• Tidak ada hasil yang ditemukan

dimana,

Pi : perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis Ni : Jumlah individu ke-i

N : Jumlah total individu

Kriteria indeks keanekaragaman adalah:

Tinggi (H>3); Sedang (1≤H≤3); Rendah (H<1) (Krebs (1987)

Kepadatan populasi larva Simulium disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Indeks Curah Hujan (ICH) dihitung berdasarkan rumus matematika:

ICH= ∑ curah hujan (mm) perbulan x ∑ hari hujan per bulan ∑ hari (dalam satu bulan)

Hubungan indeks curah hujan, kepadatan populasi larva Simulium dianalisis dengan korelasi Spearman dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ragam Jenis Simulium yang Ditemukan di Lokasi Penelitian Ragam jenis Simulium yang ditemukan di Oenesu dan Oehala selama penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Ragam jenis larva Simulium di Oenesu (Kabupaten Kupang) dan Oehala (Kabupaten Timor Tengah Selatan)

Jenis Oenesu Oehala* Jumlah (%) Jumlah (%) S. (S.) timorense 2235 (75.58) 41 (46,5) S. (G.) sundaicum 575 (18.76) 38 (43.1) S. (Wallacellum) sp 112 (3.71) 0 0 S. (N.) aureohirtum 49 (1.93) 9 (10.2)

* Koleksi di lokasi ini dilakukan hanya 1 kali

Berdasarkan Tabel 1 jenis larva Simulium di Oenesu dengan populasi terbanyak adalah S. (Simulium) timorense (75.58%), diikuti ole S. (Gompostilbia) Sundaicum (18.76%), S. (Wallacellum) sp (3.72%), S. (Nevermania) aureohirtum (1.93%). Sementara itu, terdapat 3 spesies larva

Simulium yang ditemukan di Oehala yaitu, S. (Simulium) timorense (46.5%), (Gompostilbia) sundaicum (43.1%), S. (Nevermania) aureohirtum (10.2%). Minimnya larva Simulium yang diperoleh dari Oehala disebabkan oleh frekuensi koleksi yang hanya satu kali mengingat lokasinya yang jauh, dibandingkan

Deskripsi Morfologi Spesies Simulium

Deskripsi morfologi spesies Simulium yang ditemukan di Oenesu dan Oehala NTT secara ringkas disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Morfologi larva, pupa dan dewasa Simulium yang ditemukan di lokasi Penelitian Morfologi yang menciri S.(Simulium) timorense S.(Gompostilbi) sundaicum S.(Wallacellum) sp S.(Nevermania) aureohirtum Larva : Panjang tubuh 3.7- 4.2 mm 4.5-5.0 mm 4.5-5.2 mm 3.4- 5.9mm

Warna tubuh abu-abu gelap

hingga coklat

coklat kehitaman coklat kemerahan Coklat

Cephalic apotome bintik kepala tidak jelas (sebagian gelap), ada juga yang berwarna putih kekuningan

pucat, agak gelap dengan bintik kecoklatan dikepala

kuning dengan bintik kepala jelas

kuning dengan noktah kepala jelas

Postgenal cleft postgenal sangat dalam, apeksnya mencapai batas posterior hipostomium postgenal sangat dalam, lanceolat kira-kira 5x panjang postgenal bridge postgenal memiliki panjang medium berbentuk lonceng menggantung

berbentuk segi empat sedikit lebih pendek dari postgenal bridge

Pupa:

Panjang 2.2-2.6 mm 2.2- 2.5 mm no information 2.3- 2.6mm

Jumlah filament 6 pasang filament 5 pasang filament 4 pasang 3 pasang

Bentuk kokon shoe shaped wall-pocket shaped no information slippers shaped

Dewasa:

Ukuran 2.0- 2.3 mm 2.0 – 2.2 mm no information 2.6- 2.8 mm

Warna coklat kehitaman coklat kehitaman no information coklat kehitaman

Antena 11 segmen 11 segmen no information 11 segmen warna

kuning pucat sampai coklat kekuningan Skutum berwarna kecoklatan hingga hitam, berkilau, tidak berpola, tertutup oleh rambut pendek coklat gelap berwarna coklat kehitaman

no information berwarna coklat kehitaman, mempunyai lapisan putih keabu-abuan, terutup oleh rambut lebat putih

kekuningan.

Genus Simulium Simulium Simulium Simulium

Sub genus Simulium Gomphostilbia Wallacellum Nevermania

Distribusi Flores, Kupang

dan Timor

Tengah Selatan

(new record)

Flores, Jawa, Sumatra, Kupang

dan Timor Tengah

Selatan (new

record)

Flores, Kupang (new record) China, Thailand, Taiwan, India Halmahera, Jepang, Malaysia, Filipina, Srilanka, Sulawesi, Sumatra, Flores,

Kupang dan Timor

Tengah Selatan

dengan hasil koleksi di Oenesu sebanyak 12 kali. Keempat jenis Simulium

yang ditemukan di Oenesu masing-masing tergolong kedalam sub genus yang berbeda yaitu Simulium, Gompostilbia, Wallacellum dan Nevermania. Hal ini berbeda dengan yang ditemukan di Jawa, sub genus Wallacellum tidak ditemukan (Takaoka 1996).

Survey mengenai family Simuliidae di Flores telah dilakukan oleh Takaoka et al. (2006) menemukan 9 spesies yang terdiri dari 4 spesies baru, 4 telah dinamai dan 1 belum teridentifikasi. Seluruhnya termasuk ke dalam genus

Simulium letreille dan 4 sub genus yaitu, Gompostilbia enderlein (4 spp.),

Nevermania enderlein (1 sp.), Simulium latreille (3 spp.), dan Wallacellum (1 sp.).

S. (Simulium) timorense Larva mature (larva masak)

Panjang tubuh 3.7-4.3 mm (rata-rata 4.2). Warna badan abu-abu gelap hingga coklat. Corak warna kapsul kepala bervariasi cephalic apotome bintik kepala tidak jelas (sebagian gelap), ada juga yang berwarna putih kekuningan dengan bintik-bintik kepala tidak jelas. Berdasarkan deskripsi morfologi Takaoka et al. (2006) antena terdiri atas 3 segmen dan sensillum apikal lebih panjang daripada batang kipas labral; proporsi panjang segmen pertama, kedua, dan ketiga adalah 1.0:1.1:0.6-0.7. Mandibula dengan gigi sisir yang ukurannya semakin mengecil dari gigi pertama hingga ketiga;; gigi besar di sebelah kanan mandibula di sisi apikal; supernumerary serration tidak ada. Hipostoma dengan 9 gigi apikal; gigi tengah hampir sama panjangnya dengan setiap gigi pojok, dan sedikit lebih panjang dari pada gigi intermediet di setiap sisi; garis lateral bergerigi di bagian apikal; 6 atau 7 bulu hipostomal per sisi.

Postgenal sangat dalam, apeksnya mencapai batas posterior hypostomium. Kutikula torakik telanjang. Insang pupa pharate dengan 6 filamen kurus. Kutikula abdominal telanjang kecuali di beberapa segmen posterior yang tertutup tipis oleh seta spatula dan seta kecil-kecil sederhana di permukaan dorsal dan dorsolateral, dan kedua sisi anal sclerite tertutup tipis oleh seta pendek tak berwarna. Sisik rectal tidak jelas. Organ rectal terdiri dari 3 lobus majemuk, masing-masing dengan 4-6 lobulus sekunder mirip jari. Anal sklerit berbentuk X dengan lengan anterior yang melebar dan panjangnya 0.7x panjang yang ada di posterior; 4-7 sensilla hanya ada di lengan posterior ke lengan posterior lainnya, tetapi tidak ada sensilla di basal juncture area; sclerite aksesori tidak ada. Segmen abdominal terakhir menggembung di bagian lateralnya tetapi tidak memiliki papila ventral. Posterior circlet dengan 88-96 baris hooklet dengan jumlah hooklet per baris hingga mencapai 18.

Pupa.

Berdasarkan deskripsi morfologi Takaoka dan Davies (2006) panjang badan (tidak termasuk filamen insang) 2.2-2.6 mm. Kepala. Integumen kuning gelap, tidak rata tertutupi tuberkel kecil-kecil di frons dan muka; penutup antena halus; frons dengan dua trichom sederhana yang mempunyai panjang sedang di setiap sisi. Toraks. Integumen kuning gelap, tidak rata tertutupi tubercle kecil-kecil (sangat jarang di bagian sebagian besar permukaan anterodorsal, sedang di bagian periferal dan posterodorsal), dengan 9 trichome sederhana yang mempunyai panjang sedang atau pendek (3 di dorsomedial, 2 anterolateral, 1 posterolateral, 3

ventrolateral) di setiap sisi. Insang dengan 6 filamen kurus seperti benang yang berpasangan menjadi 3 pasang; pasangan filamen di bagian dorsal dan ventral mempunyai batang pendek dan pasangan di bagian tengah memiliki filamen yang langsung menempel atau dengan batang yang sangat pendek.

Semua filamen meruncing di di bagian apikal, panjang dan ketebalannya bertambah dari pasangan filamen dorsal menuju ventral: yaitu, filamen sebelah dalam (panjangnya sekitar 1.2 mm) dari pasangan filamen ventral merupakan filamen yang paling panjang, sedikit lebih panjang dari filamen sebelah luarnya (panjangnya sekitar 1.1 mm), filamen sebelah dalam (panjangnya sekitar 1.0 mm) dari pasangan filamen tengah sedikit lebih panjang dari filamen sebelah luarnya (panjangnya sekitar 0.9 mm), dan 2 filamen (panjangnya sekitar 0.8 mm) dari pasangan filamen dorsal panjangnya sama dan merupakan filamen yang paling pendek; jika dibandingkan secara basal, filamen sebelah dalam dari pasangan filamen ventral merupakan yang paling tebal, 2 kali tebalnya filamen sebelah luarnya, 2 filamen dari pasangan filamen tengah tebalnya sama satu sama lain, sedikit lebih tipis dari pada filamen sebelah luar dari pasangan filamen ventral namun sedikit lebih tebal dari pada filamen sebelah luar dari pasangan filamen dorsal yang mempunyai ketebalan 1.2 kali ketebalan filamen sebelah dalam dari pasangan filamen dorsal yang merupakan filamen paling tipis, yaitu sekitar 0.7 kali ketebalan filamen sebelah dalam yang paling tebal dari pasangan filamen ventral; cuticle filamen mempunyai banyak ridge dan alur melintang yang tepinya runcing di sebagian besar area namun kurang meruncing di bagian basal, tertutup lebat oleh tubercle kecil-kecil. Abdomen. Di bagian dorsal, segmen 1 hanya sedikit tersklerotisasi, kekuningan, halus, dengan 1 seta kurus sederhana yang panjang medium di setiap sisinya; segmen 2 transparan, halus, dengan 1 seta medium panjang dan 5 seta pendek sederhana berduri di setiap sisinya; segmen 3 dan 4 masing-masing dengan 4 duri berkait dan 2 seta kurus pendek sederhana di setiap sisinya; segmen 6 dan 7 tidak memiliki sisir duri; segmen 8 dengan sisir duri dan kelompok duri-duri kecil yang mirip sisir di baris transversal dan 2 seta kurus pendek sederhana di setiap sisinya; segmen 9 tidak memiliki sisir duri dan kait-kait terminal. Di bagian ventral, segmen 4 dengan 1 seta sederhana pendek berduri dan beberapa seta kurus pendek sederhana di setiap sisinya; segmen 5 dengan pasangan kait bercabang 2 yang berdekatan di bagian submedial di setiap sisinya; segmen 6 dan 7 masing-masing dilengkapi pasangan kait bercabang 2 atau kait sederhana di bagian dalam dan luar yang jaraknya berjauhan di setiap sisinya; segmen 4-8 masing-masing dengan kelompok duri kecil-kecil yang mirip sisir. Hooklets yang mirip jangkar tidak ada. Cocoon Berbentuk seperti sepatu, berwarna terang hingga coklat gelap, teranyam kuat, memanjang sedikit hingga sedang di bagian ventrolateral; lubang opening mengrah ke bagian atas dan depan, dengan garis tebal; benang individu tidak terlihat; panjang 2.5-3.2 mm dan lebar 1.0-1.4 mm.

Dewasa.

Panjang badan 2.0-2.3 mm. Kepala. Berdasarkan deskripsi morfologi Takaoka dan Davis (2006) Lebih sempit dari pada lebar toraks. Frons berwarna hitam, mengkilap, dengan beberapa rambut kaku gelap di sepanjang garis lateral; rasio frontal 1.1-1.2 : 1.0 ; 1.1-1.3; rasio frons-kepala 1.0 : 4.2-4.8. Area fronto-okular dangkal (shallow), tidak diperpanjang (deeply extended) secara lateral. Klipeus hitam, mengkilap, pruinos keputih-putihan, berubah menjadi keperakan ketika

disinari, tertutup rambut-rambut kaku gelap dengan jumlah sedang kecuali di bagian paling atas dan bagian mediolongitudinal sempit dan tidak tertutup rambut (telanjang). Labrum 0.60-0.63 kali panjang klypeus. Antena terdiri dari 2+9 segmen, cokelat atau cokelat kekuningan dengan apikal 2 segmen flagellar kehitam-hitaman; flagellar segmen 1-7 seringkali kecoklatan di bagian dorsal, dengan bertambah gelap di bagian apikal, dengan 2 atau 3 segmen apikal yang kehitaman. Palp maksilar kecoklatan, terdiri dari 5 segmen, panjang proporsional segmen ketiga, empat, dan lima adalah 1.0:1.0:2.5; segmen ketiga (Gambar 11B) tidak membesar; vesikel sensori berukuran sedang, elipsoid, 0.25 kali panjang segmen ketiga, dengan lubang berukuran sedang di bagian apikal. Lasinia maksilar dengan gigi dalam 9-12 dan gigi luar 12. Cibarium dengan garis posterodorsal gelap yang sangat ter-sklerotisasi, dan dilengkapi dengan banyak tuberkel yang berkembang dengan baik.

Toraks. Skutum berwarna hitam kecoklatan sampai hitam, berkilau, pruinose keabuan pudar, tidak berpola, tertutup oleh rambut-rambut pendek coklat gelap yang posisinya rebah dengan intensitas sedang. Scutellum hitam kecoklatan, dengan rambut-rambut panjang gelap. Postnotum hitam kecoklatan, berkilau, berwarna keperakan ketika disinari, tanpa rambut. Membran pleural telanjang.

Tungkai. Tungkai depan: koksa dan throkanter kuning pucat; femur kuning gelap atau kuning kecoklatan, berangsur-angsur menjadi lebih gelap menuju ujung apikal; tibia hitam kecoklatan; dengan sebagian besar permukaan luarnya berkilau keputih-putihan; tarsus hitam kecoklatan, dengan sisir rambut dorsal berjumlah sedang, basitarsus sangat luas, 4.1 kali panjang dari lebar terbesarnya. Tungkai tengah: koksa hitam; trokhanter, femur, dan tibia hitam kecoklatan, tibia dengan sebagian permukaan posteriornya berkilau keputih-putihan ketika disinari; tarsus hampir putih kekuningan kecuali ujung apikal basitarsus, apikal ½ dari segmen kedua, dan segmen ketiga hingga kelima yang berwarna cokelat terang. Tungkai belakang: koksa hitam kecoklatan; trokanter putih kekuningan; femur hitam kecoklatan kecuali bagian paling dasarnya berwarna putih kekuningan; tibia hitam kecoklatan, dengan sebagian besar permukaan posteriornya berkilau keputih-putihan ketika disinari; tarsus berwarna keputih-keputih-putihan kecuali apikal 1/3 dari basitarsus, ujung apikal dari segmen kedua dan ketiga, serta segmen keempat dan kelima berwarna coklat sedang hingga gelap; basitarsus bersisian secara paralel, 5.7 kali lipat dari lebarnya, 0.65 dan 0.56 kali lipat dari lebar terbesar tibia dan femur belakang secara berturut-turut; kalsipala berkembang dengan sempurna, hampir sepanjang lebarnya dan 0.45 kali lipat dari lebar basitarsus; pedisulcus berkembang dengan sempurna. Cakar dengan gigi sub-basal kecil. Permukaan luar femora dan tibia dari tungkai tengah dan belakang sangat tertutupi rambut-rambut yang mirip sisik serta rambut-rambut sederhana biasa.

Sayap. Panjang 1.6-1.7 mm; kosta dengan spinula dan rambut yang gelap. Sub costa telanjang. Bagian basal dari urat R telanjang. R1 dengan spinula gelap serta beberapa rambut gelap; R2 hanya mempunyai rambut-rambut gelap. Sel basal tidak ada.

Abdomen. Sisik basal hitam dengan bagian tepinya dari rambut-rambut gelap; permukaan dorsal dari abdomen berwarna coklat gelap hingga hitam kecoklatan, dengan rambut-rambut gelap yang jarang; segmen kedua dengan

bintik-bintik dorsolateral berwarna keputih-putihan yang sangat terhubung satu sama lain di bagian tengahnya; tergit 6-8 besar dan mengkilap. Permukaan ventral segmen 7 tidak mempunyai pelat sternal.

Genitalia. Sterniteter-sklerotisasi dengan baik, telanjang di bagian tengah, dengan banyak rambut-rambut kaku panjang serta rambut-rambut ramping pendek secara lateral di masing-masing sisi; sternite 8 terlihat jelas dibuat secara posteromedial dan juga seolah olah secara ventral, membentuk lobus submedian segitiga dengan puncaknya membulat, masing-masing lobe tertutupi rambut-rambut kaku panjang dan pendek, terlipat secara dorsal di sepanjang garis-garis inner dan posterolateral serta mempunyai tonjolan telanjang hampir transparan yang sempit dan mengarah ke bagian belakang dengan tajam sehingga memanjang melewati ujung posterior lobe; garis inner lobus sedikit cembung, sangat terpisah satu sama lain. Ovipositor valva sangat tereduksi dan dapat terlihat karena area bermembran sempit yang terhubung ke masing-masing garis posterolateral dari sternite 8.

Percabangan genital berbentuk Y terbalik, dengan batang yang ter-sklerotisasi dengan baik; lengan-lengannya ramping, masing-masing dengan batas distal sangat tersklerotisasi yang mempunyai tonjolan pendek yang mengarah ke anterodorsal. Parapoct tersklerotisasi dengan baik, lebih banyak dihasilkan di ventroposterior sedikit di atas permukaan garis anterior cercus, dengan banyak rambut-rambut panjang di bagian ventral dan posterior; permukaan ventral sempit, tidak seperti pelat namun membulat; permukaan antero-medial dengan sensilla 5-9; parapoct di penampang lateral subtriangular, 0.74 kali dari panjang lebarnya. Cercus di penampang lateral pendek, hampir persegi atau membulat di bagian posterior, tertutup dengan beberapa rambut pendek. Spermateka berbentuk seperti telur, ter-sklerotisasi dengan baik kecuali saluran (duct) dan area besar dekat titik pertemuan (juncture) hingga ke saluran yang tidak tersklerotisasi, dengan pola-pola permukaan yang sulit dan tidak selalu dapat ditentukan serta seta internal kecil; kedua saluran aksesori hampir sama diameternya satu sama lain dan juga hampir sama dengan saluran utama berdasarkan deskripsi morfologi Takaoka et al. (2006).

S. (Gompostilbia) sundaicum Larva mature

Panjang tubuh 4.5-5.0 mm (rata-rata 4,5 mm). Cephalic apotome pucat atau agak gelap dengan bintik-bintik kecoklatan di kepala. Berdasarkan deskripsi morfologi Takaoka dan Davies (2006) sensilium apikal lebih panjang dari pada batang fan labral, panjang proporsional dari batang 3 segmen dari dasar ke ujung fan labral 1.00:0.78:0.76 dengan gigi sisir menurun dalam ukuran gigi ke 3. Gigi mandibula terdiri atas 1 besar dan 1 gigi kecil tanpa gigi supernuumerary. Sepanjang sudut gigi terdapat gigi median di setiap sisi,dan di bagian tengah lebih dari 3 disetiap sisi.

Setiap sisi terdapat gigi median dan gigi tengah lebih dari 3 disetiap sisi. Batas lateral: hypostomal setae 4 atau 5 sub parallel margin lateral. Post genal

sangat dalam. Sclerite dubur segmen terakhir ditutupi dengan papila setae. Rectal masing-masing 3 lobus dengan 5-7 lobulus sekunder seperti jari. Papila ventral berkembang dengan baik, lingkaran posterior dengan 76 baris hingga 12 kait.

S. (Wallacellum) sp Larva mature

Panjang tubuh 4.5- 5.2 mm (rata-rata 4.8 mm). Berdasarkan deskripsi morfologi Takaoka dan Davies (2006) bentuk badan normal, agak sedikit menggembung di segmen torak, runcing di segmen 1-4 abdominal (walaupun sedikit lebih besar di bagian posterior), menggembung dari segmen 5 hingga 6, meruncing menuju ujung posterior; warna badan keabuan, dengan pita transverse lebar berwarna coklat kemerahan gelap (tidak menyambung di bagian dorsomedial dan ventral), masing-masing di segmen 1-4 abdominal. Cephalic apotome kuning dengan bintik kepala jelas. Cervikal sklerit terdiri dari 2 bagian yang mirip batang, tidak bergabung di bagian occiput, terpisah satu sama lain di bagian medial. Antena terdiri dari 3 segmen, dan sensillum apikal lebih panjang daripada batang kipas labral; rasio panjang segmen pertama, kedua, dan ketiga adalah 1.9:2.1:1.

Mandibula dengan gigi sisir yang ukurannya semakin mengecil dari gigi pertama hingga ke 3; mandibular serration terdiri atas dari 2 gigi (1 besar, 1 kecil); gigi besar di sebelah kanan mandibula di sisi apikal; supernumerary serration tidak ada. Hipostoma dengan 9 gigi apikal salah satu baris; gigi tengah sedikit lebih panjang daripada setiap gigi pojok; gigi tengah dari 3 gigi intermedia di setiap sisinya merupakan yang paling pendek; garis lateral bergerigi; 8 bulu hipostomal per sisi, dengan posisi hampir paralel dengan garis lateral (atau sedikit menyimpang di bagian posterior dari garis lateral). Cekungan postgenal memiliki panjang medium, berbentuk lonceng menggantung, dengan perpanjangan anteromedian yang sempit. Kutikula torakik telanjang. Kutikula abdominal hampir telanjang, walaupun terdapat beberapa seta kecil-kecil sederhana tidak berwarna di permukaan dorsal masing-masing segmen, dan terdapat banyak seta sederhana tidak berwarna di setiap sisi anal sclerite segmen terakhir.

Terdapat l. organ rectal terdiri dari 3 lobus sederhana tanpa lobulus sekunder. Anal sclerite berbentuk X dengan lengan anterior yang melebar dan bercabang dua di bagian apikal ketika dilihat dari samping, dan panjangnya 0.7x posterior; basal juncture area di bagian posterior tengah memiliki sebagian kecil area yang tidak tersklerotisasi; 4 sensilla di basal juncture area dan 1 sensillum di belakang masing-masing lengan posterior; sclerite aksesori tidak ada. Segmen abdominal terakhir melebar di bagian ventrolateralnya sehingga membentuk tonjolan ventrolateral besar dan tonjolan ventral yang lebih kecil di setiap sisinya, tonjolan ventral dapat terlihat sebagai sebuah papila ventral kecil ketika dilihat dari samping. Posterior cirklet dengan 108 baris hooklet dengan jumlah hooklet per baris mencapai 18.

S. (Nevermania) aureohirtum Larva mature

Panjang tubuh 3.4 mm-5.9 mm (rata-rata 5.4 mm). Berdasarkan deskripsi morfologi Takaoka dan Davies (2006) warna coklat kehitaman, ciri-ciri: mempunyai “egg buster” pada daerah apotom kepala (cephalic apotome), insang anus terbagi atas tiga lobus kapsul kepalamempunyai pola yang jelas berupa noktah (spot) berwarna coklat, mempunyai papila ventral dan rata-rata jumlah kait pada lingkaran anus adalah: 24 baris pada instar dua, 34 baris pada instar

tiga, 55 baris pada instar 4, 61 baris pada instar lima, 70 baris pada instar enam dan 81 baris pada instar tujuh.

Rata-rata panjang postgena larva S aureohirtum. adalah 0.26-0.45 mm, insang anus terbagi atas tiga lobus, mempunyai papila ventral dan rata- rata jumlah kait pada lingkaran anus adalah: 24 baris pada instar dua, 34 baris pada instar tiga, 55 baris pada instar 4, 61 baris pada instar lima, 70 baris pada instar enam dan 81 baris pada instar tujuh.

Pupa. Simulium aureohirtum mempunyai panjang sekitar 2.2-2.6 mm (rata-rata 2.6). Kepala dan toraks sama dengan S. taulingense. Organ insang terdiri atas 6 filamen dalam bentuk berpasangan serta mempunyai tangkai yang pendek. Seluruh filamen ini melebar secara divergent dan membentuk pita pada bagian distalnya. Pasangan ventral vilamen agak lebih panjang dan tebal daripada filamen lainnya dan panjangnya hampir sama dengan panjang tubuh pupa. Permukaan filamen mempunyai beberapa kerutan transversal yang membentuk pola retikula, dan ditutup rapat oleh tuberkel-tuberkel kecil.

Susunan rambut, duri (spina) dan kait pada permukaan bagian dorsal dan ventral abdomen menyerupai S. yushangense kecuali pada terga 5 dan 6 tidak mempunyai sisir duri. Kepompong berbentuk sederhana seperti selop, tersusun oleh anyaman yang rapat dan mempunyai penonjolan antero dorsal seperti pada

S. chowi, tetapi pinggir anterior tidak menebal Takaoka dan Davies (2006). Kelimpahan Nisbi dan Angka Dominasi Larva Simulium di Oenesu Kelimpahan nisbi dan angka dominasi larva Simulium yang terdapat di Oenesu menunjukkan hasil yang bervariasi sebagaimana terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kelimpahan nisbi, dan angka dominasi spesies di lokasi Oenesu dari

bulan Maret-Mei 2014

No Spesies Simulium Kelimpahan

Nisbi (%) Frekuensi Dominasi Spesies (%) 1 S. (S.) timorense 75.59 1.00 75.59 2 S. (G.) sundaicum 18.76 1.00 18.76 3 S. (Wallacellum) sp 3.72 0.92 3.41 4 S. (N.)aureohirtum 1.93 0.75 1.44

Dominasi spesies S. (S.) timorense merupakan yang tertinggi (75.59%) diikuti S. (G.) sundaicum (18.76%), S. (Wallacellum) sp (3.41%), dan S.(N.) aureohirtum (1.44%). Indeks keragaman lalat Simulium di lokasi penelitian Oenesu menurut Krebs (1987) tergolong rendah yaitu pada kisaran H < 1, dengan indeks keragaman 0.72.

Indeks keragaman Simulium yang terukur pada Maret sebesar 0.68, April 0.74, dan Mei 0.72. Keragaman jenis Simulium meningkat terutama pada bulan April. Populasi larva Simulium pada April dan Mei mengalami penurunan dikarenakan curah hujan mulai berkurang, volume air ikut berkurang sehingga keadaan ini tidak mendukung bagi larva Simulium untuk meneruskan siklus hidupnya dengan demikian populasi larva Simulium berkurang. Bioekologi S. damnosum di sepanjang sungai Osum Nigeria Barat Daya, dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia serta musim. Pada musim hujan transmisi Onchocercioasis

terjadi lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan populasi larva yang tinggi yang berati populasi lalat juga tinggi.

Dinamika Populasi Larva Berdasarkan Ketinggian Tempat

Dinamika populasi larva Simulium berdasarkan ketinggian tempat pada lokasi penelitian dan rata-rata Populasi Simulium disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4 Dinamika populasi larva Simulium berdasarkan ketinggian tempat dari 4x penangkapan/bulan (Maret-Mei 2014)

Area Penelitian Rata-rata jumlah larva Simulium pada bulan

Maret April Mei

AreaT1 (±1200 mdpl) Area T2 (±1188 mdpl) Area T3 (±1180 mdpl) Area T4 (± 1179 mdpl) 100 ± 19.65a 45.75 ± 7.81b 52 ± 12.21b 100 ± 24.52a 100 ± 19.65a 44 ± 6.78c 37.75 ±8.82cd 62.5 ± 10.13b 83.5 ± 22.69a 38 ± 6.27bc 62.5 ± 10.13b 52.75 ± 11.18bc

Keterangan: Huruf superkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0.05)

Tabel 5 Rata-rata populasi larva setiap spesies Simulium berdasarkan area pengamatan pada ketinggian berbeda

Dokumen terkait