Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao. L)
TERHADAP LUMPUR KERING LIMBAH DOMESTIK DAN PUPUK NPK PADA TANAH SUBSOIL
SKRIPSI
OLEH: ADRIANSYAH 030301007/Agronomi
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao. L)
TERHADAP LUMPUR KERING LIMBAH DOMESTIK DAN PUPUK NPK PADA TANAH SUBSOIL
SKRIPSI
OLEH: ADRIANSYAH 030301007/Agronomi
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing :
Ir. T. Irmansyah, MP
NIP. 131 762 190 NIP. 131 996 180
Ir. Meiriani, MP
Ketua Anggota
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
ABSTRACT
The objective of the experiment is to know the response of cocoa seedling growth to NPK fertilizer and domestic waste dry mud. The experiment was carried out at the experimental station of Agriculture Faculty, University of North Sumatera from October 2008 until February 2009. The experiment was arranged in factorial randomized blocked design with three replication. The first factor was domestic waste dry mud with five stages namely : M1 = (100%+0%), M2 = (75%+25%), M3 = (50%+50%), M4 = (25%+75%), M5 = (0%+100%). The second treatment was NPK fertilizer with three stages namely : P1 = 7,5 g/plant, P2 = 12,5 g/plant, P3 = 17,5 g/plant. The result of the study showed that domestic waste dry mud treatment significantly increase amount of leaves but not significantly increase stem length, stem diameter, wet weight and dry weight. The NPK fertilizer significantly increase to amount of leaves but not significantly increase stem length, stem diameter, wet weight and dry weight. The interaction between both treatments increase significantly amount of leaves but not significantly increases stem length, stem diameter, wet weight and dry weight.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan kakao terhadap pemberian lumpur kering limbah domestik dan pupuk NPK pada tanah subsoil. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 m diatas permukaan laut dari bulan Oktober 2008 sampai Pebruari 2009. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah media tanam = lumpur kering + subsoil, dengan
5 taraf: M1 = (100%+0%), M2 = (75%+25%), M3 = (50%+50%), M4 = (25%+75%), M5 = (0%+100%). Faktor kedua adalah pupuk NPK dengan 3 taraf : P1 = 7,5 g/tan, P2 = 12,5 g/tan, P3 = 17,5 g/tan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lumpur kering limbah domestik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, berat basah dan berat kering tanaman. Pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, berat basah dan berat kering tanaman. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, berat basah dan berat kering tanaman.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Adriansyah dilahirkan di Binjai pada tanggal 2 Maret 1985 dari ayahanda
H. Syahbuddin Syam dan ibunda Hj. Adriati. Penulis merupakan anak ke dua dari
enam bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain,
1. Tahun 1991 – 1997 menempuh pendidikan dasar di SDN 020264 Binjai
2. Tahun 1997 – 2000 menempuh pendidikan lanjutan di SLTPN 3 Binjai
3. Tahun 2000 – 2003 menempuh pendidikan menengah di SMUN 1 Binjai
4. Tahun 2003 lulus masuk melalui jalur SPMB, penulis memilih program studi
Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan Kota Tebing Tinggi, pada
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
Tulisan ini adalah skripsi yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang
berjudul Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) terhadap
Pupuk NPK dan Lumpur Kering Limbah Domestik pada Tanah Subsoil ,
yang merupalan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir. T. Irmansyah, MP dan Ibu Ir. Meiriani, MP selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran
kepada penulis mulai dari persiapan penelitian sampai penyelesaian tulisan ini.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada staf penanggung
jawab lahan FP USU, staf penganggung jawab Laboratorium Teknologi Benih
dan Pimpinan PDAM Tirta Sari Komplek Cemara, Kota Medan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
keluargaku tercinta Ayahanda H. Syahbuddin Syam dan Ibunda Hj. Adriati yang
telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril dan materil serta do’a untuk
penulis, kakakku Putri dan adik-adikku Iqbal, Firman, Ikhsan dan Rizky,
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman serta semua
pihak yang tak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan
berupa tenaga, waktu dan fikiran kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis
berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Medan, Oktober 2009
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
DAFTAR ISI
Lumpur Kering Limbah Domestik ... 8
Tanah Subsoil ... 10 Penyiapan Lahan dan Pembuatan Naungan ... 15
Penyiapan Media Tanam ... 15
Pendederan Benih ... 15
Penanaman Kecambah... 15
Aplikasi Pupuk NPK (16:16:16) ... 16
Pemeliharaan Tanaman ... 16
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Penyulaman ... 16
Penyiangan ... 16
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16
Parameter Pengamatan ... 17
Tinggi Tanaman (cm) ... 17
Diameter Batang (mm) ... 17
Jumlah Daun (helai) ... 17
Bobot Basah Tanaman (g) ... 17
Bobot Kering Tanaman(g) ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19
Pembahasan ... 29
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33
Saran ... 34
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
DAFTAR TABEL
No. Teks
Hal
1. Tinggi tanaman kakao umur 3 s/d 15 MSPT pada berbagai komposisi
media tanam dan dosis NPK ... 19
2. Jumlah daun tanaman kakao umur 3 s/d 15 MSPT pada berbagai
komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK ... 21
3. Jumlah daun tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi
media tanam dan dosis pupuk NPK ... 23
4. Diameter batang tanaman kakao umur 3 s/d 15 MSPT pada berbagai
komposisi media tanam dan dosis NPK ... 26
5. Berat basah tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi
media tanam dan dosis pupuk NPK ... 27
6. Berat kering tanaman kakao 15 MSPT pada berbagai komposisi media
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
DAFTAR GAMBAR
No. Teks
Hal
1. Hubungan jumlah daun tanaman kakao dengan media tanam umur 15
MSPT ... 21
2. Hubungan jumlah daun dengan pupuk NPK umur 15 MSPT ... 22
3. Hubungan jumlah daun tanaman kakao dengan berbagai dosis pupuk
NPK pada berbagai media tanam umur 15 MSPT ... 24
4. Hubungan jumlah daun tanaman kakao dengan berbagai media tanam
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Hal
1. Tinggi tanaman kakao umur 3 MSPT ... 35
2. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 3 MSPT ... 35
3. Tinggi tanaman kakao umur 5 MSPT ... 36
4. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 5 MSPT ... 36
5. Tinggi tanaman kakao umur 7 MSPT ... 37
6. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 7 MSPT ... 37
7. Tinggi tanaman kakao umur 9 MSPT ... 38
8. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 9 MSPT ... 38
9. Tinggi tanaman kakao umur 11 MSPT ... 39
10.Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 11 MSPT ... 39
11.Tinggi tanaman kakao umur 13 MSPT ... 40
12.Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 13 MSPT ... 40
13.Tinggi tanaman kakao umur 15 MSPT ... 41
14.Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 15 MSPT ... 41
15.Jumlah daun kakao umur 3 MSPT ... 42
16.Tabel sidik ragam jumlah daun kakao umur 3 MSPT ... 42
17.Jumlah daun kakao umur 5 MSPT ... 43
18.Tabel sidik ragam jumlah daun kakao umur 5 MSPT ... 43
19.Jumlah daun kakao umur 7 MSPT ... 44
20.Tabel sidik ragam jumlah daun kakao umur 7 MSPT ... 44
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
22.Tabel sidik ragam jumlah daun kakao umur 9 MSPT ... 45
23.Jumlah daun kakao umur 11 MSPT ... 46
24.Tabel sidik ragam jumlah daun kakao umur 11 MSPT ... 46
25.Jumlah daun kakao umur 13 MSPT ... 47
26.Tabel sidik ragam jumlah daun kakao umur 13 MSPT ... 47
27.Jumlah daun kakao umur 15 MSPT ... 48
28.Tabel sidik ragam kakao umur 15 MSPT ... 48
29.Diameter batang kakao umur 3 MSPT ... 49
30.Tabel sidik ragam diameter batang kakao umur 3 MSPT ... 49
31.Diameter batang kakao umur 5 MSPT ... 50
32.Tabel sidik ragam diameter batang kakao umur 5 MSPT ... 50
33.Diameter batang kakao umur 7 MSPT ... 51
34.Tabel sidik ragam diameter batang kakao umur 7 MSPT ... 51
35.Diameter batang kakao umur 9 MSPT ... 52
36.Tabel sidik ragam diameter batang kakao umur 9 MSPT ... 52
37.Diameter batang kakao umur 11 MSPT ... 53
38.Tabel sidik ragam diameter batang kakao umur 11 MSPT ... 53
39.Diameter batang kakao umur 13 MSPT ... 54
40.Tabel sidik ragam diameter batang kakao umur 13 MSPT ... 54
41.Diameter batang kakao umur 15 MSPT ... 55
42.Tabel sidik ragam diameter batang kakao umur 15 MSPT ... 55
43.Berat basah tanaman ... 56
44.Tabel sidik ragam berat basah tanaman ... 56
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
46.Tabel sidik ragam berat kering tanaman ... 57
47.Analisa lumpur kering limbah domestik IPAL PDAM Tirta Nadi Medan ... 58
48.Deskripsi tanaman kakao ... 59
49.Bagan penelitian... 60
50.Jadwal kegiatan penelitian ... 61
51.Rangkuman Uji Beda Rataan... 62
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan budidaya coklat di Indonesia dilakukan dengan tujuan
memanfaatkan sumber daya alam, memenuhi konsumsi dan sebagai penghasil
devisa dengan tujuan meningkatkan pendapatan produsen (Spillane, 1995)
Benih untuk pengembangan kakao bisa berasal dari biji, stek dan cangkok.
Tetapi pengembangan dengan biji lebih sering dilakukan karena cepat
menghasilkan bibit dalam jumlah banyak. Sedangkan cara vegetatif jarang
dilakukan, karena untuk mendapatkan bibit membutuhkan waktu yang cukup lama
dan jumlah bibit yang diperoleh sedikit (Sunanto, 1994).
Untuk mempertahankan efektivitas air limbah, secara berkala lumpur
diangkat dari dasar kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah Perusahaan Daerah
Air Minum (IPAL PDAM) dan selanjutnya ditimbun di bak pengering.
Penggunaan lumpur sebagai masukan dalam produksi pertanian telah banyak
dilakukan di berbagai negara maju dengan pertimbangan bahwa lumpur dari
pengolahan limbah domestik mengandung bahan organik dan sejumlah elemen
yang mendukung pertumbuhan tanaman (Hindersah dkk
Lumpur kering yang berasal dari IPAL terdiri dari dua jenis yaitu sludge
dan pasir atau disebut juga Grit Chamber. Lumpur kering ini juga dapat digunakan
sebagai campuran media tanam, sebab pada lumpur kering limbah domestik ini
memiliki sejumlah elemen-elemen yang dapat mendukung pertumbuhan dan
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
domestik memiliki tekstur lempung berpasir, dimana pada tekstur seperti ini
perakaran tanaman akan tumbuh dengan baik serta akan mudah air dan udara
bersirkulasi. Sedangkan dari segi kimiawi : lumpur kering limbah domestik
memiliki sejumlah unsur hara seperti N, P, K, Mg dan Na sebagai pensuplai
nutrisi bagi tanaman. Oleh karena itu penggunaan lumpur kering ini sebagai
campuran media tanam diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan
produksi tanaman.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
pupuk (N, P, dan K). Untuk mengurangi biaya pemupukan, sering digunakan
pupuk majemuk sebagai alternatip dari pemakaian pupuk tunggal. Penggunaan
pupuk ini selain memberikan keuntungan dalam arti mengurangi biaya penaburan,
dan biaya penyimpanan, juga penyebaran unsur hara lebih merata
(Hasibuan, 2006).
Menurut Soehardjo, dkk (1999), tanah yang digunakan untuk pembibitan
kakao adalah tanah topsoil. Sementara itu lahan subur yang banyak mengandung
topsoil sudah semakin sedikit sedangkan pertanaman kakao harus ditingkatkan.
Dengan demikian diusahakan untuk memanfaatkan lahan marjinal yang
kekurangan unsur hara seperti tanah subsoil. Penggunaan lumpur kering limbah
domestik sebagai campuran media tanam tanah subsoil diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam penyediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi
tanaman kakao. Sesuai dengan pernyataan Hindersah, dkk (2007) yang
menyatakan bahwa lumpur dari pengolahan limbah domestik mengandung bahan
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
tidak sepenuhnya lumpur kering limbah domestik ini dapat memberikan nutrisi
bagi tanaman sehingga perlu diteliti dosis pupuk yang optimal untuk pertanaman
kakao. Penggunaan pupuk NPK dianggap tepat dimana selain praktis juga
ekonomis serta dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Namun dengan
harga pupuk yang semakin mahal, perlu dicari dosis pupuk yang optimal yaitu
pengunaan pupuk yang lebih hemat namun tidak mengurangi efektivitas
pemupukan.
Dengan semakin berkurangnya tingkat kesuburan tanah, maka akan
mengakibatkan menurunnya produksi pertanian. Karena lahan-lahan yang
berpotensi untuk menghasilkan produktivitas pertanian telah digunakan untuk
pemukiman. Selain itu terjadinya pengikisan lapisan topsoil yang banyak
mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada tanah yang digunakan
untuk pertanian semakin memperparah kondisi ini. Sehingga untuk meningkatkan
produktivitas tersebut diperlukan alternatif lain, yaitu sesuatu yang digunakan
sebagai campuran media yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman.
Maka dari itu penulis tertarik melaksanakan penelitian mengenai
penggunaan lumpur kering dari limbah domestik tersebut dan dosis pupuk NPK
yang optimal untuk pembibitan tanaman kakao pada media yang miskin hara yaitu
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon
pertumbuhan bibit Kakao (Theobroma cacao L) terhadap pupuk NPK dan lumpur
kering limbah domestik pada tanah subsoil.
Hipotesis Penelitian
1. Respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L) nyata terhadap
pemberian Lumpur kering limbah domestik.
2. Respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L) nyata terhadap
pemberian pupuk NPK (16:16:16)
3. Respon pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L) nyata terhadap
interaksi antara pemberian beberapa komposisi lumpur kering limbah
domestik dengan pemberian pupuk NPK (16:16:16)
Kegunaan
1. Sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kakao muda yang kurang mendapat naungan akan mengalami
hambatan pertumbuhan. Daunnya menyempit dan menguning. Akibat suhu yang
tinggi banyak daun yang mengalami nekrosis dan akhirnya rontok. Tanaman
kakao muda perlu perlindungan dari angin kencang. Pada kondisi seperti ini,
naungan sangat berperan (Pusat Penelitian Kelapa dan Kakao Indonesia, 2004).
Di dalam teknik budidaya yang baik, sebagian sifat habitat aslinya tersebut
masih dipertahankan, yaitu dengan memberi naungan secukupnya. Ketika
tanaman masih muda intensitas naungan yang diberikan cukup tinggi, selanjutnya
dikurangi secara bertahap seiring dengan semakin tuanya tanaman atau
bergantung pada berbagai faktor tumbuh yang tersedia
(Pusat Penelitian Kelapa dan Kakao Indonesia, 2004).
Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat dari
panjang 1 cm pada umur tiga bulan. Setelah itu laju pertumbuhannya menurun dan
untuk mencapai panjang 50 cm memerlukan waktu dua tahun. Pada saat
berkecambah pula, hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih
menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut dengan fase serdadu. Fase
kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya
epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat daun tersebut
sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat pendek
sehingga tampak tumbuh dari satu ruas. Pertumbuhan berikutnya berlangsung
secara periodic dengan interval waktu tertentu
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Benih kakao tidak mempunyai masa (istirahat) dormansi dan daya
kecampahnya cepat menurun. Oleh sebab itu benih kakao harus segera
disemaikan. Bila benih diterima sudah berkecambah maka benih yang
berkecambah dapat langsung ditanam di polibag. Pada benih kakao ada bagian
yang disebut radikel yaitu tempat keluarnya akar. Bila dengan mata sulit
ditemukan maka umumnya bagian itu berada pada bagian benih yang ujungnya
besar (Suhardjo dkk, 1996).
Pada tanaman kakao muda dalam melakukan proses fotosintesi
menghendaki intensitas cahaya yang rendah, setelah itu berangsur-angsur
memerlukan intensitas cahaya yang lebih tinggi sejalan dengan bertambahnya
umur tanaman. Intensitas cahaya matahari bagi tanaman kakao yang berumur
antara 12-18 bulan sekitar 30-60% dari sinar penuh, sedangkan untuk tanaman
yang menghasilkan menghendaki intensitas cahaya matahari sekitar 50-75% dari
sinar matahari penuh (Syamsulbahri, 1996).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kakao menghendaki curah hujan rata-rata 1.500-2.000 mm/th. Pada tanah
yang mengandung pasir diperlukan curah hujan yang lebih tinggi dari
2.000 mm/th. Pada daerah yang curah hujan yang lebih rendah dari 1.500 mm/th
masih dapat ditanami kakao bila tersedia air irigasi. Lama bulan kering
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Suhu ideal pertanaman kakao, untuk suhu maksimum berkisar antara
300 – 320 C dan suhu minimum berkisar antara 180 – 210 C. Namun pada kondisi
dan kultivar tertentu, kakao masih dapat tumbuh baik pada suhu minimum 150 C.
Sedangkan rata-rata suhu bulanan 26,60 C merupakan suhu yang cocok untuk
petumbuhan tanaman kakao (Syamsulbahri, 1996).
Kelembaban udara berkaitan erat dengan curah hujan dan suhu udara.
Unsur ini berhubungan dengan timbulnya penyakit yang menyerang kakao. Pada
curah hujan yang tinggi, 3-6 hari berturut-turut akan menyebabkan kelembaban
udara tinggi dan munculnya cendawan Phytophtora palmivora yang menjadi
penyebab busuk buah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Pupuk NPK
Pengertian pupuk secara umum adalah suatu bahan yang bersifat organik
ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun ke tanaman dapat
memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman (Hasibuanb, 2006).
Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk NPK dinyatakan dalam 3
angka yang berturut-turut menunjukkan keadaan N, P2O5, dan K2O. Misalnya
pupuk majemuk NPK (15-25-10) menunjukkan setiap 100 kg pupuk mengandung
15 kg N + 25 kg P2O5 + 10 kg K2O (Hardjowigeno, 2003).
Tanaman membutuhkan dalam jumlah yang banyak unsur nitrogen (N),
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
primer dan sangat sering diberikan ke tanaman dalam bentuk pupuk
(Hasibuana, 2006).
Tanaman menyerap unsur nitrogen (N) terutama dalam bentuk NO3-,
namun dalam bentuk lain yang juga dapat diserap adalah NH4+, dan urea. Dalam
keadaan aerasi yang baik senyawa-senyawa N diubah kedalam bentuk NO3-.
Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein
dan disamping itu unsur ini juga merupakan bagian integral dari klorofil
(Nyakpa dkk
Fosfor diserap oleh tanaman dalambentuk H2PO4- dan H2PO42-,
bergantung pada pH tanah. Fosfor diperlukan untuk pembentukan DNA dan RNA
dan berbagai komponen penting lainnya. Fosfor merangsang proses
perkecambahan dan pembentukan akar yang terbatas, suhu udara dan laju
pertumbuhan vegetatif (Soil Improvement Comitte California Fertilizer
Association, 1998). , 1988).
Unsur kalium (K) diserap tanaman dalam bentuk ion K+, jumlahnya dalam
keadaan tersedia bagi tanah biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan ke dalam
tanah biasanya dalam bentuk garam-garam yang mudah larut seperti KCl, KNO3,
K2SO4 dan K-Mg-SO4. Kalium merupakan unsur mobil di dalam tanaman dan
segera akan ditranslokasikan ke jaringan meristematik yang muda bilamana
jumlahnya terbatas bagi tanaman (Nyakpa dkk
Lumpur Kering Limbah Domestik
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan
sebagai: “Lapisan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak-tumbuhnya tanaman dan penyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai
hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain), dan
secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi
aktif dalam penyediaan unsur hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman-tanaman; ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, obat-obatan, industri perkebunan maupun kehutanan” (Hanafiah, 2005).
Lumpur kering merupakan residu sesudah melalui IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) yang meliputi bahan sedimentasi, filtrasi, perombakan
presipitasi dan oksidasi. Hasil akhir proses masih mengandung bahan organik
sebanyak 40%-60%. Limbah cair yang mengandung padatan 20% - 10% dapat
langsung digunakan ke tanah pertanian, atau limbah cair yang dikeringkan dengan
kandungan padatan sebanyak 18%-25% atau dalam bentuk sari kering
(Sutanto, 2002).
Pengolahan limbah berdasarkan derajat kekotorannya diklasifikasikan
sebagai pengolahan limbah primer dan pengolahan limbah sekunder. Kombinasi
antara pengolahan limbah primer dan sekunder ini masih menyisakan 3 – 5%
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
toksik dan bahan kimia organik di dalam limbah buangan tersebut
(Parmono, 2001).
Sumbangan bahan organik akan memberikan pengaruh terhadap sifat fisik
dan kimia serta biologi tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia didalam
menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan sulfur bagi tanaman
(Sarief, 1985).
Lumpur kering IPAL PDAM mengandung 11,78% C-organik, 1,24% N
total, 1,63 mg/100 g P dan 48,50 mg/100 g K, tetapi kandungan timah dan
cadmium yang mencapai masing-masing 173,98 dan 3,72 mg/kg perlu
dipertimbangkan sebelum dimanfaatkan untuk pertanian (Hindersah dkk
Berdasarkan hasil analisis laboratorium lumpur kering yang berasal dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Nadi
Medan (IPAL PDAM) yang terdiri dari sludge dan pasir atau disebut juga Grit
Chamber diperoleh data sebagai berikut: sludge mengandung 0,69% N; 39,56
ppm P; 0,045 me/100 g K; 0,110 me/100 g Na; 6,173 me/100 g Ca; dan 7,332 g
Mg. Sedangkan pasir mengandung 0,23% N; 83,57 ppm P; 0,127 me/100 g K;
0,135 me/100 g Na; 2,768 me/100 g Ca; dan 3,407 me/100 g Mg.
, 2007).
Tanah Subsoil
Subsoil dianggap merupakan horizon B pada tanah-tanah dengan profil
yang jelas, tetapi pada tanah yang profilnya lemah, subsoil didefinisikan sebagai
tanah yang berada di bawah top soil dimana perakaran tanaman dapat berkembang
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lapisan tanah bawah (subsoil) akan muncul bila lapisan tanah atas
(topsoil) hilang. Selain karena bahan-bahan organik dan sebagian zat mineral telah
hilang, juga karena mikroflora dan mikrofauna tidak ada. Sebagian dari zat
mineral yang tersisi hanyalah unsur-unsur mineral tertentu yang belum bisa
dimanfaatkan oleh tanaman dan ketersediannya masih terikat oleh koloid-koloid
pembentuk tanah. Subsoil sering dinyatakan sebagai lapisan tanah yang kurus dan
masih mentah, bahan-bahan organik (humus, sisa-sisa tanaman yang membusuk)
tidak dimilikinya (Kartasapoetra, 1989).
Kurang suburnya tanah lapisan bawah (subsoil) disebabkan oleh tanah
lebih mampat, kadar bahan organik sangat rendah, hara tanah yang berasal dari
hasil penguraian seresah tanaman rendah, struktur tanah memiliki imbangan
porositas lebh buruk, dan sifat-sifat lain dengan daya dukung yang lebih rendah
terhadap pertumbuhan tanaman
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Oktober 2008 sampai Pebruari 2009.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao varietas
lindak, lumpur kering limbah domestik dari IPAL PDAM Cemara, pupuk NPK
(16:16:16), subsoil dari daerah Pancur Batu, polibek ukuran 2 kg, bambu sebagai
pondasi naungan, pelepah kelapa sawit sebagai atap naungan, kawat sebagai
pengikat bambu, insektisida dengan bahan aktif Sihalotrin, fungisida dengan
bahan aktif Mankozeb, dan bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan
penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,
meteran, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, handsprayer,
kalkulator, timbangan analitik, pacak sampel dan alat-alat lain yang mendukung
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Metode Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan 2 (dua) faktor perlakuan, yaitu:
Faktor I : Komposisi media tanam Lumpur Kering Limbah Domestik (M)
dengan 5 taraf, yaitu :
M1 : Subsoil + Lumpur Kering (100 % + 0 %)
M2 : Subsoil + Lumpur Kering (75 % + 25 %)
M3 : Subsoil + Lumpur Kering (50 % + 50%)
M4 : Subsoil + Lumpur Kering (25 % + 75 %)
M5 : Subsoil + Lumpur Kering (0 % + 100 %)
Faktor I I : Dosis Pupuk NPK dengan 3 taraf perlakuan :
P1 : 7,5 g NPK (16 : 16 : 16)/tanaman
P2 : 12,5 g NPK (16 : 16 : 16)/tanaman
P3 : 17,5 g NPK (16 : 16 : 16)/tanaman
Sehingga diperoleh 15 kombinasi perlakuan yaitu :
M1P1 M2P1 M3P1 M4P1 M5P1
M1P2 M2P2 M3P2 M4P2 M5P2
M1P3 M2P3 M3P3 M4P3 M5P3
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot : 45 plot
Ukuran plot : 100 cm x 100 cm
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Jumlah tanaman sampel/plot : 2 tanaman
Jumlah seluruh tanaman : 180 tanaman
Jumlah seluruh sampel : 90 tanaman
Jarak polibeg : 25 cm x 25 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan
model linier sebagai berikut :
Yijk = + ρi + αj + k + (α ) jk + εijk
i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3, 4, 5 k= 1, 2, 3
Dimana :
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan komposisi media (M) pada kategori ke-j dan dosis pupuk NPK (P) pada taraf ke-k.
: nilai tengah
ρi : Efek blok ke-i
αj : Efek komposisi Media pada kategori ke-j
k : Efek dosis Pupuk NPK pada taraf ke-k
(α )jk : Interaksi komposisi media pada kategori ke-j dan dosis pupuk NPK pada taraf ke-k
ijk : Efek galat pada blok ke-i komposisi media pada kategori ke-j dan dosis pupuk NPK pada taraf ke-k.
Jika dari sidik ragam diperoleh efek komposisi media atau konsentrasi
pupuk yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyiapan Lahan dan Pembuatan Naungan
Areal pertanaman dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal
tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm dan
parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
Naungan terbuat dari bambu sebagai tiang dan pelepah sawit sebagai atap
dengan ketinggian 2 m arah timur dan 1,5 m arah barat, panjang naungan 19,2 m
dan lebarnya 5 m yang memanjang arah utara- selatan.
Penyiapan Media Tanam
Dicampur media tanam yakni tanah subsoil dan lumpur kering limbah
domestik kemudian dimasukkan ke dalam polibek sesuai dengan perlakuan
masing-masing.
Pendederan Benih
Pendederan dilakukan dengan cara mendederkan benih di bak
perkecambahan yang diisi media pasir setebal 15 cm sampai benih berkecambah
ditandai dengan munculnya radikula dan plumula.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Penanaman dilakukan dengan menanam 1 kecambah perlubang tanam
pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah kemudian lubang tanam ditutup
kembali.
Aplikasi Pupuk NPK (16:16:16)
Apliksi pupuk NPK (16:16:16) dilakukan satu hari setelah penanaman
kecambah ditanam dengan dosis sesuai perlakuan masing-masing.
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari di waktu pagi dan sore sesuai kondisi
lingkungan. Penyiraman bertujuan untuk menjaga kelembaban areal pertanaman.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau tumbuh abnormal,
penyulaman dilakukan dengan mengambil dari tanaman yang telah disediakan.
Penyulaman dilakukan sampai 2 minggu setelah tanam.
Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dengan tanaman, maka
dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan saat areal pertanaman mulai
ditumbuhi gulma. Penyiangan dilakukan secara manual, untuk areal pertanaman
menggunakan cangkul.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan ketika tanaman menunjukkan
tanda-tanda telah terserang hama dan penyakit. Bila terjadi serangan hama, maka
dilakukan penyemprotan dengan insektisida dengan bahan aktif Sihalotrin.
Sedangkan untuk penyakit digunakan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb.
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari leher akar yang ditandai dengan
pacak sampai titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran, pengukuran
dilakukan dengan interval dua minggu sekali
Diameter Batang (cm)
Pengukuran diameter batang dilakukan pada pangkal batang dengan
menggunakan jangka sorong, pengukuran dilakukan dengan interval dua minggu
sekali.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan interval dua minggu sekali. Pengamatan ini
dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.
Bobot Basah Tanaman (g)
Sebelum dilakukan penimbangan, tanaman dipotong untuk memisahkan
bagian akar dan tajuk. Bobot basah bagian tajuk dan akar tanaman diukur dengan
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan
analitik. Bobot basah tajuk dan akar kemudian dijumlahkan.
Bobot Kering Tanaman (g)
Bagian tajuk dan akar tanaman kakao yang telah ditimbang bobot
basahnya, selanjutnya dimasukkan kedalam amplop secara terpisah. Kemudian
amplop yang berisi tanaman diovenkan dengan suhu 105 oC selama 24 jam atau
hingga beratnya konstan. Setelah itu tanaman dikeluarkan dari amplop dan
dihitung bobot kering tanaman dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan tinggi tanaman umur 3 s/d 15 minggu setelah pindah
tanam (MSPT) dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 1 s/d 14,
yang menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media dan dosis pupuk NPK serta
interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.
Tinggi tanaman kakao umur 3 s/d 15 MSPT pada berbagai komposisi
media tanam dan dosis NPK dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman kakao (cm) umur 3 s/d15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis NPK
Perlakuan Tinggi Tanaman
Tabel 1 menunjukkan, pada umur 15 MSPT tanaman tertinggi cenderung
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
perlakuan komposisi media lain. Pada dosis pupuk, perlakuan P3 (27,73 cm)
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Jumlah Daun (Helai)
Hasil pengamatan jumlah daun umur 3 s/d 15 MSPT dan analisis sidik
ragamnya dapat dilihat pada tabel lampiran 15 s/d 28 yang menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
tanaman umur 9 s/d 15 MSPT dan berpengaruh tidak nyata pada umur 3 s/d 7
MSPT. Perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
pada umur 13 s/d 15 MSPT, tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 3 s/d
11 MSPT. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
pada umur 11 s/d 15 MSPT tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 3 s/d 7
MSPT.
Data jumlah daun tanaman kakao umur 13 s/d 15 MSPT pada berbagai
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
14.78
Tabel 2. Jumlah daun tanaman kakao (helai) umur 3 s/d 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK
Perlakuan Jumlah daun
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Hubungan jumlah daun dengan media tanam pada umur 15 MSPT dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan jumlah daun dengan media tanam umur 15 MSPT
Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah daun kakao terbanyak
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
helai dan jumlah daun kakao paling sedikit diperoleh pada media Subsoil +
Lumpur Kering (0 % + 100 %) sebesar 12,17 helai.
Hubungan jumlah daun dengan pupuk NPK pada umur 15 MSPT dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan jumlah daun dengan pupuk NPK umur 15 MSPT
Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah daun semakin menurun dengan
meningkatnya dosis pupuk NPK hingga dosis optimum dan semakin meningkat
bila melebihi dosis optimum tersebut.
Data jumlah daun tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi
media tanam dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah daun tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis NPK
Perlakuan Pupuk NPK
P1 P2 P3 Rataan
Media
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
M2 13,33 13,00 14,33 13,55 ab
M3 13,00 13,67 13,50 13,39 abc
M4 14,67 12,17 12,50 13,11 abcd
M5 12,50 12,17 11,83 12,17 bcd
Rataan 14,00 a 12,84ab 13,36 ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%
Tabel 3 menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 7,5 g/tan (P1) jumlah
daun terbanyak diperoleh pada komposisi media M1 (Subsoil 100% + Lumpur
Kering 0%) yaitu sebesar 16,5 cm yang berbeda nyata dengan komposisi media
lainnya. Tabel 3 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 12,5 g/tan (P2)
jumlah daun terbanyak diperoleh pada komposisi media M3 (Subsoil 50% +
Lumpur Kering 50%) yaitu sebesar 13,7 cm yang berbeda nyata dengan
komposisi media lainnya. Tabel 3 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK
17,5 g/tan (P3) jumlah daun tanaman kakao terbanyak cenderung diperoleh pada
komposisi media M (Subsoil 100% + Lumpur Kering 0%) yaitu sebesar 14,7 cm
yang berbeda tidak nyata dengan komposisi media M2 tetapi berbeda nyata
dengan komposisi media lainnya.
Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai dosis pupuk NPK pada
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
M1 = 0.0966x2- 2.598x + 30.551; R2= 0.99
Gambar 3. Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai dosis pupuk NPK pada berbagai media tanam umur 15 MSPT
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada media M1, jumlah daun semakin
menurun dengan meningkatnya dosis pupuk NPK hingga dosis pupuk optimum
dan semakin menurun bila melebihi dosis kapur optimum tersebut. Hal yang sama
terjadi juga pada media M2 dan M4. Pada media M3, semakin banyak pupuk
NPK yang diberikan maka jumlah daun semakin meningkat hingga dosis pupuk
optimum dan semakin menurun bila melebihi dosis pupuk optimum tersebut. Pada
media M5 terjadi penurunan jumlah daun dengan semakin meningkatnya dosis
pupuk.
Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai media tanam pada berbagai
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
P1 = -0.0266x + 15.332; R2= 0.4266
Gambar 4. Hubungan jumlah daun kakao dengan berbagai media tanam pada berbagai dosis pupuk NPK umur 15 MSPT
Gambar 4 menunjukkan bahwa pada dosis P1, jumlah daun semakin
menurun dengan meningkatnya campuran limbah domestik pada media tanam.
Hal yang sama terjadi juga pada dosis P3. Pada dosis P2, semakin banyak
campuran limbah domestik pada media tanam maka jumlah daun semakin
meningkat hingga dosis optimum dan semakin menurun bila melebihi dosis
optimum tersebut.
Diameter Batang (cm)
Hasil pengamatan diameter batang umur 3 s/d 15 MSPT dapat dilihat pada
Lampiran 29 s/d 41 yang menunjukkan bahwa perlakuan media tanam dan dosis
pupuk NPK serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap diameter
batang umur 3 s/d 15 MSPT.
Data perkembangan diameter batang tanaman kakao pada berbagai
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Tabel 4. Perkembangan diameter batang (cm) tanaman kakao pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK
Perlakuan Diameter Batang
3 5 7 9 11 13 15
Tabel 4 menunjukkan, pada umur 15 MSPT diameter batang terbesar
cenderung diperoleh pada komposisi media M5 (0,81 cm) yang berbeda tidak
nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.
Tabel 3 juga menunjukkan, pada umur 15 MSPT diameter batang terbesar
cenderung diperoleh pada dosis pupuk P1 (0,80 cm) yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan komposisi media lainnya.
Berat Basah (g)
Hasil pengamatan berat basah pada 15 MSPT dan sidik ragamnya dapat
dilihat pada Tabel Lampiran 43 s/d 44 yang menunjukkan bahwa perlakuan media
tanam dan perlakuan dosis pupuk NPK serta interaksi antara kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap berat basah 15 MSPT.
Data berat basah tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Tabel 5. Berat basah tanaman kakao (g) umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK
Perlakuan Pupuk NPK
Tabel 5 menunjukkan, pada perlakuan dosis pupuk 7,5 g/tan (P1) berat
basah tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada komposisi media M2
(14.53 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.
Tabel 5 juga menunjukkan, pada perlakuan dosis 10 g/tan (P2) berat basah
tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada komposisi media M5 (13.33 g)
yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.
Tabel 5 juga menunjukkan,pada perlakuan dosis 12,5 g/tan (P3) berat
basah tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada komposisi media M5
(12.97 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan komposisi media lainnya.
Berat Kering (g)
Hasil pengamatan berat kering tanaman kakao pada 15 MSPT dan analisis
sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 45 s/d 46 yang menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi media tanam dan perlakuan dosis pupuk NPK serta interaksi
antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering 15 MSPT.
Data berat kering tanaman kakao pada 15 MSPT pada berbagai komposisi
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Tabel 6. Berat kering tanaman kakao umur 15 MSPT pada berbagai komposisi media tanam dan dosis pupuk NPK
Perlakuan Pupuk NPK
Tabel 6 menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 7,5 g/tan (P1) berat
kering tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada perlakuan M2 (Subsoil
75% + Lumpur Kering 25%) sebesar 7, 62 g yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan komposisi media lainnya.
Tabel 6 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 10 g/tan (P2)
berat kering tanaman akao terbesar cenderung diperoleh pada perlakuan M1
(Subsoil 0% + Lumpur Kering 100%) sebesar 7,92 g yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan komposisi media lainnya.
Tabel 6 juga menunjukkan, pada pemberian pupuk NPK 12,5 g/tan (P3)
berat kering tanaman kakao terbesar cenderung diperoleh pada perlakuan M1
(Subsoil 100% + Lumpur Kering 0%) sebesar 7,05 g yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan komposisi media lainnya.
Pembahasan
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian lumpur
kering meningkatkan jumlah daun, tetapi tidak meningkatkan tinggi tanaman,
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Perlakuan media tanam belum meningkatkan tinggi tanaman, diameter
batang, bobot basah dan bobot kering. Hal ini diduga karena lumpur limbah
domestik memilik kadar bahan organik yang rendah sehingga menyebabkan
nutrisi sulit diserap oleh akar tanaman, karena fungsi bahan organik adalah untuk
meningkatkan ketersediaan unsur bagi tanaman dengan cara meningkatkan daya
jerap dan mengikat unsur hara dalam bentuk organik. Hal ini sesuai pernyataan
Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa pengaruh bahan organik pada kimia
tanah : meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation; kation yang mudah
dipertukarkan meningkat; unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam
tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia
kembali; dan, pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Selain
itu, menurut PPKKI (2004) bahwa tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar
bahan organik tinggi. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur
tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan
lengas tanah.
Perlakuan media tanam hanya meningkatkan jumlah daun. Hal ini diduga
karena unsur hara nitrogen dalam lumpur limbah domestik berperan dalam
meningkatkan jumlah daun. Dimana nitrogen merupakan komponen utama untuk
pertumbuhan tanaman sebagai penyusun protein dan asam-asam nukleat. Karena
itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap
pertumbuhannya, khususnya pertumbuhan vegetatif seperti pembentukan tunas
dan daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1996), yang menyatakan
bahwa unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Perlakuan pupuk NPK hanya meningkatkan jumlah daun, hal ini diduga
disebabkan oleh unsur hara yang terkandung dalam NPK seperti nitrogen, fosfor
dan kalium mempengaruhi peningkatan jumlah daun. Mas’ud (1993) menyatakan
bahwa jika pasok nitrogen cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan
memperluas permukaan yang tersedia untuk fotosintesis. Salisbury dan Ross
(1995) menyatakan bahwa fosfor merupakan bagian esensial dari banyak gula
fosfat yang berperan dalam nukleotida, seperti RNA dan DNA, serta bagian dari
fosfolipid pada membran. Fosfor berperan penting pula dalam metabolisme
energi, karena keberadaannya dalam ATP, ADP, AMP, dan pirofosfat (PPi).
Mas’ud (1993) menyatakan bahwa kalium terlibat dalam berbagai proses
fisiologis tanaman, utama berperan dalam berbagai reaksi biokimia. Beberapa
fungsi kalium dalam tubuh tanaman antara lain sebagai pengaktif beberapa enzim,
berhubungan dengan pengaturan air dan energi, berperan dalam sintesis protein
dan pati dan pemindahan fotosintat.
Perlakuan pupuk NPK tidak meningkatkan tinggi tanaman dan diameter
batang. Hal ini diduga disebabkan oleh penyerapan unsur hara yang tersedia oleh
pupuk NPK terganggu karena tanaman mengalami serangan hama. Bagian
tanaman yang paling banyak terserang adalah daun, dimana daun merupakan
tempat berlangsungnya fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjitrosomo
(1990) yang menyatakan bahwa banyak proses yang berlangsung di dalam daun,
tetapi yang menjadi pembeda dan yang terpenting ialah proses pembuatan bahan
makanan atau fotosintesis.
Perlakuan media tanam tidak meningkatkan bobot basah dan bobot
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan organik untuk tanaman kakao dimana
tanaman kakao membutuhkan media tanam dengan kadar bahan organik yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan PPKI (2004) yang menyatakan bahwa
tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi. Kadar bahan
organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan
penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan lengas tanah. Selain itu,
Syamsulbahri (1996) menyatakan bahwa kandungan bahan organik tanah dapat
mencerminkan tingkat kesuburan tanah, baik kandungan hara makro maupun
kandungan hara mikro, kesarangan tanah (aerasi) dan ketersediaan lengas tanah.
Tan (1998) menyatakan bahwa keuntungan utama dari humus tanah terhadap
pertumbuhan tanaman dihasilkan secara tidak langsung melalui perbaikan
sifat-sifat tanah seperti agregasi, aerasi, permeabilitas dan kapasitas memegang air.
Indranada (1989) menyatakan bahwa sumbangan bahan organik terhadap
pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia
dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N,
P dan K untuk tanaman, peranan biologis di dalam mempengaruhi aktivitas
organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki
struktur tanah dan lainnya.
Perlakuan pupuk NPK tidak meningkatkan bobot basah dan bobot kering
tanaman. Hal ini diduga disebabkan karena penurunan efektifitas pemupukan
ketika pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk atau penggunaannya
digabungkan sekaligus. Sesuai dengan pernyataan PPKI (2004), yang menyatakan
bahwa pemberian beberapa macam pupuk dalam waktu yang bersamaan
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
pada sifat setiap pupuk. Penelitian pada bibit kakao menunjukkan bahwa
pencampuran pupuk NPK menurunkan efektivitasnya. Pemberian ketiga pupuk
tersebut secara terpisah lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan pemberian
dengan dicampur lebih dahulu. Penurunan disebabkan adanya reaksi antar jenis
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan Lumpur Kering
Limbah Domestik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun
pada 9, 11, 13, 15 MSPT dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah dan bobot kering.
2. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah daun pada 13, 15 MSPT dan tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah
dan bobot kering.
3. Interaksi antara perlakuan Lumpur Kering Limbah Domestik dengan
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 11, 13, 15
MSPT dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
diameter batang, bobot basah dan bobot kering.
4. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan yang paling baik pada umumnya
adalah M1P1 (media subsoil 100% , pupuk NPK 7,5 g).
5. Semakin besar pemberian lumpur kering, laju pertumbuhan semakin
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Saran
Untuk pembibitan tanaman kakao tidak disarankan penggunaan kombinasi
media subsoil dengan lumpur kering, karena tidak dapat meningkatkan laju
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.
Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Brady, N. C., 1984. The Nature and Properties of Soil. 9th Ed. Mac-Millan Publishing Company, New York.
Hanafiah, K. A., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hasibuana, B. E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hasibuanb, B. E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hindersah, R., A. M. Kalay, B. S. Muntalif, 2007. Akumulasi Logam Berat Pb dan Cd Pada Buah Tomat yang Ditanam di Tanah yang Mengandung Lumpur Kering dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik. http://www.ipteknet.id/ind/pustaka_pangan. Tanggal 20 April 2007.
Indranada, H. K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta.
Kartasapoetra, A. G., 1989. kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara, Jakarta.
Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mas’ud, P. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Nyakpa, M. Y. Lubis, A. M. Pulung, M. A. Amroh, A. G. Munawar, G. B. Hong dan N. Hakim, 1998. kesubuaran Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Parmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press, Jakarta.
Salisbury, F.B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumarjono. ITB Press. Bandung.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Soil Improvement Committee California Fertilizer Association. 1998. Western Fertilities Handbook Second Horticulture Edition. Interstate Publisher Inc., Illinois.
Spillane, J. J., 1995. Komoditi Kakao. Kanisius, Yogyakarta.
Sunanto, H., 1992. Cokelat Pengelolaan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius, Yogyakarta.
Susanto, F. X., 1994. Tanaman Kakao Budidaya Pengolahan Hasilnya. Kanisius. Yogyakarta.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosomo, S. S., 1990. Akar dan Tanah. Dalam Botani 2, Editor S. S. Tjitrosomo. Angkasa, Bandung.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Depok.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 1. Analisa Lumpur Kering Limbah Domestik IPAL PDAM Tirta Nadi.
Unit 1 2
No. Lab 16670 16707
No. Lapangan satuan Grit Chamber Slat
Pasir % 76.2 60.2
Debu % 15.2 33.5
Liat % 8.3 6.3
Nama --- Lp Lp
pH H2O --- 3.66 2.78
pH KCl --- 3.23 2.5
C-organik % 2.28 5.52
N-total % 0.23 0.69
C/N --- 7.13 8.00
P-avl. Bray II ppm 83.57 39.56
K-tukar me/100g 0.127 0.045
Na-tukar me/100g 0.135 0.110
Ca-tukar me/100g 2.768 6.173
Mg-tukar me/100g 3.407 7.332
KTK me/100g 12.5 17.56
Kej. Basa % 51.5 77.7
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Kakao
Nama Latin : Theobroma cacao L.
Varietas : Lindak
Ketinggian tempat : 0-650 m dpl
Produksi tahun V : 1,5 – 3,0 ton/ha
Berat Biji Kering : 1,0 g
Kandungan Lemak : > 50%
Persentase Kulit Ari : 12%
Ketahanan Penyakit : Toleran terhadap penyakit busuk buah
(Phytophtorapalmivora),
penyakit antraknose (Colletotrichium),
dan VSD (Oncobasidium theobromae).
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 1. Tinggi tanaman kakao umur 3 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 2. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 3 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 3. Tinggi tanaman kakao umur 5 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 4. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 5 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 5. Tinggi tanaman 7 kakao umur MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 6. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 7 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 7. Tinggi tanaman kakao umur 9 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 8. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 9 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 9. Tinggi tanaman kakao umur 11 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 10. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 11 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 11. Tinggi tanaman kakao umur 13 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 12. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 13 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 13. Tinggi tanaman kakao umur 15 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 14. Tabel sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 15 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 15. Jumlah daun tanaman kakao umur 3 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 16. Tabel sidik ragam jumlah daun tanaman kakao umur 3 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 17. Jumlah daun tanaman kakao umur 5 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 18. Tabel sidik ragam jumlah daun tanaman kakao umur 5 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 19. Jumlah daun 7 tanaman kakao umur MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 20. Tabel sidik ragam jumlah daun tanaman kakao umur 7 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 21. Jumlah daun tanaman kakao umur 9 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 22. Tabel sidik ragam jumlah daun tanaman kakao umur 9 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 23. Jumlah daun tanaman kakao umur 11 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 24. Tabel sidik ragam jumlah daun tanaman kakao umur 11 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 25. Jumlah daun tanaman kakao umur 13 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 26. Tabel sidik ragam jumlah daun tanaman kakao umur 13 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 27. Jumlah daun tanaman kakao umur 15 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 28. Tabel sidik ragam tanaman kakao umur 15 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 29. Diameter batang tanaman kakao umur 3 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 30. Tabel sidik ragam diameter batang tanaman kakao umur 3 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 31. Diameter batang tanaman kakao umur 5 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 32. Tabel sidik ragam diameter batang tanaman kakao umur 5 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 33. Diameter batang tanaman kakao umur 7 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 34. Tabel sidik ragam diameter batang tanaman kakao umur 7 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 35. Diameter batang tanaman kakao umur 9 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 36. Tabel sidik ragam diameter batang tanaman kakao umur 9 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 37. Diameter batang tanaman kakao umur 11 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 38. Tabel sidik ragam diameter batang tanaman kakao umur 11 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 39. Diameter batang tanaman kakao umur 13 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 40. Tabel sidik ragam diameter batang tanaman kakao umur 13 MSPT
Adriansyah : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao. L) Terhadap Lumpur Kering Limbah Domestik Dan Pupuk Npk Pada Tanah Subsoil, 2010.
Lampiran 41. Diameter batang tanaman kakao umur 15 MSPT
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
Lampiran 42. Tabel sidik ragam diameter batang tanaman kakao umur 15 MSPT