• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Foto berita tak lebih dari foto biasa, yaitu foto yang mendokumentasikan suatu peristiwa atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa foto berita atau foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya.

Secara umum dari 35 edisi surat kabar Republika dengan total 1149 foto berita, rata-rata tampilan foto berita setiap edisi sebanyak 32.34 foto berita. Ini berarti setiap edisi menampilkan kurang lebih 32 atau 33 foto berita, dengan sebagian besar penempatan foto berada di bagian dalam surat kabar Republika.

Sedangkan total volume dari 35 edisi sebesar 15439901 mmk (milimeter kolom) dengan rata-rata volume foto berita sebesar 441140 mmk setiap edisi.

Foto berita yang dimuat dalam surat kabar Republika adalah foto kejadian langsung, foto benda dan situasi, gambaran profil kehidupan atau foto yang berkaitan dengan tokoh dan atau suatu peristiwa. Tampilan foto-foto berita ini diupayakan menggambarkan isi atau informasi berita yang disajikan dalam surat kabar Republika, sehingga pembaca lebih cepat tahu akan berita yang disajikan dalam surat kabar Republika.

Menurut keterangan redaktur foto surat kabar Republika, sajian foto-foto berita terutama pada halaman muka menjadi hal yang sangat penting selain judul berita untuk dapat ”mengajak” atau menarik perhatian pembaca mengkonsumsi sajian surat kabar. Bahkan di tiap-tiap halamannya terdapat tampilan foto dalam ukuran mini yang bertujuan ”menginformasikan dan mengiklankan” apa yang ada di halaman berikutnya. Diterangkan lagi bahwa pemilahan foto berita merupakan salah satu bentuk kerja keras redaksi terutama redaktur foto sebagai penanggungjawab tampilan foto yang dimuat. Sedangkan untuk halaman muka Republika, pemilahan foto melalui pemikiran yang lebih sulit dan proses yang lebih rumit karena juga melibatkan keputusan dari beberapa staf redaksi pada tiap-tiap edisinya. Ditekankan juga oleh pihak redaksi bahwa sajian informasi dan foto berita dalam surat kabar Republika ditujukan untuk dapat dikonsumsi oleh keluarga sehingga pihak redaksi tidak akan mengangkat gambar/foto yang bertemakan kekerasan berlebihan, sadisme dan sensualitas. Hal ini juga

dilatarbelakangi oleh nuansa agama Islam yang melekat pada surat kabar Republika. Kebijakan redaksi lebih mengutamakan sajian foto yang bersifat menghibur, ”jenaka” dalam hal ini dimaksudkan meski serius, penting namun tampak santai serta tetap intelek, mudah dicerna, dan atau bernilai informatif.

Proporsi Frekuensi dan Volume Foto Berita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi dan volume masing-masing kategori foto berita surat kabar Republika adalah (1) berita keras, (2) berita lunak, (3) sumber foto, (4) lingkup foto dan (5) penempatan foto. Perolehan masing-masing kategori frekuensi dan volume ada yang lebih dominan dan bahkan sebaliknya, hal ini akan dipaparkan dalam pembahasan berikut ini.

Proporsi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori foto berita lunak menempati frekuensi dan volume tertinggi dibandingkan foto berita keras. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras dan Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun 2004

No Jenis Berita F Mean % R Volume % R

1. Berita Keras 385 10.51 33.5 2 155460.0857 35.3 2 2. Berita Lunak 764 21.83 66.5 1 285679.942 64.7 1

Jumlah 1149 32.34 100 441140 100

Keterangan:

F= Frekuensi R= Rangking

Volume dalam milimeter kolom (mmk)

Tabel 2 menunjukkan bahwa frekuensi kategori berita lunak lebih dominan, yaitu dari 35 edisi sebanyak 764 kali dengan nilai rata-rata sebesar 21.83 (66.5%).

Secara umum bahwa setiap edisi terdapat sekitar 21 atau 22 foto berita lunak.

Sedangkan untuk foto berita keras rata-rata setiap edisi hanya sejumlah 10 atau 11 buah foto yang disajikan. Data ini menunjukkan bahwa frekuensi foto berita lunak lebih sering muncul dibanding frekuensi foto berita keras. Hal ini didukung

dengan data perbandingan antara urutan pertama (66.5 %) dengan urutan kedua (33.5 %) yang memiliki selisih 33 persen.

Jika dilihat dari hasil volume maka diketahui kategori foto berita lunak memiliki volume yang terbanyak memenuhi halaman surat kabar. Hal ini menunjukkan bahwa volume foto berita lunak memiliki porsi paling dominan dalam surat kabar Republika sebesar 64.7 persen dengan selisih sebesar 29.4 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya tingkat proporsi yang seimbang dimana semakin banyak frekuensi sajian foto berita maka akan diimbangi dengan jumlah volume dalam surat kabar harian Republika.

Dominasi foto berita lunak pada sajian surat kabar Republika tahun 2004 ini sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya pada tahun 1982 mengenai foto berita yang dilakukan pada surat kabar Kompas, Merdeka, Sinar Harapan, Suara Karya yang menghasilkan data bahwa proporsi foto berita keras mendominasi sajian media tersebut dibandingkan proporsi foto berita lunak.

Dengan demikian ada perubahan dalam tatanan kebijakan redaksi surat kabar yang diterapkan saat itu dan saat ini. Sisi idealisme pada sajian pers mulai dikurangi mengingat tingginya persaingan dalam kehidupan pers. Terutama semenjak krisis moneter sekitar tahun 1998, banyak media massa gulung tikar atau ganti manajemen. Dengan demikian berlaku hukum dimana pers harus kreatif dan pintar menggali sumber penghidupannya masing-masing yang hanya dapat dicapai lewat para pemasang iklan. Pers cetak seperti surat kabar tidak bisa hanya mengharapkan pemasukan dari penjualan oplah cetak surat kabar.

Tingginya oplah cetak surat kabar belum tentu menjadikan media tersebut memiliki pemasukan yang besar dari penjualan produknya. Namun kuota terhadap banyaknya oplah cetak ini itu tetap harus dicapai mengingat gengsi dan perilaku pengusaha pemasang iklan yang tidak akan melirik media dengan oplah sedikit.

Dengan makin bertambahnya jumlah media ini menimbulkan surat kabar harus lebih banyak mensiasati tampilan dan sajiannya agar tidak ditinggalkan oleh konsumen menurut pihak redaksi Republika. Perubahan proporsi foto berita tersebut termasuk salah satu kiat yang digunakan Republika untuk tetap tampil menarik dengan kesan intelek yang tidak dilupakan. Meskipun demikian, dapat

disimpulkan bahwa situasi sekarang ini menyebabkan sisi komersial mau tidak mau harus banyak digali dan disikapi secara kreatif oleh pengusaha penerbitan pers dengan mensiasati sajian tersebut agar lebih berkesan informatif dan intelek.

Dengan demikian dimaksudkan sajian atau produk mereka secara keseluruhan tidak berkesan terlalu komersial dengan banyaknya advertorial misalnya.

Pihak redaksi Republika menerangkan bahwa tampilan yang terlalu serius dan terlalu didominasi berita keras akan menimbulkan kejenuhan bagi pembaca, antara lain hal ini dikarenakan sajian berita keras begitu mudah ditemui di hampir semua media, terutama surat kabar. Selain itu, kehidupan yang terkesan “keras”

dijalani masyarakat umum telah membuat konsumen ingin mencari pelampiasan yang lebih menghibur, berkesan santai namun berisi informasi yang diperlukan mereka. Dengan demikian sajian foto-foto berita lunak menjadi pilihan redaksi untuk mendominasi isi media cetak surat kabar. Selain itu, tampilan kolom atau halaman yang bersifat menghibur ini juga dapat dijadikan oleh pihak media untuk menarik para pengusaha antara lain menjadi salah satu pendorong kreatifitas pengusaha untuk terus bersaing dengan pengusaha lainnya agar produk mereka dapat menjadi unggulan sehingga pada akhirnya diberitakan oleh media atau menjadi sorotan media.

Uraian di atas menyiratkan bahwa Republika di tengah “riuhnya” berbagai media massa mau tidak mau telah mengurangi sisi idealisme pers dengan menyediakan halaman yang cukup banyak untuk sajian yang mengarah pada sisi komersial. Dalam hal ini anggapan Nurudin (2003) bahwa media massa selalu mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan harus dicermati. Ditambah lagi dikatakan bahwa asumsinya adalah media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Dengan demikian tampilnya produk atau usaha para pengusaha tersebut di sajian media dapat menjadi salah satu sarana promosi mereka. Meskipun dalam hal ini redaksi juga mengharapkan timbulnya persaingan di kalangan pengusaha untuk menonjolkan dan membuat produk yang lebih baik atau baru bagi masyarakat. Namun demikian, sisi komersial disini tampak cukup menonjol dengan porsi sajian yang cukup banyak. Hal ini didukung harapan agar pengusaha menjadi lebih tertarik pada Republika karena sajiannya yang variatif

dengan adanya kolom atau halaman khusus yang memungkinkan bagi produk atau usahanya diberitakan secara cepat dan tersebar luas.

Lebih besarnya frekuensi dan volume berita lunak di halaman surat kabar Republika tahun 2004 ini antara lain disebabkan saat itu banyak peristiwa hangat yang memiliki sisi human interest menonjol yang menarik untuk disajikan.

Republika bukanlah surat kabar yang hanya menjual sensasi saja dengan sajian foto-foto berita yang dapat menimbulkan keresahan atau polemik di masyarakat.

Sajian foto Republika lebih bersifat umum ditujukan dapat dikonsumsi keluarga sehingga bukan merupakan foto “panas” dan sensasi. Foto-foto yang informatif dan menghibur yang menjadi bagian dari kategori foto berita lunak banyak ditampilkan karena dari keterangan pihak redaksi jenis foto tersebut dapat menjadi pilihan yang positif untuk mengurangi kejenuhan masyarakat. Selain itu Republika juga banyak memiliki kolom-kolom informasi/artikel yang sifatnya hiburan keluarga sehingga foto-foto yang mendukungnya pun diarahkan bernuansa hiburan atau foto feature pula.

Sajian foto peristiwa umum juga banyak ditampilkan karena saat itu pun hasil perkembangan dunia usaha cukup banyak dengan ditampilkannya gambar hasil pameran, alat modern dan berbagai hasil kerajinan kecil. Dengan begitu foto yang disajikan lebih untuk konsumsi umum karena menggambarkan kegiatan juga hasil perkembangan teknologi, masyarakat dan pembangunan. Foto-foto berita tersebut berupa gambar yang sedikit banyak memiliki nilai informasi bagi individu secara umum, usaha-usaha kecil atau masyarakat daerah.

Beragam sajian Republika di atas meski mengandung sisi komersial namun pada dasarnya melalui isi produknya pihak redaksi juga bertujuan untuk menjalankan misi pers. Namun dalam penerapannya sekarang ini, untuk mempertahankan sisi ideal pers pada sajiannya agar ditampilkan dalam porsi besar sangatlah sulit. Banyak kendala dialami media pers seperti Republika dalam merangkul kepentingan masyarakat dan dalam bertindak sesuai gagasan mengenai jurnalisme pembangunan. Sebagai contoh, untuk mengemas sajian pembangunan masyarakat pedesaan atau nelayan secara berkesinambungan jika tidak disiasati secara kreatif tentu dapat menjadi sajian yang membosankan. Umumnya tema pertanian dan perikanan hanya ditampilkan jika terjadi bencana atau masalah

pangan saja. Dengan demikian informasi tersebut baru disajikan jika mengancam atau bersinggungan dengan kepentingan masyarakat umum berkaitan dengan kebutuhan pangan mereka saja. Idealnya sebuah surat kabar juga mengulas atau menginformasikan hal-hal yang dibutuhkan untuk pengembangan serta pembangunan masyarakat pertanian dan perikanan mengingat mereka masih menjadi tulang punggung negara dalam pemenuhan pangan.

Kondisi di atas sulit terpenuhi secara ideal mengingat segmen pembaca Republika banyak tinggal di perkotaan. Dengan demikian informasi yang disajikan selama ini sebagian besar hanya terasa bermanfaat bagi konsumen pengguna pangan, bukan bermanfaat bagi produsennya yang dalam hal ini para petani dan nelayan. Selain itu minimnya sajian pembangunan pertanian atau perikanan juga disebabkan adanya berbagai peristiwa lain yang cukup menjadi sorotan utama, yaitu seperti proses Pemilu tahun 2004. Dengan demikian nuansa atau tema politik terasa cukup kental mewarnai sajian Republika saat itu.

Menurut Atmadi (1986) pers Indonesia merupakan pers pembangunan, maka sudah logis kalau masyarakat mengharapkan bentuk dan isi pers Indonesia mencerminkan pembangunan. Sejalan dengan hal itu ditulis Kusumaningrat (2005), bahwa gagasan utama tentang jurnalisme pembangunan secara ringkas adalah bahwa “pemberitaan mengenai peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional haruslah memberikan kontribusi yang positif kepada negeri yang bersangkutan”. Kedua anggapan tersebut banyak diterapkan di dalam negara-negara berkembang untuk membendung model jurnalisme Barat yang dianggap berperspektif individualistik. Namun demikian kedua anggapan di atas juga merupakan salah satu sisi ideal pers yang sulit untuk diterapkan mengingat persaingan yang keras dalam dunia pers membuat pers itu sendiri, terutama surat kabar menghadapi dilema yang cukup berat. Sisi ideal ini sesungguhnya ingin dicapai redaksi melalui sajian Republika. Namun pada prakteknya penerapan sisi tersebut cukup sulit mengingat pembaca dapat menjadi jenuh dengan isi media yang dianggap menambah beban pikiran mereka. Pada umumnya pembaca tidak hanya sekedar menginginkan informasi tetapi juga pelampiasan rasa lelah mereka terhadap kehidupan yang dijalani.

Berkaitan dengan uraian di atas hal lain yang dihadapi adalah kondisi masyarakat yang memiliki budaya baca rendah. Hal ini menjadi kendala lain dari sisi pemasukan untuk modal dan perputaran media sehari-harinya di masyarakat, agar bisa terus hidup. Keinginan atau budaya membaca yang rendah di kalangan masyarakat ini bahkan terjadi di lingkungan intelektual atau pendidikan seperti kampus dan sekolah. Hal ini berkaitan dengan anggapan Rachmadi (1990), bahwa pertumbuhan pers berhubungan erat dengan berbagai faktor, seperti:

tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, urbanisasi, dan pendapatan per kapita yang di negara-negara berkembang merupakan tantangan yang harus dihadapi.

Kendala ini cukup mengganggu di lingkungan negara-negara berkembang seperti Indonesia yang masih banyak memiliki penduduk buta huruf. Selain itu rendahnya atau kurangnya budaya baca pada masyarakat menyebabkan pihak redaksi harus berpikir lebih keras untuk membuat sajiannya tampil menarik.

Dengan demikian untuk tetap hidup atau survive maka surat kabar harus memiliki siasat kreatif terutama dalam hal komersial. Surat kabar senantiasa berusaha menjaring produsen yang ingin memasang iklan dan juga konsumen pembaca media untuk memenuhi perputaran modal perusahaan pers mereka. Selain itu hal ini masih harus diimbangi oleh sentuhan estetika dalam tampilan desain dan lay out yang baik serta menarik pula.

Proporsi Foto Berita Keras

Terdapat empat kategori foto berita keras dalam sajian surat kabar Republika tahun 2004, yaitu: (1) pertahanan bersenjata dan diplomasi, (2) aktivitas dan masalah sosial politik, (3) bencana dan musibah, serta (4) lain-lain.

Kemunculan kategori yang beragam pada jenis foto berita keras menunjukkan bahwa foto berita yang disajikan tidak hanya ditekankan dalam satu topik akan tetapi lebih bervariasi. Hal ini sesuai dengan sifat surat kabar Republika sebagai surat kabar harian yang ditujukan untuk memberikan informasi secara luas untuk konsumsi umum. Perolehan frekuensi dan volume setiap kategori foto berita keras dalam surat kabar Republika tahun 2004 disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras Surat Kabar Republika

Tahun 2004

Volume dalam milimeter kolom (mmk)

Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan dua jenis foto berita keras yang memiliki frekuensi dan volume tinggi, yaitu jenis foto berita lain-lain serta jenis foto aktivitas dan masalah sosial politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memiliki frekuensi dan volume tertinggi adalah kategori foto berita keras lain-lain. Pemunculan foto berita keras lain-lain seperti tentang politik pemerintah, pertahanan tak bersenjata, ekonomi dan perbankan, pendidikan, agama, kesehatan dan kesejahteraan rakyat, gambar profil tokoh politik, negarawan, pemuka agama menempati peringkat pertama, yaitu dengan frekuensi sebanyak 191 kali dengan nilai rataan sebesar 5.4571 (sebanyak 49.6%). Dengan demikian dalam setiap edisi terdapat 5 atau 6 foto berita keras lain-lain yang disajikan.

Data di atas juga menunjukkan adanya selisih sebesar 14.79 persen antara foto berita keras lain-lain dengan foto berita keras aktivitas dan masalah sosial politik. Data tersebut juga berarti bahwa dalam setiap edisi terdapat sekitar lima foto berita keras dengan jenis foto berita lain-lain seperti foto berita berupa profil tokoh politik, negarawan, tokoh agama banyak muncul mengingat pada tahun 2004 lalu digelar Pemilu untuk memilih Presiden secara langsung. Dengan demikian profil tokoh-tokoh tersebut menjadi sorotan Republika selama hampir setahun. Tampilan foto-foto profil tersebut menurut redaksi Republika merupakan

salah satu pembelajaran bagi masyarakat yang mungkin belum mengenal tokoh politik atau agama yang sedang dibahas dalam berita tertulis yang disajikan.

Uraian di atas sesuai dengan anggapan Nasution (2000) bahwa media massa diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang disiarkan dan tidak disiarkannya. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan, media massa pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalah-masalah pembangunan. Termasuk ke dalamnya mengenai sikap-sikap baru yang diperlukan, dan keterampilan yang harus dimiliki untuk mengubah keadaan suatu bangsa yang sedang membangun. Hal ini tentu berkaitan dengan pembangunan bidang politik negara yang pada saat itu sedang melaksanakan pola baru dalam pemilihan kepala negara. Dengan dimuatnya berbagai peristiwa atau kebijakan yang dibuat Republika sebagai media massa sedikit banyak ikut berperan dalam hal sosialisasi pola baru tersebut dengan menjalankan misi pers, yaitu mencerdaskan masyarakat. Hal ini didukung anggapan Effendy (2000) bahwa komunikasi massa memiliki fungsi mendidik yang berarti berkaitan dengan proses penyampaian pesan informatif.

Selain itu nafas kegiatan agama Islam banyak terlihat pula pada sajian foto berita Republika yang memang sejak berdiri sedikit banyak memiliki latar belakang agama tersebut. Kegiatan bertemakan keagamaan seperti ibadah haji, umroh, pengajian agama atau kegiatan agama lain banyak diangkat melengkapi berita yang ditulis atau melengkapi artikel tersendiri. Bentuk sajian tersebut sesuai dengan landasan kelima pers nasional yaitu landasan sosiologis kultural, yang menurut Sumadiria (2005) berpijak pada pada tata nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku pada dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat bangsa Indonesia. Ditegaskan bahwa pers kita adalah pers nasional yang sarat dimuati nilai serta tanggung jawab sosial. Dengan demikian selain dilatarbelakangi nafas agama yang ada dalam institusi persnya sejak pertama kali berdiri, Republika pada dasarnya telah menerapkan landasan kelima dari pers nasional.

Kategori foto berita keras dengan jenis aktivitas dan masalah sosial politik menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 134 kali dengan nilai rataan sebesar

3.8286 (34.81%). Berarti setiap edisi terdapat sekitar tiga sampai empat foto berita keras dengan jenis aktivitas dan masalah sosial politik. Foto yang menonjol disini antara lain foto berita tentang aktivitas kampanye yang dilakukan oleh partai politik menjelang pemilihan umum pada tanggal 5 Juli 2004. Selain itu dengan banyaknya pergolakan di masyarakat yang timbul sebagai salah satu akibat yang timbul di dalam proses kegiatan Pemilu, maka foto kegiatan demonstrasi yang terjadi pun cukup banyak mewarnai sajian Republika.

Sedangkan dilihat dari aspek volume foto berita, kategori foto berita keras yang paling banyak adalah jenis foto berita lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa volume jenis foto berita lain-lain memiliki proporsi yang lebih dominan dalam foto berita surat kabar Republika. Volume jenis berita lain-lain menempati peringkat pertama, yaitu 68460.7429 (44%) dan kategori foto berita keras dengan jenis foto berita aktivitas dan masalah sosial politik pada peringkat kedua, yaitu 62131.1714 (39.9%). Data ini menunjukkan bahwa, volume foto berita jenis lain-lain menempati halaman paling luas dibanding foto berita jenis aktivitas dan masalah sosial politik dalam penempatan foto berita keras di surat kabar Republika dengan selisih sebesar 4.1 persen.

Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori foto berita keras surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori foto berita keras yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga pada foto berita keras.

Proporsi Foto Berita Lunak

Terdapat tiga kategori foto berita lunak yang disajikan surat kabar Republika, yaitu (1) olah raga, (2) peristiwa umum, dan (3) human interest.

Setiap kategori yang diamati memiliki frekuensi dan volume yang berbeda.

Melihat pada hasil penelitian maka dapat diketahui jenis kategori foto berita lunak yang memiliki frekuensi dan volume tinggi yaitu kategori foto berita lunak peristiwa umum dan human interest. Perolehan frekuensi dan volume setiap kategori foto berita lunak pada surat kabar Republika tahun 2004 disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Frekuensi dan Volume Foto Berita Lunak Surat Kabar Republika

Tahun 2004

Volume dalam milimeter kolom (mmk)

Tabel 4 menunjukkan foto berita jenis peristiwa umum tertinggi dalam hal frekuensi dan volume dengan jenis foto berita yang terdiri dari gambar tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh yang tidak terlibat dalam kegiatan profesional politik, sosok artis, kegiatan dan barang-barang pameran juga gambar benda/barang diam/mati atau gambar arsitektural, serta mode pakaian atau fashion show, gambar hadirin pada berbagai acara sosial dan kemasyarakatan yang rutin, seperti acara pengumpulan dana, pesta amal, panggung gembira atau acara hiburan. Pada jenis foto human interest berupa kekhasan berita kecil tentang orang-perorangan, seperti profil penjual salak, tuna wisma, sosok anak-anak dan orang tua, biasanya dimaksudkan sebagai kepentingan yang tahan lebih lama daripada berita-beritanya sendiri, akan tetapi tidak harus diterbitkan pada tanggal-tanggal tertentu. Dalam hal ini termasuk juga gambar-gambar alam dan atau satwa, lokasi wisata, seni, tari-tarian, adat-istiadat yang ditampilkan, budaya yang dijalankan dan dilestarikan.

Pemunculan foto berita lunak tentang foto berita peristiwa umum, yaitu

Pemunculan foto berita lunak tentang foto berita peristiwa umum, yaitu

Dokumen terkait