• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap uji perkecambahan benih, diperoleh persentase perkecambahan benih untuk setiap dosis radiasi sinar gamma yang diberikan.

Berdasarkan data penelitian dan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 4 dan 5 MST, dan umur panen. Salinitas berpengaruh nyata pada parameter luas daun, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, volume akar, dan bobot 100 biji. Sedangkan interaksi antara radiasi sinar gamma dengan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Persentase Perkecambahan Benih (%)

Dari hasil pengamatan, diperoleh data persentase perkecambahan benih untuk tiap dosis radiasi sinar gamma.

Tabel 2. Persentase perkecambahan benih (%)

Dosis radiasi sinar gamma Persentase Kecambah Normal Persentase Kecambah Abnormal

0 krad 93,3% 6,7%

10 krad 86,7% 13,3

20 krad 90,0% 10,0%

30 krad 76,7% 23,3%

Uji perkecambahan dilaksanakan sebelum menanam benih dalam polibag, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuh benih dan juga menentukan banyak benih yang akan ditanam dalam satu polibag. Pengecambahan dilakukan dengan menanam benih dalam bak kecambah dengan media pasir, sebanyak 30 benih per bak kecambah untuk setiap dosis radiasi sinar gamma. Pengamatan persentase perkecambahan dilakukan setelah 1 minggu sejak benih dikecambahkan, dengan melihat berapa banyak benih yang berkecambah (normal dan abnormal). Dari data dapat dilihat bahwa benih tanpa radiasi

jumlah kecambah abnormal lebih sedikit (2 kecambah = 6,7%). Sedangkan benih yang diradiasi dengan dosis 30 krad memiliki lebih banyak kecambah abnormal yaitu 7 kecambah (23,3%) dengan persentase kecambah normal 76,7%.

Tinggi Tanaman (cm)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 4 s/d 13, diketahui bahwa radiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, sedangkan salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas pada 2 MST sampai dengan 5 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

Radiasi

R0 (0 krad) 8,5 10,2 13,9a 16,4a

R1 (10 krad) 7,0 8,5 12,1ab 15,0a

R2 (20 krad) 7,3 8,7 11,3b 13,7a R3 (30 krad) 6,4 8,3 11,1b 12,0b Salinitas N0 (0 g/L NaCl) 7,1 8,8 12,2 14,2 N1 (2 g/L NaCl) 8,2 9,7 12,1 14,6 N2 (4 g/L NaCl) 6,8 8,5 11,5 13,7 N3 (6 g/L NaCl) 7,2 8,6 12,6 14,6

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi umur 4 MST terdapat pada R0 (0 krad) yaitu 13,9 cm sedangkan rataan terendah pada R3 (30 krad) yaitu 11,1 cm, R0 berbeda nyata terhadap R2 dan R3, namun belum berbeda nyata terhadap R1. Pada pengamatan 5 MST, rataan tertinggi pada R0 yaitu 16,4 cm sedangkan rataan terendah pada R3 yaitu 12,0 cm, R0 berbeda nyata terhadap R3, namun belum berbeda

nyata terhadap R1 dan R2. Hal ini menunjukkan bahwa dosis radiasi sinar gamma yang tinggi akan semakin menurunkan tinggi tanaman, disebabkan oleh sinar gamma yang dapat mengubah atau merusak susunan kromosom tumbuhan, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman tersebut. Selain pada tinggi tanaman, pengaruh radiasi juga tampak pada penampilan tanaman, yaitu batang tanaman kurus-pendek dan berwarna hijau dengan sedikit bulu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ritonga dan Wulansari (2010) yaitu semakin tinggi dosis radiasi maka semakin menurun tinggi tanaman ; penurunan tinggi tanaman tersebut dapat terjadi karena iradiasi dapat menyebabkan rusaknya kromosom tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya tanaman tersebut.

Klorofil Daun (g/ml)

Dari data penelitian kandungan klorofil daun, dapat dilihat pada Lampiran 14, diperoleh rataan klorofil a, b, dan total klorofil pada setiap kombinasi perlakuan.

Rataan kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil (g/ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Perlakuan Klorofil a Klorofil b Total Klorofil

R0N0 1,68 0,58 2,25 R0N1 1,34 0,44 1,78 R0N2 1,14 0,42 1,56 R0N3 1,78 0,61 2,39 R1N0 1,95 0,78 2,73 R1N1 2,06 0,68 2,74 R1N2 1,74 0,55 2,29 R1N3 2,11 0,72 2,82 R2N0 1,48 0,41 1,89 R2N1 1,43 0,46 1,89 R2N2 1,48 0,47 1,95 R2N3 1,43 0,44 1,86 R3N0 1,88 0,68 2,56 R3N1 1,31 0,34 1,65 R3N2 1,41 0,42 1,83 R3N3 1,38 0,41 1,79

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pada semua kombinasi perlakuan kandungan klorofil a lebih besar dibandingkan dengan klorofil b. Klorofil a dan b menunjukkan kandungan klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil a (C55H72O5N4Mg) berwarna hijau biru, sedangkan klorofil b (C55H70O6N4Mg) berwarna hijau kuning. Walaupun sama-sama berperan dalam fotosintesis, namun jumlah klorofil a dan b dalam daun berbeda. Hal ini disebabkan karena klorofil a merupakan pusat reaksi dan paling banyak berperan dalam pemanenan cahaya, sedangkan klorofil b hanya merupakan hasil biosintesis dari klorofil a yang berperan sebagai antena fotosintetik yang

menangkap cahaya lalu meneruskannya ke pusat reaksi yang tersusun atas banyak klorofil a. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiari dan Nurchayati (2009) yaitu klorofil a

dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya kemudian ditransfer ke pusat reaksi yang tersusun

dari klorofil a. Klorofil b adalah hasil biosintesis dari klorofil a dan berperan penting dalam reorganisasi fotosistem selama adaptasi terhadap kualitas dan intensitas cahaya.

Luas Daun (cm2)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam luas daun, dapat dilihat pada Lampiran 15 s/d 17, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap luas daun, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap luas daun.

Rataan luas daun dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan luas daun (cm2) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 133,0 75,9 61,9 40,7 77,9 R1 85,5 67,0 66,7 45,8 66,3 R2 106,4 53,6 42,7 66,5 67,3 R3 70,0 58,2 70,8 75,4 68,6

Rataan 98,7a 63,7ab 60,5b 57,1b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan luas daun tertinggi pada perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 98,7 cm2 sedangkan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 57,1 cm2, N0 berbeda nyata terhadap N2 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1. Hal ini menunjukkan bahwa salinitas mempengaruhi perkembangan daun, tampak dari ukuran dan luas daun, yaitu luas daun berbanding terbalik dengan salinitas, semakin tinggi salinitas maka luas daun makin kecil. Konsentrasi NaCl yang tinggi pada N3 menekan pertumbuhan tanaman dengan menghambat pembesaran dan pembelahan sel karena tanaman sulit menyerap air dan juga pengaruh racun ion Na+ dan Cl-, sehingga ukuran daun lebih kecil

Kusmiyati dkk (2002) yaitu luas akhir daun berbanding linier dan terbalik (negatif) dengan kenaikan salinitas, salinitas menurunkan laju pertumbuhan daun melalui pengurangan laju pembesaran sel pada daun.

Bobot Kering Akar (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering akar, dapat dilihat pada Lampiran 18 s/d 20, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot kering akar (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 0,8 0,2 0,3 0,2 0,38 R1 0,4 0,2 0,3 0,1 0,25 R2 0,3 0,2 0,4 0,2 0,28 R3 0,4 0,2 0,2 0,1 0,23

Rataan 0,48a 0,20b 0,30ab 0,15b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot kering akar tertinggi pada perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 0,48 g sedangkan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 0,15 g, N0 berbeda nyata terhadap N1 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N2. Akar merupakan bagian tanaman yang paling peka terhadap perlakuan NaCl. Dengan konsentrasi NaCl yang tinggi pada tanah akan menyebabkan penurunan potensial air larutan tanah sehingga tanaman tidak dapat menyerap air dan juga pengaruh racun ion Na+ dan Cl-, akibatnya pertumbuhan akar terganggu. Selain itu, konsentrasi NaCl yang tinggi

dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fatimah (2010) yaitu akar merupakan bagian tanaman yang paling peka terhadap perlakuan NaCl dan penurunan bobot segar akar terjadi pada pemberian lebih dari 5000 mg NaCl/liter. Tutty (2008) menambahkan bahwa konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah yakni dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat.

Bobot Kering Tajuk (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering tajuk, dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 1,2 0,4 1,1 1,0 0,9 R1 0,6 0,7 0,6 0,8 0,7 R2 0,5 0,6 0,6 1,1 0,7 R3 0,6 0,6 0,7 0,5 0,6 Rataan 0,7 0,6 0,8 0,9

Dari Tabel 7 diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas belum menunjukkan beda yang nyata terhadap bobot kering tajuk.

Nisbah Bobot Kering Akar-Tajuk (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam nisbah bobot kering akar-tajuk, dapat dilihat pada Lampiran 23 s/d 25, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap nisbah bobot kering akar-tajuk, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap nisbah bobot kering akar-tajuk.

Rataan nisbah bobot kering akar-tajuk dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan nisbah bobot kering akar-tajuk (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 0,7 0,7 0,3 0,2 0,48 R1 0,7 0,3 0,6 0,2 0,45 R2 0,6 0,5 0,8 0,2 0,53 R3 0,7 0,3 0,3 0,5 0,45

Rataan 0,68a 0,45a 0,50a 0,28b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan nisbah bobot kering akar-tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 0,68 g dan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 0,28 g, N0 berbeda nyata terhadap N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1 dan N2. Berdasarkan teori, NaCl yang tinggi akan meningkatkan nisbah bobot kering akar-tajuk, disebabkan penekanan pertumbuhan tajuk yang lebih besar dari pertumbuhan akar (luas daun berkurang dan kekeringan daun tinggi). Namun, seperti dapat dilihat bahwa dari perlakuan N1 sampai N2 nilai nisbah terus meningkat, tetapi menurun pada N3. Hal ini terjadi karena konsentrasi garam pada N3 sangat tinggi sehingga gangguan pada akar dapat lebih tinggi dibandingkan penekanan pada daun/tajuk. Tanaman kacang-kacangan

peka terhadap kadar garam yang tinggi, dimana pertumbuhan akan terhambat pada tanah dengan DHL > 4 mmhos (2-3 g NaCl/l). Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor (2004) yaitu beberapa tanaman peka terhadap kegaraman <4 dS.m-1 seperti apel, jeruk, dan kacang-kacangan, dimana kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara oleh tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik dan secara khusus akan menimbulkan keracunan tanaman, terutama oleh ion Na+ dan Cl-.

Volume Akar (ml)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam volume akar, dapat dilihat pada Lampiran 26 s/d 28, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap volume akar, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap volume akar.

Rataan volume akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan volume akar (ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 5 2 2 2 2,8 R1 2 5 2 1 2,5 R2 7 4 2 1 3,5 R3 9 2 4 1 4,0

Rataan 5,8a 3,3ab 2,5b 1,3b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan volume akar tertinggi terdapat pada perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 5,8 ml dan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 1,3 ml, N0 berbeda nyata terhadap N2 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1. Salinitas yang tinggi pada N3 menyebabkan potensial air tanah menurun dan agregat tanah

dalam menyerap air dan unsur hara. Unsur Na+ dan Cl- yang berlebih dalam tanah juga menjadi racun bagi tanaman, terutama akar, sehingga pertumbuhan akar terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tutty (2008) yaitu konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah yakni dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat.

Umur Berbunga (hari)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam umur berbunga, dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.

Rataan umur berbunga dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan umur berbunga (hari) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 36,7 36,7 32,0 34,7 35,0 R1 38,0 34,7 35,7 35,3 35,9 R2 34,7 38,0 37,0 39,0 37,2 R3 37,0 38,0 38,7 37,7 37,9 Rataan 36,6 36,9 35,9 36,7

Dari Tabel 10 diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas belum menunjukkan beda yang nyata terhadap umur berbunga.

Umur Panen (hari)

terhadap umur panen, sedangkan perlakuan salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap umur panen.

Rataan umur panen dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan umur panen (hari) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 55,0 55,0 53,3 54,7 54,5a R1 55,7 52,7 53,7 52,3 53,6b R2 56,0 56,0 56,0 53,7 55,4a R3 54,3 56,3 56,3 59,0 56,5a Rataan 55,3 55,0 54,8 54,9

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 11 diketahui bahwa rataan umur panen tercepat pada perlakuan R1 (10 krad) yaitu 53,6 hari dan terlama pada R3 (30 krad) yaitu 56,5 hari, R1 berbeda nyata terhadap R0, R2 dan R3. Umur panen yang cukup lama pada R3 terjadi karena perlakuan radiasi yang menyebabkan perubahan pada susunan kromosom dan DNA, sehingga berpengaruh pada metabolisme tumbuh tanaman. Salah satu yang terpengaruh adalah proses fotosintesis sehingga suplai unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk berbuah menjadi berkurang, akibatnya tanaman semakin lama dipanen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryanto (2008) yaitu teknik radiasi sinar gamma menimbulkan efek genetika berupa terjadinya perubahan struktur dan komposisi pada kromosom dan molekul DNA sehingga menyebabkan keturunan memiliki sifat berbeda dengan induknya.

Untuk melihat apakah umur panen pada penelitian berbeda dengan deskripsi tanaman, maka dilakukan uji t, yang dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Uji t pada umur panen Perlakuan F2 F1 | F2 – F1| SӮ2 - SӮ1 t hit t05 R0 54,5 57 2,5 1,02 2,45* 2,04 R1 53,8 3,2 3,13* R2 55,5 1,5 1,47 R3 56,3 0,7 0,68

Dari tabel 12, diketahui bahwa umur panen pada R0 dan R1 nyata lebih cepat dibanding dengan deskripsi tanaman. Hal ini diduga dipengaruhi oleh dosis radiasi dan tingkat salinitas. Radiasi menyebabkan kerusakan kromosom pada tanaman yang langsung mempengaruhi metabolisme tubuh tanaman, sehingga menghasilkan keturunan dengan fenotipe yang berbeda dengan induknya. Pengaruh salinitas menyebabkan tanaman mengalami stres air. Kemampuan tanaman untuk menghindari pengaruh merusak dari stres air ini tergantung atas tahap perkembangan, yang mana tanaman sangat sensitif stres air selama fase generatif, ditunjukkan oleh adanya diversi atau pengalihan hasil fotosintesis dari akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan, sehingga pemasakan buah dapat terjadi lebih cepat. Hal ini dilakukan tanaman sebagai adaptasi untuk menggunakan air seefisien mungkin karena jumlah air yang terbatas. Hal ini sesuai pernyataan Fitter dan Hay (1991) yaitu tanaman sangat sensitif terhadap stres air pada permulaan fase reproduktif, alasan untuk fenomena ini meliputi diversi hasil fotosintesis dari akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan dan pertumbuhan yang cepat serta kemasakan yang belum waktunya (awal) pada tanaman dapat diinterpretasikan sebagai adaptasi yang mendorong selesainya reproduksi sebelum suplai air habis.

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah cabang produktif, dapat dilihat pada Lampiran 34 dan 35, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap

Rataan jumlah cabang produktif dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan jumlah cabang produktif (cabang) dengan perlakuan radiasi dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 2 2 2 2 2,0 R1 2 2 2 2 2,0 R2 2 2 2 2 2,0 R3 2 2 1 2 1,8 Rataan 2,0 2,0 1,8 2,0

Dari Tabel 12 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan salinitas belum menunjukkan beda nyata terhadap jumlah cabang produktif.

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah polong berisi per tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman.

Rataan jumlah polong berisi per tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan jumlah polong berisi per tanaman (polong) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 3 2 5 3 3,3 R1 3 3 3 4 3,3 R2 4 3 3 4 3,5 R3 4 3 2 3 3,0 Rataan 3,5 2,8 3,3 3,5

Dari Tabel 14 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan salinitas belum menunjukkan beda nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman.

Bobot Biji per Tanaman (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot biji per tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 38 dan 39, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman.

Rataan bobot biji per tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan bobot biji per tanaman (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 1,2 0,8 2,3 1,8 1,5 R1 1,1 1,4 1,2 1,6 1,3 R2 1,6 1,6 1,0 2,2 1,6 R3 1,3 1,1 0,9 1,0 1,1 Rataan 1,3 1,2 1,4 1,7

Dari Tabel 15 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan salinitas belum menunjukkan beda nyata terhadap bobot biji per tanaman.

Bobot 100 Biji (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot 100 biji, dapat dilihat pada Lampiran 40 s/d 42, diketahui bahwa perlakuan salinitas berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi Sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.

Rataan bobot 100 biji dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rataan bobot 100 biji (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas Salinitas Rataan Radiasi N0 N1 N2 N3 R0 6 7 6 5 6,0 R1 6 6 6 5 5,8 R2 7 5 6 5 5,8 R3 6 4 5 4 4,8

Rataan 6,3a 5,5a 5,8a 4,8b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 16 diketahui bahwa rataan bobot 100 biji tertinggi pada perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 6,3 g dan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 4,8 g, N0 berbeda nyata dengan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1 dan N2. Dari parameter vegetatif, tanaman N3 kebanyakan memiliki rataan terendah, seperti luas daun, bobot kering akar, volume akar, dan nisbah BKA/BKT, sehingga mempengaruhi pertumbuhan generatif yang ditunjukkan oleh bobot 100 biji. Konsentrasi NaCl yang tinggi menyebabkan luas daun mengecil sehingga laju fotosintesis berkurang, akibatnya tranlokasi asimilat ke organ generatif terhambat. Selain itu, NaCl yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan akar dan menyulitkan tanaman dalam menyerap air dan hara, sehingga proses translokasi zat makanan ke organ tanaman terhambat. Artinya, kondisi pertumbuhan yang buruk pada fase vegetatif akan mempengaruhi karakter generatif tanaman tersebut. Hal ini sesuai pernyataan Dariati dan Farid (2003) yaitu pada konsentrasi NaCl yang tinggi akan menurunkan jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi, bobot 100 biji, dan hasil biji per tanaman. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan vegetatifnya, yaitu pertumbuhan vegetatif yang lebih baik akan mendukung pertumbuhan generatif yang lebih baik.

Dari hasil penelitian dan analisis sidik ragam, diketahui bahwa interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara dosis radiasi sinar gamma dengan konsentrasi NaCl (salinitas), artinya penambahan atau pengurangan dosis radiasi tidak ada hubungannya dengan peningkatan adaptasi tanaman kacang hijau pada parameter tertentu di lingkungan (tanah) yang tingkat salinitasnya ditambah atau dikurangi, demikian juga sebaliknya. Adanya induksi radiasi sinar gamma yang mengakibatkan mutasi pada benih menyebabkan tanaman mengalami perubahan pada materi genetik (DNA). Perubahan pada materi genetik jelas akan menyebabkan perbedaan genetik yang mengakibatkan setiap tanaman memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain walaupun berasal dari jenis yang sama, sehingga menunjukkan keragaman penampilan sebagai respons terhadap pengaruh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yaitu perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama.

Dokumen terkait