• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persentase Bobot Kepala

Tabel 10. Rataan Persentase Bobot Kepala (%)

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 9,15 9,13 9,14

P2 8,76 9,44 9,10

P3 9,84 9,18 9,51

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan persentase kepala tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu sebesar 9,51% dan rataan persentase kepala terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 9,10%.

Gambar 1. Diagram garis rataan persentase bobot kepala

Hal ini disebabkan karena domba yang digunakan mempunyai umur relatif sama. Pertumbuhan bobot non karkas eksternal tidak dipengaruhi oleh nutrisi,oleh karena itu bobot kepala bertambah sesuai fase pertumbuhan hidupnya. Karena domba yang digunakan mempunyai umur yag relatif sama, maka domba masih dalam satu fase pertumbuhan yang sama. Soeparno (1994) mengatakan bahwa perlakuan nutrisi tidak mempengaruhi bobot non karkas eksternal seperti kepala. Tabel 11. Analisis Keragaman Bobot Kepala

SK Db JK KT Fhit F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 2 41,04 20,52 2,11tn 9,55 30,82 Galat 3 29,09 0,96 Total 5 70,13 Keterangan: KK = 0,11 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada Tabel 11 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 (P>0,05) yang berarti perlakuan P1, P2 dan P3 pada domba memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase bobot kepala. Hal ini disebabkan karena dari data yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan perlakuan yang satu dengan yang lainnya dimana pertumbuhan bobot non karkas eksternal tidak dipengaruhi oleh nutrisi.

Persentase Bobot Kaki

Tabel 12. Rataan Persentase Bobot Kaki

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 3,44 3,42 3,43

P2 3,47 3,38 3,42

Gambar 2. Diagram garis rataan persentase bobot kaki (%/ekor)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot kaki tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu sebesar 3,59%, dan rataan persentase bobot kaki terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 3,42%. Hal ini disebabkan karena domba yang digunakan mempunyai umur yang relatif sama. Pertumbuhan bobot non karkas eksternal tidak dipengaruhi oleh nutrisi, oleh karena itu bobot kaki bertambah sesuai fase pertumbuhan hidupnya. Karena domba yang digunakan mempunyai umur yang relatif sama, maka domba masih dalam satu fase pertumbuhan yang sama. Soeparno (1994) mengatakan bahwa perlakuan nutrisi tidak mempengaruhi bobot non karkas eksternal seperti kepala dan kaki.

Tabel 13. Analisis Keragaman Bobot Kaki SK Db JK KT F hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,03 0,01 1,58tn 9,55 30,82 Galat 3 0,03 0,01 Total 5 0,07 Keterangan: KK = 0,31 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada tabel menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 (P>0,05) yang berarti perlakuan P1, P2 dan P3 pada domba sei putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase bobot kaki.

Persentase Bobot Kulit

Tabel 14. Persentase Rataan Bobot Kulit

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 12,02 11,79 11,90

P2 11,12 12,25 11,68

P3 12,61 12,05 12,33

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot kulit tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu sebesar 12,33%, dan rataan persentase bobot kulit terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 11,68%. Menurut Forest dkk (1975) nutrisi juga mempengaruhi persentase non karkas terhadap berat hidup. Persentase karkas terhadap berat hidup meningkat sesuai dengan peningkatan berat hidup, tetapi persentase bagian non karkas seperti kulit dan darah menurun.

Gambar 3. Diagram garis rataan persentase bobot kulit (%/ekor)

Tabel 15. Analisis Keragaman Persentase Bobot Kulit

SK db JK KT F hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 1,34 0,67 10,48tn 9,55 30,82 Galat 3 0,19 0,06 Total 5 1,53 Keterangan: KK = 0,02 tn = tidak nyata` `

Hasil uji keragaman pada Tabel 15 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 (P>0,05) yang berarti perlakuan P1, P2 dan P3 pada domba memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase bobot kulit. Pemberian nutrisi yang berbeda akan mempengaruhi rataan non karkas terhadap berat hidup. Pada penelitian ini pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrisi yang sama, sehingga tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap bobot kulit.

Persentase Bobot Hati

Tabel 16. Rataan Persentase Bobot hati

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 2,10 2,22 2,16

P2 2,29 2,18 2,23

P3 2,23 2,10 2,16

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot hati tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 2,23% dan rataan persentase bobot hati terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang tebu sebesar 2,16%.

Gambar 4. Diagram garis rataan persentase bobot hati Tabel 17. Analisis Keragaman Bobot Hati

SK db JK KT F hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,007 0,003 0,486tn 9,55 30,82 Galat 3 0,021 0,007 Total 5 0,028 Keterangan: KK = 0,03 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada Tabel 17. menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 (P>0,05) yang berarti perlakuan P1, P2 dan P3

pada domba memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase hati. Hal ini disebabkan karena pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrisi yang sama menurut Black (1983) perlakuan nutrisi mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap berat non karkas internal seperti hati, jantung dan paru-paru. Karena pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrisi yang sama, maka tidak diperoleh perbedaan yang nyata terhadap bobot hati.

Persentase Bobot Limpa

Tabel 18. Rataan Persentase Bobot Limpa

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 0,30 0,35 0,32

P2 0,35 0,28 0,31

P3 0,33 0,31 0,32

Dari Tabel 18 diatas dapat dilihat bahwa rataan bobot limpa tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu sebesar 0.32%, dan rataan bobot limpa terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 0,31%.

Gambar 5. Diagram garis rataan persentase bobot limpa (%/ekor)

Tabel 19. Analisis Keragaman Bobot limpa SK Db JK KT F hit F table 0,05 0,01 Perlakuan 2 1,14 0,57 1,16tn 9,55 30,82 Galat 3 1,46 0,48 Total 5 2,60 Keterangan: KK = 1,11 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada tabel menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 (P>0,05) yang berarti perlakuan P1, P2 dan P3 pada domba memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase bobot limpa. Hal ini disebabkan karena bobot limpa pertumbuhannya konstan, sehingga pertambahan bobot limpa setiap minggunya tetap. Karena berat hidup domba relatif sama, maka tidak diperoleh perbedaan yang nyata terhadap persentase bobot limpanya. Wandrop dan Combe (1960) mengatakan bahwa bobot limpa akan meningkat pada minggu pertama dan selanjutnya konstan.

Persentase Bobot Paru-paru dan Trachea

Tabel 20. Rataan persentase bobot paru-paru dan trachea

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 1,37 1,33 1,35

P2 1,35 1,27 1,31

P3 1,28 1,35 1,31

Dari Tabel 20 diatas dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot paru-paru dan trachea tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang tebu sebesar 1,35% dan rataan persentase bobot paru-paru dan trachea terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 1,31%.

Gambar 6. Diagran garis rataan persentase bobot paru-paru dan trachea (%/ekor) Tabel 21. Analisis Keragaman Bobot Paru-paru dan Trachea

SK Db JK KT F hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,0019 0,0009 0,4418tn 9,55 30,82 Galat 3 0,0064 0,0021 Total 5 0,0083 Keterangan: KK = 0,035 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada Tabel 21 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0,05 (P>0,05) yang berarti perlakuan P1, P2 dan P3 pada domba memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase bobot paru-paru dan trachea. Hal ini disebabkan karena pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrisi yang sama menurut Black (1983) perlakuan nutrisi mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap berat non karkas internal seperti hati, jantung dan paru-paru. Karena pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrisi yang sama, maka tidak diperoleh perbedaan yang nyata terhadap bobot paru-paru dan trachea.

Persentase Bobot Jantung

Tabel 22. Rataan Persentase Bobot Jantung

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 0,60 0,63 0,61

P2 0,71 0,67 0,69

P3 0,69 0,66 0,67

Dari Tabel 22 diatas dapat dilihat bahwa rataan bobot jantung tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 0,69%, dan rataan bobot jantung terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang tebu sebesar 0,61%.

Gambar 7. Diagram garis rataan persentase bobot jantung (%/ekor) Tabel 23. Analisis Keragaman Jantung

SK db JK KT F hit F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 2 0,0063 0,00315 5,55tn 9.55 30.82 Galat 3 0,0017 0,00057 Total 5 0,008 Keterangan: KK = 0,035 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada Tabel 23 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu dalam pakan domba Sei Putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot jantung. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan jantung dipengaruhi oleh energi yang terkandung didalam pakan.

Persentase Bobot Perut dan Oesophagus

Tabel 24. Rataan Persentase Bobot Perut dan Oesophagus

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 5,34 5,20 5,27

P2 5,18 5,21 5,19

P3 5,39 5,37 5,38

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan bobot perut dan oesophagus tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu sebesar 5,38%, dan rataan bobot perut dan oesophagus terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang jagung sebesar 5,19%.

Gambar 8. Diagram garis rataan persentase bobot perut dan oesophagus (%/ekor)

Tabel 25. Analisis Keragaman Bobot Perut dan Oesophagus SK Db JK KT F hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,034 0,017 4,971tn 9,55 30,82 Galat 3 0,010 0,003 Total 5 0,045 Keterangan: KK = 0,017 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada Tabel 25 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu dalam pakan domba sei putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot perut dan oesophagus. Hal ini disebabkan karena penelitian ini menggunakan ternak dengan umur yang relatif sama. Dengan kata lain ternak masih dalam satu fase pertumbuhan yang sama, sehingga kadar laju pertumbuhan komponen non karkasnya relatif setara.

PersentaseRataan Bobot Usus

Tabel 26. Rataan Persentase Bobot Usus

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2

P1 5,17 4,88 5,02

P2 5,00 5,14 5,07

P3 5,36 5,20 5,28

Dari Tabel 26 diatas dapat dilihat bahwa rataan bobot usus tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu sebesar 5,28%, dan rataan bobot usus terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu pakan dengan menggunakan pucuk batang tebu sebesar 5,02%.

Gambar 9. Diagram garis rataan persentase bobot usus (%/ekor)

Tabel 27. Analisis Keragaman Usus

SK Db JK KT F hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 0,07 0,03 1,71tn 9,55 30,82 Galat 3 0,06 0,02 Total 5 0,13 Keterangan: KK = 0,028 tn = tidak nyata

Hasil uji keragaman pada Tabel 27 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu dalam pakan domba sei putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot usus. Hal ini disebabkan karena penelitian ini menggunakan ternak dengan umur yang relatif sama. Dengan kata lain ternak masih dalam satu fase pertumbuhan yang sama, sehingga kadar laju pertumbuhan komponen non karkasnya relatif setara.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Tabel 18.Rekapitulasi hasil penelitian

Parameter P1 P2 P3

Persentase Bobot kepala 9,14tn 9,10 tn 9,51 tn Persentase Bobot kaki 3,43tn 3,42 tn 3,59 tn Persentase Bobot kulit 11,90tn 11,68 tn 12,33 tn Persentase Bobot hati 2,16tn 2,23 tn 2,16 tn

Persentase Bobot limpa 0,32 tn 0,31 tn 0,32 tn Persentase Bobot Paru-paru dan Trachea 1,35 tn 1,31 tn 1,31 tn

Persentase Bobot Jantung 0,61 tn 0,69 tn 0,67 tn Persentase Bobot Perut dan Oesophagus 5,27 tn 5,19 tn 5,38 tn Persentase Bobot Usus 5,02 tn 5,07 tn 5,28 tn

Rekapitulasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 pada domba memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap persentase bobot kepala, persentase bobot kaki, persentase bobot kulit, persentase bobot hati, persentase bobot limpa, persentase bobot paru-paru, persentase bobot jantung, persentase bobot perut dan oesophagus dan persentase bobot usus.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian pakan berbasis hasil limbah pertanian berupa pucuk batang tebu, pucuk batang jagung, dan pucuk batang ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap non karkas pada semua perlakuan bahan pakan Domba Sei Putih memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap persentase non karkas internal (hati, limpa, paru-paru dan trachea, jantung, perut dan oesophagus, dan usus) serta bagian non karkas eksternal (kepala, kaki, kulit).

Saran

Disarankan untuk penelitian lebih lanjut agar menggunakan pakan kontrol (hijauan) untuk mengetahui pengaruh pemberian pucuk batang tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap non karkas Domba Sei Putih.

Dokumen terkait