• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Perangkap

Perangkap yang berhasil dirancang sebanyak 4 perangkap. Tipe perangkap yang dirancang adalah tipe multiple live-trap yaitu perangkap yang dapat menangkap lebih dari satu ekor tikus dalam sekali pemerangkapan. Secara umum perangkap yang dirancang memiliki ukuran dan bentuk yang sama yaitu berbentuk balok dengan ukuran 40 cm x 30 cm x 20 cm (panjang x lebar x tinggi). Hal yang membedakan antar perangkap hasil rancangan adalah bentuk pintu masuknya. Pintu masuk perangkap dipasang pada salah sisi perangkap yang berukuran 20 cm x 30 cm, yaitu pada bagian tengah sisi bawah perangkap dan dibuat agak masuk sedalam 5 cm, sehingga terbentuk lorong dari bagian sisi perangkap menuju bagian depan pintu masuk perangkap. Lorong ini dibuat untuk mempermudah tikus menemukan pintu masuk perangkap.

Gambar 6. Perangkap No.1 (a) tampak samping, (b) tampak atas, (c) tampak depan (d) tampak belakang

Perangkap No.1 (Gambar 6) memiliki pintu berbentuk bubu yaitu kawat yang dirangkai meruncing dan menyempit pada bagian ujung pintu. Pintu model ini memungkinkan tikus untuk masuk perangkap dengan cara

(b)

mendorong rangkaian kawat hingga tikus dapat masuk ke dalam perangkap. Setelah masuk, tikus sulit untuk keluar karena ujung rangkaian kawat menyempit, hal ini menyebabkan tikus tidak dapat keluar dari perangkap. Pintu masuk berukuran 5 cm x 5 cm, ukuran ini sesuai dengan diameter tubuh tikus rumah. Panjang pintu berukuran 10 cm.

Pada model perangkap ini, bagian yang meruncing terdapat di dalam perangkap, sehingga bentuk pintu mengerucut ke dalam perangkap. Selain itu pemasangan pintu perangkap harus dibuat miring ke atas, sehingga bagian ujung pintu tidak menyentuh bagian bawah perangkap. Hal ini dibuat agar tikus tidak dapat membuka rangkaian kawat dan keluar dari perangkap. Namun, pada beberapa kejadian tikus yang berukuran kecil dapat keluar dari perangkap, dengan cara masuk ke celah–celah di antara rangkaian kawat yang berada di bagian tengah.

Gambar 7. Perangkap No.2 (a) tampak samping, (b) tampak atas, (c) tampak depan, (d) tampak belakang

Perangkap No.2 (Gambar 7) memiliki pintu yang menutup ke bawah. Bentuk pintu ini memungkinkan tikus untuk masuk ke dalam perangkap dengan cara mendorong pintu perangkap. Setelah tikus masuk, pintu akan tertutup

(a) (b)

sehingga tikus tidak dapat keluar dari perangkap, namun tikus lain dapat masuk ke dalam perangkap. Pintu masuk perangkap berukuran 5 cm x 5 cm, ukuran ini disesuaikan dengan besar tubuh tikus. Ukuran pintu yang lebih besar dari ukuran tubuh tikus dapat mempermudah tikus untuk keluar dari perangkap dengan bantuan tikus yang berada di luar perangkap.

Panjang daun pintu masuk perangkap adalah 10 cm, dan di sekitar pintu terdapat pelindung berupa lorong yang berbentuk balok, menutupi pintu, pada bagian atas dan kedua sisi samping pintu. Lorong ini dibuat agar tikus tidak dapat membuka pintu masuk untuk keluar dari perangkap. Pemasangan daun pintu harus tepat menyentuh dasar perangkap, sehingga tidak terdapat celah antara daun pintu dengan bagian dasar perangkap. Hal ini dibuat agar tikus tidak mudah untuk membuka pintu masuk lalu keluar dari perangkap melalui celah antara daun pintu dengan bagian dasar perangkap. Selain itu pemasangan lorong pelindung pintu masuk harus menutupi seluruh bagian pintu. Pintu dipasang tidak terlalu kencang pada saat diikat, agar pintu mudah untuk dibuka pada saat didorong oleh tikus untuk mengambil umpan di dalam perangkap. Pintu yang diikat kuat menyebabkan pintu menjadi sulit untuk terbuka pada saat didorong oleh tikus, sehingga tikus enggan untuk masuk ke dalam perangkap.

Gambar 8. Perangkap No.3 (a) tampak atas, (b) tampak samping, (c) tampak depan, (d) tampak belakang

(a) (b)

Perangkap No.3 (Gambar 8) memiliki pintu masuk yang menutup ke samping. Pada dasarnya prinsip pintu masuk pada perangkap No.3 sama dengan perangkap No.2, hanya berbeda posisi pada saat pintu tertutup. Selain itu, daun pintu masuk perangkap dipastikan harus menyentuh dinding lorong pelindung pintu dengan rapat agat tikus tidak dapat membuka pintu untuk keluar dari perangkap. Pada bagian ujung daun pintu yang berada di luar perangkap diberi pegas agar pintu dapat menutup kembali setelah tikus masuk ke dalam perangkap. Pegas yang dipasang tidak boleh terlalu keras karena dapat menghambat masuknya tikus ke dalam perangkap, sehinggga mempengaruhi keberhasilan pemerangkapan. Selain itu pada saat pemasangan perangkap harus dipastikan bahwa pintu berfungsi dengan sempurna yaitu pintu dapat menutup kembali hingga rapat. Hal ini penting agar tikus tidak dapat membuka pintu perangkap lalu keluar dari perangkap. Pintu tidak menutup dengan rapat membuat tikus keluar dari perangkap, dengan cara memasukkan moncongnya ke sela–sela pintu yang tidak tertutup rapat.

Gambar 9. Perangkap No.4 (a) tampak samping, (b) tampak atas, (c) tampak depan, (d) tampak belakang

Perangkap No.4 (Gambar 9) memiliki pintu masuk yang terdiri dari dua daun pintu yang saling bersilangan menyamping, sehingga pintu saling tumpang

(a) (b)

tindih pada bagian ujung daun pintu membentuk sudut ke dalam perangkap. Pada perangkap tipe ini kedua pintu harus saling menutupi. Hal ini dilakukan agar tikus tidak bisa membuka pintu untuk keluar dari perangkap. Bila tikus berusaha untuk keluar dengan cara mendorong salah satu pintu, maka pintu kedua akan menutup lorong pelindung. Demikian juga sebaliknya, sehingga tikus tidak dapat keluar dari perangkap.

Pintu masuk dibuat agak lebar dengan tinggi 5 cm, dan lebar 7 cm, serta memiliki panjang 10 cm. Pintu masuk dibuat lebih lebar untuk memudahkan pemasangan daun pintu dan memudahkan tikus untuk masuk ke dalam perangkap. Pada bagian pintu dipasang pelindung yang terbuat dari ram kawat berbentuk balok yang menutupi seluruh bagian pintu dan membentuk lorong. Pemasangan pelindung harus tepat menutupi seluruh daun pintu. Panjang lorong pelindung harus lebih panjang dari pada panjang daun pintu. Hal ini dibuat agar tidak terdapat celah, yang dapat memudahkan tikus untuk keluar dari perangkap.

Perilaku Tikus pada Pengujian di Laboratorium dan di Permukiman

Pada pengujian di laboratorium, saat pertama kali dilepaskan ke arena pengujian, tikus akan berlari mengelilingi arena untuk mengenali lingkungan sekitar arena pengujian. Setelah beberapa saat, tikus akan masuk ke dalam bumbung bambu yang telah disediakan, untuk bersembunyi. Pada umumnya tikus yang berukuran besar atau memiliki bobot tubuh lebih dari 100 g akan lebih aktif bergerak dari pada tikus yang berukuran kecil atau memiliki bobot kurang dari 100 g.

Pada pengujian di laboratorium, setelah pengujian terjadi penurunan bobot tubuh tikus sebesar 2-25 g atau mengalami peningkatan bobot tubuh sebesar 3-10 g. Penurunan bobot tubuh tikus terjadi pada pengujian terhadap individu tikus atau pada pengujian tanpa umpan di luar perangkap. Pada keadaan ini, tikus tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar arena pengujian dan mengalami cekaman sehingga tikus enggan untuk makan, hal ini menyebabkan penurunan bobot tubuh tikus. Sedangkan peningkatan bobot tubuh tikus terjadi pada pengujian terhadap populasi tikus atau pengujian dengan umpan diluar perangkap. Pada pengujian ini tikus dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan tikus

tidak mengalami cekaman, sehingga tikus tidak bermasalah dengan pola makan, hal ini menyebabkan terjadinya peningkat bobot tubuh tikus.

Setelah tikus tenang dan masuk ke dalam bumbung bambu, perangkap mulai dimasukkan ke dalam arena pengujian, dan ditutup dengan menggunakan kain berwarna hitam, agar suasana di dalam arena pengujian menjadi gelap. Tikus rumah termasuk hewan yang bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari sehingga suasana di dalam arena pengujian harus gelap.

Tikus mulai aktif mencari pakan pada malam hari dengan mengitari arena pengujian. Setelah tikus mulai tertarik terhadap umpan yang ada di dalam perangkap, tikus mulai mengitari perangkap untuk mencari pintu masuk ke dalam perangkap, sehingga lorong menuju pintu masuk dapat membantu tikus menemukan pintu masuk perangkap. Setelah menemukan pintu masuk tikus akan mencoba masuk ke dalam perangkap. Jika tikus merasa kesulitan masuk ke dalam perangkap, maka tikus akan pindah ke perangkap lain untuk mencari makanan.

Pada umumnya tikus lebih menyukai perangkap yang berada di belakang mulut bumbung bambu tempat persembunyian tikus, dan berada bagian pojok arena pengujian. Pengacakan perangkap tidak memberikan banyak pengaruh terhadap hasil pemerangkapan. Tikus dapat beradaptasi dengan perangkap setelah tiga kali perlakuan. Hal ini dapat terlihat dari hasil pemerangkapan, dimana tikus sulit untuk ditangkap, atau tikus mampu keluar dari perangkap.

Tikus rumah akan mengacak–acak umpan yang tersedia di dalam perangkap, dan mengerat sebagian saja. Setelah tertangkap biasanya tikus akan meninggalkan bekas berupa bau urin di sekitar perangkap. Hal ini dilakukan untuk memberi tanda kepada tikus lain bahwa perangkap yang telah dimasuki berbahaya, oleh karena itu dari beberapa hari pemerangkapan, hanya efektif pada malam pertama saja.

Untuk menghilangkan bau urin di sekitar perangkap, cara yang dapat dilakukan adalah mencuci perangkap hingga bersih agar bau urin di sekitar perangkap hilang. Perangkap dapat dicuci dengan menggunakan sabun, lalu dibilas menggunakan air bersih hingga bau urin hilang atau perangkap dicuci dengan menggunakan air panas, karena dapat menghilangkan bau yang ada pada

perangkap. Setelah dicuci bersih untuk menghilangkan bau urin, perangkap dapat digunakan kembali.

Pada pengujian di laboratorium pencucian perangkap, tidak berpengaruh terhadap hasil pemerangkapan. Pada pengujian di permukiman, pencucian perangkap menggunakan air panas dapat mempengaruhi keberhasilan pemerangkapan. Dengan demikian untuk aplikasi di permukiman, perangkap harus dicuci dengan menggunakan air panas sebelum digunakan kembali.

Pada pengujian di permukiman, pada perlakuan malam pertama tikus akan mengenali keberadaan perangkap, dan tikus biasanya tidak mudah untuk tertangkap. Tikus mulai tertangkap pada malam ke-3 dan atau malam ke-5. Keberhasilan pemerangkapan pada malam ke-7 sangat rendah apabila perangkap telah berhasil menangkap tikus pada pemerangkapan malam ke-3. Dengan demikian dapat diketahui bahwa perangkap hanya efektif digunakan untuk 2 kali pemerangkapan. Untuk pemerangkapan berikutnya sebaiknya digunakan perangkap model lain.

Keefektifan Perangkap pada Pengujian di Laboratorium

Perangkap hasil rancangan diuji di laboratorium untuk mengetahui keefektifan perangkap sebelum diaplikasikan di permukiman. Pengujian dilakukan pada individu dan populasi tikus, serta menguji pengaruh umpan di luar perangkap terhadap keefektifan perangkap. Pengujian dilakukan terhadap perangkap hasil rancangan kemudian dibandingkan dengan perangkap yang banyak beredar di masyarakat. Pengujian dengan umpan di luar perangkap dilakukan untuk mengetahui apakah tikus lebih tertarik pada perangkap atau umpan yang ada di luar perangkap, sehingga dapat diketahui ketertarikan tikus terhadap perangkap hasil rancangan. Pada aplikasi perangkap di permukiman, banyak ditemukan pakan atau umpan yang berada di luar perangkap. Keadaan ini dapat mempengaruhi keberhasilan pemerangkapan.

Keefektifan Perangkap terhadap Individu Tikus

Pada pengujian keefektifan perangkap hasil rancangan terhadap individu tikus dapat diketahui rata–rata hasil pemerangkapan (Tabel 1). Keberhasilan

pemerangkapan pada perlakuan dengan umpan di luar perangkap tidak berbeda nyata antar perangkap. Hal yang berbeda terjadi pada perlakuan tanpa umpan di luar perangkap. Hasil tangkapan pada perlakuan dengan umpan di luar perangkap, berbeda nyata dengan perlakuan tanpa umpan di luar perangkap. Selain itu terjadi penurunan jumlah tangkapan dari 5,25 (tanpa pakan di luar perangkap) menjadi 1,25 (dengan pakan).

Tabel 1. Hasil pemerangkapan pada pengujian keefektifan perangkap hasil rancangan terhadap individu tikus

Jenis perangkap Hasil pemerangkapan ± SD

(a)  

Tanpa umpan di luar Dengan umpan di luar Perangkap No.1 4,25 ± 1,50b 0,75 ± 1,50a Perangkap No.2 0,50 ± 0,58a 0,25 ± 0,50a Perangkap No.3 0,50 ± 1,00a 0,25 ± 0,50a Perangkap No.4 0,00 ± 0,00a 0,00 ± 0,00a

Jumlah(b) 5,25a 1,25b

(a): Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan selang berganda Duncan pada taraf α = 5%

(b): Angka pada baris jumlah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α=5%

Pada pengujian tanpa umpan ini perangkap No.1 menunjukkan hasil pemerangkapan yang tertinggi dan berbeda nyata dengan perangkap lain. Perangkap No.1 memiliki pintu yang agak terbuka, sehingga tikus dapat dengan mudah menemukan jalan untuk masuk ke dalam perangkap dan mengambil umpan yang ada di dalamnya. Hewan uji yang berjumlah satu ekor tikus untuk setiap arena memungkinkan tikus hanya masuk satu perangkap saja pada setiap perlakuan.

Perangkap No.2 dan No.3, dapat menangkap tikus dalam jumlah yang sama. Hal ini dapat terjadi karena bentuk pintu masuk pada kedua perangkap ini relatif sama, hanya ada sedikit perbedaan posisi pintu saat tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa tikus lebih tertarik pada perangkap dengan pintu masuk yang terbuka. Pada perangkap No.2 dan No.3 memiliki pintu masuk yang tertutup, akan menyulitkan tikus untuk masuk ke dalam perangkap, sehingga, tikus kurang

tertarik pada perangkap No.2 dan No.3 karena harus mendorong pintu untuk masuk ke dalam perangkap. Hal ini menyebabkan tikus beralih ke perangkap No.1 yang pintu masuknya lebih terbuka.

Tikus tidak tertarik untuk masuk perangkap No.4, hal ini dapat dilihat dari ketidakberhasilan pemerangkapan pada perangkap No.4 (tidak ada tikus yang terperangkap). Bentuk pintu yang bersilangan dan saling tumpang tindih, tidak menarik bagi tikus untuk masuk. Tikus rumah lebih menyukai bentuk pintu masuk perangkap yang terbuka lebar atau agak terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa tikus kurang tertarik untuk mendorong pintu dan mengambil umpan di dalam perangkap, atau tikus kesulitan untuk mendorong pintu dan masuk ke dalam perangkap, sehingga tikus lebih tertarik pada perangkap lain yang paling mudah dimasukinya.

Pada perlakuan dengan umpan di luar perangkap, hasil pemerangkapan dari perangkap No.1 merupakan yang tertinggi, namun tidak berbeda nyata dengan perangkap lain. Selain itu rata–rata keberhasilan pemerangkapan kurang dari satu. Pada pengujian keefektifan perangkap hasil rancangan terhadap individu tikus menunjukkan hasil yang berbeda, sehingga dapat diketahui bahwa tikus lebih tertarik pada umpan di luar perangkap, dari pada umpan yang ada di dalam perangkap. Selain itu jumlah hewan uji yang digunakan hanya satu ekor tikus untuk setiap arena pengujian, sehingga dapat mempengaruhi jumlah tikus yang terperangkap. Biasanya, setelah tikus kenyang mengonsumsi umpan yang ada di luar perangkap, maka tikus akan masuk kembali ke dalam bumbung bambu untuk bersembunyi, sehingga mengurangi keberhasilan pemerangkapan.

Pada pengujian ini tikus tertarik pada perangkap yang sama dalam setiap ulangan. Pencucian perangkap untuk menghilangkan bau yang ditinggalkan pada perangkap dan perubahan posisi perangkap tidak banyak mempengaruhi keberhasilan pemerangkapan. Pada perlakuan ini tikus jantan lebih aktif untuk bergerak ketika pertama kali dimasukkan ke dalam arena pengujian. Setelah dilakukan pengujian tikus rumah yang digunakan mengalami penurunan bobot tubuh, yaitu antara 2-25 g. Hal ini menunjukkan bahwa tikus mengalami cekaman pada saat tertangkap, sehingga tikus hanya makan sedikit umpan di dalam perangkap dan lebih banyak mengacak–acak umpan yang ada.

Perubahan posisi perangkap dan posisi peletakan pakan di luar perangkap, juga tidak berpengaruh terhadap keberhasilan pemerangkapan, sehingga pada aplikasi perangkap di permukiman, sebaiknya umpan yang digunakan lebih menarik dari pada sumber pakan yang terdapat di sekitarnya. Selain itu, perangkap sebaiknya diletakkan agak jauh dari sumber makanan.

Selanjutnya, perangkap hasil rancangan diuji kembali dan dibandingkan hasilnya dengan perangkap yang banyak digunakan untuk mengendalikan tikus di permukiman. Pengujian dilakukan terhadap individu tikus. Rata–rata hasil pemerangkapan dapat dilihat pada Tabel 2. Pada pengujian ini hasil pemerangkapan perangkap hasil rancangan tidak begitu terlihat berbeda bila dibandingkan dengan perangkap pembanding. Sehingga dapat diketahui bahwa keefektifan perangkap hasil rancangan tidak berbeda dengan perangkap yang banyak digunakan untuk mengendalikan tikus di permukiman. Selain itu, jumlah tangkapan pada perlakuan tanpa umpan di luar perangkap tidak berbeda nyata dengan perlakuan dengan umpan di luar perangkap.

Tabel 2. Hasil pemerangkapan pada pengujian keefektifan perangkap hasil rancangan dengan perangkap pembanding terhadap individu tikus

Jenis perangkap Hasil pemerangkapan ± SD

(a)

Tanpa umpan di luar Dengan umpan di luar Perangkap No.1 1,00 ± 1,41ab 0,00 ± 0,00a Perangkap No.2 0,75 ± 1,50ab 0,00 ± 0,00a Perangkap No.3 0,25 ± 0,50a 0,00 ± 0,00a Perangkap No.4 0,00 ± 0,00a 0,00 ± 0,00a

Havahart live-trap 1,50 ± 0,58ab 1,25 ± 1,89ab

Multiple capture live-trap 0,75 ± 0,96ab 2,00 ± 2,16b

Single capture live-trap 0,00 ± 0,00a 0,00 ± 0,00a

Tomahawk live-trap 1,50 ± 0,53ab 1,50 ± 0,53ab

Jumlah(b) 5,75a 4,75a

(a): Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan selang berganda Duncan pada taraf α = 5%

(b): Angka pada baris jumlah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α=5%

Pada perlakuan tanpa umpan di luar perangkap, perangkap jenis Havahart

live-trap dan Tomahawk live-trap dapat menangkap tikus lebih banyak dari pada

perangkap lain, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Kedua perangkap ini memiliki pintu yang terbuka lebar sehingga memudahkan tikus untuk menemukan umpan yang ada di dalamnya. Selain itu perangkap ini memiliki pengunci yang sangat kuat sehingga tikus yang tertangkap tidak dapat lolos dari perangkap. Hewan uji, yang berjumlah satu ekor untuk setiap arena menyebabkan tikus yang sudah tertangkap tidak dapat keluar untuk kemudian masuk ke perangkap lain. Pada beberapa perlakuan ditemukan bekas tikus yang terperangkap. Kejadian ini terlihat dengan adanya bekas umpan yang diacak–acak tikus, tetapi tidak ada tikus yang tertangkap.

Pada perlakuan dengan umpan di luar perangkap, keberhasilan pemerangkapan tertinggi terdapat pada multiple capture live-trap, dan berbeda nyata dengan perangkap lainnya. Pada pengujian ini pakan di luar perangkap sangat mempengaruhi keberhasilan pemerangkapan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perangkap pembanding tidak berbeda nyata dengan perangkap hasil rancangan. Selain itu, pada pengujian ini tidak ada tikus yang masuk pada perangkap hasil rancangan. Hal ini menunjukkan bahwa tikus lebih tertarik pada pakan di luar perangkap dari pada umpan yang terdapat di dalam perangkap.

Pada pengujian ini tikus dapat beradaptasi dengan perangkap yang ada yaitu setelah pengujian berlangsung 2–3 hari. Hal ini terlihat dari bekas perangkap yang dimasuki oleh tikus yaitu umpan yang diacak–acak, sehingga dapat diketahui bahwa perangkap hanya efektif digunakan untuk dua sampai tiga kali pemerangkapan. Untuk pemerangkapan berikutnya sebaiknya digunakan perangkap jenis lain untuk mencegah terjadinya efek jera perangkap.

Pada pengujian ini posisi perangkap sangat menentukan keberhasilan pemerangkapan. Tikus tertarik untuk masuk perangkap yang berada di sekitar tempat persembunyiannya, yaitu posisi perangkap yang terletak di depan mulut bumbung bambu tempat tikus bersembunyi. Selain itu keberhasilan pemerangkapan juga dipengaruhi oleh posisi perangkap terhadap tempat persembunyian tikus. Pada beberapa ulangan tikus masuk pada perangkap yang

berbeda pada posisi yang sama dengan perangkap yang dimasuki tikus pada hari sebelumnya.

Posisi perangkap terhadap tempat persembunyian tikus dan letak pakan di luar perangkap tidak mempengaruhi keberhasilan pemerangkapan. Tikus memiliki jalur yang tetap untuk berpindah tempat, sehingga tikus biasanya akan masuk perangkap yang sama atau perangkap yang letaknya sama dengan perangkap yang pernah dimasuki sebelumnya.

Dari pengujian ini diketahui bahwa keefektifan perangkap hasil rancangan tidak berbeda nyata dengan perangkap pembanding, sehingga perangkap hasil rancangan dapat digunakan untuk mengendalikan tikus rumah di permukiman.

Keefektifan Perangkap terhadap Populasi Tikus

Setelah diuji terhadap individu tikus, selanjutnya perangkap hasil rancangan diuji keefektifannya terhadap populasi tikus. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan jumlah tikus yang tertangkap pada masing–masing perangkap. Hasil tangkapan pada perlakuan tanpa umpan di luar perangkap berbeda nyata dengan umpan di luar perangkap. Selain itu terjadi penurunan jumlah tangkapan, dari 39,25 (tanpa umpan di luar perangkap), menjadi 20,25 (dengan umpan di luar perangkap). Hal ini menunjukkan bahwa umpan di luar perangkap mempengaruhi hasil tangkapan perangkap. Rata–rata hasil pemerangkapan pada pengujian keefektifan perangkap terhadap populasi tikus dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada pengujian terhadap populasi tikus tanpa umpan di luar perangkap, perangkap No.2 paling banyak menangkap tikus, dibandingkan dengan perangkap lain. Keberhasilan pemerangkapan pada perangkap No.2 tidak berbeda nyata dengan perangkap No.1 dan No.3 serta berbeda nyata dengan perangkap No.4.

Pada pengujian ini tikus lebih tertarik untuk mendorong pintu masuk perangkap. Hasil pengujian keefektifan perangkap pada populasi tikus berbeda dengan hasil pada individu tikus. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah hewan uji yang digunakan. Pada pengujian populasi, hewan uji yang digunakan sebanyak 10 ekor untuk setiap arena, sehingga penyebaran tikus hampir merata untuk setiap

perangkap. Sebagian besar tikus tertarik pada perangkap No.2 dari pada perangkap No.1 dengan pintu masuk yang lebih terbuka.

Tabel 3. Hasil pemerangkapan pada pengujian keefektifan perangkap terhadap populasi tikus

Jenis perangkap Hasil pemerangkapan ± SD

(a)

Tanpa umpan di luar Dengan umpan di luar Perangkap No.1 13,50 ± 10,34bc 5,00 ± 6,38abc Perangkap No.2 16,00 ± 10,70c 12,50 ± 10,02bc Perangkap No.3 8,25 ± 6,13abc 4,75 ± 3,40ab Perangkap No.4 1,50 ± 1,91a 0,00 ± 0,00a

Jumlah(b) 39,25a 20,25b

(a): Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan selang berganda Duncan pada taraf α = 5%

(b): Angka pada baris jumlah yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α=5%

Dokumen terkait