• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfometrik Juvenil Ikan Nila

Ikan nila umur panen 2, 3, dan 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Morfometrik juvenil ikan nila pada umur panen 2 minggu (a), 3 minggu (b), dan 4 minggu (c).

Morfometrik juvenil ikan nila yang terlihat pada Gambar 2 menunjukkan semakin bertambah umur panen maka semakin meningkat ukuran tubuhnya. Ciri-ciri fisik juvenil ikan nila tidak jauh berbeda dengan ikan nila dewasa. Menurut Effendi (2004) ciri-ciri ikan nila agak memanjang dan pipih ke samping, warna putih kehitaman dan warnanya semakin terang ke arah bagian ventral atau perut. Pada sirip ekor juvenil ikan nila terdapat delapan buah garis-garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan pada tubuh terdapat garis-garis vertikal berwarna hijau kebiruan. Mata tampak menonjol agak besar dan di tepinya berwarna hijau.

Pengukuran morfometrik dilakukan untuk mengukur bagian tubuh yang penting pada hewan, agar diketahui kisaran ukurannya, di setiap fase pertumbuhan pada masing-masing jenis-spesies hewan, sehingga informasi untuk determinasi taksa menjadi lebih lengkap dan akurat. Nilai penting yang terkandung dalam morfometrik yaitu mengenal lebih mendalam tentang jenis-spesies, melakukan estimasi umur dan jenis kelamin serta mengetahui berat dan ukuran tubuh. Hasil pengukuran bobot dan ciri morfometrik juvenil ikan nila menggunakan sampel yang diambil secara acak sebanyak 30 ekor disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Bobot dan morfometrik juvenil ikan nila dari berbagai umur panen (n=30)

Parameter Umur panen

2 minggu 3 minggu 4 minggu Bobot (g) 0,43 ± 0,11 0,85 ± 0,17 2,02± 0,47

Panjang total (cm) 2,93 ± 0,35 3,55 ± 0,40 4,95 ± 0,41

Tinggi badan(cm) 0,96 ± 0,09 1,29 ±0,14 1,62 ± 0,18

Tabel 1 menunjukkan bobot juvenil ikan nila pada umur panen 2, 3 dan 4 minggu berturut-turut sebesar 0,43 g, 0,85 g dan 2,02 g. Bobot juvenil ikan nila mengalami peningkatan pada setiap umur panen, begitu juga dengan ukuran panjang total dan tinggi badan ukuran selalu bertambah pada setiap umur panennya. Menurut Sarkar et al. (2013) perbedaan ukuran dan bobot suatu spesies tertentu disebabkan oleh keadaan kematangan seksual, tingkat ketersediaan sumber makanan, usia, jenis kelamin, dan sistem lingkungan. Pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu merupakan tanda dari adanya pertumbuhan.

b c

Effendie (2002) menyatakan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam biasanya adalah faktor yang sulit dikontrol misal keturunan, umur, jenis kelamin, dan penyakit. Faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi pertumbuhan ikan, yaitu suhu air, kandungan oksigen terlarut, ammonia, salinitas, serta makanan.

Komposisi Kimia Juvenil Ikan Nila

Komposisi kimia suatu bahan dapat diketahui dengan analisis proksimat. Komposisi kimia juvenil ikan nila meliputi kadar air, abu, protein dan lemak yang dihitung secara by difference. Analisis dilakukan berdasarkan ikan nila utuh dan hasilnya dicantumkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi kimia juvenil ikan nila pada berbagai umur panen Komposisi kimia Umur panen 30 hari * Nila Dewa sa** 2 minggu (%bb) 3 minggu (%bb) 4 minggu (%bb) Kadar air 79,52 ± 0,65 80,26± 1,08 79,34± 0,69 79,12 80,08 Kadar abu 2,91± 0,202 3,18± 0,08 4,12± 0,12 1,25 0,69 Kadar protein 11,28± 0,414 11,51± 0,46 11,75±0,10 17,20 17,94 Kadar lemak 3,85± 0,22 3,15± 0,04 3,76± 0,24 1,15 1,04 Karbohidrat 2,44± 0,21 1,9± 0,48 1,03± 0,27 1,28 0,25

Keterangan: **Chaijan (2011);*Justi et al. (2003).

Proksimat ikan mencerminkan manfaat ikan tersebut sebagai sumber energi bagi manusia, yang nilainya tergantung pada beberapa faktor, antara lain, umur, jenis dan lingkungannya. Proksimat dapat berfungsi sebagai biomarker dari polusi lingkungan. Prasath dan Arivoli (2008) dalam penelitiannya terhadap ikan Catla catla yang dipelihara dalam air yang mengandung HgCl2 menunjukkan terjadinya penurunan kandungan protein dan karbohidrat. Adebola dan Kayode (2013) menguji pengaruh Pb(NO3)2 dan ZnCl2 pada juvenil ikan lele (Clarias gariepinus) berumur 6-8 minggu dan hasilnya menunjukkan adanya penurunan nilai proksimat, karena sebagian protein, lemak dan karbohidrat dipakai sebagai energi dalam mekanisme detoksikasi.

Kadar Air

Air yang merupakan komponen utama juvenil ikan nila berada pada nilai yang hampir sama untuk umur panen 2, 3 dan 4 minggu, bahkan bila dibandingkan dengan nila umur 30 hari dan nila dewasa. Justi et al. (2003) menunjukkan kadar air ikan nila umur 30 hari sebesar 79,12% dan menurut Chaijan (2011) kadar air ikan nila dewasa sebesar 80,08%. Kadar air pada ikan mencerminkan indikator untuk menilai kandungan energi relatif dan lemak serta proteinnya, semakin rendah kadar air ikan maka cenderung semakin tinggi kadar protein dan lemaknya (Dempson et al. 2004). Aberoumand (2012) dalam penelitiannya terhadap beberapa spesies ikan di Iran memperoleh hasil bahwa semakin tinggi kadar air, maka semakin rendah kadar lemaknya.

10

Kadar Abu

Kadar abu mengalami peningkatan pada juvenil ikan nila berumur panen 2 minggu ke 3 dan 4 minggu. Hal ini diduga karena pada umur panen 2-4 minggu terjadinya pembentukan tulang dan ini didukung oleh hasil riset Rasmussen dan Ostenfeld (2000) yang menyatakan bahwa kadar abu yang tinggi pada juvenil ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) disebabkan oleh adanya laju pertumbuhan tulang yang cepat, sedangkan pada ikan dewasa pertumbuhan jaringan lain terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tulang.

Hewan air membutuhkan mineral untuk membentuk tulang belakang, jari-jari sirip, penyampaian impuls dari syaraf pusat dan berperan dalam osmoregulasi tubuh, membentuk bagian eksoskeleton dan haemoglobin. Aslianti dan Priyono (2009) menyatakan mineral berperan untuk meningkatkan kerja syaraf dalam menyampaikan impuls, memperlancar osmoregulasi dan sebagai kofaktor dalam memperlancar kerja enzim dalam tubuh hewan air.

Kadar Protein

Kadar protein pada ketiga umur panen berturut-turut sebesar 11,28%, 11,51% dan 11,75%. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh Lugo et al. (2003), yaitu 17, 00% dan Chaijan (2011) sebesar 17,94%. Terjadinya perbedaan kadar protein diduga dipengaruhi oleh aktivitas metabolik setiap umur panen ikan. Rubbi et al. (1984) menyatakan juvenil ikan mengandung lebih banyak protein tetapi lebih sedikit lemak daripada ikan dewasa. Menurut Ramseyer (2002) kandungan protein sebagian besar ikan meningkat secara perlahan, atau kurang lebih tetap dengan meningkatnya berat tubuh ikan. Berdasarkan Tabel 1 dan 2, terlihat bahwa meningkatnya panjang, bobot dan tinggi ikan tidak berakibat meningkatkan kadar protein ikan tersebut.

Kadar protein pada juvenil ikan nila dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor lingkungan. Pramono et al. (2007) menyatakan bahwa kandungan protein sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan, kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan kondisi lingkungan.

Kadar Lemak

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar lemak relatif tinggi, yakni 3,85%; 3,15%; dan 3,77% untuk ikan nila berumur 2, 3, dan 4 minggu. Tingginya kadar lemak diduga sebagai sumber energi utama untuk pergerakan, mengingat pencernaan belum sempurna sehingga belum bisa menyerap karbohidrat untuk keperluan tersebut. Salam et al. (2001) menyatakan kadar lemak merupakan salah satu bahan organik penyusun tubuh yang seharusnya meningkat seiring dengan pertambahan ukuran tubuh ikan.

Kandungan lemak pada setiap biota akan berbeda-beda. Menurut Jacoeb et al. (2008) kadar lemak pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh jenis ikan tetapi dipengaruhi pula oleh kebiasaan makan (feeding habit), jenis makanan, umur, lingkungan, musim, dan TKG. Menurut Penha-Lopez et al. (2005) faktor lingkungan misal suhu, salinitas dan cahaya juga mempengaruhi komposisi lipida pada jaringan tubuh larva, dengan demikian kebutuhan asam lemak esensial juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada.

Karbohidrat

Kadar karbohidrat diperoleh dari hasil perhitungan secara by difference, sehingga nilai yang didapat merupakan proporsi dari hasil pengurangan keseluruhan proksimat. Kadar karbohidrat juvenil ikan nila dalam penelitian ini menunjukkan penurunan dari setiap umur panennya. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Justi et al. (2003) yang sebesar 1,28%.

Perbedaan nilai karbohidrat diduga akibat perkembangan otot ikan pada setiap umur panen. Ikan dewasa cenderung memiliki kadar karbohidrat yang lebih tinggi dari juvenil ikan. Santos et al. (2012) menyatakan karbohidrat ditemukan pada ikan dalam bentuk glikogen otot, semakin dewasa ikan, semakin banyak glikogen yang terkandung dalam otot ikan, karena jaringan otot semakin membesar.

Komposisi Mineral Juvenil Nila (O. niloticus)

Mineral merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh selain vitamin. Mineral dibedakan menjadi mineral makro dan mikro. Mineral makro adalah mineral yang terdapat dalam jumlah banyak untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh, sedangkan mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral makro meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (Arifin 2008). Mineral yang dianalisis yaitu natrium, kalsium, magnesium, besi, seng, dan tembaga. Komposisi mineral baby fish nila disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Mineral juvenil ikan nila (O. niloticus)

Komposisi Mineral bk (ppm)

Umur Panen (Minggu)

2 3 4 Mineral Makro 5693,82±18,24 6115,17±19,9 4642,74±18,46 Ca Na 293,47± 0,45 300,02± 0,35 292,26± 0,16 Mg 154,05± 1,21 202,88± 0,38 159,48 ± 2,00 Mineral Mikro Fe 236,53±8,19 155,79 ±1,95 718,44 ± 4,67 Cu 2,05 ±0,01 1,99 ±0,02 1,92 ±0,03 Zn 41,55 ±0,6 39,81 ±0,76 40,3 ±0,59

Kalsium, natrium dan mangan mengalami kenaikan pada umur panen minggu ke-3 dan menurun di umur panen minggu ke-4. Penurunan mineral-mineral tersebut diduga terkait dengan kandungan mineral-mineral pada pakan yang ada. Ye et al. (2005) menemukan bahwa komposisi mineral dan abu (Ca, P, dan Mg) dapat menurun jika tidak ditunjang dengan pemberian pakan yang bernutrisi tinggi. Berdasarkan penelitian tersebut, pakan tanpa komposisi P menunjukkan penurunan pertumbuhan karena menyebabkan berkurangnya nafsu makan, dan efisiensi pakan yang rendah. Kalsium merupakan satu dari beberapa mineral penting yang berperanan dalam pembentukan tulang dan sebagian terikat pada protein dan miosin (Jeyasanta dan Patterson 2014). Kalsium bersama fosfor bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan pemeliharaan tulang (NRC 1993).

12

Natrium mengalami penurunan di umur panen minggu ke-4 diduga disebabkan oleh hilangnya Na bersama cairan ekstraseluler ikan. Natrium terutama terdapat dalam cairan ekstraseluler bersama-sama dengan klorida dan bikarbonat. Jika cairan di dalam daging hilang, maka unsur utama yang hilang yaitu natrium (deMan 1997). Natrium merupakan ion monovalen cairan ekstraseluler dan merupakan ion terbanyak (93%) dalam cairan darah yang mengalir (Nawal. 2008).

Natrium bertugas menjaga kesetimbangan elektrolit cairan tubuh (Chatterjee et al. 2006). Magnesium merupakan bagian penting tulang keras dan tulang rawan ikan serta kulit krustase (Reigh et al. 1991; Sivaperumal et al. 2007).

Kadar besi juvenil ikan nila mengalami peningkatan dari umur panen 2 minggu hingga 4 minggu, sedangkan seng dan tembaga menurun di umur panen minggu ke-4. Menurut Harjono et al. (1996) ikan juvenil memerlukan mineral besi lebih banyak dibandingkan dengan ikan dewasa, hal ini terkait dengan fungsi besi dalam sistem respirasi untuk transportasi oksigen ke jaringan (hemoglobin) dan mekanisme oksidasi selular untuk menunjang metabolisme yang tinggi pada masa pertumbuhan sehingga kandungan besi juvenil ikan nila tinggi. Selanjutnya Wiramiharja et al. (2007) menyatakan komposisi mineral besi yang rendah pada ikan dapat menghambat pertumbuhan. Tembaga berperan dalam beberapa kegiatan enzim pernapasan sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokhrom oksidase, dan diperlukan dalam proses pertumbuhan sel-sel darah merah yang masih muda(Winarno 2008). Nurjanah et al. (2005) menyatakan bahwa peran tembaga sebagai kofaktor maupun sebagai pengatur enzim SOD cukup besar. Jika tubuh kekurangan tembaga maka akan terjadi peningkatan peroksida lipid. Absorpsi seng dalam tubuh dipengaruhi oleh status seng tubuh, jenis makanan, kelebihan tembaga, dan nilai albumin serta transferin yang rendah. Bila konsumsi seng tinggi, di dalam sel dinding saluran cerna sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorpsi seng berkurang. Menurut Almatsier (2001) bentuk simpanan kemudian dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya adalah 2-5 hari. Stanek et al. (2005) menyatakan bahwa seng memiliki kecenderungan terakumulasi dalam otot ikan. Kandungan seng yang tinggi pada hewan kemungkinan akibat kadar seng di perairan yang juga tinggi.

Struktur Jaringan Otot Juvenil Ikan Nila (O. niloticus)

Berdasarkan Gambar 3A jaringan daging belum menunjukkan jaringan yang kompak. Miomer masih berukuran kecil dan dalam preparasi mengalami pengerutan, sehingga terjadi ruang antar miomer. Mioseptum secara mikroskopis belum bisa diamati. Mulai terjadi kerusakan pada beberapa miomer dalam bentuk retaknya serta pengeroposan miomer. Material akibat rusaknya miomer keluar dan memenuhi ruang antar miomer dalam bentuk seperti kabut.

Hasil analisis mikroskopis jaringan daging juvenil ikan nila dicantumkan pada Gambar 3.

(A) (B)

(C)

Gambar 3 Penampang melintang otot juvenil ikan nila dengan perbesaran masing-masing 40x pada umur panen : (A) dua minggu (a. Miomer utuh; b. Miomer mengalami keretakan; c. Miomer mengalami pengeroposan; d. Ruang antar miomer), (B) tiga minggu (a. Miomer utuh; b. Mioseptum; c. Ruang antar miomer; d. Material terlarut dari miomer keluar dan memenuhi ruang antar miomer), (C) empat minggu (a. Miomer utuh; b. ruang antar miomer).

Gambar 3B menunjukkan jaringan miomer lebih kompak dan masih utuh daripada jaringan juvenil ikan nila umur 2 minggu. Mioseptum sudah mulai terlihat sebagai batas tipis antar miomer, namun masih terbentuk ruang antar miomer secara masiv. Tidak terlihat adanya keretakan ataupun pengeroposan miomer, sedangkan pada umur empat minggu (Gambar 3C) Kondisi miomer mirip dengan jaringan pada juvenil ikan nila umur 3 minggu, yakni miomer kompak dan tidak terlihat adanya kerusakan miomer, baik retaknya ataupun keroposnya miomer. Miomer terlihat lebih jarang dibandingkan jaringan yang berumur 2 dan 3 minggu, sehingga ruang antar miomer nyata terlihat sehingga kemampuan miomer untuk mengikat air berkurang. Menurut Lonergan (2012) Kandungan air pada otot mayoritas berada padas struktur myofibril, Selanjutnya Johnston et al. (2011) menyatakan setiap blok-blok miotom dibatasi oleh

14

mioseptum. Ketebalan mioseptum bervariasi sepanjang tubuh, disektiar kulit mioseptum lebih tebal. Jumlah dan ukuran miotom bervariasi tergantung pada filogeni, ontogeni, morfologi tubuh, dan gaya bergerak ikan tersebut. Hasil pengamatan histologi juvenil ikan nila disajikan dalam Gambar 3.

Dokumen terkait