• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi produk

Kue kering (semprong) yaitu kue yang pemanggangannya dengan oven atau alat lain dengan hasil memiliki kadar air 5-10 %. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha roti kering, beberapa diantaranya adalah ketepatan didalam memilih resep, proses pembuatan, ukuran atau timbangan bahan, analisis usaha dan kalkulasi harga (Mudjajanto, 2004).

Semprong labu kuning dibuat dalam tiga perlakuan formulasi berdasarkan komposisi bahan baku yaitu labu kuning. Formulasi semprong yang pertama menggunakan bahan labu kuning 50 g, formulasi semprong yang kedua dengan bahan labu kuning 100 g, dan formulasi semprong yang ketiga dengan bahan labu kuning 150 g.Formulasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Formulasi Semprong Labu Kuning

Bahan Formula I Formula II Formula III

Tepung beras 250 g 200 g 150 g

Labu kuning 50 g 100 g 150 g

Gula pasir 50 g 50 g 50 g

Santan 425 ml 425 ml 425 ml

Telur 80 g 80 g 80 g

Tahap awal proses pengolahan semprong labu terdiri dari pemilihan labu kuning, pengupasan, pemisahan biji, pemotongan, penimbangan bahan, pencucian, penghancuran, pembuatan adonan, pemanggangan, dan pengemasan.

Proses pembuatan semprong labu kuning adalah sebagai berikut. 1. Pemilihan labu kuning

commit to user

Tahap awal proses pengolahan semprong labu kuning ini adalah pemilihan labu kuning sebagai bahan baku utama dengan kriteria yang sudah tua, berwarna kuning, tekstur agak keras dan kenampakan bagus

Gambar 4.1 Pemilihan labu kuning 2. Pengupasan

Labu kuning kemudian dikupas kulitnya dengan menggunakan pisau, agar terpisah antara kulit dari daging labu kuning.

Gambar 4.2 Pengupasan 3. Pemisahan biji

Setelah labu kuning dikupas tahap selanjutnya menghilangkan bijinya beserta lendir atau serat yang menempel pada daging labu kuning dengan menggunakan sendok sampai bersih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Gambar 4.3 Pemisahan biji 4. Pemotongan

Labu kuning yang sudah dikupas dan dihilangkan bijinya kemudian dipotong kecil-kecil agar memudahkan saat penghancuran dengan blender.

Gambar 4.4 Pemotongan 5. Penimbangan

Tahap selanjutnya dilakukan penimbangan bahan baku (labu kuning, tepung beras, gula pasir, telur, dan santan ) yang digunakan dalam pengolahan semprong labu kuning.Berat masing-masing bahan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

6. Pencucian

Labu kuning yang sudah ditimbang kemudian dicuci, yang bertujuan menghilangkan kotoran yang melekat pada bahan yang dapat menunjukkan adanya populasi mikroorganisme, untuk menghilangkan adanya sisa-sisa insektisida dan untuk menghilangkan kulit dan biji yang masih tersisa pada daging labu kuning. Air yang digunakan untuk mencuci

commit to user

harus bersih, dan menggunakan air ledeng yang mengalir dan bersih (Afrianti dan Herliani, 2008).

Gambar 4.5 Pencucian 7. Penghancuran

Labu kuning yang sudah dicuci kemudian dilakukan dihancurkan dengan menggunakan blender, Pemblenderan dilakukan sampai daging labu kuning menjadi bubur.Tahap ini bertujuan untuk memudahkan pencampuran dengan bahan lain.

Gambar 4.6 Penghancuran 8. Pembuatan adonan

Labu kuning yang sudah halus kemudian dicampur dengan bahan- bahan yang lain yaitu tepung beras, santan, gula pasir, dan telur. Semua bahan dicampur sampai rata dan menghasilkan adonan yang homogen, karena sifat ini akan mempengaruhi keseragaman produk akhir yang dihasilkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

9. Pendinginan

Pendindingan ini bertujuan agar adonan yang dihasilkan tidak menjadi keras atau bantat dalam pemanggangan diatas cetakan semprong, proses ini menentukan kualitas produk semprong yang dihasilkan.

10.Pemanggangan adonan

Adonan yang sudah jadi kemudian dipanggan diatas cetakan semprong yang telah disiapkan dengan api sedang. Proses pemanggangan dilakukan selama 2 menit sampai matang yangditandai dengan warna kuning kecoklatan dan renyah.

Gambar 4.7 Pemanggangan 11.Pengemasan

Pengemasan menggunakan plastik yang kemudian diberi label dan semprong labu kuning siap dipasarkan. Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dari ancaman kontaminasi udara luar dan memperpanjang umur simpan produk.

commit to user

Gambar 4.8 Pengemasan

Semprong labu kuning ini selanjutnya dilakukan analisis sensori dan kadar betakaroten serta kadar airnya. Analisis penerimaan sensori meliputi uji skoring dan uji ranking terhadap warna, rasa, aroma dan keseluruhan semprong labu kuning.

a. Analisis Sensosi Semprong Labu Kuning

Uji organoleptik dilakukan terhadap tiga formulasi yang berbeda, yaitu formulasi I dengan penambahan tepung beras 250 g dan labu kuning 50 g, formulasi II dengan penambahan tepung beras 200 gdan labu kuning 100 g, dan formulasi III dengan penambahantepung beras 150 g dan labu kuning 150 g. Ketiga formulasi tersebut dilakukan uji organoleptik dengan metode uji skoring dan metode uji ranking.Uji organoleptik ini dapat membantu dalam penentuan formula yang paling tepat untuk mendapatkan gambaran mengenai selera konsumen dipasaran dan sangat membantu dalam bidang industri pangan yang ingin mengeluarkan produknya agar dapat diterima oleh konsumen terutama produk-produk baru, salah satunya semprong labu kuning.

Hasil analisa sensoris semprong labu kuning yang dilakukan dengan uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.2 danTabel 4.3.

Tabel 4.2Hasil Analisa Sensori Terhadap Uji Skoring

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 31 Formulasi I 4,17a 4,03ab 3,80a 4,17b Formulasi II 4,03a 4,20b 4,30b 4,10ab Formulasi III 3,73a 3,70a 3,83a 3,70a Skala nilai : 1 = tidak suka

2 = kurang suka 3 = agak suka 4 = suka 5 = sangat suka

Tabel 4.3Hasil Analisa Sensori Terhadap Uji Ranking

Sampel Rasa Warna Aroma Keseluruhan

Formulasi I 1,83a 1,97ab 2,20b 1,83a Formulasi II 1,90a 1,73a 1,63a 1,83a Formulasi III 2,27a 2,30b 2,17b 2,30b Skala nilai : 1 = nilai yang paling disukai ke 1

2 = nilai tingkat kesukaan ke 2 3 = nilai tingkat kesukaan ke 3

1. Rasa

Rasa didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diketahui dengan indera perasa. Rasa memiliki empat macam rasa dasar yaitu manis, asin, asam dan pahit (Kartika, dkk, 1988).Dari tabel 4.2 uji scoring maupun tabel 4.3 uji ranking dapat diketahui bahwa formula Idengan penambahan labu kuning50 g tidak beda nyata dengan formula II dengan penambahan labu kuning 100 g dan tidak berbeda nyata pada formula III dengan labu kuning 150 g. Artinya dari ketiga sampel tersebut tidak ada perbedaan rasa. 2. Warna

commit to user

Warna menjadi atribut kualitas yang paling penting, walaupun suatu produk bernilai gizi tinggi, rasa enak, dan aroma baik namun jika warna kurang menarik maka akan menyebabkan produk tersebut kurang diminati. Warna merupakan parameter pertama yang menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Dari tabel 4.2 pada uji skoring untuk formulasi I (50 g labu), tidak beda nyata terhadap formulasi II (100 g labu), sedangkan untuk formulasi II (100 g labu), dan formulasi III (150 g labu) beda nyata. Dari hasil uji skoring tersebut., semprong yang paling disukai warnanya yaitu semprong formulasi II dengan penambahan labu 100 g. Pada tabel 4.3 hasil uji ranking menunjukan tingkat penerimaan sampel labu kuning sama dengan hasil uji skoring, yaitu sampel II paling disukai oleh panelis.

3. Aroma

Aroma dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat diamati dengan indera pembau. Aroma atau bau sendiri sukar untuk diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aromanya. Dari tabel 4.2 pada uji skoring untuk semprong dengan formulasi II (100 g labu)beda nyata terhadap formulasi I (50 g labu), dan formulasi III (150 g labu), sedangkan untuk semprong formulasi I (50 g labu), dan formulasi III (150 g labu) tidak beda nyata.Dari hasil uji skoring, semprong yang paling disukai aromanya yaitu semprong formulasi II dengan penambahan labu 100 g. Pada tabel 4.3 hasil uji ranking sama dengan uji skoring yaitu formulasi II (100 g labu) beda nyata

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

terhadap formulasi I (50 g labu), dan formulasi III (150 g labu). Hasil uji ranking aroma semprong yang paling disukai yaitu semprong formulasi II dengan penambahan labu 100 g.

4. Keseluruhan (Overall)

Keseluruhan (overall) didefinisikan sebagai sesuatu dari keseluruhan baik dari indera penglihatan, indera perasa, indera pembau, maupun yang digunakan untuk mendeteksi secara keseluruhan warna, rasa, dan aroma (Kandeda, 1999). Dari tabel 4.2 pada uji skoring untuk formulasi II (100 g labu) tidak beda nyata terhadap formulasi I (50 g labu), tetapi beda nyata dibanding formulasi III (150 g labu). Dari hasil uji skoring, semprong yang paling disukai secara keseluruhan yaitu semprong formulasi I dengan penambahan labu 50 g, tetapi nilainya tidak beda nyata dengan semprong formulasi II. Pada tabel 4.3 hasil uji ranking semprong formulasi I (50 g labu), dan formulasi II (100 g labu) tidak beda nyata. Dari hasil uji ranking overall semprong yang paling disukai yaitu semprong formulasi II dengan penambahan labu 100 g.

Dari hasil overall uji skoring dan uji ranking meliputi warna, rasa, aroma, dan overall, diketahui bahwa untuk sampel II adalah yang paling disukai oleh panelis. Oleh karena itu analisa kimia, ekonomi selanjutnya dilakukan terhadap sampel II.

b. Analisis Kimia pada Semprong Labu Kuning

Setelah melakukan analisis sensoris terhadap semprong labu kuning selanjutnya dilakukan analisis kimia pada semprong dengan formulasi 100 g labu kuning. Tujuan analisis kimia pada semprong labu kuning adalah untuk mengetahui kadar betakaroten pada semprong. Hasil analisis kimia semprong labu kuning dapat dilihat padaTabel 4.4.

Tabel 4.4Karakteristik Kimia semprong labu kuning

commit to user

Kadar beta karoten 0,0018µg/g

Kadar air 6,90 %

1. Kadar Air

Pengaruh kadar air terhadap kerenyahan semprong labu kuning yaitu kadar air yang rendah akan meningkatkan kerenyahan pada produk, karena semakin banyak air yang keluar dari bahan maka semakin banyak ruang kosong yang terdapat dalam jaringan sehingga pada saat semprong dipanggang akan mengembang sampai tingkat tertentu dan menyebabkan semprong menjadi lebih renyah (Muchtadi et al., 1987).

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen.Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, dan rasa bahan pangan.Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembangbiak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Makin rendah kadar air, makin lambat pertumbuhan mikroorganisme dan bahan pangan tersebut dapat tahan lama. Sebaliknya makin tinggi kadar air dalam bahan, makin cepat mikroorganismeberkembangbiak sehinggaproses pembusukanakan berlangsung lebih cepat (Winarno, 2002).

Dari hasil uji kadar air dengan metode Destilasi (AOAC,1970) pada semprong labu kuning diperoleh hasil kadar air semprong labu kuning sebesar 6,90 %, hal ini tidak sesuai dengan syarat mutu kue kering (biscuit) SNI 01-2973-1992 dengan kadar air maks 5 %.

2. Kadar Beta karoten

Betakaroten merupakan senyawa pigmen berwarna kuning atau oranye yang bersifat larut dalam lemak, tidak larut dalam air,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dan mudah rusak. salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan beta karoten ialah karena teroksidasi pada suhu tinggi. hal ini terjadi pada proses pembuatan semprong dengan bahan dasar Labu kuning.

Labu kuning yang telah diolah menjadi produk semprong mengalami penurunan kadar beta karoten dibandingkan kadar beta karoten labu kuning. Hal dikarenakan pada proses produksi labu kuning menjadi semprong dilakukan pemanggangan, sehingga produk yang mengandung minyak akan mengurangi kadar beta karotennya, maka dari itu perlu adanya alternatif proses produksi semprong labu kuning untuk mempertahankan kadar beta karoten.

B. Desain Kemasan 1. Bahan

Pengemasan pada semprong labu kuning menggunakan plastik PP dengan tebal 0,03 mm. Plastik PP merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi gas propilena, yang berciri-ciri jernih, elastis dan tahan panas.

Karakteristik plastik PP yaitu:

a. Kuat, ulet, ringan dan transparan (tidak sebening PVC)

b. Proteksi baik terhadap uap air dan, ketahanan terhadap reaksi kimia c. Tidak beracun dan ramah lingkungan dan stabil pada suhu tinggi

Plastik PP mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190-200oC), sedangkan titik kristalisasinya antara 130–135oC. Polypropylene mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia ( hemical Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah.

2. Bentuk

Pengemasan pada semprong labu kuning menggunakan plastik PP yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran lebar 10 cm dan panjang 15 cm. Dengan kemasan menggunakan plastik PP, penutupan kemasan

commit to user

dengan menggunakan sealer agar tertutup rapat dan rapi (lebih menarik) dan menghindari kebocoran, sehingga produk yang dikemas memiliki umur simpan lama dan tetap mempertahankan kualitas produk dari segi rasa, warna dan kerenyahan semprong.

3. Labelling

Labelling pada pengemasan semprong labu kuning terdiri dari judul produk, komposisi, netto, ijin produksi dari dinas kesehatan atau Badan POM, kadaluarsa dan produsen produk. Labeling ini bertujuan untuk mempromosikan produk yang sudah siap dipasarkan yang sudah mendapatkan ijin produksi. Labelling semprong labu kuning menggunakan stiker dengan ukuran panjang 7 cm dan lebar 5 cm.

Gambar 4.24 Label Semprong Labu Kuning

C. Analisis Ekonomi

Setelah diketahui formulasi semprong labu kuning yang disukai dari hasil uji organoleptik menggunakan metode kesukaan selanjutnya dapat dilakukan perhitungan analisa ekonomi untuk mengetahui harga jual dari produk semprong labu kuning ini. Analisa ekonomi digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan produk semprong labu kuning sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya produksi yang selama satu periode kerja tetap jumlahnya. Biaya ini tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan dan jumlah kerja suatu alat atau mesin.

a. Biaya Usaha

Tabel 4.5. Biaya Usaha

Uraian Rp/bulan Sewa bangunan 300.000 Biaya promosi 100.000 Biaya administrasi 100.000 Jumlah 500.000 b. Biaya Amortisasi

Tabel 4. 6. Biaya Amortisasi

Harta tak bewujud Rp/bulan Perijinan (Rp 1.800.000,- selama 1 th) 150.000

Jumlah 150.000

c. Biaya Penyusutan/Depersiasi (P-S)/N

Tabel 4. 7. Biaya Penyusutan/Depersiasi Uraian Jumlah Rp @ Satuan Harga (P) (Rp) Nilai sisa(S) N Deprisiasi (Rp/bln) Timbangan 2 50.000 100.000 5.000 2 3.958 pisau 5 3.000 15.000 0 1 1.250 Blander 3 400.000 1200.000 20.000 4 24.583 Baskom 5 9.000 45.000 1.000 1 3.667 cetakan 6 60.000 360.000 5.000 2 14.792 Kompor gas 3 300.000 900.000 15.000 3 24.583 Pengaduk Sealer Sendok 6 1 6 3.000 300.000 2.000 18.000 300.000 12.000 0 20.000 0 1 5 1 1.500 4.667 1.000 Jumlah 2.950.000 80.000

d. Pajak dan Asuransi

commit to user

Pajak Asuransi dan Usaha = 5% x Rp 2.950.000 = Rp 147.500 /bulan

e. Bunga/ bulan

Rumus : Bunga x biaya usaha = 1,3% x Rp 500.000 = Rp 6500

Bunga x biaya pokok = 1,3% x Rp 16.175.000 = Rp2.102.750

Jumlah = Rp 6500 + Rp 2.102.750 = Rp2.109.250

Tabel 4. 8. Total Biaya Tetap (Fixed Cost)

Komponen Biaya Tetap Rp/bulan

Biaya Usaha 500.000

Biaya Penyusutan/Depresiasi 80.000

Biaya Amortisasi 150.000

Dana sosial pajak bunga

157.500 2.109.250

Jumlah Rp 2.996.750

2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

a. Biaya Bahan Baku, Bahan Tambahan, dan Kemasan

Dalam satu kali produksi diasumsikan produksi dari industri semprong labu kuning menghasilkan 200 kemasan dengan menyesuaikan karyawan dan hari kerja selama 25 hari.Jadi kapasitas produksi dalam satu bulan untuk semprong labu kuning sebanyak 5000 kemasan. bahan baku yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.9. Perhitungan :Periode perhitungan 1 bulan = 25 hari kerja

Produksi semprong Labu Kuning 200 kemasan/hari Tabel 4.9. Biaya Bahan Baku

Bahan Jumlah Rp@ satuan Rp/hari Rp/bulan Labu kuning 4,8 kg 5.000/kg 24.000 750.000

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 39 Tepung beras 6,4 kg 10.000/kg 64.000 3.600.000 Gula 1,6 kg 11.000/kg 17.600 562.500 telur 2,8kg 18.000/kg 33.600 1.500.000

kelapa 16 butir 32.000 butir 19.200 600.000

Jumlah biaya bahan per hari 188.000

Jumlah biaya bahan per bulan 4.700.000

Tabel 4.10. Biaya Kemasan

Kemasan Jumlah Rp @ satuan Rp/hari Rp/bln Plastik PP 200 300/biji 60.000 1500.000 Stiker 200 500 100.000 2500.000

Jumlah 4000.000

Tabel 4.11. Biaya tenaga kerja

jabatan gaji/bulan total/bulan

produksi 800.000 4.000.000

manajer 1.600.000 1.600.000

Jumlah 5.600.000

Tabel 4.12. Total Biaya Bahan Baku, dan Kemasan

Item Rp /hari

Biaya bahan baku 188.000

Biaya kemasan 160.000

Jumlah biaya per hari 348.000

Jumlah biaya per bulan 8.700.000

b. Biaya Bahan Bakar dan (Energi dan Pembersih)

Tabel 4.13. Biaya Bahan Bakar dan Pembersih

Nama Jumlah Rp/bulan

Listrik dan air - 112.350

Gas (LPG) 15 kg @ 78.000 2 156.000

Sabun (cuci, tangan) @ Rp 2.000 5 10.000

Jumlah 278.350

Perhitungan :

a) Peralatan dengan listrik 1. Sealer

commit to user

Daya terpakai 150 watt, 2 jam kerja per hari dengan tarif listrik Rp 680/Kwh.

Maka biaya listrik per bulan

= x25harix680/Kwhx2jam/hari 1.000 (watt) 150 = Rp 5.100 2. Blander

Daya terpakai 400 watt, 1 jam kerja per hari dengan tarif listri Rp 10/Kwh

Maka biaya listrik per bulan

= x25harix75/Kwhx3jam/hari

1.000 (watt) 400

= Rp 2.250

Maka biaya listrik per bulan

Total tarif listrik/bulan = Rp 5.100 + Rp 2.250 = Rp 7.350

b) Tarif air

PDAM : penggunaan 35 m3/bulan tarif PDAM Rp 3.050/m3 Maka besar tarif air PDAM = 35m3 x 3.000 m3

= Rp 105.000

Total biaya listrik dan air = Rp 7.350 + Rp 105.000 = Rp 112.350

c. Biaya Perawatan dan Perbaikan (% FPP x P x Jam/1000)

Tabel 4.14. Biaya Perawatan dan Perbaikan Uraian Jml Rp @ Satuan Harga (P) (Rp) % FPP Jam/ hari Hari/ bulan BPP/ bulan Timbangan 2 50.000 100.000 3 2 25 150 pisau 5 3.000 15.000 2 2 25 15 Blander 3 400.000 1.200.000 4 3 25 3600 Baskom 5 9.000 45.000 2 2 25 45 Cetakan Kompor Pengaduk 6 3 6 60.000 300.000 3.000 360.000 900.000 18.000 2 4 2 1 5 3 25 25 25 180 4500 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 41 Sealer sendok 1 6 300.000 2.000 300.000 12.000 2 1 4 2 25 25 600 6 Jumlah 2.950.000 Jumlah BPP 9123

Tabel 4.15. Total Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

Komponen Biaya Rp/bulan

Biaya bahan baku, dan kemasan 8.700.000 Biaya bahan bakar

Biaya Perawatan dan Perbaikan (BPP)

278.350 9.123

Tenaga kerja 5.600.000

Jumlah Rp14.587.473

Total Biaya Produksi / Total Cost Per Bulan

Total Biaya Produksi = Total biaya tetap + total biaya tidak tetap = Rp 2.996.750+ 14.587.473

= Rp 17.584.223

3. Kriteria Kelayakan Usaha

a. Penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP)

Dalam 1 kali produksi per hari menghasilkan 200 kemasan semprong (1 kemasan = 75 g).

Kapasitas produksi dalam 1 bulan = 200 kemasan x 25 hari = 5000 kemasan

Harga Pokok Produksi (HPP)

HPP = bulan Produksi/ Jumlah bulan Produksi/ Biaya Total = 5.000 17.584.223 Rp = Rp 3516,84 /kemasan

Jadi harga pokok penjualan semprong Labu Kuning yaitu Rp3.516,84 /kemasandengan penetapan harga jual Rp. 5.000/kemasan.

Tabel 4.16. Perhitungan Penjualan

Keterangan Penjualan/bulan Jumlah/bln @ kemasan (100 gr) 5000 kemasan x Rp 5.000 Rp 25.000.000,00

b. Perhitungan Rugi/Laba

commit to user

= Rp 25.000.000 - Rp 17.584.223 = Rp 7.415.777

2) Laba Bersih = Laba kotor – Pajak Usaha = Rp 7.415.777– Rp 147.500 = Rp 7.268.277

c. Break Even Point(BEP)

Analisis Titik Impas (BEP) Unit

Rp2.996.750

Rp14.587.473

= 1.439/kemasan

Artinya, titik impas akan tercapai pada tingkat produksi sebanyak 1.439/kemasan

d. Return of Investment (ROI) sebelum pajak

ROI (sebelum pajak) = 100%

Produksi Biaya Total Kotor Laba x = 100% 17.584.223 Rp 7.415.777 Rp x = 42,17 %

e. Return of Investment (ROI) setelah pajak

ROI (setelah pajak) = 100%

Produksi Biaya Total Bersih Laba x = 100% 17.584.223 Rp 7.268.277 Rp x = 41,33%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 43 POT = Kotor Laba Produksi Biaya = 7.415.777 Rp 17.584.223 Rp = 2,37 bulan = 2 bulan

g. Benefit Cost Ratio (Net B/C)

B/C = poduksi total biaya Pendapatan = 17.584.223 Rp 25.000.000 Rp = 1,42

44

Tahun Cost © Benefit (B) B-C 5% NPV 30% NPV

Investasi Pemeliharaan Produksi Total DF DF

1 5000000 0 0 5000000 0 -5000000 0.952380952 -4761904.762 0.769230769 -3846153.846 2 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.907029478 88706470.75 0.591715976 57869162.13 3 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.863837599 84482353.09 0.455166136 44514740.1 4 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.822702475 80459383.9 0.350127797 34242107.77 5 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.783526166 76627984.67 0.269329074 26340082.9 6 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.746215397 72979033.01 0.207176211 20261602.23 7 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.71068133 69503840.97 0.159366316 15585847.87 8 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.676839362 66194134.25 0.122589474 11989113.75 9 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.644608916 63042032.62 0.094299595 9222395.189 10 0 70440 202130676 202201116 300000000 97798884 0.613913254 60040031.07 0.07253815 7094150.145 TOTAL 597161496.3 -138206879.5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

h. Internal Rate of Return (IRR)

. IRR = DF1 +        2 1 1 NPV NPV NPV x DF2– DF1 = 5 +

     138.206.879,5 3 , 496 . 161 . 597 3 , 496 . 161 . 597 x 30-5 =25,30% 4. Analisis Ekonomi

Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa analisis ekonomi usaha semprong labu kuning adalah :

a. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.

b. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya usaha, amortisasi, biaya penyusutan alat, pajak usaha dan asuransi serta dana sosial. Biaya tetap produksi semprong labu kuning setiap bulan sebesar Rp 2.996.750

c. Biaya Tidak Tetap/ (Variabel Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, bahan pembantu, dan kemasan, biayaenergi dan pembersih, serta biaya perawatan dan perbaikan. Biaya tidak tetap produksi semprong labu kuningsetiap bulan sebesar Rp 14.587.473

d. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi merupakan jumlah/besarnya produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Kapasitas produksi semprong labu kuningsetiap bulan adalah 5000 kemasan.

commit to user e. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan harga minimal yang harus diberikan pada produk untuk menghindari kerugian.Harga pokok berasal dari biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel) dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan (kapasitas produksi). Harga pokok semprong labu kuningsebesar Rp3516,84 /kemasan

f. Harga Jual

Harga jual adalah harga yang diberikan pada produk setelah ditambah dengan keuntungan sesuai yang diinginkan oleh perusahaan mengacu atau berdasarkan harga pokok yang telah ditetapkan, sehingga untuk memperoleh keuntungan maka harga jual harus lebih tinggi dari harga pokok produksi.Harga jual semprong labu kuning sebesar Rp 5.000/kemasan.

g. Laba (Keuntungan)

Laba (keuntungan) merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran atau selisih antara harga jual dengan harga pokok.Laba perusahaan meliputi laba kotor dan laba bersih.

1. Laba Kotor

Laba kotor merupakan laba yang diperoleh dari selisih hasil penjualan dengan biaya produksi sebelum dikurangi pajak usaha. Laba kotor produksi semprong labu kuningsebesar Rp 7.415.777

2. Laba Bersih

Laba bersih merupakan laba yang diperoleh dari selisih laba kotor dengan pajak kepemilikan usaha. Laba bersih produksi semprong labu kuning setiap bulannya adalah Rp 7.268.277

h. BEP (Break Even Point)

Break Even Point merupakan titik keseimbangan dimana pada titik tersebut pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan, artinya titik impas dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan. Produksi semprong labu kuning mencapai titik impas pada tingkat produksi 1.439 kemasan dari kapasitas produksi 5000

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

kemaan setiap bulannya. Jadi selisih antara kapasitas produksi dan titik impas merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu usaha atau produksi semprong labu kuning akan tetap dapat berjalan. i. ROI (Return of Investment)

Return of Investment merupakan kemampuan modal untuk mendapatkan keuntungan atau persentase keuntungan yang diperoleh dari besarnya modal yang dikeluarkan. Return of Investment produksi semprong labu kuning sebelum pajak adalah 42,17%dan Return of Investment produksi semprong labu kuning setelah pajak adalah 41,33% j. POT(Pay Out Time)

POT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan bersih. Produksi semprong labu kuning akan kembali modal dan mendapatkan keuntungan bersih setelah proses produksi berlangsung selama 2 bulan. k. Net B/C (Benefit Cost Ratio)

Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Jika niali B/C lebih kecil dari 1, maka proses produksi tidak layak untuk dilakukan

Dokumen terkait