phytopthora Infestans dapat dilihat dari tabel 1.

Tabel 2. Uji Rataan Intensitas Serangan

PemberianTrichoderma harzianum untuk Setiap Waktu Pengamatan (hst).

Perlakuan Hari Setelah Tanam (hst)

56 hsT 61 hst 66 hst 71 hst 76 hst 81 hst 86 hst 91 hst T0 11,71 11,51 a 11,13 a 11,00 a 10,90 A 10,79 A 10,40 A 10,34 A T1 11,50 11,04 a 10,90 a 10,81 a 10,26 B 9,99 B 9,68 B 9,68 B T2 11,86 11,40 a 10,90 a 10,76 a 10,16 B 10,05 B 9,69 B 9,37 B T3 10,84 10,10 c 9,56 c 9,28 c 8,94 D 8,57 D 8,14 D 7,95 D T4 11,62 10,90 b 10,51 b 10,32 b 9,73 C 9,51 C 8,59 C 8,14 C Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf kecil pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5% dan huruf besar pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian T. harzianum pada pengamatan 56 hst tidak berpengaruh nyata, pengamatan 61 - 71 hst berpengaruh nyatadan pengamatan 76 – 91hst berpengaruh sangat nyata terhadap intensitas serangan (%) penyakit Phytopthora Infestans. Hasil pngamatan intensitas serangan Phytopthora Infestans pada setiap waktu pengamatan dapat dilihat pada lampiran 2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol (T0) yaitu 10,34 % diikuti dengan perlakuan dosis 25 gram (T1) yaitu 9,68, perlakuan dosis 50 gr (T2) yaitu 9,37 %, dan perlakuan

dosis 100 gr (T4) yaitu 8,14. Sedangkan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan dosis 75 gr (T3) yaitu 7,95 %.

Dari hasil sidik ragam, jamur Phytopthora Infestans terhadap perlakuan Trichoderma harzianum menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dalam mengendalikan serangan jamur Phytopthora Infestans. Hal ini karena Trichoderma harzianum mampu menghambat petumbuhan jamur Pythopthora infestans. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suara Merdeka (2002) bahwa Interaksi diawali dengan pelilitan hifanya terhadap jamur patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan menusuk jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur itu mengeluarkan enzim yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen, seperti enzim kitinase dan b-1-3-glukanase. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan juga terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa antifungi golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh Trichoderma harzianum yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen.

Gambar 6. Histogram pengaruh pemberian Trichoderma harzianum terhadap intensitas

serangan 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

56 hsa 61 hsa 66 hsa 71 hsa 76 hsa 81 hsa 86 hsa 91 hsa Hari Setelah Tanam (hsa)

T0 T1 T2 T3 T4

Penambahan kompos mampu meningkatkan daya antagonis Trichoderma harzianum terhadap Phytopthora infestans. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian kompos ayam maupun kompos sapi tidak menujukkan perbedaan yang nyata. Tetapi, pada perlakuan (T0) kontrol yang diberi kompos menunjukkan bahwa intensitas serangan Phytopthora infestans menurun hingga 10,31%. Hal ini dikarenakan kompos memiliki kemampuan mengendalikan penyakit. Anonimous (2011b) Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi faktor Trichoderma harzianum dan kompos tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap intensitas serangan Phytopthora infestans. Pemakaian kotoran baik yang segar maupun yang sudah difermentasikan telah banyak dilaporkan berhasil untuk menunjang pertumbuhan dan mengendalikan penyakit tanaman. Sebagai contoh, kotoran ayam dapat meningkatkan kesuburan tanah dan sekaligus dapat mengendalikan penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Phytophthora. Dari hasil penelitian penulis, kotoran ayam dan sapi yang dikomposkan selama 5

minggu telah berhasil menyuburkan tanaman Lupinus albus sekaligus mengontrol penyakit busuk akar oleh Phytopthora cinnamomi. Keberhasilan ini berkorelasi positif dengan aktivitas mikroba dan populasi mikroba antagonist (aktinomiset dan bakteri penghasil endospora) dalam tanah. Keragaman jenis mikroba juga tampak paling tinggi pada tanah yang diberi perlakuan dengan kotoran ayam. Kotoran sapi segar juga ditemukan dapat mengendalikan keganasan nematoda.

Produksi Tanaman

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian T. harzianum berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Untuk mengetahui

perlakuan mana yang nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan, dapat dilihat pada table lampiran.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian T. harzianum dengan dosis yang berbeda member pengaruh nyata terhadap produksi tomat. hasil penelitian menunjukkan produksi tertinggi 100,81 (gr/plot) pada perlakuan T4 (dosis 100 gr) tidak berbeda nyata dengan perlakuan T3 (dosis 75 gr) yaitu 100,72 (gr/plot), dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol TO yaitu 60,95 (gr/plot) sebagai produksi terendah.

Tabel 3. Uji Rataan produksi tomat (gr/plot)

Perlakuan Rataan TO 60,95 c T1 82,93 b T2 85,24 b T3 100,72 a T4 100,81 a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

P ro d u k si ( g r/ p lo t)

Dari hasil analisis sidik ragam pemberian T. harzianum memberikan pengaruh nyata terhadap produksi tomat. hali ini karena T. harzianum merupakan jamur antagonis yang menhasilkan hormone tumbuh yang dapat memacu pertumbuhan tanaman, sehingga produksi tanaman juga meningkat. Hal ini sesuai pernyataan Purwantisari dan Rini (2009) Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati. Mekanisme pengendalian Trichoderma spp. yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung, melalui perlakuan benih maupun melalui kompos.

Gambar 7 . Histogram pengaruh pemberian Trichoderma harzianum terhadap produksi Tomat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap hasil produksi. Hal ini dikarenakan pemberian kompos yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Adil dkk (2006)

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 TO T1 T2 T3 T4

Rataan

Rataan Perlakuan

menyatakan Pemberian kompos pada tanaman sayuran sangat penting untuk menyediakan hara yang dibutuhkan tanaman. Sayuran memerlukan banyak sekali hara tanaman. Pemberian yang terlalu banyak dapat mengakibatkan ketidak seimbangan hara di dalam tanah dan tanaman. Selain itu tidak semua N dari kompos dapat diserap oleh tanaman, sehingga mengakibatkan berlebihnya hara N dan dapat menjadi polusi lingkungan. Pada tanaman cabe merah dan tomat, pupuk N sangat diperlukan dalam jumlah yang besar (sekitar 150 kg/ha) untuk mendapatkan hasil yang tinggi.

Interaksi faktor Trichoderma harzianum dan kompos tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadaphasil produksi tomat. Hal ini dikarenakan respon pemberian kompos pada tanaman berjalan lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonimous (2011c) yang menyatakan Pupuk organik berupa pupuk kandang atau pupuk kompos jika dibandingkan dengan pupuk buatan (anorganik) mempunyai kelebihan antara lain:

1. Memperbaiki tekstur tanah. 2. Meningkatkan pH tanah.

3. Menambah unsur-unsur makro maupun mikro.

4. Meningkatkan keberadaan jasad-jasad renik dalam tanah. 5. Relatif tidak menimbulkan polusi

Sedangkan kelemahannya antara lain:

1. Jumlah pupuk yang diberikan pada tanaman lebih tinggi daripada pupuk anorganik.

2. Respon tanaman lebih lambat.

Dokumen terkait