• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Bobot Lemak Subkutan

Bobot lemak subkutan diperoleh dari karkas setelah pendinginan 24 jam., kemudian diambil lemak dibawah kulit kemudian dilakukan penimbangan. Dari hasil penelitian diperoleh bobot lemak subkutan sebagai berikut terlihat pada tabel 12 sebagai berikut:

Tabel 12. Rataan bobot lemak subkutan sapi peranakan ongole ( kg /ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II P1 2,60 2.70 5,30 2,65 P2 2,00 2,80 4,80 2,40 P3 2,30 2,60 4,90 2,45 Total 15 Rataan 2,50

Dari tabel 11 dapat dilihat rataan bobot lemak subkutan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu ransum pelepah dan daun kelapa sawit fermentasi 2,65 Kg/ekor, kemudian diikuti oleh perlakuan P3 yaitu ransum jerami jagung fermentasi sebesar 2,45 Kg/ ekor. Sementara rataan bobot lemak subkutan terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu ransum jerami padi fermentasi sebesar 2,40 Kg/ekor.

Lemak Ginjal

Lemak ginjal diperoleh dari karkas dingin kemudian diambil lemak yang yang menyelimuti rongga ginjal kemudian ditimbang. Dari hasil penelitian

Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.

diperoleh rataan bobot lemak ginjal sebagai berikut terlihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 13. Rataan bobot lemak ginjal sapi peranakan ongole (kg / ekor)

Perlakuan Ulangan total rataan

I II P1 1,2 1,2 2,4 1,2 P2 0,9 1,4 2,3 1,15 P3 1,0 1,3 2,3 1,15 Total 7 Rataan 1,16

Dari tabel 13 dapat dilihat rataan bobot lemak Ginjal yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu ransum pelepah dan daun sawit. Pada perlakuan yang menggunakan ransum jerami padi dan jerami jagung fermentasi P1 dan P2 mempunyai rata – rata bobot lemak ginjal yang sama.

Bobot Lemak Pelvik

Lemak pelvik diperoleh dari rongga pelvik setelah didinginkan selama 24 jam lalu ditimbang lemaknya, ratan bobot lemak pelvik tertera pada tabel sebagai berikut:

Tabel 14. Rataan bobot lemak pelvik (kg / ekor )

Perlakuan ulangan total rataan

I II P1 0,8 0,9 1,7 0,85 P2 0,5 1,00 1,5 0,75 P3 0,7 0,9 1,6 0,80 Total 4,8 Rataan 0,8

Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.

Dari tabel 14 dapat dilihat rataan bobot lemak pelvik yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 0,85 yang menggunakan pakan pelepah dan daun sawit fermentasi, yang terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan menggunakan pakan jerami padi fermentasi.

Lemak jantung

Lemak jantung adalah lemak yang di peroleh dari rongga jantung setelah dilakukan pendinginan. Rataan lemak jantung dapat dilihat pada tabel 15 sebagai berikut:

Tabel 15. Rataan bobot lemak jantung sapi peranakan ongole ( kg/ekor)

Perlakuan Ulangan Total rataan

1 11 P1 0,6 0,5 1,1 0,55 P2 0,4 0,5 0,9 0,45 P3 0,3 0,7 1,0 0,5 Total 3,00 Rataan 0,5

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa bobot lemak yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu dengan mengunakan ransum pelepah dan daun kelapa sawit. Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan menggunakan pakan jerami padi fermentasi.

Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.

Persentase lemak internal

Rataan persentase lemak internal terdapat pada tabel 16 sebagai berikut Tabel 16. Rataan persentase bobot lemak internal sapi peranakan ongole (% )

Perlakuan ulangan total ratan

I II P1 2,89 2,74 5,63 2,815 P2 2,45 2,90 5,35 2,675 P3 2,30 3,17 5,47 2,735 Total 16,43 Rataan 2,74

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa persentase bobot lemak internal terdapat pada perlakuan P1, yang menggunakan pakan dari pelepah dan daun sawit fermentasi .Kemudian diikuti oleh perlakuan P3 yaitu dengan menggunakan pakan dari jerami jagung fermentasi sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan menggunakan pakan dari jerami padi.

Pembahasan

Untuk melihat bagaimana pengaruh pemberian pakan pelepah daun kelapa sawit, jerami padi dan jerami jagung yang difermentasikan dengan Phanerochaete chryrososporium tersebut terhadap bobot lemak maka dilakukan analisis keragaman bobot lemak terlihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 17. Analisa keragaman bobot lemak subkutan

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,07 0,035 0,28tn 9,56 30,82 Galat 3 0,37 0,123 Total 5 0,44 KK =14,02 % tn = Tidak nyata

Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.

Tabel 18. Analisa keragaman bobot lemak ginjal

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,01 0,005 0,089tn9,56 30,82 Galat 3 0,17 0,056 Total 5 0,18 KK = 20, 4 % tn = Tidak nyata

Tabel 19. Analisa keragaman bobot lemak pelvik

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,01 0,005 0,1tn 9,56 30,82 Galat 3 0,15 0,05 Total 5 0,16 KK = 27, 95 % tn = Tidak nyata

Tabel 20. Analisa keragaman bobot lemak jantung

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,01 0,005 0,16tn 9,56 30,82 Galat 3 0,09 0,03 Total 5 0,1 KK = 34,64 % tn = Tidak nyata

Tabel 21. Analisa keragaman persentase lemak internal

SK DB JK KT Fhit Ftabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,015 0,007 0,044tn9,56 30,82 Galat 3 0,475 0,158 Total 5 KK = 14,50 % tn = Tidak nyata

Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.

Dari hasil analisis keragaman tersebut dapat dilihat bahwa pemberian pakan yang berbasis pelepah dan daun sawit fermentasi dan jerami padi serta jerami jagung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot lemak subkutan, bobot lemak pelvik dan bobot lemak jantung serta persentase lemak internal. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot karkas, sehingga bobot lemak antar perlakuan juga tidak nyata karena bobot lemak sebanding dengan bobot tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Seebek dan Tulloh (1968) yang menyatakan semakin tinggi bobot karkas maka bobot lemak semakin meningkat.. Dari hasil penelitian ini juga didapat semakin tinggi bobot karkas maka bobot lemak subkutan, bobot lemak ginjal dan bobot pelvik serta bobot lemak jantung semakin meningkat. Sapi jantan aberden angus yang dipotong secara berseri sesuai peningkatan bobot potong menunjukkan bahwa semakin besar bobot potong dan berat karkas maka persentase karkas dan persentase lemak juga meningkat, utamanya lemak subkutan, ginjal, jantung, lemak intermuskuler dan lemak internal ( Morris et al., 1993. Disertasi Hanafi H., 2000 ...).Menurut Graham dan Searle (1982) perlakuan nutrisi mempengaruhi dan mengubah tingkat perlemakan. Karena pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrisi yang hampir sama maka tidak maka tidak diperoleh perbedaan yang nyata terhadap bobot lemak. Pada sapi dengan bertambahnya umur, terjadi peningkatan pertumbuhan organ-

organ dan terutama depot lemak, serta persentase komponen lainnya (Hedrick,1968 ). Karena sapi yang digunakan umurnya relatif sama maka tidak di

peroleh perbedaan yang nyata terhadap bobot lemak subkutan, lemak pelvik, lemak jantung, lemak ginjal dan persentase lemak internal.

Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.

Rekapitulasi hasil penelitian

Parameter Perlakuan

P1 P2 P3 Lemak subkutan (Kg/ekor)

Lemak ginjal (Kg/ekor) Lemak pelvik (Kg/ ekor) Lemak jantung (Kg/ekor Persentase lemak internal (%)

2,65 tn 2,40 tn 2,45 tn 1,20 tn 1,15 tn 1,15 tn 0,85 tn 0,75tn 0,80 tn 0,55 tn 0,45 tn 0,50 tn 2,815 tn 2,675 tn 2,735 tn Keterangan tn = tidak nyata.

Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.

Dokumen terkait