• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa

PT Widodo Makmur Perkasa merupakan perusahaan peternakan sapi potong yang memiliki populasi sapi terbanyak saat ini di kabupaten cianjur, yaitu sebanyak kurang lebih 5000 ekor. Perusahaan ini berlokasi di Kampung Cinangsi Rt 04/01 Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Cianjur berada pada kedudukan 106o 42' BT - 107º 25' BT dan 6o 21’ LS - 7o 32’ LS dengan letak administrasi bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Purwakarta, bagian Barat dengan Kabupaten Sukabumi, bagian Selatan dengan Samudera Indonesia, dan bagian Timur dengan Kabupaten Bandung dan Garut. Cianjur memiliki morfologi daerah yang datar, perbukitan berelief halus (datar bergelombang), perbukitan berelief sedang (datar berbukit), perbukitan berelief agak kasar (berbukit), perbukitan berelief kasar, perbukitan berbukit sangat kasar (terjal), dengan luas wilayah 350.148 Ha dan berada pada ketinggian 480-2960 m d.p.l dengan suhu berkisar antara 17oC – 32oC dan kelembaban 70% -80%. Kondisi hidrologi cukup besar dalam memenuhi kebutuhan air di Kabupaten Cianjur adalah air permukaan (sungai) maupun air tanah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan domestik, pertanian, industri dan yang lainnya. Tipe iklimnya tropis, menurut Koppen di Kab. Cianjur beriklim Af (basah) dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.500 mm per tahun. Jenis tanah di Kabupaten Cianjur adalah Aluvial, regosol, andosol, grumosol, mediteran, dan podsolik. Penggunaan lahan di Kabupaten Ciajur adalah Pertanian lahan basah 16,10 %, Pertanian lahan kering 13,94%, Hutan produksi 20,03%, Peternakan/perikanan 18,11%, Permukiman dan lain- lain 31, 39%, dan Tanaman tahunan 0,43%.

PT. Widodo Makmur Perkasa, Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur mempunyai luas lahan seluruhnya sekitar 40 hektar (ha) pada lahan yang berelief sedang. Lahan tersebut digunakan untuk perkantoran, tempat tinggal pekerja, lahan hijauan pakan ternak, gudang pakan hijauan kering, gudang konsentrat (feedmill), kandang penggemukan, kandang karantina, kandang kawin, kandang bunting dan menyusui, dan kandang sapih. Lahan hijauan memiliki luas 20 ha.

Tanaman yang ada di lahan hijauan adalah rumput gajah. Lahan hijauan ini mampu memenuhi kebutuhan hijauan untuk pakan ternak. Secara garis besar fasilitas yang ada di perusahaan feedlot WMP adalah:

(1) Loading chute atau loading ramp, yang berfungsi untuk tempat menaikan sapi ke truk. Lebarnya 4 meter dengan kemiringan 30o sampai 40o.

(2) timbangan, menggunakan timbangan jenis elektrik.

(3) Paddock, yang berfungsi untuk penanganan ternak sementara. biasannya digunakan saat seleksi berat badan, ras, maupun kesehatan dan berfungsi juga sebagai tempat menunggu saat sapi dinaikan ke truk.

(4) Gudang pakan, merupakan tempat pembuatan dan penyimpanan konsentrat.

(5) Tempat pengolahan limbah, yang digunakan untuk mengolah limbah kotoran sapi menjadi kompos.

Jarak antara peternakan dengan pemukiman penduduk relatif jauh, dengan keadaan pemukiman yang belum padat sehingga aktifitas peternakan ini tidak menggangu masyarakat sekitar. Jalur transportasi dari dan keluar perusahaan sangat baik, didukung oleh jalan raya beraspal yang merupakan jalur umum lintas kota. Populasi sapi sapi yang terdapat di PT Widodo Makmur Perkasa tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Data populasi Sapi Brahman Cross pada bulan Juli 2009

Stuktur Populasi Populasi Te rnak Fattening:

Jantan dan betina

Breeding: Betina Bunting Betina Kosong Betina menyusui Jantan Pedet 4.425 442 49 3 11 67 Jumlah 4.497

24

Stuktur Organisasi

Dalam melaksanakan berbagai aktifitas hariannya, PT Widodo Makmur Perkasa Sebagai sebuah perusahaan yang memiliki struktur kerja yang jelas dengan didukung oleh staff dan karyawan.

Struktur organisasi di PT Widodo Makmur Perkasa dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Ga mbar 3. Bagan Struktur Organisasi PT Widodo Makmur Perkasa (Su mber : Arsip PT widodo Makmur Perkasa Cianjur)

Bangsa Sapi yang Dipelihara

Ternak sapi potong yang dipelihara di PT. Widodo Makmur Perkasa berasal dari Australia bekerja sama dengan eksportir Scott, Hallen, dan SEALS (South East Asian Livestock Service). Bangsa sapi yang diimpor adalah Brahman Cross dengan bobot badan sapi bakalan tersebut antara 300 sampai dengan 500 kg. Sapi yang didatangkan tidak semuanya melewati proses penggemukan (fattening) namun ada yang langsung dijual cepat (fast trading).

Komisaris Utama Ir. Tumiyono, MBA

General Manager Hariyanto, A.Md Manager Pemasaran

Suyatmi, SE

Manajer Produksi & Administrasi Ir. Agung Bakti S

Lingkungan dan Keamanan Iwang Sambas, SH Staff Produksi Bertha Y, S.Pt Breeding Ajat Instruktur Kandang Endang Maintenance Yasmin Staff Administrasi Dedeh S Adviser Prof. Dr. Ir. Trinil

Menurut Tunner (1997) sapi Brahman Cross adalah sapi yang mempunyai proporsi 50% darah Brahman, 25 % darah Hereford dan 25% darah shorthorn. Sapi tersebut merupakan hasil persilangan antar bangsa (Cross Breeding) yang dilakukan di Australia. Pada sapi potong umumnya disilangkan sapi Bos Taurus yang memiliki sifat baik dan bertubuh besar, reproduksi tinggi, kecepatan pertumbuhan sedang sampai tinggi dengan Bos Indicus yang mempunyai kelebihan dapat memanfaatkan pakan berkualitas rendah, tahan terhadap panas dan beberapa parasit, serta mempunyai sifat keindukan (mothering ability) yang baik.

Menurut Hardjosubroto dan Astuti (1994), tujuan dari persilangan tersebut adalah untuk menggabungkan dua sifat atau lebih yang berbeda yang semula terdapat dalam dua bangsa ternak ke dalam satu hasil persilangan.

Menurut Sugeng (1992), pertambahan bobot badan setiap jenis sapi berbeda-beda seperti digambarkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Pertambahan bobot badan harian sapi murni

Bangsa Murni Pertambahan Bobot Badan (Kg/hari)

Brahman Shorthorn Hereford Aberdeen Angus Charolais 0,91 1,04 1,04 0,95 1,32 Sumber: Sugeng (1992)

Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pegawai, pertambahan bobot badan rata-rata sapi yang berada di peternakan tersebut adalah 1,20 untuk fattening (penggemukan) dan 1,00 untuk breeding.

Setiap sapi dikelompokan ke dalam beberapa jenis yaitu Heifer (dara), Steer (jantan kastrasi), Bull (jantan tidak kastrasi) dan Cows (induk). Selain itu dilakukan pengelompokan berdasarkan bobot badan yaitu Grade A (>350 kg), Grade B (300 – 350 kg), Grade C (250 – 300 kg) dan Grade D (<250 kg).

26

Pengelompokan ini berperan dalam seleksi sapi untuk ditempatkan di kandang-kandang yang telah ditentukan.

Menurut hasil wawancara, sapi yang dipergunakan untuk breeding hanya sapi yang masuk ke dalam Grade B (300 – 350 kg) atau skor 5-6 untuk Body Condition Scores (BCS) yang skalanya 1-9. Hal tersebut dilakukan agar kualitas reproduksi sapi breeding baik, dimana sapi tidak terlalu kurus ataupun tidak terlalu gemuk. Akan tetapi untuk mencapai bobot tersebut relatif sulit untuk sapi bakalan. Sehingga hampir semua sapi yang dijadikan breeding di PT Widodo Makmur Perkasa bobot tubuh pertamanya hanya berkisar 300 kg atau masuk skor 5 dalam BCS.

Menurut Glaze (2009) efek BCS terhadap terjadinya kebuntingan apabila skornya 5 adalah 81%. Padahal apabila skornya mencapai 6 atau 7 persentase kebuntingan sapi mencapai 88% atau 90%. Akan tetapi karena proses maintenance yang baik, bobot sapi tersebut bertambah naik dan mencapai bobot rata-rata 350 untuk kebuntingan kedua atau masuk kedalam skor 6. Sehingga secara otomatis persentasi kebuntingannya pun meningkat.

Dalam melakukan seleksi sapi yang akan dijadikan breeding, PT Widodo Makmur Perkasa Cianjur tidak hanya melihat Body Condition Scores (BCS) tetapi dilakukan juga pengukuran tinggi tubuh dimana tinggi minimal sapi 120 cm, umurnya harus antara 1,5 – 2,5 tahun dan alat reproduksinya harus dipastikan dalam keadaan normal yaitu dengan pemeriksaan palpalsi perektal.

Manaje men Peternakan Sistem Perkandangan

Tipe kandang yang digunakan di PT Widodo Makmur Perkasa adalah kandang koloni. Sedangkan jenis kandang yang digunakan adalah kandang terbuka dengan atap menutupi seluruh bagian kandang. Arah kandang memanjang dari arah timur ke barat. Tiang utama penopang atap kandang terbuat dari besi dan rangka atap terbuat dari kayu dengan penutup berbahan asbes yang kurang baik dalam menyerap panas akan tetapi ekonomis. Bentuk atap yang digunakan adalah atap monitor untuk ventilasi di sepanjang kandang. Tinggi sisi dalam atap adalah 4,5 meter dan tinggi sisi luar atap adalah 3 meter. Dinding yang digunakan

sebagai penyekat antar pen terbuat dari besi. Lantai kandang terbuat dari semen dengan kemiringan 3o ke arah bagian samping kandang.

Fasilitas yang terdapat di kandang tersebut berupa lorong (gang way) di bagian tengah, tempat pakan hijauan di sisi luar, tempat pakan konsentrat di sisi dalam dan tempat minum berada di kedua sisi samping kandang. Akan tetapi dalam pelaksanaanya tempat pakan yang digunaka n hanya yang di bagian sisi dalam karena waktu pemberian pakan hijauan dan konsentrat berbeda, tidak sekaligus diberikan keduanya sehingga dalam pengerjaannya lebih gampang, dimana apabila terjadi pakan yang tidak habis dalam tempat pakan tersebut bisa langsung dibersihkan dan satu jam kemudian diberi pakan konsentrat apabila pakan sebelumnya adalah hijauan dan sebaliknya, untuk setiap pagi dan sore hari.

Kandang yang dimiliki oleh PT Widodo Makmur Perkasa berjumlah 8 yang terdiri dari kandang A,B,C,D,E,F,G,H. Kandang A,B,C,E dan F merupakan kandang untuk sapi fattening dan fast trading, kandang D untuk sapi breeding dan kandang G dan H untuk kandang isolasi. Kandang A,B,C dan E terbagi menjadi 10 pen (A1-A10, B1-B10, C1-C10, E1-E10), kandang D 13 pen (D1-D13), kandang F 12 pen (F1-F12), kandang G dan H 8 pen (G1-G8, H1-H8). Secara keseluruhan kandang terbagi menjadi 81 pen dan berdaya tampung maksimal 6000 ekor sapi.

Kegiatan pembersihan kandang umumnya dilakukan setiap hari. Kotoran sapi (feses dan urin) di alirkan ke bak penampungan limbah yang terdapat di bagian timur peternakan. Limbah tersebut diolah menjadi pupuk kompos dan kemudian dijual.

Luas kandang berbeda-beda begitu pula dengan kepadatannya. menurut Santosa (1995), luas kandang untuk sapi potong sebaiknya tidak kurang dari 2 m2/ekor. Rumus untuk mengetahui kepadatan ideal adalah:

2 2 : 150 _ tan m BB kandangX luas ideal kepada (Santosa 1995)

Manaje men Pakan

Pakan yang diberikan di PT Widodo Makmur Perkasa Terdiri dari dua macam yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi sedangkan konsentrat yang digunakan adalah konsentrat buatan feedmill milik

28

sendiri. Bahan pakan konsentrat yang digunakan berasal dari tanaman seperti : pollard, kopra, klentheng, jagung halus, tepung daun lamtoro, onggok, b ungkil sawit, dedak, kulit buah cokelat, molases dan corn gluttein feed. Konsentrat juga ditambah limbah pabrik kue seperti wafer dan juga di tambah premix. Konsentrat dibagi menjadi empat jenis yang disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, yaitu: konsentrat recondition, konsentrat fattening starter, konsentrat fattening finisher, dan konsentrat trading. Formula ransum yang menyusun masing- masing konsentrat tersebut dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Formulasi Ransum di PT Widodo Makmur Perkasa

No Bahan Pakan Reconditi on (%) Fattening Starter (%) Fattening Finisher (%) Trading (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Corn Gluttein feed Pollard

Kopra Klentheng Jagung Wafer

Kulit Buah Cokelat Tepung Daun Lamtoro Onggok Dedak Bungkil Sawit Molases Premix 2,42 5 5 5 7,56 11 7 5 22,97 6,5 8 7 7,5 2,42 6,5 5 5 7,5 11 7 2,5 22 8 10 7 6 2,42 6 8 6 8 10 7 2,5 21 6 10 7 6 2,42 4 4 8,9 9,56 10 8 2,5 25 9 9 7 6

Sumber data : Arsip Feedmill PT Widodo Makmur Perkasa Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur

Pakan yang diberikan untuk sapi breeding yaitu 80% hijauan dan 20% konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah konsentrat BR yang spesifikasi formulanya sama dengan konsentrat fattening starter karena konsentrat tersebut cocok untuk memenuhi kebutuhan pakan untuk reproduksi, tetapi dengan kadar mineral dan vitamin yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan makro dan mikronya

Manaje men Reproduksi

Dalam manajemen reproduksi ternak, dikenal cara perkawinan secara alami dan inseminasi buatan (IB). PT Widodo Makmur Perkasa Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur dalam manajemen reproduksi menggunakan teknik inseminasi buatan (IB). Mereka berpendapat Teknik IB pada sapi lebih efisien da n ekonomis karena keterbatasan bibit pejantan unggul yang mereka miliki dan sifat sapi pejantan yang tidak mau untuk kopulasi apabila banyak gangguan di sekitarnya. Saat ini PT Widodo Makmur Perkasa hanya memiliki pejantan 11 ekor sedangkan untuk betina produktif jumlahnya mencapai 491 ekor. Sehingga 1 ekor pejantan untuk 50 ekor betina. Pejantan tersebut digunakan hanya sebagai cadangan untuk betina yang kemungkinan estrus terjadi pada malam hari saat operator IB tidak berada di kandang. Sumber semen yang digunakan adalah semen beku sapi Brahman yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar setiap IB sekitar Rp. 50.000/ekor.

30

Penampilan Reproduksi Sapi Brahman Cross Betina

Penampilan reproduksi sapi Brahman Cross dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Penampilan Reproduksi Sapi Brahman Cross Betina di PT WMP, Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur

Penampilan Reproduksi Sapi

Brahman Cross Betina PT WMP Literatur Siklus estrus

Lama siklus estrus

Umur sapi pertama kali estrus

Bobot badan sapi saat pertama kali estrus

Umur sapi pertama kali dikawinkan

Waktu yang tepat di-IB

Lama kebuntingan

Jumlah anak yang dilahirkan

Calving Interval S/C CR 18 – 24 hari 24 jam 2 tahun Rata-rata 300 kg 1,5 – 3 tahun 6-12 jam estrus 300 hari 1-2 ekor 12 bulan 1,5 46% 18 – 24 hari (Salisbury dan Vandemark 1985) 6 - 30 jam (Salisbury dan

Vandemark 1985) 10 - 26 bulan (Menurut Hafez 1980) 260 kg (Hunter 1980) 2,5 – 3 tahun (Sosroamidjojo, 1990) 6 – 12 jam estrus (Salisbury dan Vandemark 1985) 285 hari (Salisbury dan

Vandemark 1985) 1 – 2 ekor (Toelihere 1993) 12 bulan (Vanderplassche 1982) 1,6 – 2,0 (Toelihere 1993) 64% (Toelihere (1993) Sumber : Hasil wawancara dengan para pekerja dan arsip PT WMP Kabupaten Cianjur tahun 2009 dan literatur.

Berdasarkan data diatas, siklus estrus pada sapi Brahman Cross berkisar antara 18 – 24 hari. Menurut Chapman dan Caside dalam Salisbury dan Vandemark (1985), siklus estrus pada sapi berkisar antara 18 – 24 hari. Data

tersebut sudah sesuai dengan literatur. Siklus estrus digunakan untuk menghitung waktu perkiraan sapi yang akan di IB. PT Widodo Makmur Perkasa melakukan penyerempakan siklus estrus agar lebih memudahkan dalam IB dan pencatatan. Lamanya estrus yang diamati oleh pekerja adalah 24 jam. menurut Salisbury dan Vandemark (1985) lama estrus sapi adalah 6 - 30 jam. Umur sapi pertama kali estrus adalah 2 tahun, menurut Hafez (1980) sapi mencapai pubertas pada umur 10 – 26 bulan. Data tersebut sudah sesuai dengan literatur yang ada. Bobot badan sapi saat pertama kali estrus menurut wawancara rata-rata 300 kg. Menurut Hunter (1980) bobot badan sapi yang mencapai pubertas adalah 260 kg. Hal tersebut terjadi karena pakan yang diberikan terkontrol dengan baik, selain itu faktor genetik mempengaruhi bobot badan sapi brahman cross saat pertama kali estrus. Umur sapi pertama di kawinkan menurut hasil wawancara adalah yang berumur 1,5 – 3 tahun dan dilakukan IB setelah 6 - 12 jam estrus. Menurut Sosroamidjojo (1990) sapi brahman pertama dikawinkan pada umur 2,5 – 3 tahun dan menurut Salisbury dan Vandemark (1985) waktu optimal sapi untuk di-IB adalah 6 – 12 jam estrus. Data tersebut sudah sangat sesuai dengan literatur. Menurut data yang diperoleh, lama kebuntingan sapi yang ada di PT Widodo Makmur Perkasa berkisar sekitar 300 hari dengan jumlah anak yang dilahirkan antara 1-2 ekor.

Sapi Brahman Cross yang terdapat di PT Widodo Makmur Perkasa Cianjur menurut hasil wawancara setiap 2 bulan sudah bunting kembali. jadi, Calving Interval (CI) sapi Brahman Cross mencapai 12 bulan. Menurut Vandeplassche (1982) jarak optimum untuk CI adalah 12 bulan. Sehingga data tersebut sudah sesuai dengan literatur.

Berdasarkan data tahun 2009 di PT Widodo Makmur Perkasa dari 39 ekor sapi Brahman Cross yang di-IB diperoleh hasil nilai Service per Conception (S/C) sebesar 1,5 dan nilai Conception Rate (CR) sebesar 46%. Menurut Toelihere (1993) nilai S/C normal adalah 1,6 – 2,0 dan nilai CR optimum adalah 64%. Dari data tersebut terlihat nilai S/C berada di atas rata-rata. Hal tersebut terjadi karena sapi hanya memerlukan sedikit pelayanan IB dan sapi suda h bunting. Untuk nilai CR dari data yang diperoleh masih dibawah rata-rata, hal tersebut terjadi karena sapi tidak langsung bunting pada inseminasi pertama. Hal tersebut terjadi karena

32

berbagai faktor, yaitu tidak tepatnya waktu IB, kesuburan semen beku, fertilitas pejantan, kesalahan dalam melakukan IB maupun kesalahan pada saat thawing (peencairan semen beku). Jumlah kebuntingan pertama yang di inseminasi buatan sebanyak 18 ekor dari 39 ekor sapi Brahman Cross.

Penampilan Reproduksi Sapi Brahman Cross Jantan

Berdasarkan hasil wawancara, PT Widodo Makmur Perkasa Cianjur tidak memiliki data mengenai penampilan reproduksi sapi Brahman Cross jantan, sehinggga penulis tidak membahasnya.

Gangguan Reproduksi

Menurut hasil wawancara, masalah reproduksi yang pernah terjadi di PT Widodo Makmur Perkasa adalah abortus dan distokia. Kasus Abortus terjadi mungkin karena masalah mekanis seperti kepadatan kandang dan betina sudah bunting pada saat dibeli sehingga strees pada saat diperjalanan. Hal tersebut karena PT Widodo Makmur Perkasa pernah melakukan uji brucellosis dengan sampel sebanyak 200 ekor dan semuanya negatif. Masalah distokia relatif jarang kejadinnya, dan masih bisa ditangani oleh paramedis. Distokia terjadi disebabkan karena kelalaian dalam seleksi bibit.

Dokumen terkait