• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menerangkan tentang hasil penelitian mengenai probabilitas diagnosa keperawatan dan kolaborasi pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa medan. Melalui pengumpulan data pada 37 responden. Penyajian data meliputi deksriptif karakteristik responden, dan diagnosa yang mungkin muncul pada pasien skizofrenia.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden dari jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan status pernikahan. Dan dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 37 orang (100,0 %) responden yang berjenis kelamin laki-laki berumur 20-30 tahun 37,8%, laki-laki berumur 31-40 tahun 37,8 %, laki laki berumur 41-50 tahun 18,9 %, dan laki-laki berumur 51-60 tahun berumur 5,4 %. Kemudian dari hasil penelitian pada data demografi menunjukan bahwa petani 35,1 %, wiraswasta 27,0 %, dll 37,8 %. Dan dari hasil penelitian pada data demografi menunjukan hasil bahwa yang belum menikah 35,1 %, dan menikah 64,9%.

Tabel. 1 Distribusi Karakteristik Responden

No Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%) 1. Jeniskelamin Laki-laki 37 100,0 % 2. Umur 20-30 31-40 41-50 51-60 14 14 7 2 37,0 % 37,0 % 18,0 % 5,40 % 3. Pekerjaan Petani Wiraswasta DLL 13 10 14 35,0 % 27,0 % 37,0 % 4. Status Pernikahan

Belum Menikah Menikah 13 24 35,0 % 64,0 %

Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Diagnosa yang Sering Muncul pada Pasien Skizofrenia di RSJ Medan. (n=37)

No Diagnosa Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Aktual

Gangguan Ventilasi Spontan 1 2,7

Gangguan Pertukaran Gas 1 2,7

Gangguan Integritas Kulit 7 18,9

Relokasi Stress Sindrom 1 2,7

Konstipasi 1 2,7

Kerusakan gigi 7 18,9

Mual 1 2,7

Gangguan Eleminasi Urin 1 2,7

Inkontinensia Urin 1 2,7

Inkontensia Aliran Berlebih 1 2,7

Inkontensia Urin Fungsional 1 2,7

Konfusi Akut 1 2,7

Insomnia 1 2,7

Disfungsional Proses Keluarga 1 2,7

Gangguan Rasa Nyaman 10 27,0

2. Resiko

Resiko kejang 6 16,2

Resiko Cedera 11 29,7

Resiko Infeksi 14 37,8

Resiko Bunuh Diri 3 8,1

Resiko Mutilasi Diri 3 8,1

3. Kesejahteraan - -

4. Kolaboratif

Penurunan Volume Darah 7 18,9

Penurunan Kadar Klorida 13 35,1

6.1 Pembahasan

Dari data hasil penelitian yang didapatkan, pembahsan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Probabiulitas Diagnosa Keparwatan dan Diagnosa Kolaborasi pada pasien Skiozfrenia di RSJ Medan. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa dioagnosa yang paling sering muncul pada pasien skizofrenia adalah gangguan rasa nyaman dengan 22 kasus (59,4%) dan inkontinensia sebanyak 19 kasus (51,3%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Fortinash dan Holoday-Worret (2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus-kasus Skizofrenia, seperti gangguan komunikasi verbal, isolasi sosial, gangguan sensori persepsi, perubahan proses pikir, resiko kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, resiko kekerasan yang ditujukan pada orang lain dan defisit perawatan diri (mandi/berpakaian/makan/toileting). Hal ini kemudian ditambahkan oleh Stuart dan Laraia (1998) yang menyatakan bahwa penderita Skizofrenia dan gangguan psikotik bisa memunculkan diagnosa keperawatan seperti cemas, gangguan identitas personal, gangguan interaksi sosial, koping inefektif, manajemen terapi tidak efektif.

Dari hasil yang di peroleh didapati hasi yang paling sering muncul yaitu gangguan rasa nyaman 10 kasus (27,0%) pada diagnosa aktual, kemudian untuk diagnosa yang sering muncul pada diagnosa resiko dengan 11 kasus (37,8), dan kolaboratif dengan 17 kasus (45,9).

Penelitian terkait dengan probabilitas dioagnosa keperawatan dengan masalah keperawatan yang terdapat pada pasien diruangan rawat inap umumnya adalah penelitian berfokus pada diagnosa medis dan label diagnosa medis yang lain. Masih sangat jarang adanya penelitian yang khusus meneliti apa sebenarnya masalah keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis tertentu. Penelaahan literature sampai dengan saat ini hanya

suatu penyakit yang perlu dipertimbangkan dalam asuhan keperawatan. Sehingga diagnosa keperawatan atau kolaboratif yang dituliskan perawat merupakan hal yang mungkin muncul berdasarkan gejala yang di tunjukkan oleh penyakit yang dialami pasien. Hal ini juga terkait dengan ilmu keperawatan itu sendiri yang merawat mansia berdasarkan respon yang di tunjukannya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mengidentifikasi probabilitas diagnosa keperawatan dan diagnosa kolaborasi pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa medan, dengan 37 orang responden yang terlibat dalam penelitian ini. Pada penelitian ini didapati hasil bahwa diagnosa yang paling sering muncul pada pasien skizofrenia adalah gangguan rasa nyaman dan defisit perawatan diri.

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Herdman, 2012).

Penelitian terkait dengan probabilitas diagnosa keperawatan dengan masalah keperawatan yang terdapat pada pasien di ruangan rawat inap umumnya adalah penelitian berfokus pada diagnosa medis pada pasien depresi, skizofrenia, dan label diagnosa medis yang lain. Masih sangat jarang adanya penelitian yang khusus meneliti apa sebenarnya masalah keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis tertentu. Penelaahan literature sampai dengan saat ini hanya menemukan satu artikel yang spesifik meneliti fenomena keperawatan di ruang rawat psikiatri (Fraunfelder, et al. 2011). Padahal banyak literature menunjukkan bahwasanya diagnosa medis suatu penyakit adalah hal yang perlu

dipertimbangkan dalam asuhan keperawatan. Sehingga diagnosa keperawatan atau kolaboratif yang dituliskan perawat merupakan hal yang mungkin muncul berdasarkan

gejala yang ditunjukkan oleh penyakit. Hal ini juga terkait dengan ilmu keperawatan itu sendiri yang merawat manusia berdasarkan respon yang ditunjukkannya.

Bahkan, Carson (2000) menyatakan bahwa diagnosa medis erat kaitannya dengan diagnosa keperawatan. Sebagai contoh, pada kasus skizofrenia, Carson (2000) menuliskan beberapa diagnosa keperawatan terkait kondisi psikotik yang dialami oleh penderita

skizofrenia seperti gangguan komunikasi verbal, koping keluarga tidak efektif, koping individu tidak efektif, gangguan identitas personal, perubahan peran, gangguan interaksi sosial, defisit perawatan diri.

Menurut (Lee, 2007) skizofrenia berpusat pada neurotransmiter dan reseptor yang berpusat pada terapi pengembangan, sebagian besar obat yang diberikan dopamin, serotonin dan glutamat. Sementara itu seperti terapi yang terbukti efektif dalam uji coba jangka pendek, sebagian besar individu menghentikan pengobatan dari waktu ke waktu karena kurangnya efektivitas atau efek obat, akan tetapi tidak semua pasien merespon sama dengan pengobatan ini. Selama dua dekade terakhir, telah terkumpul bahwa fosfolipid yang

mempunyai peranan penting dalam struktur dan fungsi membran pada penderita skozofrenia, Selain itu, studi terbaru telah menyoroti pertumbuhan yang keprihatinan atas potensi obat antipsikotik, terutama clozapine dan olanzapine, hal ini menyebabkan efek samping seperti hiperglikemia.

Maka dari itu, sangat masuk akal jika kemudian Herdman (2012) menyatakan bahwa perawat adalah seseorang “diagnosticians” yang harus mempunyai kemampuan untuk

melakukan penilaian secara klinik. Hal ini sangat diperlukan dalam mrrancang suatu asuhan keperawatan berkualitas dengan kemampuan perawat dalam menentukan diagnosa

BAB 6

Dokumen terkait