• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI DAN INTENSITAS CACING Anisakis sp PADA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI TPI UJONG BAROH KECAMTAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PREVALENSI DAN INTENSITAS CACING Anisakis sp PADA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI TPI UJONG BAROH KECAMTAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI DAN INTENSITAS CACING

Anisakis

sp

PADA IKAN TONGKOL

(Euthynnus affinis)

DI TPI UJONG

BAROH KECAMTAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SAMSUL BAHRI

12401029

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(2)

PREVALENSI DAN INTENSITAS CACING

Anisakis

sp

PADA IKAN TONGKOL

(Euthynnus affinis)

DI TPI UJONG

BAROH KECAMTAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SAMSUL BAHRI

12401029

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan gelar sarjana peikanan pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Prevalensi dan Intensitas Cacing Anisakis sp Pada Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Nama : Samsul Bahri NIM : 12401029. Prodi : Perikanan.

Disetujui, Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Edwarsyah, SP., MP NIP: 19690211 199603 1 002

Ketua Studi Perikanan

Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si NIDT: 05919830902 200810 02

Anggota

Nabila Ukthy, M.Si NIDN : 0026038903

Ketua

(4)

LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN

Skripsi/tugas akhir dengan judul

Dengan judul : Prevalensi dan intensitas cacing Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Yang disusun oleh :

Nama : Samsul Bahri

Nim : 12401029

Fakultas : Perikanan Dan Ilmu Kelautan Program studi : Perikanan

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 29 desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

1. Ketua : Eri Safutra, S.Pi.,MP ………

(Dosen Penguji I)

2. Sekretaris : Nabila Ukthy, S.Pi.,M.Si ………

(Dosen Penguji II)

3. Anggota : Farah Diana, S.Pi.,M.Si ………

(Dosen Penguji III)

4. Anggota : Mahendra., S,Pi., M.S.i ………

(Dosen Penguji IV)

Meulaoh, 29 desember 2016

Dekan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Blang Baro Rambong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 07 Januari 1993 dari pasangan Bapak Abubakar dan Ibu

Raidah. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di SDN Meunasah Dayah

lulus tahun 2006, Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Beutong lulus tahun 2009, dan SMAN 1 Beutong lulus tahun 2012, Selanjutnya penulis melanjutkan studi ke jengjang perguruan tinggti pada tahun 2012 lulus

diterima di Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Jurusan perikanan Program Sarjana pada Universitas Teuku Umar melalui jalur SPMB

(Seleksi Penerima Mahasiswa Baru).

Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti praktek kerja lapangan pada tahun 2015 di UPTD Batee Iliek Kecamatan samalanga kabupaten bireun dengan judul Teknik Pengelolaan Induk Ikan Nila Gesit (Oreocromis Niloticus) untuk memperoleh gelar serjana perikanan di fakultas perikanan dan ilmu

kelautan universitas teuku umar penulis menulis tugas akhir/skripsi yang

(6)

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

Allah Yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia Nyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembaha bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.

Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

Saudara saya Adik-Adik saya tercinta , yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.

Sahabat dan Teman Tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa! Semangat!!

(7)

Prevalensi Dan Intensitas CacingAnisakissp Pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kebupaten Aceh

Barat 2016

Samsul Bahriˡ, Eri Safutra², Nabila Ukthy ².

Mahsiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar Meulaboh 2016 Email :samsulperikananutu93@gmail.com

Abstrak

Ikan tongkol adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor indonesia. Ikan tongkol ini sering dimafaatkan oleh masyarakat untuk kosumsi sehari-hari. Parasit merupakan salah satu parameter yang merusak kualiatas mutu ikan, keberadaan parasit dapat menyebabkan efek mematikan pada populasi inang dan konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industri perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan intensitas infeksi parasit Anisakis sp pada ikan tongkol di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 30 sampel Ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang diperoleh di TPI Ujong Baroh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Bedasarkan hasil penelitian, diketahui, 30 sampel ikan tongkol yang digunakan terinfeksi cacing Anisakis sp. Prevalensi infeksi parasit Anisakis sp pada ikan tongkol adalah 100 % dan Intensitas infeksi parasit Anisakis sp pada Ikan tongkol didapatkan pada daging 3,23 pada insang 6,83 pada lambung 3,2 dan pada usus didapatkan sebesar 2,77.

(8)

Prevalence And Intensity worm Anisakis sp In Fish Tuna (Euthynnus affinis) in TPI Ujong Baroh Johan Pahlawan sub-district of Aceh Barat Kebupaten

2016

Samsul Bahriˡ, Eri Safutra², Nabila Ukthy ². Mahsiswa Faculty of Fisheries and Marine Sciences

University of Teuku Umar Meulaboh 2016 Email: samsulperikananutu93@gmail.com

Abstract

Tuna is a pelagic fish species which is one of Indonesia's main export commodities. Tunny often dimafaatkan by the community to kosumsi everyday. Parasites are one of the parameters which damage the quality kualiatas fish, parasites can cause lethal effects on the host population and consequently can lead to huge losses to the fishing industry. This study aims to determine the prevalence and intensity of infection of the parasite Anisakis sp on the cob in TPI Ujong Baroh Johan Pahlawan sub-district, West Aceh district. This study was conducted using 30 samples of Tuna (Euthynnus affinis) obtained in Ujong Baroh TPI. The method used is descriptive method. Based on the results of the research, it is known, 30 samples of tuna used infected with the worm Anisakis sp. The prevalence of parasitic infection Anisakissp on the cob is 100% and the intensity of parasitic infection Anisakis sp on Tuna found in the gills 6,83 3,23 meat in the stomach and the intestines obtained 3.2 was 2.77.

(9)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SAMSUL BAHRI

NIM : 12401029

Prodi : Perikanan

Judul Skripsi : Prevalensi Dan Itensitas Cacing Anisakis Sp Pada Ikan

Tongkol Di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan maupun kegiatan Programming yang tercantum sebagai bagian

dari Skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan

yang berlaku di Universitas Komputer Indonesia.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Meulaboh , 20 Febuari 2017 Yang membuat pernyataan,

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada allah swt, karena dengan kudrah dan iradah nyalah penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Prevalensi dan Intensitas Cacing Anisakis sp Pada Daging Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten

Aceh Barat Selawat dan salam penulis panjatkan sampaikan kepankuan alam nabi muhammad saw, yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan sampai ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Sruipsi ini tidak akanj terwujud jika tampa izin dari allah swt yang telah memberikan kesehata dan kekuatan pada penulis, dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak maka dengan terselesainya skripsi ini sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih

1. Kepada Kedua Orang Tua Tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah banyak memberi semangat dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikanSkripsiini.

2. Bapak Dr. Edwarsyah, SP., MP, sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.

3. Ibu Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.

4. Bapak Eri Safutra, MP selaku pembimbing I yang telah banyak memberiakan bimbingan arahan sehingga telaksan dan terlesainya skripsi ini.

5. Ibu Nabila Ukthy, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan arahan sehingga skripsi ini terlesaikan.

6. Ibu Farah Diana, S.Pi., M.Si, selaku penguji i yang telah meluangkan waktu untuk memberikian saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(11)

8. Seluruh dosen dan stataf pengajar serta civitas akademik fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas teuku umar yang telah memberikan dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh ahli famili yang turut memberiakan dukungan, baikn moril maupun materil kepada penulis.

10. Teman-teman perikanan fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas teuku umar khususnya anggkatan 2012, yang selama ini telah bersama-sama bantu-membantu dalamm enyelesaikan sripsi ini.

11. Seluruh pihak yang turut memberikan do’a dan dukungannya kepada

penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Maka dari itu, penulis memnharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya dari allah swt. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Meulaboh, 29 Desembaer 2016

(12)

DAFTAR ISI

2.3 Klasifikasi CacingAnisakissp ... 6

2.4 MorfologiAnisakissp ... 7

2.5. Prevalensi dan intensitas ... 13

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.2.1 Alat ... 15

3.2.2 Bahan ... 15

3.3 Tahapan penelitian ... 16

3.3.1 Persiapan bahan baku ... 16

3.3.2 Pemeriksaan parasit ... 17

3.3.3 Perhitungan prevalensi dan itensitas ... 18

3.3.4 Analisis data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Pelelangan Ikan ... 20

4.2 Prevalensi parasitAnisakissp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) .. 20

4.3 Itensitas parasitAnisakissp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)... 21

4.4 Jumlah parasitAnisakissp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) ... 22

(13)

V. Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan... 26 5.2 Saran ... 26

(14)

DAFTAR TABEL

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)... 4

2. ParasitAnisakissp ... 5

3. Siklus HidupAnisakis Simplex... 10

4. Peta Lokasi Penelitian ... 12

5. Diagram alir penelitianAnisakissp ... 14

6. Itensitas infeksi cacingAnisakissp pada ikan tongkol ... 18

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Ikan sample pertama... 27

2. Ikan sample kedua ... 28

3. Ikan sample ketiga ... 29

(17)

1. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim dengan jumlah pulau

17.5000 dan garis pantai sepanjang 81.000 km² tidak hanya menempatkan

sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, tetapi lebih dari itu menyimpan kekayaan sumberdaya alam laut yang besar dan belum dimanfaatkan secara

optimal Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat berlimpah, yaitu dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut dengan potensi perikanan sebesar 6,26 juta

ton/tahun dengan keragaman jenis ikan namun belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal (Dahuri, 2000).

Ikan tongkol adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu

komoditas utama ekspor Indonesia. Ikan tongkol ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk konsumsi sehari-hari (Simamora, 2012). Hasil tangkapan ikan

tongkol nelayan TPI ujong baroh terbesar terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak ± 10.725,90 ton, sedang hasil tangkapan terkecil terjadi pada tahun 2014 yaitu sebanyak ± 6.100,00 ton. Hal ini disebabkan karena alat tangkap yang menjadi

standar penangkapan ikan tongkol (BPS Meulaboh, 2015).

Parasit merupakan salah satu parameter yang merusak kualitas mutu ikan,

Keberadaan parasit dapat menyebabkan efek mematikan pada populasi inang dan konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industry perikanan.

Parasit tidak hanya dapat merugikan industri perikanan, tetapi juga manusia

yang mengonsumsinya (Palm et al., 2008), Parasit adalah hewan atau tumbuh tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lender inang nya dan

(18)

2016). Jenis parasit pada ikan laut ditentukan oleh distribusi geografis nya,

keberadaan inang antara, ketahanan tubuh ikan (pada fase inang terinfeksi), dan lama waktu ikan terinfeksi (Sindermann, 1990).

Karakteristik dan distribusi parasit Anisakis sp di perairan Indonesia belum banyak diketahui yang disebabkan oleh belum berkembangnya penelitian tentang parasit pada ikan laut yang ada di Indonesia. Penelitian Anisakis yang pernah

dilakukan di Indonesia diantaranya di TPI Brondong, Lamongan dengan hasil

Anisakis sp. Menginfeksi ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) (Muttaqin

dan Abdulgani, 2013) di perairan laut Kedonganan Badung ditemukanAnisakissp pada ikan Layur (Trichiurus lepturus) (Semarariana et al, 2012), dan di TPI Lhoknga aceh besar dengan hasil Anisakis sp meninfeksi ikan tongkol mencapai

70% dan intensitas serangan 8,4individu/ekor (Saputra 2011).

Oleh karena itu, penelitian mengenai cacing Anisakis sp perlu dikembangkan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang

Cacing Anisakis sp pada ikan Tongkol (Euthynus affinis) yang berada di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, dengan cara

melihat Prevalensi dan Intensitas parasit. Sehingga dapat menambah informasi kepada masyarakat tentang Prevalensi dan Intensitas CacingAnisakissp pada Ikan Tongkol (Euthynusaffinis) di Pangkalan Pendaratan Ikan (TPI) Ujong Baroh

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Prevalensi cacing Anisakis sp padadaging, usus, insang, lambung pada ikan tongkol(Euthynus affinis)?

2. Apakah intensitas cacingAnisakissp pada daging, usus, insang, lambung

pada ikan tongkol(Euthynus affinis)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui prevalensi cacing Anisakis sp pada daging, usus, insang, lambung, ikan tongkol(Euthynus affinis).

2. Untuk mengetahui intensitas cacing Anisakis sp pada daging, usus, insang, lambung, ikan tongkol(Euthynus affinis).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini dapat diharapkan memberikan

informasi mengenai jenis-jenis cacing Anisakissp yang terdapat pada daging, insang, usus dan lambung ikan tongkol( Euthynnus affinis ).

2. Manfaat praktis dari penelitian dapat memberi informasi infeksi cacing

Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)yang dapat menginfeksi manusia (Zoonosis) / penyakit yang berpindah dari ikan kemanusia atau

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Tongkol

Menurut Saanin, (1984) Klasifikasi ikan tongkol( Euthynnus affinis )ini

adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae

Genus :Euthynnus

Spesies :Euthynnus affinis

Gambar 1. Ikan Tongkol(Euthynnus affinis)

2.2 Morfologi Ikan Tongkol

Ikan tongkol (Euthynnus affinis )ini memiliki bagian kepala memanjang

(21)

dengan bentuk pipih disertai dengan adanya sirip punggung, dubur, perut dan juga

dada pada bagian pangkal melengkung pada tubuh. sehingga bagian sirip tersebut dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, dan bagian belakang dari sirip

punggung dan sirip dubur tersebut merupakan sirip tambahan kecil yang disebut dengan finlet (Djuhanda, 1981).

2.3 Klasifikasi CacingAnisakissp

Anderson (2000), Klasifikasikan parasitAnisakissp, sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda

Class : Secernentea Order : Ascaridida

Super family :Ascaridoridea Family : Anisakidae Sub family : Anisakinae

Genus :Anisakis

Spesies :Anisakissp

(22)

Struktur tubuh parasit Anisakis sp (Gambar 2), terdiri atas : bagian (a) atau

kepala terdapat beberapa bagian, yaitu (lt) = gigi larva, (ep) = pori/lubang pengeluaran, (ed) = saluran pengeluaran, (lb) = bibir. Pada bagian (b) atau alat

pencerna makanan, terdapat bagian (e) = esophagus, (vc) = ventriculus, (int) = intestinum. Bagian (c) atau ekor, terdapat (a) = anus, (g) = kelenjar dubur dan (m) = mucron.

2.4 MorfologiAnisakissp

Menurut Awik et al. (2007), Mengatakan bahwa morfologi cacing Anisakis

sp mempunyai warna putih, dengan panjang antara 10-29 mm, Anisakis

mempunyai bibir venterolateral yang berfungsi untuk menyerap bahan organik dari dinding usus. Pada anterior dari Anisakis sp terdapat boring tooth yang

berfungsi untuk melubangi dinding usus halus dan sekaligus untuk berpegangan pada mukosa dari usus halus agar tidak lepas pada waktu intestinum berkontraksi untuk mencerna makanan.

Keterkaitan antara panjang larva Anisakis sp terhadap usia ikan telah dilaporkan oleh Strømnes dan Andersen (2003) bahwa sejumlah larvaAnisakissp. memiliki panjang lebih dari 28 mm dan terus bertambah panjangnya seiring

dengan bertambahnya usia ikan.

LarvaAnisakis sp mempunyai panjang 11.2–34.5 mm, lebar 0.44–0.55 mm

relatif panjang dan disertai oleh jaringan kelenjar, tidak mempunyai apendiks atau sekum, bibirnya tidak jelas, giginya menonjol ke depan dan mempunyai saluran pencernaan yang sederhana yaitu usofagus, ventrikulus dan usus halus (intestine)

(23)

total panjangnya 25–50 mm dan lebar 0.3–1.2 mm. (Hurst 1984; Sakanari dan

McKerrow 1989). Berbeda dengan ukuran cacing dewasa anisakis mempunyai ukuran panjang untuk cacing dewasa jantan yaitu 38-60 mm dan untuk cacing

dewasa betina yaitu 45- 80 mm (Iglesiaset al.2001).

Anisakis sp biasanya memanfaatkan mamalia laut atau burung yang makan ikan sebagai inang definitif dengan invertebrata air dan ikan sebagai perantara

atau paratenic host.Anisakissp dewasa ditemukan terutama di saluran pencernaan cetacea (lumba-lumba, pesut dan paus) dan Pseudoterranova sp dewasa di

pinnipeds (anjing laut, singa laut dan walrus), meskipun perkiraan spesies inang definitif sebagian besar masih tidak lengkap diketahui. Perbedaan kisaran inang antara spesies telah ditemukan. Misalnya, Anisakis sp dan Pseudoterranova sp.

paling sering terjadi pada ikan bentik atau demersal, sementara. pegreffi ditemukan lebih sering pada ikan pelagis. Perbedaan-perbedaan ini tampaknya lebih terkait distribusi geografis dan kebiasaan makan inang daripada preferensi

perilaku inang atau fisiologis parasit (Chaietal, 2005).

Siklus hidup parasit ini di alam meliputi transmisi larva dari satu predator ke

predator lain, yaitu dari crustacea yang dimakan oleh cumi, gurita atau ikan, lalu dimakan oleh mamalia laut sedangkan manusia sebagai hospes incidental atau terjangkit akibat kesalahan pola makan (Nyoman, 2000).

Desrina dan Kusumastuti (1996) mengemukakan bahwa saluran pencernaan ikan merupakan organ yang paling banyak diserang oleh cacingAnisakissp. Pada

(24)

infeksi yang berbahaya adalah infeksi sekunder yang ditimbulkan karena adanya

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (Kahl, 1938; dalam Latama, 2006).

Anisakissp dewasa ditemukan di dalam perut mamalia laut, dimana mereka melekat dalam mucosa secara berkelompok. Produksi telur parasit dewasa dilepaskan keluar melalui feses mamalia. Perkembangan telur secara embryonase

terjadi di dalam air, dan larva L1 dibentuk dalam perut. Larva mengalami molting, menjadi L2 yang berenang bebas di badan air setelah mereka lepas dari telur.

Larva tersebut termakan oleh krustacea. Larva yang termakan akan berkembang menjadi L3 yang menginfeksi ikan dan cumi-cumi. Setelah inang mati, larva dapat bermigrasi ke jaringan otot. Ketika ikan atau cumi-cumi yang terkandung larva

L3Anisakissp termakan oleh mamalia laut, larva akan mengalami molting kedua dan berkembang menjadi cacing dewasa (Parker dan Parker, 2002).

Anisakissp (Nematoda : Anisakidae) adalah parasit umum organisme laut di seluruh dunia. Siklus hidup parasit ini melibatkan krustasea, ikan, cumi dan mamalia laut. Organisme ini bertindak sebagai perantara, paratenic atau inang

pembawa dan inang definitif (Zanget al.,2007). Ikan-ikan yang tergolong dalam ikan karnivora, berpotensi sebagai inang perantara (intermediet host) dari Anisakis sp. jika memakan crustasea, ikan kecil atau chepalapoda yang terinfeksi

Anisakissp (Cruzet al,2009).

Anisakissp dewasa ditemukan di dalam perut mamalia laut, dimana mereka

(25)

menjadi L2 yang berenang bebas di badan air setelah mereka lepas dari telur.

Larva tersebut termakan oleh krustacea. Larva yang termakan akan berkembang menjadi L3 yang menginfeksi ikan dan cumi-cumi. Setelah inang mati, larva dapat

bermigrasi ke jaringan otot. Ketika ikan atau cumi-cumi yang terkandung larva L3

Anisakis termakan oleh mamalia laut, larva akan mengalami molting kedua dan berkembang menjadi cacing dewasa (Parker and Parker, 2002).

Parasit yang masuk ke tubuh manusia adalah parasit stadium ketiga yang masuk bersama daging ikan yang dimakan. Dalam tubuh manusia larva akan

hidup dan pada umumnya tetap sebagai larva stadium ketiga, namun terkadang juga berkembang hingga larva stadium keempat atau larva yang sedang berganti kulit. Dalam hal ini manusia berperan sebagai hospes paratenik. Kebanyakan larva

menyerang sub mukosa namun bisa juga mencapai organ – organ di rongga abdomen (Miyazaki, 1991).

Audicana and Kennedy (2008), parasit dewasa hidup di dalam perut

mamalia laut, dan setelah telur dibuahi dikeluarkan melalui kotoran. Telur berkembang dan kemudian menetas, menghasilkan larva L3 Anisakis simplex.

Larva L3 ini termakan oleh udang kecil dan copepoda (intermediate host). Ikan laut dan cumi (paratenic host) memakan krustasea planktonik atau ikan lain dan cumi terinfeksi L3, berkontribusi terhadap penyebaran parasit. Infektif L3

(tertanam dalam jeroan dan otot atau bebas dalam rongga tubuh) yang dipindahkan ke host akhir (mamalia laut) melalui konsumsi ikan laut dan cumi

(26)

lanjut dimulai. Jika L3 terinfeksi ikan mentah atau cumi yang dimakan oleh

manusia, larva yang terdapat dalam daging menyebabkan infeksi zoonosis, dan kemudian manusia bertindak sebagai accidental host, L3 biasanya tidak

berkembang lebih jauh dan siklus tidak dapat diselesaikan, hal ini dapat kita lihat pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Siklus hidupAnisakissp. (Audicana and Kennedy, 2008)

Representasi diagram siklus hidup Anisakis sp menurut Klimpel et al. (2004) seperti pada Gambar 3 adalah (a) telur-telur menetas diyakini berlangsung (L1-L2-L3) kemudian (b) larva tahap ketiga (L3) bebas berenang. Ini dimakan

(27)

dengan larva tahap ketiga (L3) yang infektif ke inang akhir. (e) Inang pembawa

(terutama Pollachius virens) dengan stadia larva ketiga (L3) yang infektif ke inang akhir. (f) (sebagian besar Phocoena phocoena, juga migrasi Cetacea)

dimana dua stadia pergantian berlangsung (L3-L4-dewasa).

2.5 Prevalensi dan Intensitas

Tingkat penularan penyakit pada umumnya dinyatakan dengan prevalensi

kejadian dan intensitas parasit. Prevalensi adalah persentase ikan yang terinfeksi dibandingkan dengan seluruh ikan contoh yang diperiksa. Sedangkan Intensitas merupakan jumlah rata-rata parasit per ikan yang terifeksi. Prevalensi dan

Intensitas tiap jenis parasit tidak selalu sama karena banyaknya faktor yang berpengaruh, salah satu faktor yang berpengaruh adalah ukuran inang (Dogiel et

al., 1970dalamAwilia, 2002).

Kemudian Noble dan Noble (1989) dalam Martiadi (2002) menyatakan bahwa, pada beberapa spesies ikan, semakin besar ukuran/berat inang, semakin

(28)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2016 di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan pengamatan sampel di lakukan di Labolatorium MIPA Universitas Teuku

Umar.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat kita lihat pada Tabel 1 di bawah ini:

LokasiPenelitian

(29)

Tabel 1. Alat yang digunakanpada penelitian.

No Alat Fungsinya

1. Slide glass Untuk meletakan preparat yang akan di gunakan untuk melihat sample di bawah mikroskop.

2. Cover glass Sebagai tempat media yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikrobia.

3. Stereo mikroskop Untuk observasi dengan perbesaran rendah dari sampel yang berukuran relatif besar secara tiga dimensi.

4. Compound mikroskop Memanfaatkan pantulan cahaya matahari atau lampu untuk pencahayaan.

5. Gunting bedah Untuk memotongusus,lambung,otot,dagingkan. 6. Pisau bedah Untukpembedahan ikan.

7. Pinset Untuk penjepit.

8. Nampan bedah Sebagai tempat media penempatan ikan 9. Cawan petri Sebagai tempat penarukan sample

10. Alat tulis Sebagai alat menulis dokumentasi penelitian. 11. Kamera Sebagai pemotretan dokumentasi penelitian.

3.2.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat kita lihat pada Tabel 2 di bawahini:

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada penelitian.

No Alat Fungsinya

1. Etanol Sebagai alat pelarut. 2. Tissue Sebagai alat pembersih.

3. Fisiologis Sebagai alat pengencer sample. 4. Ikan tongkol Sample penelitian.

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data

(30)

Gambar 5. Diagram Alir PenelitianAnisakissp

3.3.1 Persiapan bahan baku.

Pengambilan sampel dilakukan yaitu dengan cara membeli ikan dari Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Ikan yang digunakan untuk sampel adalah ikan tongkol dengan ukuran 20–

30 cm sebanyak 10 ekor. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) sebanyak 3 kali, jadi ikan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian Prevalensi dan Intensitas Cacing Anisakis sp pada Daging, usus, insang, dan

lambung Ikan Tongkol(Euthynnus affinis)selama 1 bulan sebanyak 30 ekor.

3.3.1 Pemeriksaan parasit.

Sampel ikan tongkol di ambil dan diletakkan di atas nampan, kemudian dilakukan pembedahan dengan gunting mengarah ke anterior tubuh sampai pada bagian sirip ventral, kemudian digunting kearah dorsal ikan sampai pada bagian

gurat sisi lalu digunting mengarah pada bagian anal ikan. Jeroan atau bagian organ dalam ikan yang diperiksa adalah dinding bagian luar usus, lambung, jantung dan

Ikan tongkol

Lambung Insang

Nampan

Danging

Pembedahan

Pengamatan

(31)

hati ikan sampel. Organ tersebut diletakkan di atascawan petri dan diberi larutan

fisiologis kemudian dilakukan pemeriksaan akan adanya infeksi parasit Anisakis

sp secara visual di bawah mikroskop.

Larutan fisiologis diberikan secukupnya untuk menjaga agar organ ikan tetap basah. Parasit yang diperoleh dikumpulkan di cawan petri yang berisi larutan fisiologis, kemudian parasit tersebut dibersihkan dari debris-debris yang melekat

dan selanjutnya difiksasi pada alkohol 70%. IdentifikasiAnisakissecara morfologi dengan melihat bentuk ventriculus, bagian ujung anterior dan posterior pada

stereo mikroskop. Parasit yang ditemukan dikelompokkan kedalam Anisakistipe I danTipe II. Setelah itu dilakukan penghitungan Prevalensi dan Intensitasparasit (Hafid. M.D, 2015).

3.3.2 Perhitungan prevalensi dan intensitas.

Tingkat infeksi parasit dinyatakan dalam prevalensi dan intensitas, dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

1. Prevalensi

Prevalensi ialah persentase ikan yang terserang penyakit, dapat dilihat

dengan menggunakan rumus Rantetondok (2011) :

P =

x 100 %

Dimana :

(32)

2. Intensitas

Intensitas ialah rata – rata ikan yang terserang penyakit, dapat di lihat dengan menggunakan rumus Aryani (2012) :

=

Dimana :

Int : rata-rata serangan parasit.

Ʃ p : Jumlah parasit yang ditemukan.

n : Jumlah ikan yang terserang parasit(ekor)

3.3.4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secaran deskriptif yaitu

melihat tingkat infeksi cacing Anisakis sp pada ikan tongkol dan perhitungan prevalensi dan itensitas. Menurut HidayatSyah (2010), penelitian deskriptif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari (2010), menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan

(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan ujong baroh berada di Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat dan merupakan tempat pendaratan ikan oleh para nelayan yang datang dari laut untuk menjual hasil tangkapannya. Tempat pelelangan ikan ujong baroh memiliki peranan strategis dalam pengembangan perikanan bagi para

nelayan dan masyarakat sekitar yang sebahagian masyarakatnya memanfaatkan sektor perikanan ini sebagai mata pencaharian. Hasil tangkapan lautnya

bermacam-macam seperti ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan karang, ikan talang-talang (Chorinemus tala), ikan kembung (Rastrelliger kanagurta), dan ikan tenggiri (Scomberomorus commerson).

4.1.2 Prevalensi Parasit Anisakis sp Terhadap Ikan Tongkol (Euthynnus affinis).

prevalensi adalah persentase ikan yang terserang parasit dalam

keseluruhan populasi ikan yang di temukan pada waktu tertentu dengan mengabaikan waktu terjangkit. Bedasarkan analisisanisakissp pada ikan tongkol, dari 30 sample ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang diamati, diketahui bahwa

(34)

Tabel 3.Tingkat prevalensi cacinganisakissp yang meninfeksi ikan tongkol

4.1.3 Intensitas parasitanisakissp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

pengamatan rata-rata intensitas anisakis sp, pada daging, insang, lambung,

usus ikan tongkol ukuran 20-30 cm per stasiun (1 stasiun ) yang berbeda dalam 3 kali pengambilan sample selama 1 bulan dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6.Intensitas infeksi cacing anisaki sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

pengamatan itensitas yang dilakukan pada ikan tongkol meliputi bagian daging, insang, lambung, usus. Intensitas cacing anisakis sp dapat dilihat pada

(35)

4.1.4 Jumlah parasit pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

Dalam penelitian ini parasit yang diamati adalah Anisakis sp. sedangkan objek ikan yang terinfeksi adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis) berukuran

20-30 cm yang terdapat di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Bedasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan pengambilan data terdapat perbedaan parasit yang ditemukan dapat dilihat pada

gambar 7 dibawah ini.

Gambar 8. Jumlah parasit anisakis sp

Bedasarkan gambar 7, diketahui bahwa prevalensi dan itensitas cacing

Anisakis sp pada ikan tongkol selama 1 bulan dengan 3 kali tahap pengamatan, didapatkan parasit sebanyak 97 parasit di otot daging ikan tongkol (Euthynnus affinis), pada insang didapatkan sebanyak 205 parasit, kemudian di lambung

didapatkan 96 parasit, dan di usus didapatkan 83 parasit.

Tingkat infeksi cacing Anisakis sp pada daging, insang, lambug, dan usus tertinggi terdapat pada insang dan terendah terdapat pada usus. Parasit cacing

Anisakis sp terdapat di bagian insang yang paling tertinggi karena insang merupakan organ yang berhungan lansung dengan bagian luar sehingga cacing

(36)

4.2 pembahasan

Prevalensi infeksi parasit Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus

affinis) di perairan lebih dipengaruhi oleh habitat. Prevalensi dalam suatu habitat di perairan dipengaruhi oleh komponen-komponen habitat seperti suhu, tekanan, kandungan oksigen dan lain-lain (Tobing,2000). Setiap ikan di perairan akan

selalu memilih suhu lingkungan yang sesuai untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya (Ardiyana, 2010). Suhu perairan yang tidak sesuai dapat menyebabkan

ikan menjadi stress. Kondisi ikan stress merupakan kondisi yang sangat mendukung perkembangbiakan parasit. Suhu perairan memiliki kaitan yang erat dengan kandungan oksigen di perairan. Suhu perairan yang tinggi mempengaruhi

kecepatan laju metabolisme dan respirasi ikan di perairan, sehingga kebutuhan akan oksigen terlarut juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan oksigen terlarut

ini dapat menurunkan kadungan oksigen di perairan yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme kecil di perairan (Rukminasari, 2011).

Faktor habitat lain yang mempengaruhi prevalensi adalah tekanan.

Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan lingkungan berupa zat-zat pencemar seperti logam berat, limbah industri dan sampah rumah tangga.

Tingginya prevalensi infeksiAnisakissp dapat menjadi indikator terhadap kualitas perairan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi prevalensi dalam habitat adalah salinitas. Salinitas diperairan dipengaruhi oleh suhu, kandungan oksigen

dan letak geografis perairan. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan

(37)

sehingga menyebabkan kondisi perairan menjadi tidak mendukung kehidupan

ikan. Kondisi perairan yang tidak mendukung kehidupan ikan dapat menyebabkan ikan menjadi stress dan dapat menyebabkan prevalensi infeksi beberapa spesies

parasitAnisakissp menjadi tinggi (Tafonao, 2011).

Intensitas infeksi parasit penting diketahui untuk menduga kondisi kesehatan ikan. Gangguan kesehatan pada ikan akibat infeksi parasit umumnya

disebabkan karena kepadatan parasit (Intensitas infeksi) yang tinggi (Silaban, 2011). Ada beberapa factor yang mempengaruhi intensitas infeksi pada ikan, yaitu

kondisi lingkungan, ikan dan parasit. Ketiga factor tersebut saling keterkaitan (Ningsi, 2010). Kondisi lingkungan memiliki pengaruh penting terhadap ikan dan parasit Anisakis sp di perairan. Kondisi lingkungan yang buruk dapat berdampak

buruk terhadap kondisi ikan, sehingga dapat meningkatkan intensitas infeksi parasit Anisakis sp, dan dapat berdampak buruk juga bagi parasit Anisakis sp, yaitu dapat menurunkan intensitas infeksi parasit Anisakis sp (Anderson, 1974;

Latama, 2006)

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infeksi parasitAnisakissp di

bagian insang memiliki nilai persentase paling tinggi. Insang merupakan organ yang dapat berhubungan langsung dengan dunia luar dan bagian filamennya merupakan tempat oksigen berdifusi masuk dan CO berdifusi keluar (Alfiansyah,

2011). Pada bagian insang tersebut parasit Anisakis sp akan mudah untuk memperoleh sari-sari makan dengan cara menghisap darah ikan. Insang juga

(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Tingkat prevalensi cacing Anisakis sp pada ikan tongkol (euthynnus

affinis) di TPI Ujong Baroh adalah 100%.

2. Intensitas cacing anisakis sp pada ikan tongkol (euthynnus affinis) didapatkan intensitas pada daging sebesar 3,23, pada insang didapatkan

sebesar 6,83, pada lambung didapatkan sebesar 3,2 dan pada usus didapatkan sebesar 2,77.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lanjut mengenai parasit Anisakis sp, pada insang ikan tongkl dengan jumlah

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, M. 2011.Sistem Pernapasan Ikan (Pisces).http://www.sentraedukasi. com/2011/08/sistempernapasan-ikan-pisces.html. (25 Mei 2012).

Anderson, R.C. 2003. Nematode Parasites of Vertebrates: their development and transmission.2ndedition. CAB. International. UK. P. 650.

Anderson, D.P. 1974 dan Latama 2006. Immunology of fish diseases. In S.F. Snieszko and H.R

Ardiyana, A. 2010. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Keberadaan Ikan. http://aryansfirdaus.wordpress.com/ 2010/10/25/pengaruh-suhu-dan salinitas-terhadap-keberadaan-ikan. (24 Mei 2012).

Audicana, M. T. and Kennedy, M. W. 2008. Anisakis simplex: from Obscure Infectious Worm to Inducer of Immune Hypersensitivity. Clin. Microbiol. Rev. 21 (2): 360–379.

Awik, P. D. N., Hidayati D., Ressa P., dan Setiawan. E. 2007. Pola Distribusi Anisakis sp. pada Usus Halus Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) yang Tertangkap di TPI Brondong, Lamongan. Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Lab. Zoologi. Alumni Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Awilia, V. 2002. Inventasisasi dan Distribusi Parasit Pada Ikan Maanvis

(Pterophyllum scalare) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di DKI Jakarta.

Chai, J.Y., Murrella K. and Lymbery A.J. 2005. Fish-borne parasitic zoonoses: Status and issues.Int. J. Parasitol. 35: 1233–1254.

Cruz, C., Saraiva, A., Santos, M. J., Eiras, J. C., Ventura, C., Soares, J. P. and Hermida, M. 2009. Parasitic infection levels by Anisakis spp. larvae

(Nematoda: Anisakidae) in the black scabbardfish Aphanopus carbo

(Osteichthyes: Trichiuridae) from Portuguese waters. Sci. Mar. Barcelona (Spain). 115–120.

Desrina dan Kusumastuti, Guidelines in pathology induced by Anisakis. Alergol Immunol Clin, 15 (2000) 267-272.

(40)

Dogiel et al 1970. prevalensi Intensitas parasit trichodina sp yang menginfeksi lkan pada ukuran yang berbeda.Skripsi.Pdf.Universitas Negeri Gorontalo.

Fraenkel dan wellen, 1990. Parasit anisakis pada Ikan.http://yudhiestar.blogspot.com/2010/01/parasit-dan-penyakit-ikan.

Hidayati, P. Ressa, dan E. Setiawan. 2007. Pola DistribusiAnisakis sp pada Usus Halus Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) yang Tertangkap di TPI Brondong, Lamongan. Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Lab. Zoologi. Alumni Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Hafid. M. D, 2015, alkhohol fish Guidelines in pathology induced by Anisakis. Alergol Immunol Clin, 15 (2000) 267-272.

Hurst(1984) Sakanari dan Mckerrow (1989). “Some factors which influence the in Vitro maintenance of Anisakis simplex (Nematoda)”. Folia Parasitologica 44,1997,291-30.

Kahl 1938 dalam Latama 2006. “Catch Handling and the Possible Migration of

infeksi penyakit Anisakis Larvae in Herring, Clupea

harengus”. J Food Prot,56, (1993)

Klimpel, S., Palm, H. W., Ruckert, S. and Piatkowski, U. 2004. The Life Cycle of

Anisakis simplex in The Norwegian Deep (Northern North Sea). Parasitol. Res.94: 1–9.

Latama, G. 2006. Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepede, 1800), Di Perairan Sekitar Sulawesi. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

Mattiucci, S., Paoletti, M., Borrini, F., Palumbo, M., Palmieri, R. M., Gomez, V., Casati, A. and Nascetti, G. 2011. First Moleculer Identification of The Zoonotic ParasiteAnisakis pegreffii (Nematoda: Anisakidae) in A Paraffin-Embedded Granuloma Taken From A Case of Human IntestinalAnisakiasis

in Italy.BioMed Cent. Infect. Dis. 11: 82.

Miyazaki I. 1991. An Illustrated Book of Helminthic Zoonosis. Tokyo. International Medical Foundation of Japan.

(41)

Ningsi, M. A. 2010. Prevalensi dan Intensitas Infeksi Cacing Anisakis sp pada Ikan Auxis thazard tang Dipasarkan Di Bali Utara dan Bali Selatan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar.

Noble and Noble (1989). Infeksi parsit pada spesies ikan laut, Modul Parasitologi Ikan. Univesitas Hasanudin.

Nyoman., 2000. Zoonasis-Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Bina Adiaksara & PT. Rineka Cipta : 194 hal. Jakarta

Paker and Paker, “Studi ketahanan hidup larva anisakidae dengan Suhu

pembekuan dan penggaraman pada ikan Kembung (Rastrelliger

spp.)”.Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (2007).

Palm, H.W., Damriyasa, I. M., Linda, and Oka, I. B. M. 2008. Molecular genotyping of Anisakis Dujardin, 1845 (Nematoda: Ascaridoidea: Anisakidae) larvae from marine fish of Balinese and Javanese waters, Indonesia.Helminthol., Parasitol. Inst.SAS. 45 (1): 3–12.

Rukminasari, N. 2011. Struktur Komunitas Fitoplankton pada Ekosistem Padang Lamun di Pulau Kapoposang dan di Pulau Sarappokeke Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Thesis. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hassanudin.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II PT. Bina Cipta. Jakarta. Hlm: 517

Saputra, L.O.A.R. 2011. Deteksi Morfologi dan Molekuler Parasit Anisakis spp pada Ikan Tongkol (Auxis thazard). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Simamora, Y. 2012. Tingkah Laku Ikan Tongkol. http://yenisimamora. blogspot. com/2012/12/tingkah-laku- ikan-tongkol_6.html.

Sindermann, C.J. 1990. Principle Disease of Marine Fish and Shellfish. 2nd ed. Vol 1. Academic Press, Inc. San Diego, California.

Silaban . 2011. Infeksi Anisakis Ikan Tongkol. http://yenisimamora. blogspot. com/2012/12/tingkah-laku- ikan-tongkol_6.html.

(42)

Tafonao, B. 2011.Hubungan Temperatur, Oksigen Terlarut dan Salinitas dengan Prevalensi Parasit pada Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Skripsi. Fakultas Perikanan. Universitas Dharmawangsa. Medan.

Tobing . 2000. Digestive Haemorrhage in patients with anti-Anisakis antibodies.European J. Gastroen Hepatol,12:337-343.

Widyastuti . 2002. Principle Disease of Marine Fish and Shellfish. 2 nd ed. Vol 1. Academic Press, Inc. San Diego, California.

Zang et al (2007 ). “Some factors which influence the in Vitro maintenance of

(43)

Pemeriksaan cacing anisakis sp pada daging Pemeriksaan cacing anisakis sp pada lambung Sample yang sudah dibedah Pemeriksaan cacing anisakis sp pada daging

(44)

Cacing anisakis sp dikumpulkan pada tabung

Cacing anisakis sp

Gambar

Gambar 1. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Gambar 2. Parasit Anisakis sp
Gambar 3. Siklus hidup Anisakis sp. (Audicana and Kennedy, 2008)
Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian di TPI Ujong Baroh Kecamatan JohanPahlawan Kabupaten Aceh Barat.
+5

Referensi

Dokumen terkait