• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan inokulasi FMA berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot 100 biji tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah biji per tongkol, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah akar, panjang tongkol, dan jumlah biji per baris.

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur panen, dan bobot kering tajuk tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun, jumlah biji per tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah biji per baris, panjang tongkol, bobot 100 biji.

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa interaksi antara pemberian mikoriza dan perbedaan waktu tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan kecuali bobot kering akar yang memberikan pengaruh nyata.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009 Luas Daun (cm2)

Data hasil analisis secara statistik luas daun dapat dilihat pada Lampiran 9-10. Data luas daun pada perlakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Luas Daun

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... cm2 ... 0 742,33 821,90 763,34 775,86b 3 885,06 851,00 787,35 841,14a Rataan 813,69 836,45 775,35 808,50

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh nyata terhadap luas daun, dimana luas daun tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (841.14 cm2) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (775.86 cm2).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun, dimana luas daun tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (836.45 cm2) dan yang terendah pada perlakuan waktu tanam 21 hari (775.35 cm2) dapat dilihat pada Tabel 1. Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun.

Umur Berbunga (hari)

Data hasil analisis secara statistik umur berbunga dapat dilihat pada Lampiran 11-12. Data umur berbunga pada perlakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Umur Berbunga

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

... hari ...

0 72,40 72,80 73,27 72,82

3 72,47 72,73 73,27 72,82

Rataan 72,43b 72,77b 73,27a 72,82

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga, dimana umur berbunga tertinggi pada perlakuan 0 g mikofer dan 3 g mikofer (72.82 hari).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, dimana umur berbunga tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari (73.27 hari) dan terendah pada perlakuan 1 hari (72.43 hari) dapat dilihat pada Tabel 2. Selanjutnya dapat diketahui bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.

Umur Panen (hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam umur panen dapat dilihat pada Lampiran 13-14. Data umur panen pada perlakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Umur Panen

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... hari ... 0 92,47 99,40 95,33 95,73 3 92,53 99,33 95,47 95,78 Rataan 92,50c 99,37a 95,40b 95,76

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen, dimana umur panen tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (95.78 hari) dan yang terendah pada perlakuan 0 g mikofer (95.73 hari).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur panen, dimana umur panen tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (99.37 hari) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 1 hari (92.5 hari) dapat dilihat pada Tabel 3. Selanjutnya dapat diketahui bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen.

Jumlah Biji per Tongkol (biji)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah biji per tongkol dapat dilihat pada Lampiran 15-16. Data jumlah biji per tongkol pada perlakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah Biji per Tongkol

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... biji ... 0 518,87 521,00 590,27 543,38 3 521,53 516,13 510,00 515,89 Rataan 520,20 518,57 550,13 529,63

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per tongkol, dimana jumlah biji per tongkol tertinggi pada perlakuan 0 g mikofer (543.38 biji) dan terendah pada perlakuan 3 g mikofer (515.89 biji).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per tongkol, dimana jumlah biji per tongkol tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

hari (550.13 biji) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 11 hari (518.57 biji) dapat dilihat pada Tabel 4. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per tongkol.

Volume Akar (cm3)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam volume akar dapat dilihat pada Lampiran 17-18. Data volume akar pada perlakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Volume Akar

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... cm3 ... 0 83,47 109,47 136,73 109,89 3 140,80 168,93 116,47 142,07 Rataan 112,13 139,20 126,60 125,98

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar, dimana volume akar tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (142.07 cm3) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (109.89 cm3).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar, dimana volume akar tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (139.20 cm3) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 1 hari (112.13 cm3) dapat dilihat pada Tabel 5. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

Bobot Kering Jagung Pipil kering per Tanaman (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering jagung pipil kering per tanaman dapat dilihat pada Lampiran 19-20. Data bobot kering jagung pipil kering per tanaman pada pelakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Bobot Kering Jagung Pipil Kering per Tanaman

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... g ... 0 139,95 150,06 158,02 149,34 3 150,35 153,91 141,35 148,54 Rataan 145,15 151,98 149,68 148,94

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering jagung pipil kering per tanaman, dimana bobot kering jagung pipil kering per tanaman tertinggi pada perlakuan 0 g mikofer (149.34 g) dan terendah pada perlakuan 3 g mikofer (148.54 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering jagung pipil kering per tanaman, dimana bobot kering jagung pipil kering per tanaman tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (151.98 g) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 1 hari (145.15 g) dapat dilihat pada Tabel 6. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering jagung pipil kering per tanaman.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk dapat dilihat pada Lampiran 21-22. Data bobot basah tajuk pada inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot Basah Tajuk

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... g ... 0 293,99 299,74 326,08 306,60b 3 405,01 375,85 395,90 392,25a Rataan 349,50 337,80 360,99 349,43

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (392.25 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (306.60 g).

Dari Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk, dimana bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari (360.99 g) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 11 hari (337.80 g) dapat dilihat pada Tabel 7. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 23-24. Data bobot kering tajuk pada inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Kering Tajuk

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... g ... 0 107,24 87,93 86,71 93,96b 3 130,21 109,15 101,97 113,78a Rataan 118,73a 98,54b 94,34b 103,87

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (113.78 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (93.96 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan waktu tanam 1 hari (118.73 g) dan terendah pada waktu tanam 21 hari (94.34 g) dapat dilihat pada Tabel 8. Selanjutnya dapat juga dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dengan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 25-26. Data bobot basah akar pada perlakuan inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Basah Akar

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... g ... 0 127,35 148,93 148,90 141,73 3 179,31 188,52 125,55 164,46 Rataan 153,33 168,72 137,22 153,09

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar, dimana bobot basah akar tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (164.46 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (141.73 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar, dimana bobot basah akar tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari (168.72 g) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 21 hari (137.22 g) dapat dilihat pada Tabel 9. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

Bobot Kering Akar (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 27-28. Data bobot kering akar pada inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 10.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009 Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan

1 11 21

... g ...

0 19,99d 45,54abc 42,53bc 36,02b

3 59,89a 53,46ab 29,97cd 47,78a

Rataan 39,94 49,50 36,25 41,90

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, dimana bobot kering akar tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (47.78 g) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (36.02 g).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar, dimana bobot kering akar tertinggi pada perlakuan waktu tanam11 hari (49.50 g) dan terendah pada perlakuan waktu tanam 21 hari (36.25 g) dapat dilihat pada Tabel 10. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering akar, dimana bobot kering akar tertinggi pada interaksi perlakuan 3 g mikofer dan waktu tanam 1 hari (59.89 g) dan terendah pada interaksi perlakuan 0 g mikofer dan waktu tanam 1 hari (19.99 g).

Jumlah Biji per Baris (biji)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah biji per baris dapat dilihat pada Lampiran 29-30. Data jumlah biji per baris pada inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan Jumlah Biji per Baris

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan

1 11 21

... biji ...

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

3 37,80 38,00 37,13 37,64

Rataan 36,57 37,27 37,93 37,26

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per baris, dimana jumlah biji per baris tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (37.64 biji) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (36.87 biji).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per

baris, dimana jumlah baris tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari (37.93 biji) dan terendah pada waktu tanam 1 hari (36.57 biji) dapat dilihat pada

Tabel 11. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per baris.

Panjang tongkol (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik argam panjang tongkol dapat dilihat pada Lampiran 31-32. Data panjang tongkol pada inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan Panjang Tongkol

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... cm ... 0 19,37 20,13 20,59 20,03 3 20,58 20,12 20,11 20,27 Rataan 19,98 20,13 20,35 20,15

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol, dimana panjang tongkol tertinggi pada

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

perlakuan 3 g mikofer (20.27 cm) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (20.03 cm).

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol, dimana panjang tongkol tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari (20.35 cm) dan terendah pada waktu tanam 1 hari (19.98 cm) dapat dilihat pada Tabel 12. Selanjutnya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tongkol.

Bobot 100 Biji (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot 100 biji dapat dilihat pada Lampiran 33-34. Data bobot 100 biji pada inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Bobot 100 Biji

Mikofer (g)

Waktu Tanam (hari ke) Rataan 1 11 21 ... g ... 0 293,99 299,74 326,08 306,60b 3 405,01 375,85 395,90 392,25a Rataan 349,50 337,80 360,99 349,43

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berpengaruh nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa inokulasi mikofer berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji, dimana bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer (20.27 cm) dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer (20.03 cm).

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

Perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji, dimana bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari (20.35 cm) dan terendah pada waktu tanam 1 hari (19.98 cm) dapat dilihat pada Tabel 13. Selanjunya dapat dilihat bahwa interaksi antara inokulasi mikofer dan perbedaan waktu tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji.

Rangkuman uji beda rataan parameter dapat dilihat pada Lampiran 35.

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Terhadap pertumbuhan dan Produksi Jagung

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot kering akar dan bobot 100 biji tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga, umur panen, jumlah biji per tongkol, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah akar, panjang tongkol, dan jumlah biji per baris. Luas daun tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer sebesar 841.14 cm2 dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 775.86 cm2 (Tabel 1). Hal ini disebabkan penyinaran sinar matahari yang cukup tinggi sehingga proses fotosintesis dan respirasi daun bekerja dengan baik (Lampiran 36). Hal ini sesuai dengan literatur Fitter dan Hay (1995) yang menyatakan bahwa alasan untuk fenomena tersebut di atas meliputi luas daun yang sangat besar yang dicapai

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

oleh tanaman pada akhir perkembangan vegetatif, adanya diversi hasil fotosintesis dari akar-akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan.

Bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan 3 g mikofer sebesar 392.25 g dan terendah pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 306.60 g (Tabel 7). Hal ini disebabkan karena efek yang menguntungkan dari mikoriza ini sangat besar ketika tanaman tumbuh pada tanah yang kurang subur. Hifa dari mikoriza beraktifitas dengan menyebar dalam sistem akar tanaman. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor iklim yang sesuai misalnya kelembaban saat itu termasuk rendah dan intensitas matahi yang tinggi(Lampiran 36). Hal ini sesuai dengan pernyataan Tisdale, et al (1993) yang menyatakan bahwa kemampuan intersepsi akar dalam pengambilan nutrisi dapat dipertinggi oleh mikoriza, yang merupakan sebuah simbiosis antara jamur dan akar tanaman.

Bobot kering tajuk pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 93.96 g, sedangkan pada perlakuan 3 g mikofer bobot keringnya meningkat menjadi 113.78 g. Hal ini disebabkan karena mikoriza berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa simbiosis jamur mikoriza arbuskula dapat meningkatkan serapan unsur hara P. Pemberian mikoriza sangat berbeda pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman yang tanpa mikoriza. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti, dkk (2002) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan keuntungan simbiosis yang tinggi perlu diketahui kondisi optimum simbiosis. Dibandingkan dengan spora sebagai inokulum, propagul campuran berupa spora, akar terinfeksi dan hifa eksternal dapat menginfeksi dalam waktu yang lebih cepat.

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

Bobot kering akar pada perlakuan 0 g mikofer sebesar 36.02 g sedangkan pada perlakuan 3 g mikofer meningkat sebesar 47.78 g (Tabel 10). Hal ini disebabkan karena kemampuan mikoriza untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dengan mempertinggi pengambilan unsur hara P. Pada kenyataannya tanaman bermikoriza mempunyai sistem perakaran yang pendek pada ektomikoriza sehingga pengaruh mikroba rizosfer dalam menurunkan panjang akar disebabkan infeksi endomikoriza, karena hal tersebut memiliki pengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter and Hay (1991) yang menyatakan bahwa dalam tanah yang defisiensi P, tanaman bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza tetapi akan terjadi sebaliknya pada tanah yang disuplai fosfat dengan baik akan memperlihatkan tingkat infeksi yang sangat rendah.

Pengaruh perbedaan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa perlakuan perbedaan waktu tanam berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur panen, dan bobot kering tajuk tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun, jumlah biji per tongkol, volume akar, bobot kering jagung pipil kering per tanaman, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, jumlah biji per baris, panjang tongkol, bobot 100 biji. Dimana umur berbunga tertinggi pada perlakuan waktu tanam 21 hari 73.27 hari dan terendah pada perlakuan 1 hari 72.43 hari (Tabel 2). Hal ini disebabkan pada saat tanaman mulai mengeluarkan bunga, suhu yang sangat tinggi dan ketersediaan air cukup untuk membantu penyerbukan tanaman sehingga dapat mempercepat munculnya bunga (Lampiran 36). Hal ini sesuai

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

dengan pernyataan Mapegau (2006) yang menyatakan bahwa salah satu kendala yang dapat membatasi pertumbuhan dan produksi tanaman pada lahan kering adalah ketersediaan air yang rendah, karena itu diperlukan kultivar jagung yang berpotensi produksi dan mempunyai kemampuan yang tinggi terhadap cekaman air.

Umur panen tertinggi pada perlakuan waktu tanam 11 hari 99.37 hari dan terendah pada perlakuan waktu tanam 1 hari 92.5 hari (Tabel 3). Hal ini disebabkan oleh waktu penanaman yang tepat dan sesuai dengan kriteria pertumbuhannya (Lampiran 2). Hal ini sesuai dengan penyataan Warisno (1998) yang menyatakan bahwa waktu tanam yang tepat merupakan salah satu usaha untuk memperkecil kegagalan panen.

Bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan waktu tanam 1 hari 118.73 g dan terendah pada waktu tanam 21 hari 94.34 g (Tabel 8). Hal ini disebabkan karena pada saat penanaman waktu tanam 21 hari, areal pertanaman tersebut tergenang akibat curah hujan yang tinggi sehingga pertumbuhan perakarannya jadi terhambat (Lampiran 36). Hal ini sesuai dengan pernyataan Warisno (1998) yang menyatakan bahwa tanaman jagung dapat ditanam di lahan sawah sebelum penanaman padi atau sesudah panen padi.

Interaksi Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan perbedaan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik bahwa interaksi antara pemberian mikoriza dan perbedaan waktu tanam hanya berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

Eva Handayani : Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Dan Perbedaan Waktu Tanam, 2008.

USU Repository © 2009

parameter lainnya, dimana bobot kering akar tertinggi pada perlakuan M1W1 sebesar 59.89 g dan terendah pada perlakuan M0W1 sebesar 19.99 g (Tabel 10).

Dokumen terkait