• Tidak ada hasil yang ditemukan

Domba Sei Putih (Hear Sheep)

Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Ternak (SBPT) Sungei Putih Galang, Sumatera Utara bekerjasama dengan Small Ruminant-Collaborative Research Support Program (SR-CRSP) sejak tahun 1986. Komposisi darahnya adalah 50 % domba lokal Sumatera, 25 % domba St. Croix (Virgin Island) dan 25 % domba Barbados Blackbelly (Gatenby et al., 1995). Beberapa keuntungan atau kelebihan yang diperoleh dari domba Sungei Putih antara lain : (1) Produktivitasnya lebih tinggi daripada domba lokal Sumatera (± 40 % lebih tinggi). Hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan yang tinggi, tetapi jumlah anak per kelahiran, interval beranak dan mortalitas anak yang relatif rendah, (2) Adaptasi yang baik terhadap lingkungan termasuk resisten terhadap parasit internal, (3) Karkasnya lebih besar, dengan kualitas pakan yang baik, rata-rata bobot hidup domba jantan muda adalah 20 kg pada umur 7 bulan dan 30 kg pada umur 11 bulan, (4) Wolnya lebih sedikit dari pada domba Lokal Sumatera, domba Lokal ekor tipis dan domba Priangan. Berdasarkan alasan tersebut domba Sungei Putih disebut Hair Sheep.

Populasi domba di Indonesia sebanyak 8.543.000 ekor, di Sumatera Utara terdapat sebanyak 287.621 ekor. Pertumbuhan domba di Sumatera Utara rata-rata 3,89 % / tahun. Ada 2 jenis bangsa domba di Sumatera Utara yaitu : pertama, domba lokal Sumatera tergolong bangsa domba ekor tipis dengan tipe wol kasar. Domba ini merupakan domba asli yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal dengan ciri-ciri berbadan kecil, warna wol

beragam mulai dari warna putih sampai hitam, dan menunjukkan siklus birahi sepanjang tahun.

Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sei Putih dan lokal Sumatera (kg)

No Karakteristik Sei Putih Sumatera 1 Bobot Lahir

A. Jantan 2,52 1,17 B. Betina 2,35 1,64 2 Bobot Sapih : Umur 90 Hari (kg)

A. Jantan 12,62 9,25 B. Betina 11,50 8,14 3 Bobot Umur 6 Bulan (kg)

A. Jantan 19,06 18,45 B. Betina 19,71 15,16 4 Bobot Umur 12 Blan (kg)

A. Jantan 35,10 24,50

B. Betina 27,20 18,90

Sumber : Doloksaribu et al., 1996 ; Subandriyo et al., 1996

Pertumbuhan Domba

Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun, seperti urat daging, tulang otak, jantung dan semua jaringan-jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zat-zat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1979).

Dalam pertumbuhan hewan tidak sekedar meningkatkan berat badannya, tetapi juga menyebabkan konformasi oleh perbedaan tingkat pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini urat daging dari karkas atau daging yang akan dikonsumsi manusia (Parakkasi, 1995).

Pada domba sampai dengan umur 2,5 bulan, pertumbuhan absolut akan berjalan lambat. Umur 2,5 bulan sampai dengan masa pubertas, terjadi kenaikan

pertumbuhan yang cepat dan saat domba mencapai pubertas, terjadi kembali perlambatan pertumbuhan dan kurva akan menjadi lebih landai pada saat mencapai titik belok atau inflection point pubertal (Anggorodi, 1979).

Pencernaan Domba

Proses pencernaan pada ruminansia sangat komplek dan beberapa faktor saling mempengaruhi, sehingga mekanisme pencernaan terutama yang terjadi dalam rumen perlu diketahui untuk mengoptimalkan penggunaan nutrien. Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang beertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan dalam perjalanannya menuju tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus. Disamping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran (ekskresi) bahan-bahan pakan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap kembali (Parakkasi, 1985).

Pakan Domba

Kebutuhan ternak akan dicerminkan oleh kebutuhan terhadap nutrisi, jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusu), kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan hidupnya serta berat badannya. Jadi setiap ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Tomaszeweska, et al, 1993).

Tabel 2 . Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba BB BK Energi Protein Ca P ME TDN Total DD (Kg) (Kg) (%BB) (Mcal) (Kg) (g) (g) (g) 5 0,14 - 0,6 0,61 51 41 1,91 1,4 10 0,25 2,5 1,01 1,28 81 68 2,3 1,6 15 0,36 2,4 1,37 0,38 115 92 2,8 1,9 20 0,51 2,6 1,8 0,5 150 120 3,4 2,3 25 0,62 2,5 1,91 0,53 160 128 4,1 2,8 30 0,81 2,7 2,44 0,67 204 163 4,8 2,3 Sumber : NRC (1985).

Kebutuhan ternak akan zat gizi dalam makanan domba perlu diperhatikan untuk mendapat hasil yang maksimal dalam usaha penggemukan domba. Kandungan gizi dalam makanan domba ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan zat gizi dalam makanan domba (dasar bahan kering) Berat Konsumsi TDN Energi Vitamin Badan kg DE ME Protein A kg % Mcal/kg % Ca% P% I.U./kg Domba jantan muda digemukan

30 1,3 64 2,8 2,3 11,0 0,37 0,23 588 40 1,6 70 3,1 2,5 11,0 0,31 0,19 638 50 1,8 70 3,1 2,5 11,0 0,28 0,17 708 Domba jantan muda disapih awal

10 0,6 73 3,2 2,6 16,0 0,40 0,27 1417 30 1,4 73 3,2 2,6 14,0 0,36 0,24 1821

Sumber : NRC (1975)

Hijauan Pakan Ternak

Pucuk Tebu (Saccharum officinarum)

Seperti halnya limbah yang mengandung serat pada umumnya, pucuk tebu sebagai pakan mempunyai faktor pembatas, yaitu kandungan nutrisi dan kecernaannya yang sangat rendah, pucuk tebu mempunyai kadar serat kasar dan kadar lignin sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 46,5% dan 14% (Ensminger et al, 1990).

Hasil ikutan tanaman tebu merupakan pakan sumber serat atau energi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk tebu, daun tebu, ampas tebu (bagase), blotong dan tetes (molases). Pucuk tebu memiliki daya cerna dan nilai gizi yang relatif rendah, hal tersebut dapat dilihat dari kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi (42,30%). Akan tetapi dengan tindakan pengolahan kimiawi, hayati dan fisik, secara signifikan mampu meningkatkan daya cerna, kandungan gizi dan konsumsi pakan (Dwiyanto, dkk, 2001).

Dalam susunan taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman tebu dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliphyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Liliopsida, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Genus: Saccharum, Spesies: Saccharum oficinarum (Dwiyanto, dkk, 2001).

Tabel 4. Kandungan nilai gizi pucuk tebu

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 16,67a Protein Kasar 5,47a

TDN 53,00b Serat Kasar 17,71a

Lemak Kasar 2,49a Energi Metabolis (Mcal) 3,94c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing potong Sei Putih

Batang Jagung (Zea mays sp)

Batang jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai makanan ternak telah dilakukan terutama untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba. Limbah pertanian banyak digunakan sebagai makanan ternak seperti batang jagung.

Batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Reksohadiprodjo, 1979).

Dalam susunan taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Pales (glumiflorae), Famili: Poaceae (graminae), Genus: Zea, Spesies: Zea mays (Rukmana, 1997).

Ternak domba dan kambing menyukai batang jagung yang dipotong-potong, pada batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi, tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Jamarun, 1991). Komposisi nutrisi jerami jagung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan nilai gizi batang jagung

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 63,21a Protein Kasar 8,12a TDN 59b Serat Kasar 25,87a Lemak Kasar 2,78a Energi Metabolis (Mcal) 4,00c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih

Daun Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot utilissima, Pohl) merupakan tanaman tahunan yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah tropik dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi dan toleran terhadap hama penyakit (Sosrosoedirdjo, 1982).

Tanaman ubi kayu dianggap penting karena menghasilkan umbi yang

dapat tumbuh ditempat yang kering dan mudah dalam pemeliharaannya (Darjanto dan Mujati, 1980).

Dalam susunan taksonomi tumbuhan, kedudukan tanaman ubi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Manihot, Spesies: Manihot utilisim (Rukmana, 1997).

Hijauan dan ubi kayu, pengunaanya harus dilayukan semalam atau dijemur 2-3 jam agar racun HCN yang dikandungnya dapat hilang sehinga tidak meracuni ternak, dengan pengolahan yang sederhana ini racu n dapat berkurang atau hilang sehingga ternak menyukainya (Cahyono, 1998).

Tabel 6. Kandungan nilai gizi daun ubi kayu

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 74,92a Protein Kasar 17,05a TDN 61,80b Serat Kasar 10,85a Lemak Kasar 6,02a Energi Metabolis (Mcal) 4,61c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih

Starbio

Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi) yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau ranting-ranting yang dibusukkan, dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellumonas clostridium thermocellulosa (pencerna lemak), Agaricus dan Coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum transiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio

merupakan probiotik anaerob penghasil enzim pemecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.

Probiotik Starbio

Probiotik starbio merupakan koloni bakteri alami yang terdiri dari : 1. Mikroba Proteolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Nitrosomonas / Nitrobacter / Nitrospira / Nitrosococcus / Nitrosolobus.

2. Mikroba Lignolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/garam bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Clavaria dendroidea / Clitocybe alexandri / Hypoloma fasciculare.

3. Mikroba Nitrogen

4 x 109 satuan pembentuk koloni/garam bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Azotobacter Spp / Bayerinkya Spp / Clostridium parteiriuanum / Nostoc Spp / Anabaena Spp / Tolypothix Spp / Spirilium lipoferum.

8 x 108 satuan pembentuk koloni/garam bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Trichoderma polysporeum / Trichoderma viridae / Cellulomonas acidula / Bacillus cellulase disolven.

5. Mikroba Lipolitik

5 x 108 satuan pembentuk koloni/garam bahan. Jenis yang biasa diformulasikan : Spirillium liporerum.

(Lembah Hijau Multifarm, 2009).

Fungsi utama probiotik starbio adalah menurunkan biaya pakan, mikroba yang terdapat dalam starbio akan membantu pencernaan pakan dalam tubuh ternak, membantu penyerapan lebih banyak sehingga pertumbuhan ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat. Hasilnya FCR (Feed Convertion Ratio) akan menurun sehingga biaya pakan lebih murah. Mengurangi bau kotoran ternak, pakan yang dicampur dengan starbio akan meningkatkan kecernaan penyerapan sehingga kotoran ternak (feces) lebih sedikit kering, kandungan amonia dalam kotoran ternak akam menurun sampai 50%. Akhirnya daya tahan tubuh ternak akan meningkat dan kondisi ternak akan lebih segar, karena kontaminasi lalat lebih sedikit. Peternak dan lingkungannya akan lebih nyaman, tidak terganggu dengan kotoran ternak (Lembah Hijau Multifarm, 2009).

Lebih lanjut, dikatakan juga bahwa penggunaan starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga lebih banyak nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan terhadap produk ternak. Selain itu produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat nutisi yang dapat diuraikan dan diserap, Sartika et al (1994) melaporkan bahwa hasil analisis proksimat probiotik

starbio mengandung : 19,17% air, 10,42% protein, 0,11% lemak kasar, 8,37% serat kasar dan 51,54% abu.

Pakan Hasil Sampingan Pertanian Dedak Padi

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit gabahnya melaui proses penggilingan padi dan pengayakan hasil ikutan dari penumbukan padi (Parakkasi, 1985). Sedangkan dedak padi menurut Rasyaf (1992) dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tapi tercampur dengan bagian penutup beras. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak.

Tabel 7. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 89,10a Protein Kasar 13,80a TDN 64,30b Serat Kasar 8,00a Lemak Kasar 8,20a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Ampas Tahu

Meskipun disebut ampas tahu tetapi ampas tahu ini masih berguna bagi manusia maupun hewan peliharaan. Kandungan gizinya sudah amat tipis karena sudah mengalami pemerasan. Karena sifat ampas tahu cepat sekali basi dan berbau kurang sedap, bila tidak segera dihabiskan haruslah dijemur hingga kering agar dapat disimpan lebih lama (Kastyanto, 1982).

Ampas tahu, onggok, dedak merupakan bahan pakan ternak yang potensial digunakan sebagai pakan penyusun konsentrat bagi ternak besar. Kandungan potensi kasar dari ampas tahu segar cukup tinggi sehingga dapat digolongkan sebagai pakan konsentrat sumber protein, karena tahu terbuat dari biji kedelai sehingga ampasnya masih mengandung protein dan cukup baik untuk dijadikan sebagai pakan ternak. Komposisi nutrisi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kandungan nilai ampas tahu

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 89,26a Protein Kasar 19,03a TDN 79b Serat Kasar 20,44a Lemak Kasar 5,64a Energi Metabolis (Mcal) 5,08c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih

Bahan Pakan Pelengkap Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan bewarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi, sehingga bisa juga digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah pada aroma dan rasanya. Oleh karena itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisa memperbaiki aroma dan rasanya (Hassan dan Ishada, 1991).

Tabel 9. Kandungan nilai gizi molases

Kandungan Zat Kadar Zat Bahan Kering 67,50a Protein Kasar 3,50a TDN 81,00b Serat Kasar 0,38a Lemak Kasar 0,08a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Urea

Urea yaitu diamida asam karbonat, adalah hasil akhir utama metabolisme nitrogen pada mamalia. Urea bila diberikan kepada ruminansia, akan melengkapi sebagian dari protein hewan yang dibutuhkan karena urea tersebut disintesis menjadi protein mikroorganisme dalam rumen (Anggorodi, 1979).

Urea yang diberikan di dalam ransum ternak ruminansia di dalam rumen akan dipecah oleh enzim urease menjadi ammonium dimana ammonium bersama mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi, apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa aliaran darah ke hati dibentuk kembali ammonium yang kemudian disekresikan melalui urine (Parakkasi, 1995).

Garam

Garam merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga meninggalkan udema. Defisiensi garam lebih sering terjadi pada hewan herbivora dari pada hewan lainnya. Hai ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam (Anggorodi, 1979).

Garam dapur dapat ditambahkan sebanyak 5% untuk menurunkan tingkat konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25-1,75 kg/ekor/hari.

Semula pengaruhnya terlihat peningkatan konsumsi kemudian menurun sampai jumlah yang dikehendaki (Parakkasi, 1995).

Non Karkas

Non karkas ternak adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri dari kepala, kulit dan bulu, darah, organ-organ internal, kaki bagian bawah dari sendi karpal untuk kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki belakang (Soeparno, 1994).

Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen retikulum, omasum, usus besar, usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi menurunkan berat kepala, kaki dan limpa. Jadi perlakuan nutrisional termasuk spesies pastura mempunyai pengaruh terhadap berat bobot non karkas internal seperti hati, paru-paru, jantung dan ginjal. Sedangkan berat komponen non karkas eksternal terutama kepala dan kaki tidak terpengaruh (Black, 1983).

Kadar laju pertumbuhan beberapa komponen non karkas hampir sama dengan kadar laju pertumbuhan tubuh, misalnya abomasum dan usus besar mencapai kedewasaan hampir bersamaan dengan tubuh. Usus kecil tumbuh lebih cepat dari pada usus besar dan abomasum. Berat rumen retikulum dan omasum meningkat dengan cepat pada awal kehidupan post natal. Meskipun demikian

berat total saluran pencernaan menurun pada saat mencapai kedewasaan (Berg and Butterfield, 1976).

Pakan dapat mempengaruhi pertambahan berat komponen non karkas. Domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi yang tinggi, mempunyai jantung yang lebih berat dari pada domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi rendah pada kondisi pemeliharaan di dalam kandang individu. Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen, omasum, usus

besar, usus kecil dan total alat pencernaan, tetapi sebaliknya bagi berat kepala dan kaki perlakuan dan nutrisi serta spesies pastura dan pangonan pada domba tidak mempengaruhi berat kepala, kaki, dan kulit pada berat tubuh yang sama (Soeparno, 1994).

Menurut Forest dkk (1975) nutrisi juga mempengaruhi persentase non karkas terhadap berat hidup. Persentase karkas terhadap berat hidup biasanya meningkat sesuai dengan peninggkatan berat hidup, tetapi persentase bagian non karkas seperti kulit dan darah menurun. Bobot limpa akan meningkat pada minggu pertama dan selanjutnya konstan (Wandrop dan Combe, 1960).

Dokumen terkait