• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan ujong baroh berada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dan merupakan tempat pendaratan ikan oleh para nelayan yang datang dari laut untuk menjual hasil tangkapannya. Tempat pelelangan ikan ujong baroh memiliki peranan strategis dalam pengembangan perikanan bagi para nelayan dan masyarakat sekitar yang sebahagian masyarakatnya memanfaatkan sektor perikanan ini sebagai mata pencaharian. Hasil tangkapan lautnya bermacam-macam seperti ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan karang, ikan talang-talang (Chorinemus tala), ikan kembung (Rastrelliger kanagurta), dan ikan tenggiri (Scomberomorus commerson).

4.1.2 Prevalensi Parasit Anisakis sp Terhadap Ikan Tongkol (Euthynnus affinis).

prevalensi adalah persentase ikan yang terserang parasit dalam keseluruhan populasi ikan yang di temukan pada waktu tertentu dengan mengabaikan waktu terjangkit. Bedasarkan analisisanisakissp pada ikan tongkol, dari 30 sample ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang diamati, diketahui bahwa semua sample ikan tongkol terinfeksi cacing aniakis sp sehingga nilai prevalensi cacinganisakissp di TPI Ujong Baroh adalah 100%.

Tabel 3.Tingkat prevalensi cacinganisakissp yang meninfeksi ikan tongkol (Euthynnus affinis)

Tahapan Jumlah ikan (ekor)

Ikan terinfeksi

(ekor) Tingkat prevalensi cacing anisakis sp pada ikan tongkol

Tahap I 10 10

Tahap II 10 10

Tahap III 10 10

Total 30 30 100%

4.1.3 Intensitas parasitanisakissp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

pengamatan rata-rata intensitas anisakis sp, pada daging, insang, lambung, usus ikan tongkol ukuran 20-30 cm per stasiun (1 stasiun ) yang berbeda dalam 3 kali pengambilan sample selama 1 bulan dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6.Intensitas infeksi cacing anisaki sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

pengamatan itensitas yang dilakukan pada ikan tongkol meliputi bagian daging, insang, lambung, usus. Intensitas cacing anisakis sp dapat dilihat pada gambar 6. Diketahui bahwa itensitas parasit Anisakis sp terinfeksi pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) ditemukan pada bagian insang yang tertinggi dan terendah terdapat pada bagian usus.

3,2 6,83 3,2 4,5 0 2 4 6 8

Daging Insang Lambung Usus

It en si tas c ac in g A n is aki s sp sample pengamatan

4.1.4 Jumlah parasit pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

Dalam penelitian ini parasit yang diamati adalah Anisakis sp. sedangkan objek ikan yang terinfeksi adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis) berukuran 20-30 cm yang terdapat di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Bedasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan pengambilan data terdapat perbedaan parasit yang ditemukan dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini.

Gambar 8. Jumlah parasit anisakis sp

Bedasarkan gambar 7, diketahui bahwa prevalensi dan itensitas cacing

Anisakis sp pada ikan tongkol selama 1 bulan dengan 3 kali tahap pengamatan, didapatkan parasit sebanyak 97 parasit di otot daging ikan tongkol (Euthynnus affinis), pada insang didapatkan sebanyak 205 parasit, kemudian di lambung didapatkan 96 parasit, dan di usus didapatkan 83 parasit.

Tingkat infeksi cacing Anisakis sp pada daging, insang, lambug, dan usus tertinggi terdapat pada insang dan terendah terdapat pada usus. Parasit cacing

Anisakis sp terdapat di bagian insang yang paling tertinggi karena insang merupakan organ yang berhungan lansung dengan bagian luar sehingga cacing

Anisakissp dapat berkembang dengan cepat di bagian insang. 28 62 32 27 38 69 36 31 31 74 28 25 0 20 40 60 80

Daging Insang Lambung Usus

ju m lah p ar as it A n is aki s sp sample pengamatan Tahap pertama Tahap kedua Tahap ketiga

4.2 pembahasan

Prevalensi infeksi parasit Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) di perairan lebih dipengaruhi oleh habitat. Prevalensi dalam suatu habitat di perairan dipengaruhi oleh komponen-komponen habitat seperti suhu, tekanan, kandungan oksigen dan lain-lain (Tobing,2000). Setiap ikan di perairan akan selalu memilih suhu lingkungan yang sesuai untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya (Ardiyana, 2010). Suhu perairan yang tidak sesuai dapat menyebabkan ikan menjadi stress. Kondisi ikan stress merupakan kondisi yang sangat mendukung perkembangbiakan parasit. Suhu perairan memiliki kaitan yang erat dengan kandungan oksigen di perairan. Suhu perairan yang tinggi mempengaruhi kecepatan laju metabolisme dan respirasi ikan di perairan, sehingga kebutuhan akan oksigen terlarut juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan oksigen terlarut ini dapat menurunkan kadungan oksigen di perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme kecil di perairan (Rukminasari, 2011).

Faktor habitat lain yang mempengaruhi prevalensi adalah tekanan. Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan lingkungan berupa zat-zat pencemar seperti logam berat, limbah industri dan sampah rumah tangga. Tingginya prevalensi infeksiAnisakissp dapat menjadi indikator terhadap kualitas perairan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi prevalensi dalam habitat adalah salinitas. Salinitas diperairan dipengaruhi oleh suhu, kandungan oksigen dan letak geografis perairan. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan (Ardiyana, 2010). Adanya perubahan suhu dan zat-zat pencemar mampu merubah salinitas perairan,

sehingga menyebabkan kondisi perairan menjadi tidak mendukung kehidupan ikan. Kondisi perairan yang tidak mendukung kehidupan ikan dapat menyebabkan ikan menjadi stress dan dapat menyebabkan prevalensi infeksi beberapa spesies parasitAnisakissp menjadi tinggi (Tafonao, 2011).

Intensitas infeksi parasit penting diketahui untuk menduga kondisi kesehatan ikan. Gangguan kesehatan pada ikan akibat infeksi parasit umumnya disebabkan karena kepadatan parasit (Intensitas infeksi) yang tinggi (Silaban, 2011). Ada beberapa factor yang mempengaruhi intensitas infeksi pada ikan, yaitu kondisi lingkungan, ikan dan parasit. Ketiga factor tersebut saling keterkaitan (Ningsi, 2010). Kondisi lingkungan memiliki pengaruh penting terhadap ikan dan parasit Anisakis sp di perairan. Kondisi lingkungan yang buruk dapat berdampak buruk terhadap kondisi ikan, sehingga dapat meningkatkan intensitas infeksi parasit Anisakis sp, dan dapat berdampak buruk juga bagi parasit Anisakis sp, yaitu dapat menurunkan intensitas infeksi parasit Anisakis sp (Anderson, 1974; Latama, 2006)

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infeksi parasitAnisakissp di bagian insang memiliki nilai persentase paling tinggi. Insang merupakan organ yang dapat berhubungan langsung dengan dunia luar dan bagian filamennya merupakan tempat oksigen berdifusi masuk dan CO berdifusi keluar (Alfiansyah, 2011). Pada bagian insang tersebut parasit Anisakis sp akan mudah untuk memperoleh sari-sari makan dengan cara menghisap darah ikan. Insang juga merupakan tempat perkembangbiakan yang sangat sesuai pada beberapa jenis parasit dari kelompok Copepoda (Widyastuti, 2002).

Dokumen terkait