• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

Kerangka Pemikiran

Analisis isi merupakan sistem formal untuk melakukan sesuatu yang biasa kita lakukan secara informal, yakni mengambil kesimpulan dari pengamatan terhadap isi (Stempel, 1981). Penggunaannya dapat dilakukan terhadap setiap bentuk komunikasi, seperti buku, majalah, puisi, surat kabar, lagu, lukisan, pidato, surat, hukum, dan undang-undang (Babbie, 1986).

Berkaitan dengan analisis isi foto berita surat kabar Republika dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang digunakan yaitu: 1)Frekuensi, adalah banyaknya pemunculan suatu kategori: foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto di dalam surat kabar yang diteliti;

2)Volume, adalah luas kolom yang digunakan oleh setiap kategori: foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto dalam sajian Republika; 3)Proporsi, adalah perimbangan atau perbandingan yang diambil dari sajian foto berita dalam surat kabar Republika, dengan cara membandingkan antara jenis kategori-kategori yang dibuat, dan diukur menurut frekuensi tulisan dan volume luas halaman yang dipergunakan.

Penelitian analisis isi media pada prinsipnya akan bersinggungan dengan proses pentapisan informasi atau penyaringan informasi yang terjadi di dalam tubuh pers karena menurut Nurudin (2003) hal itu tidak dapat dihindari oleh media. Apa yang akan disuguhkan media, dalam hal ini surat kabar, mengalami proses penyaringan atau pemilahan yang cukup panjang.

Melihat berbagai uraian di atas, hal tersebut akan berlaku pula pada penentuan foto berita yang akan disuguhkan oleh surat kabar. Fotografer dan redaktur secara langsung maupun tidak akan bekerja menjadi pentapis informasi.

Pemilahan gambar berkaitan pula dengan isu yang akan ditonjolkan dan aktualitas suatu peristiwa. Dengan demikian, sama halnya dengan berita tulis, akan terbentuk setidaknya dua ragam foto berita yaitu jika untuk berita tulis disebut berita keras (hard news) maka untuk foto berita menjadi foto berita keras.

Berikutnya untuk berita tulis disebut berita lunak (soft news) maka untuk foto berita menjadi foto berita lunak.

Secara teori, berita keras memiliki nilai berita yang lebih tinggi dari berita lunak. Tingginya nilai berita untuk ragam berita keras berkaitan dengan unsur penting suatu peristiwa, hal ini tentu serupa berlaku untuk sajian foto berita keras.

Hal ini dilengkapi Alwi (2005) yang mengatakan bahwa: “Apa itu foto berita dan foto features agak sulit menjelaskannya. Tetapi keduanya bisa dibedakan antara lain dari segi bobot dan waktu penyiarannya. Yaitu foto berita umumnya segera disiarkan, sementara foto features bisa ditunda kapan saja”. Dari uraian ini sajian foto berita lunak dari segi waktu dapat dikatakan sebanding dengan foto features.

Dengan demikian yang dimaksud dengan foto berita keras yaitu foto berita yang umumnya segera disiarkan karena memiliki unsur penting yang tinggi (lebih tinggi dari berita lunak). Sedangkan foto berita lunak yaitu foto berita yang penyajiannya tidak terikat waktu atau dalam arti bisa ditunda kapan saja karena dari segi nilai berita dianggap kurang penting.

Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, dengan melihat dan mempelajari berbagai studi terdahulu maka pada penelitian ini kategori foto berita keras dibagi menjadi: 1) Persengketaan Bersenjata dan Diplomasi; 2) Aktivitas dan Masalah Sosial Politik; 3) Bencana dan Musibah; 4) Lain-Lain. Pembagian kategori foto berita lunak dipilah menjadi: 1) Olah raga; 2) Peristiwa-peristiwa Umum; 3) Human Interest.

Dalam proses jurnalistik, pencarian berita/informasi akan berhubungan dengan tempat dimana peristiwa akan diliput, hal ini dalam pengambilan gambar pun akan serupa kejadiannya. Jurnalis akan mengambil gambar dari tempat kejadian atau peristiwa tersebut. Seperti telah dijelaskan di atas, setelah itu akan dilakukan pentapisan informasi, termasuk foto yang akan dimuat surat kabar.

Untuk itu, dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana gambaran lingkup foto surat kabar yang diteliti. Lingkup foto berarti menjawab tempat/lokasi pengambilan gambar/informasi/fakta/ peristiwa yang disampaikan sebagai gejala yang teramati.

Dalam pengambilan gambar suatu peristiwa/kejadian, akan melibatkan jurnalis atau fotografer (baik profesional maupun amatir) sebagai orang yang

mengabadikan hal tersebut menjadi satu bentuk foto berita. Hal ini akan menyangkut apa yang disebut sebagai sumber foto. Dalam ilmu komunikasi, sumber komunikasi disebut dengan komunikator. Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektivitas komunikasi adalah penting sekali, karena efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan berada di tangannya. Melangkah pada konsep sumber foto akan berkaitan dengan pengertian sumber berita. Definisi sumber berita dalam Junaedhi (1991) yaitu orang atau lembaga yang memberi informasi mengenai bahan penulisan berita.

Dengan demikian, dalam pesan yang berupa foto jurnalistik, yang dimaksud sumber foto ini juga bisa berasal dari orang atau lembaga. Berdasarkan uraian di atas dan kondisi materi penelitian maka studi ini akan menggunakan sistem penyusunan tersendiri dengan membagi kategorisasi untuk sumber foto menjadi:

1) Staf Redaksi; 2) Kantor Berita; 3) Lain-Lain

Pada proses jurnalistik, akan terjadi pula pemilahan dalam hal penempatan gambar atau foto yang telah disetujui akan dimuat di surat kabar dan biasanya proses ini dikerjakan oleh seorang layouter. Ia akan membuat desain penempatan foto berita agar tampak menarik, sehingga secara tunggal maupun keseluruhan dapat menambah minat baca khalayak. Pada kata penempatan foto, maksud kata

“penempatan”, merujuk pada suatu tempat atau posisi, letak, keberadaan dari suatu objek. Kategori penempatan foto dalam penelitian ini berkaitan dengan letak dari foto berita pada surat kabar yang diteliti, dibatasi pada apakah akan diletakkan di halaman muka atau halaman dalam, seperti halnya studi Trayers terdahulu.

Keseluruhan rangkaian dari berbagai uraian di atas masing-masingnya akan dilihat bagaimana proporsi frekuensi dan volumenya dalam tahun 2004. Dengan demikian dibuat suatu kerangka pemikiran dari penelitian ini seperti yang tampak pada gambar di halaman berikut.

S U R A T K A B A R R E P U B L I K A

E D I S I T A H U N 2 0 0 4

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Dokumen terkait