• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Rayap

Pembuatan petak contoh yaitu 10 petak contoh dengan panjang masing-masing petak contoh adalah 10 meter. Ditemukan 3 sarang rayap yaitu di petak I ditemukan 1 sarang rayap dan di petak VII ditemukan 2 sarang rayap.

Hasil identifikasi jenis rayap yang ditemukan dari tiga sarang yang telah dibongkar hanya terdapat satu jenis rayap yaitu Macrotermes gilvus Hagen. Jumlah rayap di sarang I (petak I) yaitu rayap pekerja 90.341 ekor dan rayap prajurit 23.975 ekor, di sarang II (petak VII) yaitu rayap pekerja 75.036 ekor, rayap prajurit 17.601 ekor dan laron 89 ekor, dan di sarang III (petak VII) yaitu rayap pekerja 82.030 ekor dan rayap prajurit 22.580 ekor pada Tabel 1

Tabel 1. Jumlah rayap pada masing-masing sarang

No Sarang Jumlah rayap (ekor) Total (ekor) Rayap pekerja Rayap

prajurit Laron 1 1 90.341 23.975 - 114.136 2 2 75.036 17.601 89 92.726 3 3 82.030 22.580 - 104.610 Jumlah 247.407 64.156 89 311.652 Persentase 79,38% 20,59% 0,03% 100% Rata-rata 82.469 21.385 29 103.884

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kasta pekerja lebih banyak dibandingkan dengan kasta prajurit hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Nandika, et al (2003), bahwa kasta pekerja merupakan anggota yang sangat penting dalam koloni rayap. Persentase rayap pekerja 79,38% dan persentase rayap prajurit

20,59%. Tidak kurang dari 80-90% populasi dalam koloni rayap merupakan individu-individu kasta pekerja.

Uji laboratorium biasanya digunakan sampel berukuran 1 cm x 1 cm x 2 cm dengan 45 ekor kasta pekerja. Jadi, dibutuhkan 23 ekor rayap / cm3 untuk uji laboratorium. Bila dibandingkan dengan uji kubur biasanya sampel yang digunakan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 30 cm. Bila diujikan pada sarang I maka 114.136/187,5= 609 ekor/cm3. Jadi, di sarang I dapat dilakukan uji kubur sebanyak 26 sampel. Di sarang II dapat dilakukan uji kubur sebanyak 22 sampel dan di sarang III dapat dilakukan uji kubur sebanyak 24 sampel.

Morfologi Rayap

Tubuh rayap seperti halnya serangga lain terdiri atas kepala, tubuh dan antena.Diambil masing-masing 100 prajurit mayor dan 100 prajurit minor Macrotermes gilvus Hagen untuk melihat perbandingan morfologi hasil penelitian dengan kunci pengenalan genus dan spesies (Nandika et al, 2003) (Tabel 2).

Tabel 2. Perbandingan range kunci determinasi rayap dengan hasil penelitian No Jenis prajurit Kriteria Kunci determinasi Hasil penelitian

1 Mayor - Panjang kepala (mm) 4 – 5,5 4,66 – 5,67 - panjang tubuh (mm) 8 – 15 11,6 – 14,37 - mandibel (mm) - 1,8 – 2,5 - antena (ruas) - 14 – 17

2 Minor - Panjang kepala (mm) 3 – 3,4 2,92 – 3,38 - panjang tubuh (mm) 6,5 – 10 7,5 – 8,65 - mandibel (mm) - 1,21 – 1,82 - antena (ruas) - 13 – 17

Tabel 2. hasil penelitian diperoleh dari rata-rata pengukuran 100 rayap ± standard deviasi (Mean ± standard deviation). Range panjang kepala mayor, panjang tubuh mayor, panjang kepala minor, panjang tubuh minor hasil penelitian lebih kecil dibandingkan dengan kunci determinasi (kunci pengenalan genus dan spesies). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa panjang mandibel prajurit mayor 1,8 – 2,5 mm dan panjang mandibel prajurit minor 1,21 – 1,82 mm. Sedangkan ruas antena prajurit mayor dan prajurit minor relatif sama.

Kunci pengenalan genus dan spesies (Nandika et al, 2003) menyatakan bahwa, panjang tubuh prajurit Macrotermes spp adalah prajurit minor 6,5-10 mm dan prajurit mayor 8-15 mm, sedangkan panjang kepala prajurit M. gilvus Hagen adalah mayor 4-5,5 mm dan minor 3-3,4 mm.

Ciri-ciri M. gilvus Hagen adalah: 1. Kepala berwarna coklat tua

2. Mandibel melengkung pada ujungnya dan digunakan untuk menjepit 3. Ujung dari labrum tidak jelas

4. Ada dua jenis kasta prajurit yaitu kasta prajurit yang besar (mayor) dan kasta prajurit yang kecil (minor) (Nandika et al, 2003)

Siklus Hidup Rayap Macrotermes gilvus Hagen

Siklus hidup rayap Macrotermes gilvus Hagen dapat dilihat pada Gambar 9 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)

Gambar 9. Siklus hidup Macrotermes gilvus Hagen

(a) raja ; (b) ratu ; (c) laron ; (d) telur ; (e) nimfa ; (f) prajurit ; (g) pekerja

Kepadatan populasi untuk suatu jenis rayap dihitung dan dianalisis menggunakan kepadatan (K), kepadatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), indeks keragaman Shanon-Wiener (H!) dan indeks dominasi Simpson (C!). Hasil diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Nilai kepadatan (K), kepadatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), indeks keragaman Shanon-Wiener (H!) dan indeks domonasi Simpson (C!)

No. Spesies rayap K KR (%) F FR (%) H! C! 1 Macrotermes gilvus

Hagen

311,65 100 0,3 100 0 1

Tabel 3. Indeks keanekaragaman jenis rayap adalah 0, berarti H! < 1 maka keanekaragaman jenis rayap rendah. Nilai kepadatannya adalah 311 ekor/m2

Menurut Tarumingkeng (1971), M. gilvus Hagen merupakan jenis rayap yang paling besar. Menyerang secara frontal dan simultan, dengan dikawal oleh prajuritnya hampir semua pekerja dimobilisasikan sehingga serangannya sangat besar. Menurut Prasetyo KW (2005) hasil penelitian uji kubur yang dilakukan bahwa pengurangan berat yang disebabkan oleh M. gilvus Hagen lebih besar dibandingkan dengan Coptotermes curvignathus. Seperti kita ketahui bahwa C. curvignathus adalah rayap perusak yang menimbulkan tingkat serangan yang sangat ganas tetapi bila dibandingkan dengan M. gilvus Hagen, maka serangan M. gilvus Hagen lebih besar dibandingkan dengan C. curvignathus sesuai dengan pernyataan Prasetyo KW (2005).

dan frekuensi relatifnya 100 %.

Potensi hutan Tridharma sebagai tempat pengujian keawetan kayu dengan metode uji kubur (grave yard test) dinyatakan layak berdasarkan jumlah rata-rata

Hagen, untuk itu dilakukan analisis SWOT secara deskriptif untuk mengetahui strategi-strategi analisis SWOT agar dapat mempertahankan kelayakan hutan Tridharma sebagai tempat pengujian keawetan kayu melalui strategi SWOT tersebut.

Analisis SWOT

Tabel 4. Analisis SWOT

Strength (S) 1. Ada rayap 2. Ada sarang

3. Tempat yang baik untuk rayap Weakness (W) 1. Luas lokasi yang sempit 2. Lahan yang tergenang air bila hujan Opportunity (O) 1. Dapat dijadikan tempat pengujian keawetan kayu dengan metode uji kubur

2. Merupakan satu-satunya kawasan hijau habitat rayap di lingkungan USU 3. Dapat dijadikan tempat penelitian yang lain SO 1. Mempertahankan tempat tumbuh ekosistem yang sekarang untuk lebih baik lagi WO 1. Membuat parit di lokasi hutan tridharma Threats (T) 1. Perluasan wilayah bangunan kampus 2. Kepemilikan hutan tridharma yang bukan milik departemen kehutanan USU. ST 1. Memaksimalkan lokasi untuk penelitian sesering mungkin. WT 1. Menjalin kerjasama antara F.MIPA dengan departemen kehutanan USU.

Keterangan : Strategi SO

1. Mempertahankan tempat tumbuh ekosistem yang sekarang untuk lebih baik lagi, dengan ini kehidupan rayap dapat berkembang dengan baik. Misalnya dengan cara menambah pepohonan di lokasi hutan Tridharma.

Strategi WO

1. Membuat parit di lokasi hutan tridharma agar tidak merusak sarang rayap akibat genangan air hujan.

Strategi ST

1. Memaksimalkan lokasi dengan pemanfaatan untuk penelitian sesering mungkin agar tidak terjadi perluasan bangunan kampus yang dapat merusak hutan tridharma.

Strategi WT

1. Menjalin kerjasama antara departemen kehutanan USU dengan F.MIPA USU dalam pengelolaan hutan Tridharma.

Dokumen terkait