• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman umur 3 s/d 15 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 1 s/d 14, yang menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media dan dosis pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Tinggi tanaman kakao umur 3 s/d 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis NPK dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman kakao (cm) umur 3 s/d15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis NPK

Perlakuan Tinggi Tanaman

3 5 7 9 11 13 15 Media M1 14.79 19.12 20.70 23.38 23.91 25.95 26.93 M2 14.35 18.27 19.81 21.87 24.00 25.94 26.74 M3 12.73 15.98 17.22 20.13 21.52 23.47 26.41 M4 13.61 16.71 17.75 20.58 21.69 23.83 24.99 M5 13.61 16.44 18.25 20.77 22.26 23.70 26.81 Rataan 13.81 17.30 18.74 21.34 22.67 24.57 26.37 Pupuk P1 13.44 16.34 17.83 20.88 22.09 23.94 26.02 P2 13.62 16.95 18.35 20.73 21.89 23.70 25.38 P3 14.40 18.62 20.06 22.43 24.05 26.10 27.73 Rataan 13.82 17.30 18.74 21.34 22.67 24.58 26.37

Tabel 1 menunjukkan, pada umur 15 MSPT tanaman tertinggi cenderung diperoleh pada komposisi media M1 (26,93 cm) yang berbeda tidak nyata dengan

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

perlakuan komposisi media lain. Pada dosis pupuk, perlakuan P3 (27,73 cm) berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Jumlah Daun (Helai)

Hasil pengamatan jumlah daun umur 3 s/d 15 MSPT dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada tabel lampiran 15 s/d 28 yang menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman umur 9 s/d 15 MSPT dan berpengaruh tidak nyata pada umur 3 s/d 7 MSPT. Perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 13 s/d 15 MSPT, tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 3 s/d 11 MSPT. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 11 s/d 15 MSPT tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 3 s/d 7 MSPT.

Data jumlah daun tanaman kakao umur 13 s/d 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 2.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

14.78 13.55 13.39 13.11 12.17 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 0 25 50 75 100 Media Tanam Ju m lah D au n ( H el ai )

Tabel 2. Jumlah daun tanaman kakao (helai) umur 3 s/d 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK

Perlakuan Jumlah daun

3 5 7 9 11 13 15 Media M1 (SS : LK = 4 : 0) 3.78 4.72 8.11 10.06 11.06 12.78 14.78 M2 (SS : LK = 3 : 1) 3.61 4.83 7.89 8.89 9.89 11.56 13.56 M3 (SS : LK = 1 : 1 ) 3.50 4.94 8.17 8.33 9.50 11.39 13.39 M4 (SS : LK = 3 : 1) 3.72 4.89 8.44 8.50 9.67 11.50 13.11 M5 (SS : LK = 0 : 4) 3.39 5.28 8.28 8.28 9.78 11.67 12.17 Rataan 3.60 4.93 8.17 8.81 9.98 11.78 13.40 Pupuk P1 (7,5 g/tan) 3.53 4.87 8.17 9.10 10.30 12.10 14.00 P2 (12,5 g/tan) 3.60 5.00 8.17 8.57 9.60 11.27 12.83 P3 (17,5 g/tan) 3.67 4.93 8.20 8.77 10.03 11.97 13.37 Rataan 3.60 4.93 8.18 8.81 9.97 11.78 13.40

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Hubungan jumlah daun dengan media tanam pada umur 15 MSPT dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan jumlah daun dengan media tanam umur 15 MSPT Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah daun kakao terbanyak diperoleh pada media Subsoil + Lumpur Kering (100 % + 0 %) sebesar 14,78

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

helai dan jumlah daun kakao paling sedikit diperoleh pada media Subsoil + Lumpur Kering (0 % + 100 %) sebesar 12,17 helai.

Hubungan jumlah daun dengan pupuk NPK pada umur 15 MSPT dapat dilihat pada Gambar 2.

0.0339x - 0.9104 18.922 R 0.99 8 10 12 14 16 7,5 12,5 17,5 Ju m la h D a u n ( H e la i) Pupuk NPK (g/tan)

Gambar 2. Hubungan jumlah daun dengan pupuk NPK umur 15 MSPT

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah daun semakin menurun dengan meningkatnya dosis pupuk NPK hingga dosis optimum dan semakin meningkat bila melebihi dosis optimum tersebut.

Data jumlah daun tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Jumlah daun tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis NPK

Perlakuan Pupuk NPK

P1 P2 P3 Rataan

Media

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

M2 13,33 13,00 14,33 13,55 ab

M3 13,00 13,67 13,50 13,39 abc

M4 14,67 12,17 12,50 13,11 abcd

M5 12,50 12,17 11,83 12,17 bcd

Rataan 14,00 a 12,84ab 13,36 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%

Tabel 3 menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 7,5 g/tan (P1) jumlah daun terbanyak diperoleh pada komposisi media M1 (Subsoil 100% + Lumpur Kering 0%) yaitu sebesar 16,5 cm yang berbeda nyata dengan komposisi media lainnya. Tabel 3 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 12,5 g/tan (P2) jumlah daun terbanyak diperoleh pada komposisi media M3 (Subsoil 50% + Lumpur Kering 50%) yaitu sebesar 13,7 cm yang berbeda nyata dengan komposisi media lainnya. Tabel 3 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 17,5 g/tan (P3) jumlah daun tanaman kakao terbanyak cenderung diperoleh pada komposisi media M (Subsoil 100% + Lumpur Kering 0%) yaitu sebesar 14,7 cm yang berbeda tidak nyata dengan komposisi media M2 tetapi berbeda nyata dengan komposisi media lainnya.

Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai dosis pupuk NPK pada berbagai media tanam umur 15 MSPT dapat dilihat pada Gambar 3.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

M1 = 0.0966x2- 2.598x + 30.551; R2= 0.99 M2 = 0.0332x2- 0.73x + 16.938; R2= 0.99 M3 = -0.0168x2+ 0.47x + 10.42; R2= 0.99 M4 = 0.0566x2- 1.632x + 23.726; R2= 0.99 M5 = -0.067x + 13.004; R2= 0.99 8 10 12 14 16 18 7,5 12,5 17,5 Ju m lah Dau n ( Helai) Pupuk NPK (g/tan) M 1 M 2 M 3 M 4 M 5

Gambar 3. Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai dosis pupuk NPK pada berbagai media tanam umur 15 MSPT

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada media M1, jumlah daun semakin menurun dengan meningkatnya dosis pupuk NPK hingga dosis pupuk optimum dan semakin menurun bila melebihi dosis kapur optimum tersebut. Hal yang sama terjadi juga pada media M2 dan M4. Pada media M3, semakin banyak pupuk NPK yang diberikan maka jumlah daun semakin meningkat hingga dosis pupuk optimum dan semakin menurun bila melebihi dosis pupuk optimum tersebut. Pada media M5 terjadi penurunan jumlah daun dengan semakin meningkatnya dosis pupuk.

Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai media tanam pada berbagai dosis pupuk NPK umur 15 MSPT dapat dilihat pada Gambar 4.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

P1 = -0.0266x + 15.332; R2= 0.4266 P2 = -0.0002x2+ 0.0096x + 13.141; R2= 0.6043 P3 = -0.03x + 14.868; R2= 0.9797 8 10 12 14 16 18 0 25 50 75 100 Ju m lah D au n ( H el ai ) Media Tanam P1 P2 P3

Gambar 4. Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai media tanam pada berbagai dosis pupuk NPK umur 15 MSPT

Gambar 4 menunjukkan bahwa pada dosis P1, jumlah daun semakin menurun dengan meningkatnya campuran limbah domestik pada media tanam. Hal yang sama terjadi juga pada dosis P3. Pada dosis P2, semakin banyak campuran limbah domestik pada media tanam maka jumlah daun semakin meningkat hingga dosis optimum dan semakin menurun bila melebihi dosis optimum tersebut.

Diameter Batang (cm)

Hasil pengamatan diameter batang umur 3 s/d 15 MSPT dapat dilihat pada Lampiran 29 s/d 41 yang menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan dosis pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang umur 3 s/d 15 MSPT.

Data perkembangan diameter batang tanaman kakao pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 4.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

Tabel 4. Perkembangan diameter batang (cm) tanaman kakao pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK

Perlakuan Diameter Batang

3 5 7 9 11 13 15 Media M1 (SS : LK = 4 : 0) 0,33 0,44 0,48 0,53 0,58 0,64 0,78 M2 (SS : LK = 3 : 1) 0,33 0,45 0,49 0,52 0,57 0,64 0,78 M3 (SS : LK = 1 : 1) 0,36 0,48 0,52 0,55 0,60 0,67 0,80 M4 (SS : LK = 1 : 3) 0,34 0,44 0,49 0,53 0,56 0,65 0,78 M5 (SS : LK = 0 : 4) 0,33 0,46 0,51 0,54 0,58 0,67 0,81 Rataan 0.33 0.45 0.49 0.53 0.57 0.65 0.79 Pupuk P1 (7,5 g/tan) 0,34 0,46 0,51 0,55 0,59 0,67 0,80 P2 (12,5 g/tan) 0,34 0,46 0,50 0,53 0,57 0,64 0,78 P3 (17,5 g/tan) 0,33 0,44 0,48 0,53 0,58 0,65 0,78 Rataan 0.33 0.45 0.49 0.53 0.56 0.65 0.78

Tabel 4 menunjukkan, pada umur 15 MSPT diameter batang terbesar cenderung diperoleh pada komposisi media M5 (0,81 cm) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Tabel 3 juga menunjukkan, pada umur 15 MSPT diameter batang terbesar cenderung diperoleh pada dosis pupuk P1 (0,80 cm) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Berat Basah (g)

Hasil pengamatan berat basah pada 15 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 43 s/d 44 yang menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan perlakuan dosis pupuk NPK serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah 15 MSPT.

Data berat basah tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

Tabel 5. Berat basah tanaman kakao (g) umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK

Perlakuan Pupuk NPK P1 P2 P3 Rataan Media M1 11.68 12.68 12.95 12.43 M2 14.53 10.55 10.98 12.02 M3 10.30 11.43 11.25 10.99 M4 9.88 11.43 11.43 10.91 M5 12.45 13.33 12.97 12.91 Rataan 11.76 11.88 11.91 11.85

Tabel 5 menunjukkan, pada perlakuan dosis pupuk 7,5 g/tan (P1) berat basah tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada komposisi media M2 (14.53 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Tabel 5 juga menunjukkan, pada perlakuan dosis 10 g/tan (P2) berat basah tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada komposisi media M5 (13.33 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Tabel 5 juga menunjukkan,pada perlakuan dosis 12,5 g/tan (P3) berat basah tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada komposisi media M5 (12.97 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Berat Kering (g)

Hasil pengamatan berat kering tanaman kakao pada 15 MSPT dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 45 s/d 46 yang menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam dan perlakuan dosis pupuk NPK serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering 15 MSPT.

Data berat kering tanaman kakao pada 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 6.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

Tabel 6. Berat kering tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK

Perlakuan Pupuk NPK P1 P2 P3 Rataan Media M1 6.82 6.48 7.05 6.78 M2 7.62 4.60 5.62 5.94 M3 5.63 6.43 6.02 6.02 M4 5.15 6.50 6.08 5.91 M5 7.23 7.92 6.15 7.10 Rataan 6.49 6.38 6.18

Tabel 6 menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 7,5 g/tan (P1) berat kering tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada perlakuan M2 (Subsoil 75% + Lumpur Kering 25%) sebesar 7, 62 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Tabel 6 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 10 g/tan (P2) berat kering tanaman akao terbesar cenderung diperoleh pada perlakuan M1 (Subsoil 0% + Lumpur Kering 100%) sebesar 7,92 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Tabel 6 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 12,5 g/tan (P3) berat kering tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada perlakuan M1 (Subsoil 100% + Lumpur Kering 0%) sebesar 7,05 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.

Pembahasan

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian lumpur kering meningkatkan jumlah daun, tetapi tidak meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

Perlakuan media tanam belum meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah dan bobot kering. Hal ini diduga karena lumpur limbah domestik memilik kadar bahan organik yang rendah sehingga menyebabkan nutrisi sulit diserap oleh akar tanaman, karena fungsi bahan organik adalah untuk meningkatkan ketersediaan unsur bagi tanaman dengan cara meningkatkan daya jerap dan mengikat unsur hara dalam bentuk organik. Hal ini sesuai pernyataan Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa pengaruh bahan organik pada kimia tanah : meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation; kation yang mudah dipertukarkan meningkat; unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali; dan, pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Selain itu, menurut PPKKI (2004) bahwa tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan lengas tanah.

Perlakuan media tanam hanya meningkatkan jumlah daun. Hal ini diduga karena unsur hara nitrogen dalam lumpur limbah domestik berperan dalam meningkatkan jumlah daun. Dimana nitrogen merupakan komponen utama untuk pertumbuhan tanaman sebagai penyusun protein dan asam-asam nukleat. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhannya, khususnya pertumbuhan vegetatif seperti pembentukan tunas dan daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1996), yang menyatakan bahwa unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

Perlakuan pupuk NPK hanya meningkatkan jumlah daun, hal ini diduga disebabkan oleh unsur hara yang terkandung dalam NPK seperti nitrogen, fosfor dan kalium mempengaruhi peningkatan jumlah daun. Mas’ud (1993) menyatakan bahwa jika pasok nitrogen cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk fotosintesis. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa fosfor merupakan bagian esensial dari banyak gula fosfat yang berperan dalam nukleotida, seperti RNA dan DNA, serta bagian dari fosfolipid pada membran. Fosfor berperan penting pula dalam metabolisme energi, karena keberadaannya dalam ATP, ADP, AMP, dan pirofosfat (PPi). Mas’ud (1993) menyatakan bahwa kalium terlibat dalam berbagai proses fisiologis tanaman, utama berperan dalam berbagai reaksi biokimia. Beberapa fungsi kalium dalam tubuh tanaman antara lain sebagai pengaktif beberapa enzim, berhubungan dengan pengaturan air dan energi, berperan dalam sintesis protein dan pati dan pemindahan fotosintat.

Perlakuan pupuk NPK tidak meningkatkan tinggi tanaman dan diameter batang. Hal ini diduga disebabkan oleh penyerapan unsur hara yang tersedia oleh pupuk NPK terganggu karena tanaman mengalami serangan hama. Bagian tanaman yang paling banyak terserang adalah daun, dimana daun merupakan tempat berlangsungnya fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjitrosomo (1990) yang menyatakan bahwa banyak proses yang berlangsung di dalam daun, tetapi yang menjadi pembeda dan yang terpenting ialah proses pembuatan bahan makanan atau fotosintesis.

Perlakuan media tanam tidak meningkatkan bobot basah dan bobot kering tanaman. Hal ini diduga disebabkan oleh lumpur kering limbah domestik

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan organik untuk tanaman kakao dimana tanaman kakao membutuhkan media tanam dengan kadar bahan organik yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan PPKI (2004) yang menyatakan bahwa tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan lengas tanah. Selain itu, Syamsulbahri (1996) menyatakan bahwa kandungan bahan organik tanah dapat mencerminkan tingkat kesuburan tanah, baik kandungan hara makro maupun kandungan hara mikro, kesarangan tanah (aerasi) dan ketersediaan lengas tanah. Tan (1998) menyatakan bahwa keuntungan utama dari humus tanah terhadap pertumbuhan tanaman dihasilkan secara tidak langsung melalui perbaikan sifat-sifat tanah seperti agregasi, aerasi, permeabilitas dan kapasitas memegang air. Indranada (1989) menyatakan bahwa sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan K untuk tanaman, peranan biologis di dalam mempengaruhi aktivitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.

Perlakuan pupuk NPK tidak meningkatkan bobot basah dan bobot kering tanaman. Hal ini diduga disebabkan karena penurunan efektifitas pemupukan ketika pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk atau penggunaannya digabungkan sekaligus. Sesuai dengan pernyataan PPKI (2004), yang menyatakan bahwa pemberian beberapa macam pupuk dalam waktu yang bersamaan kadang-kadang boleh dicampur dan kadang-kadang-kadang-kadang tidak boleh dicampur, bergantung

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

pada sifat setiap pupuk. Penelitian pada bibit kakao menunjukkan bahwa pencampuran pupuk NPK menurunkan efektivitasnya. Pemberian ketiga pupuk tersebut secara terpisah lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan pemberian dengan dicampur lebih dahulu. Penurunan disebabkan adanya reaksi antar jenis pupuk dan tidak homogennya campuran tersebut.

Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.

Dokumen terkait