• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 HASIL

Pengambilan data dilakukan di instalansi forensik RSUD. Dr. R. M.

Djoelham Binjai. Data yang diambil adalah data sekunder Visum et Repertum korban hidup perlukaan sejak bulan Januari 2020 sampai Desember 2020. Dari 256 data VeR korban hidup yang telah dikumpulkan, terdapat 200 data VeR yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan sampel penelitian. Adapun data yang diambil dari setiap korban ialah data identitas seperti umur dan jenis kelamin, jenis trauma, jenis perlukaan, dan lokasi perlukaan. Data tersebut kemudian diolah dan dilakukan analisis univariat.

4.1.1 Prevalensi Trauma Mekanik pada Korban Hidup yang ditangani di Instalansi Forensik RSUD. Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2020

Tabel 4.1 Gambaran korban hidup yang ditangani di instalansi forensik RSUD. Dr. R. M.

Djeolham Binjai Tahun 2020

Korban Hidup n %

Trauma mekanik 200 78,1

Trauma non-mekanik; tidak menunjukkan tanda-tanda

Kekerasan 56 21,9

Total 256 100

Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan bahwa jumlah korban hidup yang menunjukkan tanda-tanda perlukaan akibat trauma mekanik adalah 200 korban (78,1%). Sementara korban hidup yang tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan atau mengalami jenis trauma non-mekanik adalah 56 korban (21,9%).

4.1.2 Distribusi Karakteristik Korban Hidup Perlukaan yang ditangani di Instalansi Forensik RSUD. Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2020

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik korban hidup perlukaan yang ditangani di instalansi forensik RSUD. Dr. R. M. Djeolham Binjai Tahun 2020

Karakteristik n %

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 200 korban hidup perlukaan, terdapat 125 korban (62,5%) laki-laki dan 75 korban (37,55%) perempuan. Berdasarkan kelompok umur, terdapat 6 korban (3%) dengan umur <12 tahun, 84 korban (42%) berumur 12-25 tahun, 89 korban (44,5%) berumur 26-45 tahun, dan 21 korban (10,5%) berumur 46-65 tahun.

4.1.3 Gambaran Jenis Trauma Mekanik pada Korban Hidup Perlukaan yang ditangani di Instalansi Forensik RSUD. Dr. R. M.

Djeolham Binjai Tahun 2020

Tabel 4.3 Gambaran jenis trauma mekanik pada korban hidup perlukaan yang ditangani di instalansi forensik RSUD. Dr. R. M. Djeolham Binjai Tahun 2020

Jenis Trauma Mekanik n %

48

Berdasarkan tabel 4.3, korban hidup perlukaan yang mengalami trauma mekanik jenis tumpul adalah 193 kasus (96,5%) dan trauma tajam sebanyak 1 kasus (0,5%). Terdapat korban yang mengalami lebih dari satu jenis trauma mekanik, yaitu campuran dari jenis tumpul dan tajam sebanyak 6 kasus (3%).

Sementara trauma mekanik jenis tembak tidak ditemukan pada laporan VeR sepanjang tahun 2020.

4.1.4 Karakteristik Luka Korban Hidup Perlukaan yang ditangani di Instalansi Forensik RSUD. Dr. R. M. Djeolham Binjai Tahun 2020

Tabel 4.4 Karakteristik luka korban hidup perlukaan yang ditangani di instalansi forensik RSUD. Dr. R. M. Djeolham Binjai Tahun 2020

Jenis luka n % ditemukan pada korban. Dengan tidak memperhatikan kombinasi beberapa jenis luka, didapatkan 129 kasus (64,5%) yang menunjukkan tanda-tanda luka memar sementara 71 kasus (35,5%) tidak. Jenis luka yang menunjukkan karakteristik luka lecet didapatkan sebanyak 141 kasus (70,5%), sementara dari 200 korban hidup terdapat 59 kasus yang tidak menunjukkan karakteristik luka tersebut. Terdapat 37 kasus (18,5%) menunjukkan karakteristik luka robek, sementara sisanya yaitu 163 kasus (81,5%) tidak. Luka iris dan luka bacok masing-masing memiliki proporsi

1% atau hanya ditemukan sebanyak 2 kasus, sementara sisanya 197 kasus tidak menunjukkan karakteristik luka tersebut. Jenis luka tusuk ditemukan sebanyak 3 kasus (1,5%) dan 197 kasus (98,5%) tersisa tidak menunjukkan karakteristik luka tersebut.

4.1.5 Distribusi Lokasi Luka Korban Hidup Perlukaan yang ditangani di Instalansi Forensik RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2020

Tabel 4.5 Distribusi lokasi luka korban hidup perlukaan yang ditangani di instalansi forensik RSUD. Dr. R. M. Djeolham Binjai Tahun 2020

Lokasi Luka n %

Dengan tidak memperhatikan banyak dan kombinasi beberapa lokasi, pada tabel 4.5, didapatkan 141 kasus (70,5%) yang perlukaannya ditemukan di daerah kepala dan wajah. ekstremitas atas sebanyak 92 kasus (45,5%)., ekstremitas bawah sebanyak 36 kasus (18%), leher sebanyak 35 kasus (17,5%), punggung-pinggang sebanyak 27 kasus (13,5%), dada sebanyak 17 kasus (8,5%), dan perut sebanyak 5 kasus (2,5%).

50

4.2 PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 256 korban hidup yang ditangani di RSUD. Dr. R. M. Djoelham Binjai periode Januari 2020-Desember 2020, terdapat 200 korban (78,1%) yang megalami trauma mekanik. Hal ini menunjukkan bahwa korban hidup yang ditangani di instalansi forensik RSUD.

Dr. R. M. Djoelham Binjai banyak yang menjadi korban kekerasan.

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa frekuensi korban laki-laki paling banyak mengalami tindak kekerasan yaitu 62,5%, sementara perempuan 37,5%.

Dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam laporan VeR kasus perlukaan juga ditemukan pada beberapa penelitian lainnya. Pada penelitian Wijaya et al. (2021), terdapat 62,7% kasus perlukaan pada laki-laki berdasarkan laporan VeR di instalansi kedokteran forensik dan medikolegal RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2015-2019. Begitu pula dengan penelitian oleh Sianturi (2020) tentang tingkat kualitas VeR di RSU Haji Medan yang menunjukkan kasus perlukaan paling sering terjadi pada laki-laki yaitu 72,7%.

Selain distribusi karakteristik jenis kelamin, penelitian ini menganalisis gambaran kelompok umur pada kasus perlukaan di RSUD. Dr. R. M. Djoelham Binjai. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kelompok umur 26-45 tahun memiliki frekuensi kasus terbesar yaitu 44,5% (n=89). Dengan perbedaan yang tidak begitu besar, kelompok umur 12-25 tahun memiliki frekuensi kasus 42% (n=84). Hal ini menunjukkan bahwa kasus perlukaan korban kekerasan pada VeR RSUD Dr. R.

M. Djoelham Binjai didominasi oleh kelompok umur 12-45 tahun.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2021) tentang gambaran luka akibat kekerasan tumpul dan tajam pada korban penganiayaan di IGD RSUP. Dr. Soeradji Tritonegoro bahwa kelompok umur terbanyak ditemukan pada usia remaja dan dewasa (17-40 tahun) yaitu sebesar 60%. Hal yang sama ditemukan pada penelitian Wijaya dan Nugroho (2021) yang menunjukkan bahwa VeR kasus perlukaan terbanyak pada golongan usia dewasa, ≥18 tahun yaitu 81,9%.

Dengan demikian, kasus perlukaan sering terjadi pada laki-laki dan golongan usia remaja sampai dewasa. Menurut peneliti hal ini mungkin dapat terjadi karena laki-laki dan kelompok usia remaja-dewasa sering terlibat dalam konflik fisik kekerasan. Sementara korban perempuan yang dilaporkan pada VeR paling banyak disebabkan oleh kejadian kekerasan rumah tangga (KDRT).

Berdasarkan tabel 4.3, jenis trauma mekanik yang ditemukan pada VeR RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2020 adalah jenis tumpul dan tajam.

Sekitar 96,5% kasus menunjukkan tanda-tanda trauma tumpul, sementara trauma tajam 0,5%. Kedua jenis trauma tersebut ditemukan tanpa ada kombinasi antar satu sama lain. Pada kondisi di mana korban mengalami lebih dari satu jenis trauma mekanik, yaitu kombinasi trauma tumpul dan tajam didapatkan sebanyak 6 kasus (3%).

Berdasaran penelitian Afandi dan Kristanti (2015), jenis kekerasan atau trauma mekanik yang paling sering ditemukan pada VeR adalah trauma tumpul yaitu 79,56%. Penelitian serupa oleh Gershon (2020) juga mendapatkan hasil yang sama bahwa jenis trauma mekanik terbanyak adalah trauma tumpul dengan proporsi 95%. Penelitian lainnya yang terbaru oleh Wardani (2021) juga menunjukkan bahwa kekerasan terbanyak yaitu tipe tumpul (100%).

Namun pada penelitian Kelwulan et al. (2020) mayoritas kasus mengalami jenis trauma mekanik tipe tajam yaitu 61,5%, sementara tipe tumpul 38,5%

Kesamaan hasil yang dapat ditemukan pada penelitian ini adalah tidak ditemukannya kasus yang mengalami trauma tembak. Begitu pula dengan penelitian Gershon (2020) yang tidak menemukan jenis trauma mekanik tipe tembak pada VeR RSUD. Dr. R. M. Djeolham Binjai sepanjang tahun 2019.

52

Pada tabel 4.4, diuraikan jenis-jenis luka yang ditemukan pada korban. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa luka lecet adalah pola luka yang paling sering ditemukan yaitu 141 kasus (70,5%). Sementara luka memar ditemukan sebanyak 129 kasus (64,5%).

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Wardani (2020) yang menunjukkan bahwa luka lecet adalah jenis luka akibat kekerasan yang paling banyak ditemukan (40%). Namun, terdapat penelitian lain mendapatkan hasil yang berbeda. Penelitian Lestari pada tahun 2019 menunjukkan angka kejadiaan ditemukannya luka memar (31,65%) paling tinggi di antara jenis luka akibat trauma tumpul lainnya.

Tabel 4.5 menggambarkan distribusi lokasi perlukaan korban trauma mekanik yang terdiri dari kepala-wajah, leher, dada, perut, punggung-pinggang, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah. Berdasarkan data tersebut, pola luka trauma mekanik paling banyak dijumpai pada bagian tubuh kepala dan wajah yaitu 70,5% (n=141), diikuti ekstremitas atas 45,5%

(n=91) dan yang paling sedikit ditemukan pada daerah perut 2,5% (n=5).

Penelitian yang dilakukan oleh Tyas pada tahun 2018, memperlihatkan hasil yang serupa. Angka kejadian trauma mekanik tertinggi ditemukan pada daerah kepala dan wajah (69,1%). Selain itu penelitian lain oleh Lestari (2019) juga menunjukkan bahwa lokasi tersering trauma mekanik adalah kepala (23,77%).

Menurut peneliti, kecenderungan konflik fisik yang terjadi pada masyarakat yang menimbulkan perlukaan sering terjadi pada daerah kepala dan wajah. Trauma mekanik yang yang sering terjadi pada daerah kepala tentu akan membahayakan organ penting di dalamnya, terutama otak.

BAB V

Dokumen terkait