• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tampilan Makroskopis.

Pengamatan dilakukan selama 20 hari dengan mengamati bentuk, warna dan tekstur koloni. Pengamatan makroskopis Cylindrocladium sp. dilakukan dengan cara membandingkan bentuk pertumbuhan Cylindrocladium sp. sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Fungi Cylindrocladium sp. yang diteliti mempunyai pertumbuhan yang relatif lambat pada media PDA karena membutuhkan waktu 20 hari Cylindrocladium sp. untuk memenuhi permukaan cawan petri.

(1) (2) (3)

(4) (5)

Gambar 3.Pengamatan Makroskopis Cylindrocladium sp (konsentrasi 0 mg/ml (1), 0.5 mg/m(2), 1.0 mg/ml (3), 1.5 mg/ml (4), 2.0 mg/ml (5).2.0 pada hari ke-20 pengamatan ke-V.)

Warna, Bentuk dan Tekstur Koloni

Fungi Cylindrocladium sp. memiliki penampilan berwarna putih, dengan pertumbuhan yang lambat, tekstur lembut seperti kapas dan tebal, serta penyebarannya merata kesegala arah (Gambar 3). Hasil pengamatan ini sejalan dengan pernyataan Hutajulu (2015) yang menyatakan bahwa biakan fungi Cylindrocladium sp. pada media PDA memiliki penampilan berwarna putih dan

penyebarannya merata ke segala arah. Hasil pengamatan bentuk, warna dan tekstur koloni Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengamatan Bentuk, Warna dan Tektur Koloni Cylindrocladium sp. pada Hari Ke-20.

No Perlakuan (mg/ml) Bentuk koloni Warna Koloni Tekstur koloni

1 0 Bulat, tebal Putih Lembut seperti

kapas

2 0.5 Bulat, tebal Putih Lembut seperti

kapas

3 1.0 Bulat, tebal Putih Lembut seperti

kapas

4 1.5 Bulat, tebal Putih Lembut seperti

kapas

5 2.0 Bulat, tebal Putih Lembut seperti

kapas

Diameter Koloni Cylindrocladium sp.

Pengukuran diameter dilakukan pada hari ke-4 HST. Pengukuran dilakukan setiap 4 hari sampai hari ke-20 HST. Hasil analisis data menunjukkan pemberian fungisida metiram berpengaruh nyata terhadap diameter Cylindrocladium sp. Pada pengamatan I perlakuan metiram berpengaruh nyata

pada diameter Cylindrocladium sp. Semua perlakuan berpengauh nyata dari kontrol, tetapi pada perlakuan 2.0 mg/ml memiliki nilai paling kecil diantara perlakuan yang lain.

Begitu pula pada hasil pengamatan II, III, IV dan V perlakuan metiram berpengaruh nyata terhadap diameter Cylindrocladium sp. Semua hasil perlakuan

dari tiap pengamatan berpengaruh nyata dari kontrol dan pada perlakuan 2.0 mg/ml pada tiap pengamatan memiliki nilai yang paling kecil diantara

Secara keseluruhan perlakuan yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan diameter Cylindrocladium sp. yaitu perlakuan pada konsentrasi 2.0 mg/ml. Semakin tinggi konsentrasi metiram yang diberikan pada Cylindrocladium sp. maka semakin kecil diameter yang diperoleh pada perlakuan tersebut. Hal ini terjadi karena penambahan fungisida pada media tumbuh akan berpengaruh menekan pertumbuhan koloni Cylindrocladium sp. Menurut Misato dan Hakiki (1997) penambahan fungisida pada media tumbuh akan berpengaruh menekan koloni, walaupun dengan dosis yang rendah fungisida sitemik cukup kompatibel dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan fungi. Hasil rata-rata diameter koloni Cylindrocladium sp. pada pengamatan I-V disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Diameter (cm) Koloni Cylindrocladium sp. pada Pengamatan I-V Perlakuan Pengamatan mg/ml I II III IV V 0 3,29a 5,75a 6,70a 7,92a 8,26a 0.5 2,88b 4,65b 5,38b 6,57b 6,88b 1.0 2,62c 4,27bc 4,43c 5,81c 6,13c 1.5 2,45cd 3,95cd 4,08cd 4,75d 5,11d 2.0 1,47e 2,64e 3,12e 3,37e 3,46e

Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan pada taraf 95%.

Pertumbuhan diameter Cylindrocladium sp. selama 20 HST disajikan pada Gambar 4. Data hasil uji Duncan diameter koloni Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel Lampiran (6, 7, 8, 9, 10).

Gambar 4. Pertumbuhan Diameter Cylindrocladium sp.

Luas Koloni Cylindrocladium sp.

Dari hasil uji Duncan dengan taraf kepercayaan 95% yang telah dilakukan pemberian fungisida metiram terhadap perkembangan luas Cylindrocladium sp. di peroleh data rata-rata luas (mm) fungi Cylindrocladium sp.

pada pengamatan I-V yang disajikan pada disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Luas (mm) Koloni Cylindrocladium sp. pada Pengamatan I-V. Perlakuan Pengamatan mg/ml I II III IV V 0 8,52a 26,14a 35,39a 49,67a 54,03a 0.5 6,53b 17,00b 22,83b 33,99b 37,23b 1.0 5,39c 14,36c 15,46c 26,94bc 29,56bc 1.5 5,15cd 12,28cd 12,86cd 17,83d 20,56d 2.0 1,51e 5,50e 8,17e 9,06e 9,55e

Keterangan: Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan pada taraf 95%.

Pada pengamatan I luas perlakuan metiram berpengaruh nyata pada luas Cylindrocladium sp., semua perlakuan berpengaruh nyata terhadap kontrol, tetapi

perlakuan 2.0 mg/ml memiliki nilai luas yang paling kecil. Pada pengamatan II perlakuan metiram berpengaruh nyata pada luas Cylindrocladium sp. semua

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Hari ke-0 ke-4 ke-8 ke-12 ke-16 ke-20

0 mg/ml 0.5 mg/ml 1.0 mg/ml 1.5 mg/ml 2.0 mg/ml

perlakuan berpengaruh nyata dari kontrol, namun pada perlakuan 2.0 mg/ml memiliki nilai luas yang paling kecil. Hasil pengamatan luas yang sama terjadi pada setiap pengamatan baik pengamatan III, IV dan V. Semakin tinggi konsentrasi fungisida metiram yang diberikan pada Cylindocladium sp. maka semakin kecil luas yang didapatkan pada perlakuan tersebut. Fungisida sistemik mempunyai mekanisme kerja yang mampu menghambat sistem enzim jamur, sehingga mengganggu terbentuknya buluh kecambah dan mengganggu metabolisme inang dan mengimbas ketahanan fisik maupun kimia terhadap patogen (Djunaedy, 2008). Pernyataan tersebut juga dipertegas oleh EFSA (2012) menyatakan bahwa metiram menghambat sporulasi jamur (pembentukan spora) dengan mengikat enzim dari fungi tersebut sehingga menyebabkan perkembangan jamur tersebut menjadi terhambat dan tidak dapat berkembang. Data hasil uji analisis Duncan taraf 95% luas koloni Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel Lampiran (16, 17, 18, 19, 20).

Menurut Old dkk, (2003) Cylindrocladium sp. memiliki khlamidospora yang berfungsi sebagai alat pertahanan hidup dalam kondisi yang ekstrim, sehingga menyebabkan Cylindrocladium sp. dapat bertahan hidup lebih lama didalam tanah. Struktur dormansinya (sklerotia) sangat besar dan mempunyai sel yang kebal terhadap serangan kimiawi sehingga menyebabkan sangat sulit untuk menyingkirkan fungi tersebut dari tanah. Namun pada konsentrasi 2.0 mg/ml fungisida metiram yang merupakan fungisida yang bersifat sistemik mampu mengganggu metabolisme dan ketahanan fisik patogen Cylindrocladium sp.

Hambatan Relatif Cylindrocladium sp.

Hasil presentase daya hambat menunjukkan bahwa fungisida berbahan aktif metiram kurang berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan fungi Cylindrocladium sp. Hal ini ditunjukkan pada presentasi konsentrasi pada setiap

perlakuan. Hasil pengamatan perameter hambatan relatif Cylindrocladium sp. disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Metiram Terhadap Perkembangan Cylindrocladium sp. Perlakuan Rataan Hambatan Relatif(%) Kategori

M0(kontrol) 0 >0-20 % (sangat tidak berpengaruh) M1(0.5 mg/ml) 31,10 >20-40 % (kurang berpengaruh) M2(1.0 mg/ml) 31,19 >40-60 % (cukup berpengaruh) M3(1.5 mg/ml) 31,29 >60-80 % (berpengaruh) M4(2.0 mg/ml) 31,47 >80 % (sangat berpengaruh)

Masing- masing fungi Cylindrocladium sp. dengan perlakuan yang berbeda-beda mempunyai persentase yang bervariasi namun persentase daya hambat fungisida berbahan aktif metiram terhadap fungi Cylindrocladium sp. kurang berpengaruh. Peningkatan konsentrasi kurang memberikan pengaruh terhadap respon hambatan. Dari kategori yang dikemukakan oleh Irasakti dan Sukatsa (1987) persentase daya hambat pada Cylindrocladium sp. kurang berpengaruh. Kecilnya nilai hambatan relatif Cylindrocladium sp. diduga terjadi karena fungisida metiram dengan konsentasi 0 mg/ml, 0.5 mg/ml, 1.0 mg/ml, 1.5 mg/ml, dan 2.0 mg/ml belum efektif dalam menghambat perkembangan fungi Cylindrocladium sp.

Metiram adalah fungisida ethilen bisdithiocarbamate (EBDC) dan bersifat sistemik. Metiram mampu menghambat sporulasi jamur dengan mengikat enzim dari fungi tersebut. Pada penelitian Sumardiyono (2012) dalam pengujian

beberapa fungisida secara in vitro menyatakan bahwa fungisida campuran antara mancozeb dan kanberdazim (D) mempunyai daya hambat yang besar terhadap pertumbuhan miselium Colletotrichum sp. Mankozeb merupakan fungisida kontak dan kanberdazim adalah fungisida yang bersifat sistemik memberikan perlindungan yang lebih baik dibanding fungisida tunggal dengan masing-masing bahan aktif. Pencampuran fungisida tersebut akan menghambat timbulnya strain jamur tahan terhadap fungisida yang sering terjadi pada fungisida sistemik. Jamur dengan sporulasi yang melimpah akan menjadi tahan terhadap fungisida sistemik.

Tampilan Mikroskopis

Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.

Kerapatan spora diukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Syahnen (2011). Berikut disajikan pada Tabel 5 kerapatan spora Cylindrocladium sp.

Tabel 5. Kerapatan Spora Cylindrocladium sp.

Perlakuan Kerapatan Spora (cfu)

M0(0 mg/ml) 85,50

M1(0.5 mg/ml) 63,25

M2(1.0 mg/ml) 50,25

M3(1.5 mg/ml) 40,00

M4(2.0 mg/ml) 32,25

Hasil perhitungan kerapatan spora yang telah dilakukan didapat hasil bahwa perlakuan konsentrasi fungisida 0 mg/ml memiliki kerapatan yang lebih besar yaitu sebesar 85,50 cfu (colony form unit) dan kerapatan spora yang terkecil ditunjukkan pada fungi yang diberi konsentrasi fungisida metiram 2.0 mg/ml yaitu sebesar 32,25 cfu. Penurunan nilai kerapatan disebabkan oleh pemberian fungisida dengan konsentrasi yang rendah diduga sudah dapat merespon perkembangan spora menjadi rapat dan terhambat. Hal ini didukung dari pernyataan Misato dan

Kakiki (1997) bahwa fungisida secara umum menghambat dan bereaksi terhadap sel dan penambahan fungisida pada media tumbuh akan berpengaruh menekan koloni.

European Food Safety Authority (2012) juga menjelaskan bahwa metiram

adalah fungisida ethilen bisdithiocarbamate (EBDC) yang dapat menghambat sporulasi jamur (pembentukan spora) dengan mengikat enzim dari fungi tersebut, sehingga menyebabkan perkembangan jamur tersebut menjadi terhambat dan tidak dapat berkembang.

Pengamatan Mikroskopis Cylindrocladium sp.

Pengamatan mikroskopis dilakukan bertujuan untuk mengetahui perubahan bentuk atau struktur hifa setelah fungi diberi perlakuan. Dari hasil pengamatan mikroskopis yang dilakukan terlihat adanya perubahan bentuk hifa yang berbeda antara perlakuan 0 mg/ml, 0.5 mg/ml, 1.0 mg/ml, 1.5 mg/ml, 2.0 mg/ml. Cylindrocladium sp. mempunyai hifa yang bersekat, hifa membentuk konidior yang pada ujungnya bercabang. Hal ini dipertegas dari pernyataan Gandjar dkk, (1999) bahwa Cylindrocladium sp. mempunyai hifa yang bersekat, hifa membentuk konidior yang pada ujungnya bercabang dan menghasilkan konidia sebagai spora vegetatif (aseksual).

Gambar 5. Pengamatan Mikroskopis Cylindrocladium sp. pada hari ke-20 dengan pembesaran 100x. (a) Perlakuan Kontrol (0 mg/ml), (b) Perlakuan 0.5 mg/ml, (c) Perlakuan 1.0 mg/ml, (d) Perlakuan 1.5 mg/ml, (e) Perlakuan 2.0 mg/ml.

Hasil pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan di laboratorium dapat dilihat bahwa fungisida metiram memberikan perubahan pada struktur

No Karakteristik mikroskopis Cylindrocladium sp.

Cylindrocladium sp. pada setiap perlauan 1 2 3 4 (a) Perlakuan 0 mg/ml (b) Perlakuan 0.5 mg/ml (c) Perlakuan 1.0 mg/ml (d) perlakuan 1.5 mg/ml 5 (e) Perlakuan 2.0 mg/ml

hifanya. Pada perlakuan 0 mg/ml hifa tampak normal Gambar (a), perubahan struktur hifa setelah diberi fungisida metiram mengalami patah pada hifa terlihat pada Gambar (b) perlakuan 0.5 mg/ml, kemudian percabangan konidiospora menjadi rusak (pecah) pada Gambar (c) perlakuan 1.0 mg/ml, pada perlakuan 1.5 mg/ml terjadi pembengkakan seperti tumor pada percabangan konidiospora Gambar (d) dan pada Gambar (e) perlakuan 2.0 mg/ml kumpulan klamidiospora menjadi pecah atau rusak. Hal tersebut terjadi karena pemberian fungisida dengan konsentrasi tertentu sudah dapat merespon perkembangan patogen Cylindrocladium sp. Menurut Misato dan Kakiki (1997) secara umum

menghambat dan beraksi terhadap sel atau bagian-bagain patogen dan menghambat banyak fungsi metabolisme, dan menekan pertumbuhan koloni.

Hasil pengamatan mikroskopis Cylindrocladium sp. tersebut sejalan dengan pernyataan Dalimunthe (2015) pada pengamatan mikroskopis Cylindrocladium sp. terdapat beberapa ciri-ciri struktur dan bentuk hifa yang

rusak akibat pemberian fungisida mancozeb. Fungi Cylindrocladium sp. yang telah diberi fungisida mancozeb dengan konsentrasi tertentu mengalami pembengkakan pada jaringan sel, pembengkakan pada percabangan, konidia yang semakin kecil, kumpulan konidiospora yang rapat dan terputusnya beberapa struktur hifa yang bersepta. Hal ini terjadi karena fungisida yang diberikan dapat mengganggu pertumbuhan fungi dengan merubah isothiocyanate dengan mematikan fungsi gugus sulphahydral pada enzim yang dihasilkan fungi sehingga merusak dinding sel fungi dan menghambat sistem kerja enzim dalam pembentukan ATP.

Dokumen terkait