• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Keragaan Wilayah

Gambar 2 Peta Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler

Wilayah BPP Kecamatan Tarogong Kaler secara geografis terletak di wilayah utara kabupaten Garut dengan luas wilayah 3.781,10 ha yang terdiri dari dua belas Desa dan satu Kelurahan. BPP Kecamatan Tarogong Kaler memilki potensi wilayah yang baik dalam bidang pertanian dan komoditi perkebunan terutama tembakau. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut yang terdiri dari 12 Desa dan satu Kelurahan telah dibagi habis menjadi wilayah binaan (WILBIN) desa, meliputi yaitu 12 desa dan satu Kelurahan yang terdiri dari 36 Kedusunan 145 RW dan 503 RT.

Kecamatan Tarogong Kaler terletak dibagian utara dari kabupaten Garut dengan batas-batas wilayah sebagi berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Banyuresmi dan Leles - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tarogong Kidul - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Banyuresmi - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Samarang

25

Luas binaan Balai Penyuluhan Pertanian, (BPP) Kecamatan Tarogong Kaler adalah 3.781,10 yang terdiri dari laha non pertanian 921,40 ha, dan lahan pertanian sawah 847,828 ha lahan darat 1.899,70 ha.

Keadaan Pertanian

Data luas areal dan produktivitas pertanian hortikultura yang terdapat di walayah Kecamatan Tarogong Kaler dapat dilihat dari Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah luas areal komoditas tanaman hortikultura tahun 2022 Subsektor Komoditi

Luas Tanam

( Ha )

Luas Panen

( Ha )

Produktivita s ( Ton/Ha )

Jumlah Produksi

( Ton) Hortikultura Cabai Rawit

Cabai Keriting Cabai Besar Bawang Merah Tomat

Bawang Daun Kacang Merah Kacang Panjang Terung Hijau Terung Ungu Kembang Kol Petcay Buncis Mentimun Sawi Kangkung Bayam Jeruk Siam

30 50 50 46 50 93 80 30 7 5 18 10 13 29 8 15 10 7

30 50 50 46 50 93 80 30 7 5 18 10 13 29 8 15 10 7

11 12 10,5

8,3 22 14 7,0 11,9

7,7 50 12 25,2 12,5 16,6 18 12,4

9 15,2

330 600 525 381,8 11000 1302

560 357 53,9 250 216 252 162 415 98 186

90 106,4 Sumber : BPP Kecematan Tarogong Kaler 2022

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa mayoritas petani di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler membudidayakan komoditas cabai dan tomat. Tahun 2022 produksi cabai di Kecamatan Tarogong Kaler sebesar 33,5 ton/ha, dengan luasan area mencapai 130 ha. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa cabai merah merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan.

Pemasaran dan Kemitraan

Kecamatan Tarogong Kaler memiliki potensi yang sangat baik untuk pemasaran hasil produksi dari semua komoditas, mengingat Kecamatan Tarogong Kaler merupakan salah satu sentra pemasaran hasil dan didukung oleh konsumen yang cukup potensial. Kendala yang terjadi pada kegiatan pemasaran hasil

26

pertanian ialah terjadinya fluktuasi harga karena belum adanya perlindungan dari pemerintah yang menjamin pasar komoditas cabai. Beberapa komoditas di Kecamatan Tarogong Kaler telah memasuki beberapa pasar lokal dan juga kabupaten.

Kecamatan Tarogong Kaler memproduksi terutama padi, jagung, palawija sayuran, dan lain-lain. Komoditas yang beragam dari Kecamatan Tarogong Kaler baik dalam kualitas maupun kuantitasnya telah memasuki beberapa segmen pasar lokal maupun kabupaten.

Analisis deskriptif 1. Fungsi kelompok tani

Nuryanti dan Swastika (2016) menyatakan kelompok tani merupakan wadah kerjasama bagi petani yang melibatkan petani dengan pengelolaan usahatani, pemasaran hasil dan penguatan modal kerja. Peneliti mendeskripsikan fungsi kelompok tani dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Preferensi petani cabai dalam penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Fungsi kelompok tani

No Sub variable Kategori (%)

Rendah Sedang Tinggi

1 Kelas belajar 11,67 61,67 26,67

2 Wahana kerjasama 6,67 68,33 25,00

3 Unit produksi 13,33 61,67 25,00

Sumber : Data diolah penulis 2022

Gambar 2 Kelas belajar

12%

61%

27%

Kelas Belajar

Rendah Sedang Tinggi

27

Tabel 8 menunjukkan hasil analisis deskriptif sebesar 61,67 persen responden menilai indikator kelas belajar terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang artinya fungsi kelompok tani belum maksimal sebagai wadah belajar bagi anggota untuk meningkatkan perilaku petani dalam mengakses pemasaran melalui media sosial marketing. Petani di Kecamatan Tarogong kaler masih beranggapan bahwa fungsi kelompok tani sebagai kelas belajar cukup dimaknai dengan datang saat pada pertemuan saja padahal jauh dari itu kelas belajar harus memberikan peningkatan kapasitas petani. Senada dengan penelitian Effendy dan Apriani (2018) menyatakan kelas belajar masih belum memaknai kelompok tani sebagai kelas belajar, sehingga tujuan pembentukan kelompok meningkatkan kemampuan petani belum maksimal.

Gambar 3 Wahana kerjasama

Hasil analisis deskriptif sebesar 68,33 persen responden menilai indikator wahana kerjasama terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang, disayangkan persepsi petani mengenai fungsi kelompok tani sebagai wahana kerjasama yang diharapkan menjadikan usahatani anggotanya lebih efisien dan meningatkan keuntungan berubah menjadi persepsi baru bahwa kelompok tani sebagai tempat menerima bantuan dari pemerintah. Dalam perkembangannya program pemerintah untuk petani disalurkan melalui gapoktan atau kelompok tani, sehingga kelompok tani cenderung menjadi organisasi formal, yang akibatnya mengalami pergeseran dari kelompok sosial menjadi kelompok tugas (Nuryanti dan Swastika 2016).

7%

68%

25%

Wahana Kerjasama

Rendah Sedang Tinggi

28

Gambar 4 Unit produksi

Hasil analisis deskriptif sebesar 61,67 persen responden menilai indikator unit produksi terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang, hal ini didasarkan pada kesadaran petani mengenai keberadaan kelompok tani yang merupakan satu kesatuan usaha yang dikembangkan untuk mencapai taraf ekonomi yang lebih baik tidak berjalan dengan semestinya. Selaras dengan Effendy dan Apriani (2018) yang menyatakan dukungan formal, non formal, lokasi strategis dan prasarana yang cukup lengkap tidak sepenuhnya dapat memengaruhi produktivitas.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang memengaruhi deskriptif pada preferensi petani cabai dalam penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Faktor eksternal

No Sub variabel Kategori (%)

Rendah Sedang Tinggi

1 Peran penyuluh 6,67 65,00 28,33

2 Sarana dan prasana 1,67 75,00 23,33

3 Pengalaman usaha tani 13,33 58,33 28,33

Sumber : Data diolah penulis 2022

13.33

61.67 25

Unit Produksi

Rendah Sedang Tinggi

29

Gambar 5 Peran penyuluh

Tabel 9 menunjukan hasil analisis deskriptif sebesar 65,00 persen responden menilai indikator peran penyuluh terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang, peran penyuluh berpengaruh sedang terhadap pemasaran cabai merah melalui media sosial marketing di Kecamatan Tarogong Kaler.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian A’yunin et al. (2020) yang berpendapat bahwa penyuluh sudah mampu melaksanakan tugasnya dengan baik serta turut mengambil peran dalam kegiatan pertanian yang dilakukan petani.

Gambar 6 Sarana dan prasarana

Hasil analisis deskriptif Tabel 9 sebesar 75,00 persen responden menilai indikator sarana dan prasarana terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan masih kurang optimalnya penerapan yang dilakukan petani dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah ada.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian A’yunin et al. (2020) menyatakan sarana dan prasarana yang tersedia terutama dalam pengendalian hama dan penyakit dirasa cukup menunjang kegiatan usaha tani.

7%

65%

28%

Peran Penyuluh

Rendah Sedang Tinggi

2%

75%

23%

Sarana dan Prasarana

Rendah Sedang Tinggi

30

Gambar 7 Pengalaman usaha tani

Hasil analisis deskriptif sebesar 58,33 persen responden menilai indikator pengalaman usaha tani terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang, berdasarkan jawaban dari petani responden pengalaman usaha tani cukup untuk memengaruhi petani terhadap pemasaran cabai merah melalui media sosial di Kecamatan Tarogong kaler. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian A’yunin et al. (2020) yang menyatakan pengalaman usaha tani menunjukkan seberapa lama petani telah melaksanakan dan menggeluti usaha di bidang pertanian.

Demikian hal ini melekat pada pemahaman secara teoritis dan pelaksanaan praktek budidaya, terutama dalam mengendalikan hama dan penyakit serta penggunaan pestisida yang biasa dilakukan petani.

3. Faktor Pendukung

Faktor pendukung yang memengaruhi deskriptif pada preferensi petani cabai dalam penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Faktor pendukung

No Sub variabel Kategori (%)

Rendah Sedang Tinggi

1 Dukungan Lembaga 10,00 65,00 25,00

2 Akses Informasi 11,67 61,67 26,67

3 Adanya Peran Media 13,33 48,33 38,33

Sumber : Data diolah penulis 2022

13.33

58.33 28.33

Pengalaman Usaha Tani

Rendah Sedang Tinggi

31

Gambar 8 Dukungan lembaga

Tabel 10 menunjukkan hasil analisis deskriptif sebesar 65,00 persen responden menilai indikator dukungan kelembagaan terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang. Dukungan kelembagaan cukup banyak seperti pemberian sosialisasi terkait informasi media sosial cabai merah di Kecamatan Tarogong Kaler. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Gunawan (2019) yang berpendapat bahwa semua hasil panen petani organik harus dijual kepada kelompok atau gapoktan, yang mana mereka berperan dalam mencari akses pasar sehingga produknya dapat terjual secara teratur dan berkelanjutan.

Gambar 9 Akses informasi

Hasil analisis deskriptif sebesar 61,67 persen responden menilai indikator akses informasi terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang. Akses informasi cukup memadai untuk mendukung anggota kelompoktani mendapatkan informasi terkait pemasaran usahatani cabai di Kecamatan Tarogong Kaler. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Gunawan (2019) berpendapat bahwa petani mudah dalam mengakses sumber informasi pertanian, baik yang berasal dari sesama petani maupun penyuluh. Interaksi

10%

65%

25%

Dukungan Lembaga

Rendah Sedang Tinggi

12%

61%

27%

Akses Informasi

Rendah Sedang Tinggi

32

saling tukar menukar informasi antar petani berjalan dengan baik, dimana penyuluh memberikan informasi kepada petani dengan baik, meskipun media massa belum dimanfaatkan sepenunya oleh petani.

Gambar 10 Adanya peran media

Hasil analisis deskriptif sebesar 48,33 persen responden menilai indikator adanya peran media terhadap preferensi petani berada pada kategori sedang indikator adanya peran media seperti media sosial antara lain seperti whatsapp dan facebook pada usahatani cabai merah, cukup mendukung terhadap petani sebagai salah satu metode pemasaran usahatani cabai merah di Kecamatan Tarogong kaler. Komunikasi antara penyuluh dengan petani seringkali terbatas pada petani yang telah berhasil, yang mana penyebaran terhadap petani lain dilakukan melalui proses interaksi antara petani. Oleh karena itu penyebaran sosialisasi mengenai kemitraan melalui teman, tetangga atau pemimpin informal adalah yang paling banyak terjadi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Purnaningsih et al. (2006) yang menyatakan interaksi antara penyuluh dengan petani biasanya terbatas pada petani-petani yang berhasil di suatu komunitas, dan penyebaran ke petani lain dilakukan melalui proses interaksi antar petani, baik melalui ketua poktan ataupun pengurus poktan.

Tabel 11 Preferensi Petani

No Sub variabel Kategori (%)

Rendah Sedang Tinggi

1 Kelengkapan 13,33 66,67 20,00

2 Transitivitas 6,67 71,67 21,67

3 Kontinuitas 1,67 5,00 93,33

Sumber : data diolah penulis 2022

13.33

48.33 38.33

Adanya Peran Media

Rendah Sedang Tinggi

33

Gambar 11 Kelengkapan

Indikator kelengkapan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa 66,67 persen responden menjawab dengan kategori sedang, indikator kelengkapan ini ditunjukkan untuk melakukan pemasaran pada usahatani cabai merah yang dilakukan seperti yang telah petani lainnya lakukan cukup menjadi penunjang dalam preferensi anggota kelompok tani.

Gambar 12 Transitivitas

Indikator transivitas menunjukkan nilai 71,67 persen menjawab sedang Tabel 11, berdasarkan jawaban petani responden indikator transivitas seperti anggapan masyarakat cukup menunjang dalam preferensi anggota kelompok tani terhadap kemitraan pada usahatani cabai merah.

13%

67%

20%

Kelengkapan

Rendah Sedang Tinggi

7%

71%

22%

Transitivitas

Rendah Sedang Tinggi

34

Gambar 13 Kontinuitas

Indikator kontinuitas menunjukkan nilai 99,33 persen menjawab tinggi Tabel 11, berdasarkan jawaban petani responden indikator kontinuitas seperti ingin mencukupi kebutuhan cukup menunjang dalam preferensi anggota kelompok tani terhadap kemitraan pada usahatani cabai merah.

Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan regresi linear berganda sebagai alat ukur untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang dikaji. Pengujian asumsi klasik yang digunakan yaitu:

1. Uji Normalitas, menurut Ghozali (2016) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Uji Kolmogorov-Smirnov Uji Kolmogorov-Smirnov

N 60

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c.d

a. Distribusi tes dinyatakan Normal.

b. Hasil kalkulasi dari data.

Sumber : data diolah penulis 2022

Data dikatakan diterima, apabila nilai signifikan lebih besar 0,05 pada (P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 pada (P<0,05), maka data dikatakan ditolak. Pada hasil analisis ditunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,200 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka data pengkajian dapat diterima.

2. Uji Multikolinearitas

2% 5%

93%

Kontinuitas

Rendah Sedang Tinggi

35

Ghozali (2016) menyatakan uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (independen). Deteksi untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dalam model regresi penelitian ini dapat dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance yaitu apabila nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 menunjukkan adanya multikolinearitas. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10 menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 13 Multikolineearitis

No Variabel Statistik kolinearitas

Toleransi VIF

1 Kelas Belajar 0,652 1,533

2 Wahana Kerjasama 0,627 1,594

3 Unit Produksi 0,497 2,011

4 Peran Penyuluh 0,527 1,897

5 Sarana dan Prasarana 0,389 2,572

6 Pengalaman Usaha Tani 0,326 3,069

7 Dukungan Lembaga 0,418 2,393

8 Akses Informasi 0,387 2,581

9 Adanya Peran Media 0,328 3,052

Sumber : Data diolah penulis 2022

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tolerance ≥ 0,10, sedangkan nilai VIF ≤ 10, sehingga tidak ditemukan gejala multikolinear yang berarti bahwa model regresi sudah baik karena tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

3. Uji Autokorelasi

Hasil analisis SPSS untuk uji auto korelasi dengan angka Durbin Watson ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 14 Hasil uji autokorelasi

No Variabel Durbin Watson

1 Fungsi Kelompok tani

2 Faktor Eksternal 2.015

3 Faktor Pendukung

Sumber: Analisis data primer diolah penulis 2022

Hasil perhitungan dU dan dL sebagai berikut:

dW = 2,015 dL = 1,4797 dU = 1,6889

36 4-dU = 4 – 1,6889 = 2,3111

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai dU<dW<4-dU sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya autokorelasi pada model regresi tersebut.

4. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2016) menyatakan uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada uji dilakukan dengan uju grafik plot dengan SPSS. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa data penelitian tersebar di atas dan di bawah garis 0 pada sumbu Y serta titik-titik tidak membentuk pola yang jelas.

Uji Regresi Linear Berganda

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi preferensi anggota kelompok tani terhadap Pemasaran usahatani cabai merah melalui media sosial di Kecamatan Tarogong Kaler menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan Software SPSS versi 24. Adapun faktor-faktor yang dikaji diantaranya yaitu fungsi kelompok tani, faktor eksternal, faktor pendukung dan preferensi. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh setiap variabel bebas terhadap preferensi anggota kelompok tani pada usahatani cabai merah digunakan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3

Hasil analisis statistik faktor-faktor yang memengaruhi preferensi anggota kelompok tani terhadap kemitraan pada usahatani cabai merah di Kecamatan Tarogong Kaler terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil uji regresi linear berganda

Sub Variable Unstandardized

Coefficients T Signifikasi Keterangan R Square 0,663

Constant 0,249 0,540 0,592 Tidak Berpengaruh

Kelas Belajar 0,162 1,338 0,187 Tidak Berpengaruh

Wahana Kerjasama -0,135 -1,061 0,294 Tidak Berpengaruh

Unit Produksi 0,033 0,295 0,769 Tidak Berpengaruh

Peran Penyuluh 0,216 1,855 0,069 <0,1 Berpengaruh

Sarana Prasarana 0,146 1,051 0,298 Tidak Berpengaruh

Pengalaman Usaha Tani 0,195 1,963 0,055 <0,05 Berpengaruh Dukungan Lembaga 0,004 0,026 0,980 Tidak Berpengaruh

Akses Informasi 0,060 0,470 0,641 Tidak Berpengaruh

Adannya Peran Media 0,224 2,357 0,022 <0,05 Berpengaruh

37

Hasil analisis koefisien determinasi dari model regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai koefesien determinasi (R2) adalah sebesar 0,663.

Artinya 66,3 persen variabel preferensi petani cabai dapat dijelaskan oleh atau dapat ditentukan oleh variabel fungsi kelompok tani, faktor eksternal dan faktor pendukung. 33,7 persen lainnya ditentukan oleh faktor diluar variabel penelitian.

Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa besarnya pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y adalah sebesar 66,3 persen sedangkan 33,7 persen berpengaruh di variabel lainnya yang tidak diteliti.

Hasil analisis regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel faktor eksternal dan faktor pendukung memiliki pengaruh secara simultan terhadap preferensi petani pada pemasaran usahatani cabai merah melalui media sosial marketing, secara statistik nyata dimana pengaruh kedua variabel memengaruhi preferensi petani cabai dengan secara signifikan.

Setiap faktor yang berpengaruh nyata terhadap preferensi petani cabai yaitu yang memiliki indikator peran penyuluh (0,069) dengan nilai siginifikansi <0,01 selanjutnya pengalaman usaha tani (0,055) dan adanya peran media (0,022) dengan nilai signifikansi <0,005. Hasil analisis tersebut diperoleh nilai pengaruh faktor X2 dan X3 terhadap Y dengan persamaan sebagai berikut:

Y = 0,249 + (0,216) X2.1 + (0,195) X2.3 + (0,224) X3.3

Hal tersebut menjelaskan bahwa peran penyuluh dan pengalaman usaha tani pada faktor eksternal memiliki kontribusi sebesar 0,216 dan 0,195. Sedangkan adanya peran media pada faktor pendukung memiliki kontribusi sebesar 0,224.

Nilai kontribusi seluruhnya untuk semua variabel yang berpengaruh yaitu 0,884 dengan asumsi kondisi dimana faktor lain selain faktor yang diteliti dianggap konstan atau tetap (ceteris paribus). Bentuk persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

1. Koefisien regresi (b) sub variabel peran penyuluh (X2.1) sebesar 0,216 menunjukkan peran penyuluh memiliki arah koefisien regresi positif, yang diartikan setiap peningkatan satu-satuan atay 100 persen peran penyuluh akan meningkatkan preferensi dalam menentukan pemasaran melalui media sosial sebesar 0,216 satuan atau 21,6 persen.

38

2. Koefisien regresi (b) sub variabel pengalaman usaha tani (X2.3) sebesar 0,195 dengan arah koefisien regresi positif, diartikan bahwa setiap peningkatan satu-satuan atau 100 persen pengalaman usaha tani, akan meningkatkan preferensi dalam menentukan pemasaran melalui media sosial sebesar 0,195 satuan atau 19,5 persen.

3. Koefisien regresi (b) sub variabel adanya peran media (X3.3) sebesar 0,224 menunjukkan peran penyuluh memiliki arah koefisien regresi positif, yang diartikan bahwa setiap peningkatan satu-satuan atau 100 persen akan

meningkatkan preferensi dalam menentukan pemasaran melalui media sosial sebesar 0,224 satuan atau 22,4 persen.

Hasil Uji Keseluruhan (Uji F) Varian Terikat Preferensi

Hasil analisis SPSS untuk uji F varian terikat preferensi tersaji pada Tabel 16 Tabel 16 Uji F varian terikat preferensi

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 11,377 9 1,264 10,912 ,000b

Residual 5,793 50 ,116

Total 17,170 59

a. Dependent Variable: Preferensi Petani

b. Predictors: (Constant), Adannya Peran Media, Wahana Kerjasama, Peran Penyuluh, Kelas Belajar, Dukungan Lembaga, Sarana Prasarana, Unit Produksi, Akses Informasi, Pengalaman Usaha Tani

Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis 2022

Berdasarkan Tabel 16, diperoleh nilai F hitung sebesar 10,912 > 2,04 (f tabel) artinya koefisien fungsi kelompok tani, faktor eksternal dan faktor pendukung secara simultan atau bersamasaman berpengaruh terhadap preferensi (variabel dependen).

39 Pembahasan

Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi petani dalam pemasaran digital cabai merah tersaji pada Gambar 15.

Gambar 14 Faktor yang memengaruhi preferensi pemasaran digital

Berdasarkan hasil model regresi linear berganda pada Gambar 15, terdapat dua variabel yang berpengaruh. Adapun masing-masing sub variabel X2.1, X2.3 dan X3.3 dibahas lebih rinci.

Pengaruh Faktor Eksternal

Peran penyuluh memiliki nilai signifikansi sebesar 0,069<0,1 yang artinya indikator peran penyuluh memiliki pengaruh signifikan terhadap Y. Berdasarkan hasil analisis regresi, indikator peran penyuluh memiliki nilai unstandarized B 0,216 dengan arah positif memiliki makna apabila pengalaman usaha tani (X2.3) dan adanya peran media (X3.3) bernilai sama dengan nol (0), artinya setiap peningkatan satu-satuan peran penyuluh (X2.1) akan meningkatkan preferensi petani sebesar 0,216. Berdasarkan hasil dilapangan indikator Peran penyuluh masih dikategorikan sedang dikarenakan kurangnya partisipasi dari petani dalam menghadiri kegiatan yang diselenggarakan dari penyuluh. Hal ini sejalan dengan penelitian A’yunin et al. (2020) yang menyatakan bahwa penyuluh secara rutin memberikan penyuluhan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dalam menjalankan usaha taninya, termasuk dalam pengendalian hama dan penyakit serta mengedukasi petani terkait bahaya penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak tepat.

Pengalaman usaha tani memiliki nilai signifikansi sebesar 0,055<0,1 yang artinya indikator peran penyuluh memiliki pengaruh signifikan terhadap Y.

Berdasarkan hasil analisis regresi, indikator peran penyuluh memiliki nilai unstandarized B 0,195 dengan arah positif memiliki makna apabila peran penyuluh (X2.1) dan adanya peran media (X3.3) bernilai sama dengan nol (0),

40

artinya setiap peningkatan satu-satuan pengalaman uaha tani (X2.3) akan meningkatkan preferensi petani sebesar 0,195. Berdasarkan hasil dilapangan indikator pengalaman usaha tani bukan hanya dilihat dari berapa lama petani berusaha tani tetapi dilihat juga dari pengalaman dalam menggunakan media sosial sebagai media informasi dan pemasaran. Bertolak belakang dengan penelitian A’yunin et al. (2020) yang menyatakan bahwa pengalaman usaha tani menunjukkan berapa lama petani telah melaksanakan dan menggeluti usaha di bidang pertanian, terkait pemahaman secara teori dan pelaksanaan praktek budidaya, terutama dalam mengendalikan hama dan penyakit serta penggunaan pestisida yang biasa dilakukan petani namun penerapannya belum optimal.

Pengaruh Faktor Pendukung

Adanya peran media memiliki nilai signifikansi sebesar 0,022<0,05 yang artinya indikator peran penyuluh memiliki pengaruh signifikan terhadap Y.

Berdasarkan hasil analisis regresi, indikator peran penyuluh memiliki nilai unstandarized B 0,224 dengan arah positif memiliki makna apabila peran penyuluh (X2.1) dan pengalaman usaha tani (X2.3) bernilai sama dengan nol (0), artinya setiap peningkatan satu-satuan adanya peran media (X3.3) akan meningkatkan preferensi petani sebesar 0,224. Berdasarkan hasil dilapangan indikator adanya peran media masih dikategorikan sedang yang dimana petani masih belum memanfaatkan media sosial sebagai alat informasi dan pemasaran.

Hal ini selaras dengan penelitian Purnaningsih et al. (2006) menyatakan interaksi antara petani dan penyuluh seringkali terbatas pada petani yang berhasil di suatu komunitas, sedangkan penyebaran kepada petani lain dilakukan melalui proses interaksi antar petani, baik melalui ketua poktan ataupun pengurus poktan. Maka dari itu penyebaran inovasi melalui teman atau tetangga dirasa paling efektif dan sering terjadi. Intensitas interaksi antar sesama petani yang rutin menjadi salah satu penyebab petani memilih bermitra karena melihat petani lain hidupnya lebih baik setelah ikut bermitra. Keputusan tersebut seringkali tidak didasari oleh pengetahuan ataupun persepsi tentang inovasinya, melainkan semata-mata meniru.

41 Strategi Peningkatan Preferensi

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang memberikan pengaruh nyata diantaranya yaitu faktor eksternal (X2) pada indikator peran penyuluh, pengalaman usaha tani dan faktor pendukung (X3) pada indikator adanya peran media, sementara faktor fungsi kelompok tani (X1) berpengaruh tidak nyata.

Model strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan preferensi petani dalam pemasaran cabai merah melalui media sosial untuk menjadi salah satu metode pemasaran di kalangan media online, model tersebut secara faktual berbeda dengan model ideal yang ditunjukkan pada kerangka berpikir penelitian. Model strategi ini merupakan temuan dari formulasi hasil analisis regresi linear berganda yang dikombinasikan dengan hasil analisis deskriptif.

Gambar 15 Model strategi peningkatan preferensi pemasaran digital cabai Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan preferensi petani dalam pemasaran usahatani cabai merah melalui media sosial adalah dengan melakukan penyuluhan kepada petani. Pemilihan materi penyuluhan dilakukan berdasarkan analisis deskriptif dari nilai indikator terendah pada preferensi. Adapun hasil analisis tersebut terdapat pada Gambar 16 dan Tabel 17.

42

Tabel 17 Analisis deskriptif indikator pada preferensi

No Indikator Rataan Skor Peringkat

1 Peran penyuluh 3,27 II

2 Pengalaman usaha tani 2,74 I

3 Adanya peran media 2,82 III

4 Preferensi - -

Kelengkapan - Sedang

Transitivitas - Sedang

Keputusan - Sedang

Sumber : Data diolah penulis 2022

Berdasarkan Tabel 17 hasil signifikansi dari uji regresi didapatkan tiga indikator yang di antaranya peran penyuluh,pengalaman usaha tani dan adanya peran media dengan variabel Y yang diantaranya kelengkapan,rtransitivitas dan keputusan dengan hasil yang didapat dari analisis deskriptif dengan nilai yang didapat sedang, Hal ini menunjukkan bahwa diperlukannya peningkatan agar kecenderungan petani berubah sehingga dapat meningkatkan preferensi petani dalam pemasaran cabai merah salah satunya melalui media sosial.

Rancangan dan Pelaksanaan Penyuluhan

Rancangan kegiatan penyuluhan disusun berdasarkan nilai terendah pada variabel preferensi, kegiatan penyuluhan lebih menekankan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan keterampilan anggota kelompok tani tentang pemasaran usahatani cabai merah. Selanjutnya dijadikan bahan materi dalam kegiatan penyuluhan sebagai tindak lanjut dari kegiatan kajian agar tingkat preferensi anggota kelompok tani dapat meningkat.

Adapun rancangan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan pada enam kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 18.

Dokumen terkait