• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Dengue infections, serotyping, RT-PCR Pendahuluan - Deteksi dan Serotiping Virus Dengue dan Serum Penderita Demam Dengue di Medan Menggunakan Reverse Transkriptase PCR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keywords: Dengue infections, serotyping, RT-PCR Pendahuluan - Deteksi dan Serotiping Virus Dengue dan Serum Penderita Demam Dengue di Medan Menggunakan Reverse Transkriptase PCR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Deteksi dan serotipe virus dengue dari serum penderita demam dengue di Medan dengan menggunakan Reverse Transkriptase PCR

R. Lia Kusumawati

Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ Instalasi Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Email: liaiswara@yahoo.com

Abstract

Introduction: Detection of dengue virus infections is important for clinical management, surveillance and clinical trial assessments. Reverse transcriptase-PCR (RT-PCR) amplification of dengue viral RNA can offer a rapid, sensitive, and specific approach to the typing of dengue viruses. Early detection of dengue virus in patient serum allows the possibility of mounting a rapid response aimed at vector control in the affected areas. This study aimed to describe the frequency of serotypes 1, 2, 3 and 4 of dengue virus in serum samples obtained from patients clinically suspected of having dengue fever or dengue hemorrhagic fever in Medan.

Method: Reverse transcriptase-PCR (RT-PCR) used to determine the dengue virus serotype serum collected from human patients with dengue in acute phase.

Results: Of 100 serum samples from acute phase of DF/DHF patients as WHO 1997 clinical criteria, 74 (74%) were infected by Dengue serotype 2 (DEN-2), 2 (2%) were infected by DEN-1, and 24 (24 %) serum samples were negative by RT-PCRRT PCR. In this study, the mostly patients infected by dengue viral age were between 15-44 years old (64.48 %).

Conclusions: This assay is useful for typing the virus and providing important information to provide epidemiologic information for surveillance of circulating dengue viruses.

Keywords: Dengue infections, serotyping, RT-PCR

Pendahuluan

Infeksi oleh virus Dengue (DENV) merupakan masalah kesehatan yang serius di

banyak daerah tropis dan subtropis di dunia. Penyakit yang ditimbulkannya merupakan

hiperendemis di Asia Tenggara, dengan bentuk yang paling berbahaya berupa Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD) yang biasanya bersifat fatal,

terutama pada anak-anak (Rohani et al., 1997).

Diperkirakan lebih kurang 100 juta kasus Demam Dengue (DD) dan 500 kasus DBD

terjadi tiap tahunnya di seluruh dunia dimana 90% dari kasus-kasus tersebut menyerang

anak-anak di bawah 15 tahun (Malavige et al., 2004). Proporsi kasus DBD berdasarkan

peggolongan umur di Indonesia tahun 1993-1997 tertinggi adalah pada usia sekolah di bawah

(2)

Di Indonesia, demam Dengue mulai ditemukan pada tahun 1968, cenderung semakin

menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk.

Kasus DD dan DBD selalu berulang setiap tahun di banyak kawasan di Indonesia dimana

berdasarkan profil Indonesia tahun 2001 angka insiden 17,2 kasus per 100.000 penduduk tiap

tahunnya (Depkes RI, 2002).

Masalah terbesar pada kasus infeksi virus Dengue terkait dengan penatalaksanaan

yang membutuhkan diagnosis segera terhadap infeksi dini. Dalam kasus infeksi Dengue,

serotyping sangat penting karena infeksi sekunder oleh serotipe heterologus dapat

menimbulkan DBD dan SSD. Diagnosis laboratorium terutama menggunakan isolasi virus

dari serum pada infeksi fase akut, serodiagnosis, dan molecular assay terhadap RNA virus

(Guzman and Kouri, 1996).

Seluruh serotipe virus Dengue terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe

yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di banyak daerah, diikuti DEN-2, DEN-1

dan DEN-4 pada tahun 1993-1994. Dari hasil penelitian DEN-3 merupakan serotipe yang

paling dominan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit, diikuti DEN-2

(Suroso,1997). Data penelitian Litbangkes pada tahun 2007 menunjukkan bahwa serotipe

virus Dengue yang dijumpai dari serum pasien DBD di kota Medan pada tahun 2003-2005

adalah DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 namun tidak menemukan adanya DEN-1.

Dalam penelitian ini dilakukan deteksi dan penentuan serotipe virus Dengue 1, 2, 3

dan 4 dari sampel serum penderita DD/DBD dengan menggunakan RT-PCR di kota Medan

untuk melihat apakah serotipe virus Dengue 2 dan 1 yang telah dijumpai pada nyamuk Aedes

aegypti sama dengan serotipe virus Dengue yang dijumpai pada serum penderita DD/DBD

sehingga dari hasil penelitian ini akan didapatkan informasi penyebaran serotipe virus

Dengue di kota Medan. Pada penelitian ini juga akan dilakukan analisis terhadap data

demografi penderita untuk melihat adanya kecenderungan terjadinya pergeseran proporsi

penderita DD/DBD yang beresiko terinfeksi virus Dengue dari kelompok umur di bawah 15

tahun kepada kelompok umur di atas 15 tahun.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan

selama 10 bulan sejak bulan Maret sampai Desember 2009. Rancangan Penelitian ini

dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan analitik, untuk deteksi dan penentuan serotipe

virus Dengue tipe 1, 2, 3, dan 4 dari serum penderita DD/DBD dengan menggunakan

(3)

Pada penelitian ini, digunakan 100 sampel yang diambil dari serum penderita demam

berdarah yang telah menyetujui informed concent, yang dirawat di tiga rumah sakit rujukan

untuk penderita demam berdarah di kota Medan yaitu RSUP H. Adam Malik, RSUP Pirngadi

dan RS Herna. Sampel serum diambil sebanyak 0,5 ml pada lima hari pertama demam dari

penderita DD/DBD yang telah ditegakkan diagnosis klinis infeksi virus Dengue dengan

menggunakan kriteria WHO 1997 (Singh et al., 2006). Kriteria WHO untuk menegakkan

diagnosis klinis yaitu dijumpainya demam tinggi dengan onset akut, manifestasi perdarahan,

uji tourniquet positif, petekia, ekimosis atau purpura dan manifestasi laboratorium dari

trombositopenia (≤100.000/mm3) serta meningkatnya hematokrit ≥20%. Data dari setiap

sampel dimasukkan ke dalam lembar chek list yang berisi informasi mengenai data demografi

pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan, serta hasil pemeriksaan

laboratorium.

Sampel serum di simpan di dalam freezer -70°C atau dapat langsung dilakukan

ekstraksi RNA virus dengan menggunakan QIAamp®Viral RNA Mini Kit dari Qiagen. RNA

hasil ekstraksi kemudian dilakukan RT-PCR dengan menggunakan SuperScriptTMII one step

RT-PCR System dengan Platinum Taq DNA Polymerase (Invitrogen). Master mix dibuat

dengan mencampurkan 10 µl RT-PCR buffer, 2 µl RT-PCR enzyme mix, 1µl Primer Dengue

Universal (D1:TCA ATA TGC TGA AAC GCG CGA GAA ACCG), 1µl Primer

DEN-1(Ts1: CGT CTC AGT GAT CCG GGGG), 1 µl Primer DEN-2 (Ts2: CGC CAC AAG

GGC CAT GAA CAG), 1 µl Primer DEN-3 (Ts3: TAA CAT CAT CAT GAG ACA GAGC)

dan 1 µl Primer DEN-4 (D4: TGT TGT CTT AAA CAA GAG AGGTC) (Harris et al.,

1998). Produk RNA dipersiapkan dengan memanaskan tube pada 65ºC selama 5 menit

dengan menggunakan block heater, kemudian ditempatkan di dalam es selama

mempersiapkan master mix. Sebanyak 5 µl produk RNA ditambahkan ke dalam master mix;

sebagai kontrol positif digunakan RNA DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang didapat

dari kolaborasi dengan institusi NAMRU di Indonesia. Setiap reaksi menggunakan master

mix, RNA sampel, kemudian ditambahkan RNase-free water hingga mencapai volume 50 µl

.

Reaksi RT dilakukan pada 51ºC selama 45 menit untuk menghasilkan cDNA,

kemudian amplifikasi dengan program PCR berikut: 92ºC selama 3 menit untuk initial

denaturation, 92ºC selama 30 detik untuk denaturation, 53ºC selama 30 detik untuk

elongasi/extension. Siklus ini diulangi sebanyak 40 kali sebelum final extension 72ºC

selama 5 menit. Produk PCR ini disimpan pada 4ºC sebelum digunakan untuk visualisasi

(4)

Elektroforesis

Gel dipersiapkan dengan menggunakan 50 ml 1X TAE buffer, 2% agarose gel dan

5µl SYBER safe-TM gel staining. Sebanyak 1µl amplikon hasil PCR yang telah dicampur

dengan 4µl 2x blue juice, dituangkan ke dalam sumur pada gel agarose. Elektroforesis

dijalankan dari kutub negatif ke positif dengan tegangan 80-100 V selama 40 menit. Gel

dilihat dengan iluminator UV (Vilber Lourmat), dan hasilnya difoto dengan kamera

polaroid. Virus DEN-1 akan terbaca dengan adanya pita DNA berukuran 482 bp DEN-2

berukuran 119 bp, DEN-3 berukuran 290 bp dan DEN-4 berukuran 398 bp (Harris et al.,

1998).

Analisis Data

Selain untuk melihat distribusi serotipe virus Dengue pada penderita DD/DBD di kota

Medan, analisis dilakukan terhadap data demografi penderita. Analisis data ditujukan untuk

mengetahui adanya pergeseran kelompok umur penderita. Data dikumpulkan untuk melihat

perbedaan proporsi kasus penderita DD/DBD pada kelompok umur <15 tahun dengan

kelompok umur ≥15 tahun.

Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini telah dikumpulkan sebanyak seratus penderita akut DD/DBD

yang sesuai kriteria klinis WHO dari 3 rumah sakit di kota Medan, 23 penderita dari RS

Herna, 40 penderita dari RSUP H. Adam Malik, dan 37 penderita dari RS Dr Pirngadi.

Setiap responden yang dijadikan sampel diambil serum darahnya 0,5 ml dan

karakteristiknya dicatat yaitu nama, alamat, umur, jenis kelamin. Satu persatu serum

diekstraksi untuk mendapatkan RNA virus Dengue, setelah itu dilakukan RT-PCR

menggunakan Primer Dengue Universal, DEN-1, DEN-2, Primer DEN-3, DEN-4, kemudian

dilakukan elektroforesis dan gel imaging (visualisasi). Dikatakan hasil virus Dengue positif

jika terlihat pita DNA dengan ukuran hasil amplifikasi sebesar 482 bp (DEN-1), 389 bp

(DEN-4), 290 bp (DEN-3), dan/atau 119 bp (DEN-2). Sebagai pembanding digunakan

marker 100 bp DNA ladder. Gambar 1 menunjukkan hasil kontrol positif virus 1,

(5)

Gambar 1: Hasil RT-PCR kontrol (+)

Keterangan: 1. Kontrol (+) DEN-2 119 bp 4. Kontrol (+) DEN-1 482 bp 2. Kontrol (+) DEN-3 290 bp 5. Marker 100 bp DNA ladder 3. Kontrol (+) DEN-4 398 bp

Gambar 2 menunjukkan hasil RT-PCR penderita akut DD/DBD.

Gambar 2: Hasil RT-PCR beberapa sampel penderita akut DD/DBD

Keterangan: 1. Marker DNA 100 bp, 2. kontrol negatif, 3-4. kontrol positif DEN-1 (482 bp), 5-6. sampel (positif DEN-1), 7. kontrol positif DEN-2 (119 bp), 8-14. sampel (positif DEN-2.

Dari seratus sampel serum didapatkan adanya hasil positif virus Dengue serotipe

2 dan Dengue serotipe 1 yang ditandai dengan dijumpainya pita DNA dengan ukuran hasil

amplifikasi sebesar 119 bp (DEN-2) dan 482 bp (DEN-1) sedangkan untuk virus Dengue

serotipe 3 dan 4 yang ditandai dengan pita DNA dengan ukuran hasil amplifikasi sebesar

bp (Marker 100 bp)

500 bp

400 bp

300 bp

200 bp

100 bp

Marker DNA

DEN-1 (482 bp)

(6)

290 bp (DEN-3) dan 389 bp (DEN-4), tidak dijumpai dari hasil deteksi dengan teknik

RT-PCR dalam penelitian ini.

Hasil PCR dari 100 serum penderita akut DD/DBD yang telah dikumpulkan

ternyata dijumpai adanya 76 serum penderita yang positif mengandung virus DEN yang

terdiri dari 74 serum penderita yang mengandung virus DEN-2 dan 2 serum penderita

mengandung virus DEN-1.

Tabel 1 menunjukkan hasil RT-PCR dari serum 100 penderita akut DD/DBD

dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO, setelah diperiksa maka yang disebabkan

oleh DEN-2 sebanyak 74 orang (74%) dan yang disebabkan DEN-1 sebanyak 2 orang (2%)

dan penderita yang tidak mengandung virus DEN atau negatif adalah sebanyak 24 orang

(24%).

Tabel 1. Distribusi serotipe virus Dengue dari hasil RT-PCR serum 100 penderita akut DD/DBD.

Penderita virus Dengue

Jumlah (orang) Persentase (%)

DEN-1(+) 2 2

DEN-2(+) 74 74

DEN-3(+) - 0

DEN-4(+) - 0

DEN (-) 24 24

Total 100 100

Distribusi hasil RT-PCR penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik umur dan jenis kelamin.

Tabel 2 menunjukkan hasil RT-PCR dari DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum

penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik umur. Sebanyak 74 serum penderita akut

DD/DBD mengandung virus Dengue serotipe 2 pada usia kurang dari 5 tahun sebanyak 3

orang (3,9 %), umur 5-9 tahun sebanyak 10 orang (13,2 %), umur 15-44 tahun sebanyak 48

orang (63,16 %) dan umur lebih dari 45 tahun sebanyak 3 orang (3,9 %). Sebanyak 2 orang

mengandung virus Dengue serotipe-1, pada kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 1 (1,32%)

(7)

Tabel 2. Distribusi hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik umur.

Umur DEN-2(+) DEN-1(+) Total (tahun) n % n % n %

< 5 3 (3,9) - (-) 3 (3,9) 5-9 10 (13,2) 1 (1,32) 11 (14,52) 10-14 10 (13,2) - (-) 10 (13,2) 15-44 48 (63,16) 1 (1,32) 49 (64,48) >45 3 (3,9) - (-) 3 (3,9)

74 (97,36) 2 (2,64) 76 (100)

Keterangan: n= jumlah penderita, %= persentase

Hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD

berdasarkan karakteristik jenis kelamin ditemukan pada laki-laki sebanyak 36 orang (47,37

%) dan pada wanita sebanyak 40 orang (52,63%) seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi hasil RT-PCR DEN-2 dan DEN-1 positif pada 76 serum penderita akut DD/DBD berdasarkan karakteristik jenis kelamin.

Jenis Kelamin DEN-2(+) DEN-1(+) Total n % n % n %

Laki-laki 34 (44,74) 2 (2,63) 36 (47,37) Wanita 40 (52,63) - (-) 40 (52,63)

Jumlah 74 (97,37) 2 (2,63) 76 (100)

Keterangan: n= jumlah penderita, %= persentase

Pembahasan

Sampai saat ini penyakit DD/DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Indonesia dan dunia. Pada penelitian ini dikumpulkan serum dari seratus orang penderita akut

DD/DBD yang memenuhi kriteria klinis WHO dari 3 rumah sakit di kota Medan, 23

penderita RS Herna, 40 dari RS Adam Malik, 37 dari RS DR Pirngadi. Ketiga rumah sakit ini

(8)

mewakili kondisi penderita akut DD/DBD di kota Medan. Setiap penderita diambil 0,5 ml

serum, satu persatu serum diekstraksi untuk mendapatkan RNA virus Dengue, setelah itu

dilakukan RT-PCR (menggunakan Primer Dengue Universal, 1, 2, Primer

DEN-3, dan DEN-4), kemudian dielektrophoresis dan gel imaging (visualisasi). Hasil virus Dengue

serotipe dikatakan positif jika terlihat pita DNA dengan ukuran hasil amplifikasi sebesar 482

bp (Dengue-1), 389 bp (Dengue-4), 290 bp (Dengue-3), dan 119 bp (Dengue-2). Sebagai

pembanding digunakan Marker 100 bp DNA ladder.

Dalam penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap 100 orang penderita akut

DD/DBD yang memenuhi kriteria klinis WHO dengan pemeriksaan gold standard

RT-PCR, didapatkan hasil 76 serum (76%) yang mengandung virus Dengue yang terdiri dari 74

(74%) serum positif virus DEN-2 dan 2 (2%) serum positif virus DEN-1.

Laporan WHO bahwa seluruh wilayah tropis di dunia ini telah menjadi endemis

dengan ke empat serotipe virus secara bersama-sama di wilayah Amerika, Asia Pasifik dan

Afrika. Serotipe virus yang bersirkulasi di Bangkok, Thailand ternyata berbeda-beda dalam

kurun waktu yang berbeda. DEN-1 predominan pada tahun 1990-1992, DEN 2 pada tahun

1973-1986 dan 1988-1989, DEN-3 pada 1987 dan 1995-1999, DEN-4 pada tahun

1993-1994 (Nisalak, et al., 2003).

Seluruh serotipe virus Dengue terdapat di Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe

yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di banyak daerah, diikuti DEN-2

(Suroso, 1999). Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa hasil RT-PCR dari serum 100

penderita akut DD/DBD dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO, setelah diperiksa

maka yang disebabkan oleh 2 sebanyak 74 orang (74,0%) dan yang disebabkan

DEN-1 sebanyak 2 orang (2,0%) , sedangkan serum penderita yang tidak mengandung virus DEN

atau negatif adalah sebanyak 24 orang (24%).

Peta penyebaran serotipe virus Dengue menurut laporan Departemen Kesehatan

tahun 2007, dari hasil penelitiannya yang dilakukan oleh badan Litbang Jakarta dan TDC

(Tropical Disease Centre) Universitas Airlangga Surabaya yang bekerja sama dengan

Namru II (US Navax) pada tahun 2003-2005, di Sumatera Utara ditemukan ketiga jenis

virus Dengue yaitu DEN-2, DEN-3, DEN-4 dan yang paling banyak adalah DEN-2, dan

dari hasil penelitian ini pun didapatkan bahwa sampai saat ini DEN-2 (74,0%) paling

banyak menyebabkan DD/DBD di Sumatera Utara masih belum bergeser dan diikuti oleh

DEN-1 (2,0%) namun tidak dijumpai adanya DEN-3 dan DEN-4.

Hasil penelitian sebelumnya oleh peneliti yang belum dipublikasi, telah dilakukan

(9)

menunjukkan bahwa predominasi penyebaran serotipe virus Dengue juga didominasi oleh

DEN serotipe 2 yang diikuti oleh DEN serotipe 1, dan tidak dijumpai infeksi virus

DEN-serotipe 3 maupun DEN-DEN-serotipe 4 sama seperti dalam penelitian ini yang menggunakan

sampel serum penderita akut DD/DBD.

Kasus-kasus penderita akut DD/DBD di kota Medan tidak separah jika

dibandingkan kasus-kasus di Jakarta yang penyebabnya lebih banyak adalah DEN-3 dan

DEN-2. Ini disebabkan karena infeksi oleh DEN-3 menunjukkan gejala klinis yang lebih

parah dibandingkan infeksi oleh virus DEN-2.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa infeksi virus Dengue serotipe 2 yang paling

banyak menyebabkan DD/DBD di kota Medan, yaitu 74% yang diikuti oleh adanya infeksi

oleh virus tipe lain yaitu virus Dengue serotipe 1 sebanyak 2%, maka kewaspadaan

terhadap penyakit DD/DBD di kota Medan harus ditingkatkan di kemudian hari. Menurut

teori Halstead tentang secondary infection menyatakan bahwa infeksi sekunder oleh virus

Dengue serotipe lain akan memperparah penyakit DD/DBD, dan dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Setyabudy dari Universitas Airlangga menunjukkan bahwa kota-kota besar

seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makasar dan Menado dimana mobilitas penduduk tinggi,

lebih sering dijumpai adanya infeksi sekunder virus Dengue (Jong JB, 2004). Dengan

kewaspadaan ini dapat memperkuat Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS)

dalam masalah DD/DBD.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur penderita akut DD/DBD yang

disebabkan oleh virus Dengue serotipe 2 dan serotipe 1 yang terbanyak adalah antara 15-44

tahun yaitu 49 orang (64,48%). Penderita akut DD/DBD wanita lebih banyak positif

mengandung virus Dengue serotipe 2 dari pada laki-laki, yaitu sebanyak 40 orang (52,63%)

pada wanita dibandingkan 34 orang (44,74%) pada laki-laki. Sedangkan penderita akut

DD/DBD akibat infeksi oleh virus Dengue 1 dijumpai 2 orang (2,63%) pada laki-laki dan

tidak dijumpai pada wanita. Kelompok umur yang paling banyak positif terinfeksi terinfeksi

oleh virus DEN-2 dan DEN-1 adalah pada kelompok usia 15-44 tahun yaitu sebanyak 49

orang (64,48%) yang terdiri dari infeksi oleh DEN-2 sebanyak 48 orang (63,16%) dan

infeksi oleh virus DEN-1 sebanyak 1 orang (1,32%).

Hal ini menjadi acuan baru untuk kota Medan karena sejak awal, data epidemi pada

setiap negara untuk infeksi DD/DBD menunjukkan bahwa infeksi virus Dengue ini

umumnya lebih banyak menyerang anak-anak dan 90% kasus dilaporkan berumur kurang

(10)

kecenderungan adanya pergeseran infeksi mulai banyak terjadi peningkatan pada

kasus-kasus dewasa selama kejadian luar biasa.

Kelompok resiko tinggi penderita akut DD/DBD meliputi anak berumur 5-9 tahun,

akan tetapi Filipina dan Malaysia baru-baru ini melaporkan banyak kasus berumur di atas

15 tahun. Walaupun Thailand, Myanmar, Indonesia, dan Vietnam tetap melaporkan banyak

kasus di bawah 15 tahun. Kasus DBD yang berumur lebih dari 15 tahun banyak dijumpai di

Amerika daripada di Asia (Kebijakan pemberantasan DBD, 1993).

Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2001 menyebutkan bahwa pada

tahun 1996-2000 proporsi kasus DD/DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5

tahun, namun setelah tahun 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44 tahun

meningkat.

Semakin maju transportasi dan arus travelling yang tinggi merupakan salah satu

faktor penyebab terjadinya pergeseran umur penderita dari anak-anak ke dewasa muda,

karena orang dewasa lebih banyak melakukan travelling dibandingkan pada anak-anak

terutama perjalanan ke daerah endemis (Wider-Smith et. al., 2005).

Kecenderungan bergesernya umur penderita DD/DBD dari umur anak-anak (5-9)

tahun ke umur dewasa muda yaitu lebih dari 15 tahun, maka kewaspadaan menghadapi

kasus-kasus DD/DBD dewasa harus ditingkatkan, karena penelitian-penelitian terhadap

kasus dewasa secara klinis sampai saat ini masih sedikit, belum mempunyai cukup

data-data yang mendalam tentang penyakit DD/DBD penderita dewasa. Derajat keparahan kasus

DD/DBD juga tergantung pada daya imunitas penderita, sistim imunitas remaja muda dan

orang dewasa lebih baik dari pada anak-anak maka tingkat keparahan pada penderita

DD/DBD dewasa akan lebih berat dibandingkan anak-anak. Sebagian dari penderita dewasa

muda/dewasa pada daerah endemis sudah pernah menderita DD/DBD pada usia anak-anak

sehingga kasus DD/DBD dewasa muda merupakan infeksi sekunder/tersier yang menurut

teori Halstead penderita DD/DBD sekunder oleh serotipe lain akan lebih berat

dibandingkan kasus primer.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa infeksi virus Dengue yang positif lebih

banyak terjadi pada penderita DD/DBD dengan jenis kelamin wanita dari pada laki-laki,

yaitu sebanyak 40 orang (52,63%) pada wanita dibanding laki-laki 36 orang (47,37%).

Menurut laporan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur ( 2001), penderita DD/DBD pernah

ditemukan perbedaan yang nyata antara laki-laki dan wanita. Wanita lebih banyak tinggal

di rumah dibanding laki-laki sehingga kesempatan untuk digigit nyamuk Aedes aegypti

(11)

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari hasil RT-PCR dari serum 100 penderita akut

DD/DBD dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO di 3 rumah sakit di kota Medan

setelah diperiksa dengan RT-PCR, dijumpai infeksi oleh virus DEN-2 sebanyak 74 orang

(74,0%) dan yang disebabkan DEN-1 sebanyak 2 orang (2,0%) dan penderita yang tidak

mengandung virus DEN atau negatif adalah sebanyak 24 orang (24%). Dari segi umur

didapatkan adanya kecenderungan pergeseran umur dari kelompok anak kepada kelompok

umur dewasa muda/dewasa yaitu kelompok umur yang paling banyak positif terinfeksi

terinfeksi oleh virus DEN-2 dan DEN-1 adalah pada kelompok usia 15-44 tahun yaitu

sebanyak 49 orang (64,48%) yang terdiri dari infeksi oleh DEN-2 sebanyak 48 orang

(63,16%) dan infeksi oleh virus DEN-1 sebanyak 1 orang (1,32%). Pada penelitian ini

terlihat juga bahwa infeksi virus Dengue yang positif lebih banyak terjadi pada penderita

DD/DBD dengan jenis kelamin wanita dari pada laki-laki, yaitu sebanyak 40 orang

(52,63%) pada wanita dibanding laki-laki 36 orang (47,37%). Dengan dijumpainya infeksi

virus Dengue yaitu serotipe DEN-2 dan DEN-1 dari 100 serum penderita akut DD/DBD

dengan gejala klinis sesuai kriteria klinis WHO di 3 rumah sakit di kota Medan maka

diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DD/DBD dan dapat

memperkuat Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) dalam masalah

DD/DBD karena menurut teori Halstead tentang secondary infection yang menyatakan

bahwa infeksi sekunder oleh virus Dengue serotipe lain akan memperparah penyakit

DD/DBD. Kecenderungan bergesernya umur penderita DD/DBD dari umur anak-anak (5-9)

tahun ke umur dewasa muda yaitu lebih dari 15 tahun, maka kewaspadaan menghadapi

kasus-kasus DD/DBD dewasa harus ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Rohani, A., Zamree, I., Joseph ,R.T.,Lee, H.L., 2008. Persistency of transovarial dengue virus In Aedes aegypti (LINN.). Southeast Asian J Trop Med Public Health. Sep.

39(5): 813-6.

Malavige, G.N., Fernando, S., Fernando, and D.J., Senevirante, S.L. 2004. Dengue viral infection, Postgraduate Medical Journal 80: 588-601

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta.

Guzman, M.G., Kouri, G., 1996. Advances in dengue diagnosis. Clin Diagn Lab Immunol, 3: 621-7. 20052005

(12)

Singh K, Lale A, Eong Ooi E, Chiu LL, Chow VT, Tambyah P, Koay ES. 2006. Aprospective clinical study on the use of reverse transcription-polymerase chain reaction for the early diagnosis of Dengue fever. J Mol Diagn. Nov;8(5):613-6.

Harris E, Roberts TG, Smith L, Selle J, Kramer LD, Valle S, Sandoval E, Balmaseda A. 1998. Typing of dengue viruses in clinical specimens and mosquitoes by single-tube multiplex reverse transcriptase PCR.J Clin Microbiol. Sep;36(9):2634-9.

Nisalak A, Endy TP, Nimmannitya S, Kalayanarooj S, Thisayakorn U, Scott RM,Burke DS, Hoke CH, Innis BL, Vaughn DW., 2003. Serotype-specific dengue virus circulation and dengue disease in Bangkok, Thailand from 1973 to 1999. Am J Trop Med Hyg. Feb;68(2):191-202.

Depkes RI., 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta.

Jong J.B., Pohan HT, Zulkarnain I, Tambunan KL, Panggabean MM, Setiabudy RD, Suhendro, Nelwan RH. 2004. The correlation between coagulation test and albumin with antithrombin III in Dengue hemorrhagic fever.Acta Med Indones. Apr-Jun;36(2):57-61.

Depkes RI., 1993. Pokok-pokok kegiatan dan pengelolaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN-DBD). Jakarta.

Dinas Kesehatan Jawa Timur., 2010. Profil Dinas kesehatan Jawa Timur 2010. Surabaya.

Gambar

Gambar 2 menunjukkan hasil RT-PCR penderita akut DD/DBD.

Referensi

Dokumen terkait

Barang Kondisi Asal/usul Harga Satuan. Harga

Menata kembali nama dan kode berbagai program studi yang ada di Indonesia berbasis epistomologinya – implikasi: nama-nama program studi yang berbeda namun memiliki substansi

Pembuatan desain perancangan mekanik otoped harus diperhatikan dengan saat baik, terutama pada pemilihan bahan utama untuk pembuatan kerangka dengan bahan yang

Gambar dibawah ini melihat bahwa dengan adanya sikap manajemen perusahaan yang tidak saja memperhatikan kepentingan perusahaan tetapi juga memperlihatkan agar

Giovani Juli Adinatha VARIASI BENTUK PENAMAAN BADAN USAHA BERBAHASA JAWA: STRATEGI PEMERTAHANAN BAHASA JAWA DI KOTA SEMARANG Maklon Gane THE COMPLEXITY OF LOLODA PRONOMINAL

Selain dari itu, dari sikap siswa itu sendiri yang dengan cara mengajar guru seperti ini sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, yang mana semua orang tahu jika

Kontektualitas matan hadis yang berkaitan dengan tradisi Kawin Colong Pada Masyarakat Osing Kabupaten Banyuwangi Hasil dari penafsiran kembali peneliti menganalisa illat yang ada

Dharma untuk Materi Limit Fungsi” Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang dilakukan dosen dan kompetensi profesional mahasiswa calon guru matematika