RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) HASIL MUTASI RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP SALINITAS
SKRIPSI
Oleh :
NITRY DEWI SARI DAELI 080307001/PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) HASIL MUTASI RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP SALINITAS
SKRIPSI
Oleh :
NITRY DEWI SARI DAELI 080307001/PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Salinitas
Nama : Nitry Dewi Sari Daeli
NIM : 080307001
Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :
(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si) (Ir. Isman Nuriadi Ketua Anggota
)
Mengetahui,
(Ir.T.Sabrina, MAgr. Sc. PhD Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
NITRY DEWI SARI DAELI : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinara Gamma Terhadap Salinitas, dibimbing oleh LOLLIE AGUSTINA P.PUTRI dan ISMAN NURIADI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi dan salinitas terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis radiasi yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 10, 20 dan 30 krad. Faktor kedua adalah konsentrasi NaCl yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0, 2, 4, dan 6 g/l. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, luas daun, klorofil daun, volume akar, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan radiasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, dan umur panen. Salinitas berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, volume akar, dan bobot 100 biji. Interaksi antara kedua faktor tersebut belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
NITRY DEWI SARI DAELI: Response on Growth and Yield of Mungbean (Vigna radiata L.) Radiated by Gamma Ray to Salinity, supervised by LOLLIE
AGUSTINA P.PUTRI and ISMAN NURIADI.
This research was aimed to find out response of radiation dosage and salinity toward growth and yield of mungbean. This research was arranged using Randomize Block Experimental Design with two factors and three replicates.The first factor was radiation dosage in four degree 0, 10, 20 and 30 krad. The second factor was NaCl concentration in four degree 0, 2, 4, and 6 g/l. The parameters observed were plant height, productive branch number, flowering age, harvesting age, dry weight of root, dry weight of canopy, ratio of root-canopy dry weight, leaf width, leaf chlorophyl, root volume, number of pods per plant, seed weight per plant, and weight of 100 seeds.
The results showed that radiation were significantly to plant height at 4 and 5 weeks after planted, and harvesting age. Salinity were significantly to leaf width, dry weight of root, ratio of root-canopy dry weight, root volume, and weight of 100 seeds. The combination between radiation and salinity were not significantly to whole parameters.
RIWAYAT HIDUP
NITRY DEWI SARI DAELI lahir di Gunungsitoli pada tanggal 9 September
1989 dari Ayah Raradodo Daeli dan Ibu Rohiba Daeli. Penulis anak ketiga dari delapan
bersaudara.
Penulis lulus SD pada tahun 2002 di SD Swasta RK Mutiara Gunungsitoli, lulus
SMP N 1 Gunungsitoli pada tahun 2005 di Gunungsitoli, lulus SMU N 1 Gunungsitoli
pada tahun 2008 di Gunungsitoli dan pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk
Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP/PMDK dengan Program Studi Pemuliaan
Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Selain aktif akademis penulis juga aktif sebagai anggota Unit Kegiatan
Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan FP USU (UKM KMK UP FP
USU) tahun 2008-2010 dan anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian
(HIMADITA) tahun 2008-2012. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan PKL (Praktek
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Salinitas”
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing, yaitu
Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si selaku Ketua dan Bapak Ir. Isman Nuriadi selaku
Anggota yang telah banyak memberi saran dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Terimakasih yang setulusnya untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda Raradodo
Daeli dan Ibunda Rohiba Daeli, kepada kakak dan adik, serta teman-teman, yang telah
banyak mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, November 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Iklim ... 5
Tanah ... 5
Pemuliaan Mutasi Radiasi Sinar Gamma ... 6
Salinitas ... 11
Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman ... 13
Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Salinitas ... 16
BAHAN DAN METODE... 17
Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
Bahan dan Alat ... 17
Metode Penelitian ... 17
PELAKSANAAN PENELITIAN ... 20
Persiapan Media Tanam ... 20
Aplikasi Larutan NaCl ... 20
Persiapan Benih ... 20
Uji Perkecambahan Benih ... 20
Penanaman ... 21
Pemeliharaan ... 21
Penyiraman... 21
Penyiangan ... 21
Pemupukan ... 21
Penambahan Tanah ... 21
Pengendalian hama dan penyakit ... 21
Panen ... 22
Pengamatan Parameter ... 22
Persentase Perkecambahan (%) ... 22
Tinggi Tanaman (cm)... 22
Klorofil Daun (g/ml) ... 22
Luas Daun (cm2) ... 23
Bobot Kering Akar (g) ... 23
Bobot kering tajuk (g) ... 23
Nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 23
Volume Akar (ml) ... 23
Umur Berbunga (hari) ... 24
Umur Panen (hari) ... 24
Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 24
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) ... 24
Bobot Biji per Tanaman (g) ... 24
Bobot 100 biji (g) ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42
Saran ... 42
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tanaman ... 12
2. Persentase perkecambahan benih ... 25
3. Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 26
4. Rataan klorofil daun dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 28
5. Rataan luas daun dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 29
6. Rataan bobot kering akar dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 30
7. Rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 32
8. Rataan nisbah bobot kering akar - tajuk dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 32
9. Rataan volume akar dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 34
10. Rataan umur berbunga dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 35
11. Rataan umur panen dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 36
12. Uji t pada umur panen ... 36
13. Rataan jumlah cabang produktif dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 38
14. Rataan jumlah polong berisi per tanaman dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 38
15. Rataan bobot biji per tanaman dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Bagan penelitian ... 48
2. Jadwal kegiatan penelitian ... 49
3. Deskripsi varietas kacang hijau ... 50
4. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 51
5. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 51
6. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 52
7. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 52
8. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 53
9. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 53
10. Uji BNJ tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 53
11. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 54
12. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 54
13. Uji BNJ tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 54
14. Tabel pengamatan klorofil daun (g/ml) ... 55
15. Tabel pengamatan luas daun (cm2) ... 56
16. Sidik ragam luas daun (cm2) ... 56
17. Uji BNJ luas daun (cm2) ... 56
18. Tabel pengamatan bobot kering akar (g) ... 57
19. Sidik ragam bobot kering akar (g) ... 57
20. Uji BNJ bobot kering akar (g) ... 57
21. Tabel pengamatan bobot kering tajuk (g) ... 58
22. Sidik ragam bobot kering tajuk (g) ... 58
23. Tabel pengamatan nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 59
24. Sidik ragam nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 59
25. Uji BNJ nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 59
26. Tabel pengamatan volume akar (ml) ... 60
27. Sidik ragam volume akar (ml) ... 60
28. Uji BNJ volume akar (ml) ... 60
29. Tabel pengamatan umur berbunga (hari) ... 61
30. Sidik ragam umur berbunga (hari) ... 61
31. Tabel pengamatan umur panen (hari) ... 62
32. Sidik ragam umur panen (hari) ... 62
33. Uji BNJ umur panen (hari) ... 62
34. Tabel pengamatan jumlah cabang produktif (cabang) ... 63
35. Sidik ragam jumlah cabang produktif (cabang) ... 63
36. Tabel pengamatan jumlah polong berisi per tanaman (polong) ... 64
37. Sidik ragam jumlah polong berisi per tanaman (polong) ... 64
38. Tabel pengamatan bobot biji per tanaman (g) ... 65
39. Sidik ragam bobot biji per tanaman (g) ... 65
40. Tabel pengamatan bobot 100 biji (g) ... 66
41. Sidik ragam bobot 100 biji (g) ... 66
44. Foto polong kacang hijau ... 68
45. Foto bunga kacang hijau ... 70
46. Foto tanaman kacang hijau ... 70
47. Foto pengujian klorofil daun ... 70
48. Foto perkecambahan ... 71
ABSTRAK
NITRY DEWI SARI DAELI : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinara Gamma Terhadap Salinitas, dibimbing oleh LOLLIE AGUSTINA P.PUTRI dan ISMAN NURIADI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi dan salinitas terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis radiasi yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 10, 20 dan 30 krad. Faktor kedua adalah konsentrasi NaCl yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0, 2, 4, dan 6 g/l. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, luas daun, klorofil daun, volume akar, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan radiasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, dan umur panen. Salinitas berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, volume akar, dan bobot 100 biji. Interaksi antara kedua faktor tersebut belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
ABSTRACT
NITRY DEWI SARI DAELI: Response on Growth and Yield of Mungbean (Vigna radiata L.) Radiated by Gamma Ray to Salinity, supervised by LOLLIE
AGUSTINA P.PUTRI and ISMAN NURIADI.
This research was aimed to find out response of radiation dosage and salinity toward growth and yield of mungbean. This research was arranged using Randomize Block Experimental Design with two factors and three replicates.The first factor was radiation dosage in four degree 0, 10, 20 and 30 krad. The second factor was NaCl concentration in four degree 0, 2, 4, and 6 g/l. The parameters observed were plant height, productive branch number, flowering age, harvesting age, dry weight of root, dry weight of canopy, ratio of root-canopy dry weight, leaf width, leaf chlorophyl, root volume, number of pods per plant, seed weight per plant, and weight of 100 seeds.
The results showed that radiation were significantly to plant height at 4 and 5 weeks after planted, and harvesting age. Salinity were significantly to leaf width, dry weight of root, ratio of root-canopy dry weight, root volume, and weight of 100 seeds. The combination between radiation and salinity were not significantly to whole parameters.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan
isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini
mengandung zat-zat gizi, antara lain amylum, protein, besi, belerang, kalsium, lemak,
mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E) (Atman, 2007).
Dibanding kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi
agronomis dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan, (b) dapat dipanen pada umur
55-60 hari, (c) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur dengan cara budidaya yang
mudah, (d) resiko kegagalan panen secara total kecil, (e) harga jual tinggi dan stabil, serta
(f) dapat dikonsumsi oleh petani dengan cara pengolahan yang mudah
(Dariati dan Farid, 2003).
Produksi kacang hijau tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 3.345 ton
dengan luas panen 3.110 ha, menurun sebesar 1.081 ton dibandingkan produksi kacang
hijau tahun 2009, yaitu 4.426 ton dengan luas panen 4.124 ha. Penurunan tersebut
disebabkan berkurangnya luas panen sebesar 1.014 ha atau 24,58% (BPS, 2011).
Permasalahan dalam pengelolaan tanaman kacang hijau di tingkat petani antara
lain adalah masih rendahnya produktivitas hasil. Di Propinsi Sumatera Barat, rata-rata hasil
hanya 1,1 t/ha. Sementara itu, rata-rata hasil di tingkat nasional sekitar 0,9 t/ha yang jauh
lebih rendah dari potensi hasilnya yang mencapai 1,6-2 t/ha (Atman, 2007).
Usaha pemerintah untuk peningkatan produksi pangan adalah dengan cara
dengan pemanfaatan lahan marginal seperti tanah-tanah masam tanah salin, dan tanah
lahan pasang surut. Di Indonesia, pemanfaatan lahan salin untuk usaha pertanian belum
banyak dilakukan, disebabkan oleh luas dan penyebarannya tidak seluas tanah masam dan
tanah gambut. Kendala utama pemanfaatan tanah salin adalah kadar garam yang tinggi
(salinitas) yang terlarut dalam tanah, sehingga mengganggu proses penyerapan air dan
unsur hara yang akhirnya menghambat pertumbuhan tanaman (Hasibuan, 2008).
Peningkatan produksi kacang hijau dengan intensifikasi dilakukan melalui
kegiatan seleksi varietas/galur yang dapat beradaptasi pada lingkungan yang spesifik.
Pengembangan kacang hijau pada lahan salin perlu dilakukan dengan teknik ameliorasi
dan penggunaan varietas yang tahan untuk mengurangi pengaruh jelek dari salinitas
(Dariati dan Farid, 2003).
Salah satu teknik yang mampu memperbaiki mutu benih adalah radiasi. Dalam
peningkatan mutu genetik, radiasi menghasilkan sinar radioaktif yang menyebabkan
induksi mutasi sehingga tercipta keragaman baru sebagai dasar seleksi. Pemanfaatan
radiasi telah banyak digunakan dalam penelitian dan pengembangan varietas tanaman baru.
Selain jenis padi, uji coba dan pelepasan varietas unggul juga telah dilakukan pada jenis
kapas, sorghum, kedelai, dan kacang hijau (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).
Mutagen yang dapat digunakan dalam teknik mutasi untuk peningkatan
keragaman genetik ada 2, yaitu mutagen kimia (metansolfonat, etimilin, EMS) dan
mutagen fisika (sinar X, sinar gamma, sinar beta, sinar deuteron). Dalam pelaksanaannya,
mutagen fisika lebih efisien dan efektif dalam peningkatan keragaman genetik, dan sinar
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
respon pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau hasil mutasi radiasi sinar gamma
yang ditanam pada media tanah terhadap salinitas.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi sinar gamma dan konsentrasi NaCl
(salinitas) terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh dosis radiasi dan konsentrasi NaCl serta interaksi keduanya
terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk meraih gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (2003), tanaman kacang hijau diklasifikasikan dalam divisio
Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, family
Papilionaceae, genus Vigna, dan spesies Vigna radiata L.
Susunan morfologi kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan biji.
Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula)
akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) sehingga
menyuburkan tanah (Andrianto dan Indrianto, 2004).
Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau
kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm - 110 cm dan
bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per
tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau
(Andrianto dan Indrianto, 2004).
Daun penumpu memanjang sampai bentuk garis atau bulat telur terbalik. Anak
daun bulat telur, meruncing pendek, tepi rata atau sedikit berlekuk tiga, kerapkali bernoda
kecil dengan ukuran daun 3-13 kali 2-8 cm (Steenis, 2003).
Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan
atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna.
Proses penyerbukan terjadi malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan
pada sore hari sudah layu (Andrianto dan Indrianto, 2004).
Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan
hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji berwarna hijau atau kuning,
seringkali coklat atau kehitam-hitaman, memiliki kilap (lustre) yang kusam atau berkilat
(diasosiasikan dengan dinding-dinding polong), hilumnya pipih dan putih.
Perkecambahannya epigeal (Somaatmadja, 1993).
Syarat Tumbuh Iklim
Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, kacang hijau menghendaki
curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln; dengan temperatur 25oC - 27oC dengan kelembaban
udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari (Humaedah, 2007).
Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang
penting tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau
kekeringan sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat
berbunga (umur 25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst). Untuk kacang hijau
yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali
yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung),
biasanya diperlukan pengairan hanya satu kali (Atman, 2007).
Tanah
Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama
hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas
permukaan laut. Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya
rendah dengan memanfaatkan sisa-sisa kelembapan pada tanah bekas tanaman yang diairi
(Andrianto dan Indrianto, 2004).
Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah tanah liat
tanah gembur, dengan tingkat keasaman (pH) 5,8-7,0 dan pH optimal 6,7
(Humaedah, 2007).
Pemuliaan Mutasi Radiasi Sinar Gamma
Teknologi radiasi merupakan bagian dari teknologi nuklir yang menggunakan
radioisotope. Dibandingkan zat kimia biasa, radioisotop memiliki kelebihan sifat fisik,
yaitu memancarkan sinar radioaktif. Pengaruh radiasi berdasarkan potensi efek biologinya
ada 4 kelompok, yaitu akut (efek tampak dalam beberapa jam, hari atau minggu), lambat
(tampak dalam bulanan atau tahunan), genetika (tampak pada generasi berikutnya), dan
foetal (terjadi pada embrio yang diradiasi). Pada efek genetik, antara lain terjadi mutasi
atau perubahan embrio yang diradiasi sehingga menyebabkan abnormalitas serius karena
embrio sangat peka terhadap radiasi (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi secara
tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat
terwariskan (heritable). Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam (spontaneous mutation) dan melalui induksi (induced mutation). Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik untuk dijadikan dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi) maupun
seleksi secara buatan (pemuliaan) (BATAN, 2009).
Mutasi memiliki arti penting bagi pemuliaan tanaman, yaitu (a) iradiasi
memungkinkan untuk meningkatkan hanya satu karakter yang diinginkan saja tanpa
mengubah karakter lainnya, (b) tanaman yang secara umum diperbanyak secara vegetatif
pada umumnya bersifat heterozigot yang dapat menimbulkan keragaman yang tinggi
setelah dilakukannya iradiasi, dan (c) iradiasi merupakan satu-satunya cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan keragaman pada tanaman yang steril dan apomiksis. Mutasi
konvensional. Pemuliaan dengan mutasi juga memiliki beberapa kelemahan, dimana sifat
yang diperoleh tidak dapat diprediksi dan ketidakstabilan sifat-sifat genetik yang muncul
pada generasi berikutnya (Syukur, 2000).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman
penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase
pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang
mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan
tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu
mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Induksi mutasi pada tanaman dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen
tertentu pada materi reproduktif tanaman seperti benih, bibit atau organ reproduksi in-vitro
(kultur sel atau jaringan). Bahan mutagen ada dua jenis yaitu mutagen kimia dan mutagen
fisika. Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa kimia yang memiliki gugusan
alkil seperti ethyl methane sulphonate (EMS), diethyl sulphate (dES) dan methyl methane sulphonate (MMS); sedangkan mutagen fisika merupakan radiasi pengion seperti radiasi gamma, radiasi beta, neutron, dan partikel dari akselerator (Human, 2007).
Iradiasi adalah suatu pancaran energi yang berpindah melalui partikel-partikel
yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang cahaya. Zat yang dapat
memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif, yang mempunyai inti atom tidak stabil,
sehingga mengalami transformasi spontan menjadi zat dengan inti atom yang lebih stabil
dengan mengeluarkan partikel atau sifat sinar tertentu. Iradiasi yang terjadi akibat
peluruhan inti atom dapat berupa partikel alfa, beta dan sinar gamma. Pada umumnya sinar
Cobalt-60 adalah sejenis metal yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan besi/nikel
(Sinaga, 2000).
Pada dasarnya radiasi dapat merusak makhluk hidup, namun kalau dosis radiasi
yang diberikan pada benih tepat maka induksi mutasi pada generasi berikutnya akan
terjadi. Jika radiasi yang diberikan terlalu rendah maka benih yang diradiasi tidak berubah,
dan sebaliknya jika radiasinya terlalu tinggi maka benih-benih tersebut akan mati. Dengan
radiasi yang optimal maka akan menaikkan frekwensi mutasi sebesar 100.000 kali. Dosis
optimal untuk induksi mutasi bervariasi menurut materi tanaman, varietas tanaman, dosis
radiasi sinar gamma yang digunakan. Dengan dosis di bawah 5 krad, frekwensi mutasi
berkurang, sedang pada dosis lebih dari 25 krad radiasi terlalu tinggi dan banyak
organisme yang mati (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya mutan antara lain adalah besarnya dosis
iradiasi. Dosis iradiasi diukur dalam satuan Gray (Gy), dimana 1 Gy=0,10 krad, yakni 1J
energi per kilogram iradiasi yang dihasilkan. Dosis iradiasi dibagi 3 yaitu tinggi (>10
kGy), sedang (1-10 kGy), dan rendah (<1 kGy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan
bahan yang dimutasi atau mengakibatkan sterilitas. Tanaman mutan memiliki daya tahan
yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan. Seringkali penampakan akibat
mutasi baru muncul setelah generasi selanjutnya, yakni M2, V2, atau kelanjutannya
(Soedjono, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Ritonga dan Wulansari (2010) tentang pengaruh
induksi mutasi radiasi sinar gamma pada tanaman padi, cabai, sorghum dan kedelai,
semakin tinggi dosis iradiasi dapat menurunkan tinggi tanaman. Menurunnya tinggi
kecambah adalah indikator yang paling umum digunakan untuk melihat efek mutagen, baik
menyebabkan rusaknya kromosom tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya
tanaman tersebut. Ionisasi akibat iradiasi dapat menyebabkan pengelompokan
molekul-molekul sepanjang jalur ion yang tertinggal karena iradiasi yang dapat menyebabkan
mutasi gen atau kerusakan kromosom.
Pada beberapa percobaan radiasi pada benih, radiasi pada dosis rendah dapat
meningkatkan persen perkecambahan. Pada benih pepaya, radiasi 10 Gy (dosis kematian
50% diperoleh pada dosis 42 Gy) meningkatkan persen perkecambahan dari kontrol 30%
menjadi 50%. Konsep dasar induksi mutasi ialah menambah variabilitas (keragaman)
tanaman yang tersedia untuk seleksi oleh pemulia tanaman agar diperoleh perbaikan sifat
tanaman yang diinginkan, seperti produktivitas tinggi, tahan penyakit dan daur panen yang
lebih singkat (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).
Teknik radiasi sinar gamma menimbulkan efek genetika berupa terjadinya
perubahan struktur dan komposisi pada kromosom dan molekul asam deoksiribonukleat
(DNA). Pada berbagai jenis tanaman pangan, proses tersebut dapat menimbulkan berbagai
macam bentuk mutasi pada keturunan dengan sifat yang berbeda dengan induknya. Hal ini
memungkinkan para ahli genetika dan ahli pemulian tanaman untuk mendapatkan bibit
yang lebih unggul (Aryanto, 2008).
Sinar gamma istimewa dibandingkan dengan sinar/partikel radioaktif lainnya
karena tidak memiliki massa dan muatan, memiliki panjang gelombang yang paling kecil
dan energi terbesar dibandingkan spektrum gelombang elektromagnetik yang lain, dan
memiliki energi dan daya tembus yang relatif tinggi dibanding lainnya. Secara global sinar
gamma telah terbukti paling efektif dan efisien dalam menghasilkan varietas mutan unggul
berbagai jenis tanaman. Cobalt-60 digunakan dalam bidang kesehatan, pertanian, maupun
membunuh virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk
(http://kliktedy.wordpress.com, 2009
Secara fisiologis, radiasi dengan sinar gamma menyebabkan terbentuknya
elektron bebas yang dapat menginduksi terbentuknya radikal yang dapat bereaksi dengan
makromolekul yang bersifat merusak. Bila makromolekul yang mengalami kerusakan
adalah metabolit beracun yang berakumulasi selama proses penuaan atau penghambat
perkecambahan, maka radiasi dapat meningkatkan daya kecambah. Elektron bebas yang
terbentuk pada ionisasi radiasi mungkin juga masuk dalam jalur respirasi yang biasanya
menggunakan elektron yang dilepas dari penggunaan ATP menjadi ADP. Dengan
demikian elektron dari radiasi dapat meningkatkan metabolisme yang diperlukan selama
perkecambahan (Sudrajat dan Zanzibar, 2009). ).
Ekspresi mutasi pada fenotipe dapat mengarah ke positif atau negatif (relatif
tergantung pada tujuan pemuliaan), dan mungkin juga mutasi dapat kembali menjadi
normal (recovery). Mutasi ke arah negatif mungkin dapat menyebabkan kematian (lethality), ketidaknormalan (abnormality), sterilitas (sterility) atau kerusakan fisiologis lainnya (physiological disorders). Namun demikian, efek sterilitas dari mutasi sering diperlukan dalam pembentukan tanaman hibrida seperti pada padi dan jagung. Mutasi ke
arah sifat positif dan diwariskan ke generasi berikutnya merupakan mutasi yang
diharapkan oleh pemulia pada umumnya (Human, 2007).
Salinitas
Secara sederhana, salinitas didefenisikan sebagai terdapatnya garam-garam dalam
konsentrasi berlebihan sehingga dapat menekan pertumbuhan tanaman. Suatu tanah
mmhos/cm pada suhu 25oC, persentase Na dapat ditukar (Na-dd) < 15% dan pH lebih kecil
dari 8,5 (Hasibuan, 2008).
Melalui defenisi, tanah salin memiliki daya hantar listrik > 4 mmhos/cm (pada
suhu 25oC). Dalam air, 1 mmhos/cm daya hantar listrik mendekati 640 ppm ( 1700 lb
garam per are ). Pertumbuhan buah-buahan terbaik adalah ketika DHL tanah kurang dari
1,5 mmhos/cm dalam zona akar (pada kedalaman 3 - 4 kaki)
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005).
Tanah dipengaruhi garam dapat terbentuk oleh beberapa sebab, antara lain
garam-garam terlarut, evapotranspirasi, drainase, dan kualitas air irigasi. Pada iklim arid dan
semiarid, air tidak cukup untuk mencuci garam-garam terlarut dalam tanah, sehingga
terakumulasi dalam tanah. Evapotranspirasi (kehilangan air evaporasi) yang tinggi akan
meningkatkan konsentrasi garam di tanah, diduga kehilangan air di daerah arid berkisar
50-90% akibatnya 2-20 kali lipat garam di tanah tersebut (Mukhlis, dkk, 2011).
Garam yang larut dalam tanah mengandung kation sodium, magnesium dan
potassium sedangkan anionnya klorin, sulfat, bikarbonat, karbonat dan nitrat. Beberapa ion seperti Na+, Cl- dan SO42- mempunyai pengaruh meracun pada beberapa tanaman.
Kelebihan garam di alam umumnya disebabkan oleh garam Na, terutama NaCl
(Rahayu, dkk, 2006).
Parameter yang digunakan sebagai indikator salinitas lahan yaitu daya hantar
listrik (DHL) dan kandungan garam. Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang
dominan, namun garam-garam Na2SO4, MgSO4, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas
tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin tinggi pula
Menurut Follet dkk. dalam Sipayung (2003) mengajukan lima tingkat pengaruh salinitas tanah terhadap tanaman, mulai dari tingkat non-salin hingga tingkat salinitas yang
sangat tinggi (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tanaman
Tingkat Salinitas
Konduktivitas (mmhos)
Pengaruh terhadap tanaman
Non salin 0-2 Dapat diabaikan
Rendah 2-4 Tanaman peka terganggu
Sedang 4-8 Kebanyakan tanaman terganggu
Tinggi 8-16 Tanaman yang toleran belum terganggu Sangat tinggi > 16 Hanya beberapa jenis tanaman toleran
yang dapat tumbuh
Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman
Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tekanan osmotik, keseimbangan
hara, dan pengaruh racun. Bertambahnya konsentrasi garam dalam suatu larutan tanah
akan meningkatkan potensial osmotik larutan tanah, sehingga menyebabkan tanaman sulit
menyerap air dan mengalami kekeringan fisiologis. Banyaknya ion Na+ dapat ditukar
dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion-ion Ca2+, Mg2+ dan K+ yang dapat ditukar,
yang berarti menurunnya ketersediaan unsur-unsur tersebut bagi tanaman. Keracunan
tanaman disebabkan oleh ion-ion Na+, Cl- dan SO42- yang dapat mempengaruhi proses
fotosintesis, transpirasi, dan sintesis klorofil (Hasibuan, 2008).
Larutan garam dengan dosis tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kelebihan NaCl atau garam lain dapat mengancam tumbuhan karena menyebabkan
penurunan potensial air larutan tanah, garam dapat menyebabkan kekurangan air pada
tumbuhan meskipun tanah tersebut mengandung banyak sekali air. Hal ini karena potensial
air lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan potensial air jaringan akar. Kedua,
pada tanah bergaram, natrium dan ion ion tertentu lainnya dapat menjadi racun bagi
Selain itu, salinitas juga menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan
respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan
secara perlahan (Sipayung, 2003).
Keadaan konsentrasi natrium yang berlebihan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melalui penurunan potensial air, toksisitas ion, defisiensi nutrisi, sedangkan Cl
-diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Natrium
sering berpengaruh terhadap kualitas produksi, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Pengaruh Na+ yang baik pada pertumbuhan tanaman dipengaruhi kadar kalium. Pada
konsentrasi kalium rendah, pemberian Na+ menaikkan produksi cukup tinggi, sedangkan
pada konsentrasi kalium tinggi, pemberian Na+ sedikit menurunkan produksi
(Fatimah, 2010).
Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang cukup
tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di bagian ujung dan
gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi
menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat
fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas
tanah. Semakin tinggi konsentrasi NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan
daya hantar listrik tanah (Tutty, 2008).
Pengaruh garam terhadap struktur tanah yakni dispersi agregat tanah dan
penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat, dan menghalangi perkecambahan
mudah layu, kerdil dan gejala defisiensi hara, walaupun dalam tanah tersedia cukup hara
(Sipayung, 2003).
Akar merupakan bagian tanaman yang paling peka terhadap perlakuan NaCl dan
penurunan bobot segar akar, bagian atas dan daun secara tajam yang terjadi pada
pemberian lebih dari 5000 mg NaCl/liter pada tanaman tomat. Daun dan batang berubah
warna menjadi kekuningan dengan cepat, dan pemberian 4 liter larutan garam 4000 ppm
NaCl per pot merupakan indikator yang baik untuk menilai toleransi tanaman terhadap
kadar garam tinggi (salinitas), dinilai secara visual, bobot kering bagian atas dan akar
maupun persentase daun nekrosis atau mati (Fatimah, 2010).
Hasil penelitian Kusmiyati dkk (2002) menunjukkan pengelolaan tanah salin dengan pertambahan luas daun. Laju pertumbuhan daun dan luas akhir daun berbanding
linier dan terbalik (negatif) dengan kenaikan salinitas. Salinitas menurunkan laju
pertumbuhan daun melalui pengurangan laju pembesaran sel pada daun. Harjadi dan
Yahya (1988) menyatakan pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan perubahan
struktur tanaman yaitu antara lain lebih kecilnya ukuran daun. Penyerapan hara dan air
yang berkurang akan menghambat laju fotosintesis yang pada akhirnya akan menghambat
pertumbuhan tanaman.
Menurut penelitian Dariati dan Farid (2003) mengenai hubungan antara hasil biji
dengan sifat agronomis kacang hijau pada media salin, menyatakan bahwa makin tinggi
konsentrasi NaCl yang digunakan (6 g/l), tinggi tanaman semakin menurun, disebabkan
oleh adanya pengaruh cekaman osmotik sehingga tanaman sulit menyerap air dan juga
pengaruh racun ion Na+ dan Cl- sehingga menghambat pembelahan dan pembesaran sel.
Konsentrasi NaCl yang tinggi juga memperlambat umur berbunga 50% dan umur panen,
NaCl, sehingga laju fotosintesis berkurang. Akibatnya translokasi asimilat ke organ
generatif menurun dan menghambat pembungaan. NaCl yang tinggi akan meningkatkan
nisbah bobot kering akar-tajuk, disebabkan penekanan pertumbuhan tajuk yang lebih besar
dari pertumbuhan akar (luas daun berkurang dan kekeringan daun tinggi). Pada konsentrasi
NaCl tinggi terjadi penurunan jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi, bobot 100
biji, dan hasil biji per tanaman. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan vegetatifnya,
dimana pertumbuhan vegetatif yang lebih baik akan mendukung pertumbuhan generatif
yang lebih baik.
Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Salinitas
Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara oleh
tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik. Beberapa tanaman peka
terhadap kegaraman (<4 dS.m-1) seperti apel, jeruk, dan kacang-kacangan, tanaman nisbi
tahan kegaraman (4-10 dS.m-1) seperti padi, kentang, dan jagung dan tanaman yang lebih
tahan kegaraman (>10 dS.m-1) seperti kapas, bayam, dan kurma (Noor, 2004).
Proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi
terhadap salinitas, yaitu (i) cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa organik
spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator, (ii) tanaman
dapat mencegah akumulasi Na+ dan Cl- dalam sitoplasma melalui eksklusi Na+ dan Cl- ke
lingkungan eksternal (media tumbuh), (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau
mentranslokasi Na+ dan Cl- ke jaringan-jaringan lain (Yuniati, 2004)
Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti, ukuran
daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Sedangkan
lignifikansi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat penting untuk
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut, dimulai pada bulan Maret
2012 sampai Juni 2012.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kacang hijau varietas
Vima-1 hasil mutasi radiasi sinar gamma sebagai objek penelitian, larutan garam NaCl
sebagai perlakuan salinitas, top soil, polibag ukuran 10 kg, pupuk urea (50 kg/ha), SP-36
(60 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha), insektisida dan fungisida, aceton 80%, kertas saring
whatman, plastik bening, amplop coklat, dan label.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul untuk membersihkan
lahan, beaker glass sebagai wadah merendam benih dan larutan garam NaCl, handsprayer,
timbangan analitik untuk menimbang garam NaCl, meteran, bak kecambah, leaf area
meter, spektrofotometer, oven, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor
yaitu:
Faktor I : Dosis radiasi sinar gamma (R) terdiri dari 4 taraf, yaitu:
R0 : Tanpa radiasi sinar gamma (kontrol)
R1 : Radiasi sinar gamma 10 krad
R2 : Radiasi sinar gamma 20 krad
Faktor II : Konsentrasi NaCl terdiri atas 4 taraf, yaitu:
N0 : 0 gr NaCl
N1 : 2 gr NaCl/liter air
N2 : 4 gr NaCl/liter air
N3 : 6 gr NaCl/liter air
Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu :
R0N0 R0N1 R0N2 R0N3
R1N0 R1N1 R1N2 R1N3
R2N0 R2N1 R2N2 R2N3
R3N0 R3N1 R3N2 R3N3
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot : 48
Jumlah polibag/plot : 3
Jumlah tanaman sampel/plot : 1
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 48
Jumlah tanaman seluruhnya : 144
Luas plot : 70 cm x 50 cm
Jarak antar plot : 25 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam model linier
sebagai berikut:
dengan:
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan konsentrasi NaCl (N) pada taraf ke-j dan dosis radiasi sinar gamma (R) pada taraf ke-k
µ = Nilai tengah
ρi = Efek blok ke-i
αj = Efek konsentrasi NaCl (N) pada taraf ke-j
βk = Efek dosis radiasi sinar gamma (R) pada taraf ke-k
(αβ)jk = Efek interaksi antara konsentrasi NaCl pada taraf ke-j dan dosis radiasi sinar gamma pada taraf ke-k
εijk = Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan konsentrasi NaCl pada taraf ke-j dan dosis radiasi sinar gamma pada taraf ke-k
Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis sidik
ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% (Steel and
Torrie, 1993).
Untuk membandingkan secara statistik karakter tanaman yang diteliti dengan
deskripsi tanaman, maka dilakukan uji t pada taraf 5% dengan rumus sebagai berikut:
�ℎ�� = | �2− �1 | �Ӯ2− �Ӯ1
�ℎ�� = | �2− �1 | √2���/�
dengan:
F2 = data hasil penelitian
F1 = data deskripsi
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan dan Media Tanam
Lahan dibersihkan dari gulma, dan dibentuk plot sesuai dengan bagan penelitian.
Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil yang telah dikeringanginkan kemudian
dimasukkan dalam polibag ukuran 10 kg, lalu disusun di plot penelitian.
Aplikasi NaCl
Aplikasi perlakuan salinitas (larutan NaCl) diberikan setelah tanaman berumur 2
minggu setelah tanam (MST). Garam NaCl dilarutkan dalam air sesuai perlakuan,
kemudian disiram ke tanaman sebanyak 250 ml/hari dengan interval penyiraman 2 hari
sekali untuk tiap perlakuan.
Persiapan Benih
Sebelum ditanam, benih terlebih dulu diradiasi dengan sinar gamma Cobalt-60
sesuai dengan dosis perlakuan di PATIR-BATAN.. Kemudian benih direndam dalam air
untuk menyeleksi benih ; benih yang terapung dibuang, sedangkan benih yang tenggelam
dan bernas ditanam. Untuk mencegah serangan jamur, benih direndam dalam fungisida
dengan dosis 2 g/l air
Uji Perkecambahan Benih
Sebelum ditanam, dilakukan uji perkecambahan terhadap benih hasil radiasi,
dengan mengecambahkan 30 benih kacang hijau pada bak kecambah dengan media pasir,
kemudian diamati persentase perkecambahan setelah satu minggu.
Penanaman
Penanaman benih dilakukan dengan menanam 2 benih per lubang tanam dengan
Pemeliharaan
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2
MST. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan tanaman dengan gulma,
dilakukan secara manual pada pertanaman di polibag.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan pupuk urea (0,2
g/tanaman), SP-36 (0,3 g/tanaman), KCl (0,2 g/tanaman). Untuk N diberikan 1/3 dosis
yaitu sebanyak 0,06 g/tanaman yang diberikan pada saat penanaman, pada 4 MST diberi
lagi 2/3 dosis sebanyak 0,14 g/tanaman dengan cara ditugal.
Penambahan Tanah
Agar tanaman berdiri tegak dan kokoh dilakukan penambahan tanah pada polibag,
dilakukan sesuai kondisi lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida
dengan bahan aktif Deltamethrin 25 g/l (dosis 0,5 cc/l air) untuk mengendalikan hama ulat
dan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% (dosis 1 cc/l air) untuk mengendalikan
penyakit bercak pada daun, penyemprotan dilakukan pada sore hari.
Panen
Panen dilakukan apabila polong tanaman sudah kering yaitu berwarna coklat atau
hitam, dilakukan dengan cara dipetik. Pemanenan dilakukan setiap hari jika polong tidak
Pengamatan Parameter
Persentase Perkecambahan (%)
Persentase perkecambahan benih dihitung setelah benih dikecambahkan selama 1
minggu, dengan melihat persentase kecambah normal dan kecambah abnormal, kemudian
dibandingkan dengan jumlah benih yang diuji.
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman
dengan menggunakan meteran, dilakukan setiap minggu mulai dari 2 MST hingga 5 MST.
Klorofil Daun (g/ml)
Kandungan klorofil daun dihitung dengan menggunakan metode Hendry & Grime
(1993), dengan langkah sebagai berikut :
- Ambil daun segar (daun pertama dari pucuk), dibersihkan, lalu timbang sebanyak 0,1 g.
- Kemudian gerus daun dengan mortar, tambahkan larutan aceton 80% sebanyak 10 ml.
- Ekstrak daun disaring dalam botol kecil dengan menggunakan kertas saring whatman.
- Ukur nilai absorbansi (A) larutan klorofil pada spektrofotometer untuk panjang
gelombang 645 nm dan 663 nm (blanko aceton). - Kadar klorofil daun dihitung dengan rumus:
Klorofil a = (12,7 x A663 – 2,69 x A645) x 10-1
Klorofil b = (22,9 x A645 – 4,68 x A663) x 10-1
Total klorofil = (8,02 x A663 + 20,2 x A645) x 10-1
Luas Daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan saat panen, dengan menggunakan Leaf Area
Bobot Kering Akar (g)
Bagian akar dipisahkan dari tajuk, kemudian akar dibersihkan dan dimasukkan
dalam amplop coklat dan diovenkan pada suhu 105oC selama 24 jam hingga beratnya
konstan, didinginkan pada desikator, lalu ditimbang.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan memotong pada bagian
pangkal batang, kemudian tajuk dimasukkan dalam amplop coklat dan diovenkan pada
suhu 105oC selama 24 jam hingga beratnya konstan, didinginkan pada desikator, lalu
ditimbang.
Nisbah Bobot Kering Akar-Tajuk (g)
Perbandingan bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (BKA/BKT),
dihitung dengan cara membagi BKA dengan BKT.
Volume Akar (ml)
Volume akar diukur pada saat panen, dengan menggunakan gelas ukur yang diisi
air. Akar dimasukkan ke dalam gelas ukur, berapa banyak pertambahan volume air
merupakan volume akar.
Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga diamati setelah 50% tanaman telah mengeluarkan bunga.
Umur Panen (hari)
Umur panen dihitung pada saat polong telah siap untuk dipanen, yaitu polong
berwarna coklat kehitaman dan kulit mengeras.
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan saat panen, dengan menghitung
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman sampel dengan menghitung jumlah
polong berisi yang ada pada tanaman sampel, dilakukan pada saat panen.
Bobot Biji per Tanaman (g)
Bobot biji per tanaman dihitung untuk setiap tanaman sampel, dengan menimbang
biji dari polong yang dihasilkan oleh tanaman.
Bobot 100 biji (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing-masing
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap uji perkecambahan benih, diperoleh
persentase perkecambahan benih untuk setiap dosis radiasi sinar gamma yang diberikan.
Berdasarkan data penelitian dan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa
perlakuan radiasi sinar gamma berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 4 dan 5
MST, dan umur panen. Salinitas berpengaruh nyata pada parameter luas daun, bobot
kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, volume akar, dan bobot 100 biji. Sedangkan
interaksi antara radiasi sinar gamma dengan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap
semua parameter.
Persentase Perkecambahan Benih (%)
Dari hasil pengamatan, diperoleh data persentase perkecambahan benih untuk tiap
[image:38.595.97.569.472.543.2]dosis radiasi sinar gamma.
Tabel 2. Persentase perkecambahan benih (%)
Dosis radiasi sinar gamma Persentase Kecambah Normal Persentase Kecambah Abnormal
0 krad 93,3% 6,7%
10 krad 86,7% 13,3
20 krad 90,0% 10,0%
30 krad 76,7% 23,3%
Uji perkecambahan dilaksanakan sebelum menanam benih dalam polibag, dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuh benih dan juga menentukan banyak benih
yang akan ditanam dalam satu polibag. Pengecambahan dilakukan dengan menanam benih
dalam bak kecambah dengan media pasir, sebanyak 30 benih per bak kecambah untuk
setiap dosis radiasi sinar gamma. Pengamatan persentase perkecambahan dilakukan setelah
1 minggu sejak benih dikecambahkan, dengan melihat berapa banyak benih yang
jumlah kecambah abnormal lebih sedikit (2 kecambah = 6,7%). Sedangkan benih yang
diradiasi dengan dosis 30 krad memiliki lebih banyak kecambah abnormal yaitu 7
kecambah (23,3%) dengan persentase kecambah normal 76,7%.
Tinggi Tanaman (cm)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman, dapat dilihat
pada Lampiran 4 s/d 13, diketahui bahwa radiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman 4 dan 5 MST, sedangkan salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma
dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas pada 2 MST sampai dengan 5 MST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Radiasi
R0 (0 krad) 8,5 10,2 13,9a 16,4a
R1 (10 krad) 7,0 8,5 12,1ab 15,0a
R2 (20 krad) 7,3 8,7 11,3b 13,7a
R3 (30 krad) 6,4 8,3 11,1b 12,0b
Salinitas
N0 (0 g/L NaCl) 7,1 8,8 12,2 14,2
N1 (2 g/L NaCl) 8,2 9,7 12,1 14,6
N2 (4 g/L NaCl) 6,8 8,5 11,5 13,7
N3 (6 g/L NaCl) 7,2 8,6 12,6 14,6
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %
Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi umur 4 MST
terdapat pada R0 (0 krad) yaitu 13,9 cm sedangkan rataan terendah pada R3 (30 krad) yaitu
11,1 cm, R0 berbeda nyata terhadap R2 dan R3, namun belum berbeda nyata terhadap R1.
Pada pengamatan 5 MST, rataan tertinggi pada R0 yaitu 16,4 cm sedangkan rataan
[image:39.595.97.540.398.599.2]nyata terhadap R1 dan R2. Hal ini menunjukkan bahwa dosis radiasi sinar gamma yang
tinggi akan semakin menurunkan tinggi tanaman, disebabkan oleh sinar gamma yang dapat
mengubah atau merusak susunan kromosom tumbuhan, sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman tersebut. Selain pada tinggi tanaman, pengaruh radiasi juga tampak
pada penampilan tanaman, yaitu batang tanaman kurus-pendek dan berwarna hijau dengan
sedikit bulu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ritonga dan Wulansari (2010) yaitu
semakin tinggi dosis radiasi maka semakin menurun tinggi tanaman ; penurunan tinggi
tanaman tersebut dapat terjadi karena iradiasi dapat menyebabkan rusaknya kromosom
tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya tanaman tersebut.
Klorofil Daun (g/ml)
Dari data penelitian kandungan klorofil daun, dapat dilihat pada Lampiran 14,
diperoleh rataan klorofil a, b, dan total klorofil pada setiap kombinasi perlakuan.
Rataan kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil dengan perlakuan radiasi
Tabel 4. Rataan kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil (g/ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Perlakuan Klorofil a Klorofil b Total Klorofil
R0N0 1,68 0,58 2,25
R0N1 1,34 0,44 1,78
R0N2 1,14 0,42 1,56
R0N3 1,78 0,61 2,39
R1N0 1,95 0,78 2,73
R1N1 2,06 0,68 2,74
R1N2 1,74 0,55 2,29
R1N3 2,11 0,72 2,82
R2N0 1,48 0,41 1,89
R2N1 1,43 0,46 1,89
R2N2 1,48 0,47 1,95
R2N3 1,43 0,44 1,86
R3N0 1,88 0,68 2,56
R3N1 1,31 0,34 1,65
R3N2 1,41 0,42 1,83
R3N3 1,38 0,41 1,79
Dari Tabel 4 diketahui bahwa pada semua kombinasi perlakuan kandungan
klorofil a lebih besar dibandingkan dengan klorofil b. Klorofil a dan b menunjukkan
kandungan klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil a
(C55H72O5N4Mg) berwarna hijau biru, sedangkan klorofil b (C55H70O6N4Mg) berwarna
hijau kuning. Walaupun sama-sama berperan dalam fotosintesis, namun jumlah klorofil a
dan b dalam daun berbeda. Hal ini disebabkan karena klorofil a merupakan pusat reaksi
dan paling banyak berperan dalam pemanenan cahaya, sedangkan klorofil b hanya
merupakan hasil biosintesis dari klorofil a yang berperan sebagai antena fotosintetik yang
menangkap cahaya lalu meneruskannya ke pusat reaksi yang tersusun atas banyak
klorofil a. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiari dan Nurchayati (2009) yaitu klorofil a
dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena
[image:41.595.125.511.123.394.2]dari klorofil a. Klorofil b adalah hasil biosintesis dari klorofil a dan berperan penting dalam
reorganisasi fotosistem selama adaptasi terhadap kualitas dan intensitas cahaya.
Luas Daun (cm2)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam luas daun, dapat dilihat pada
Lampiran 15 s/d 17, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap luas daun,
sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan
salinitas belum berpengaruh nyata terhadap luas daun.
Rataan luas daun dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat
[image:42.595.100.541.359.482.2]pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan luas daun (cm2) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 133,0 75,9 61,9 40,7 77,9
R1 85,5 67,0 66,7 45,8 66,3
R2 106,4 53,6 42,7 66,5 67,3
R3 70,0 58,2 70,8 75,4 68,6
Rataan 98,7a 63,7ab 60,5b 57,1b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %
Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan luas daun tertinggi pada perlakuan N0 (0 g
NaCl/l) yaitu 98,7 cm2 sedangkan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 57,1 cm2, N0
berbeda nyata terhadap N2 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1. Hal ini
menunjukkan bahwa salinitas mempengaruhi perkembangan daun, tampak dari ukuran dan
luas daun, yaitu luas daun berbanding terbalik dengan salinitas, semakin tinggi salinitas
maka luas daun makin kecil. Konsentrasi NaCl yang tinggi pada N3 menekan pertumbuhan
tanaman dengan menghambat pembesaran dan pembelahan sel karena tanaman sulit
Kusmiyati dkk (2002) yaitu luas akhir daun berbanding linier dan terbalik (negatif) dengan
kenaikan salinitas, salinitas menurunkan laju pertumbuhan daun melalui pengurangan laju
pembesaran sel pada daun.
Bobot Kering Akar (g)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering akar, dapat dilihat
pada Lampiran 18 s/d 20, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap bobot
kering akar, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar
gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.
Rataan bobot kering akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat
[image:43.595.99.547.386.514.2]dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot kering akar (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 0,8 0,2 0,3 0,2 0,38
R1 0,4 0,2 0,3 0,1 0,25
R2 0,3 0,2 0,4 0,2 0,28
R3 0,4 0,2 0,2 0,1 0,23
Rataan 0,48a 0,20b 0,30ab 0,15b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %
Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot kering akar tertinggi pada perlakuan
N0 (0 g NaCl/l) yaitu 0,48 g sedangkan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 0,15 g,
N0 berbeda nyata terhadap N1 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N2. Akar
merupakan bagian tanaman yang paling peka terhadap perlakuan NaCl. Dengan
konsentrasi NaCl yang tinggi pada tanah akan menyebabkan penurunan potensial air
larutan tanah sehingga tanaman tidak dapat menyerap air dan juga pengaruh racun ion Na+
dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Fatimah (2010) yaitu akar merupakan bagian tanaman yang
paling peka terhadap perlakuan NaCl dan penurunan bobot segar akar terjadi pada
pemberian lebih dari 5000 mg NaCl/liter. Tutty (2008) menambahkan bahwa konsentrasi
garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga
tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya
pegang air dan permeabilitas tanah yakni dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori
sehingga infiltrasi tanah terhambat.
Bobot Kering Tajuk (g)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering tajuk, dapat dilihat
pada Lampiran 21 dan 22, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan
interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot
kering tajuk.
Rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
[image:44.595.97.543.524.647.2]dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 1,2 0,4 1,1 1,0 0,9
R1 0,6 0,7 0,6 0,8 0,7
R2 0,5 0,6 0,6 1,1 0,7
R3 0,6 0,6 0,7 0,5 0,6
Rataan 0,7 0,6 0,8 0,9
Dari Tabel 7 diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas belum
Nisbah Bobot Kering Akar-Tajuk (g)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam nisbah bobot kering akar-tajuk,
dapat dilihat pada Lampiran 23 s/d 25, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata
terhadap nisbah bobot kering akar-tajuk, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan
interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap
nisbah bobot kering akar-tajuk.
Rataan nisbah bobot kering akar-tajuk dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan
salinitas dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan nisbah bobot kering akar-tajuk (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 0,7 0,7 0,3 0,2 0,48
R1 0,7 0,3 0,6 0,2 0,45
R2 0,6 0,5 0,8 0,2 0,53
R3 0,7 0,3 0,3 0,5 0,45
Rataan 0,68a 0,45a 0,50a 0,28b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %
Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan nisbah bobot kering akar-tajuk tertinggi
terdapat pada perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 0,68 g dan rataan terendah pada N3 (6 g
NaCl/l) yaitu 0,28 g, N0 berbeda nyata terhadap N3, namun belum berbeda nyata terhadap
N1 dan N2. Berdasarkan teori, NaCl yang tinggi akan meningkatkan nisbah bobot kering
akar-tajuk, disebabkan penekanan pertumbuhan tajuk yang lebih besar dari pertumbuhan
akar (luas daun berkurang dan kekeringan daun tinggi). Namun, seperti dapat dilihat bahwa
dari perlakuan N1 sampai N2 nilai nisbah terus meningkat, tetapi menurun pada N3. Hal
ini terjadi karena konsentrasi garam pada N3 sangat tinggi sehingga gangguan pada akar
[image:45.595.99.538.342.466.2]peka terhadap kadar garam yang tinggi, dimana pertumbuhan akan terhambat pada tanah
dengan DHL > 4 mmhos (2-3 g NaCl/l). Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor (2004)
yaitu beberapa tanaman peka terhadap kegaraman <4 dS.m-1 seperti apel, jeruk, dan
kacang-kacangan, dimana kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air
dan hara oleh tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik dan secara
khusus akan menimbulkan keracunan tanaman, terutama oleh ion Na+ dan Cl-.
Volume Akar (ml)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam volume akar, dapat dilihat pada
Lampiran 26 s/d 28, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap volume akar,
sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan
salinitas belum berpengaruh nyata terhadap volume akar.
Rataan volume akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan volume akar (ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 5 2 2 2 2,8
R1 2 5 2 1 2,5
R2 7 4 2 1 3,5
R3 9 2 4 1 4,0
Rataan 5,8a 3,3ab 2,5b 1,3b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %
Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan volume akar tertinggi terdapat pada
perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 5,8 ml dan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 1,3
ml, N0 berbeda nyata terhadap N2 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1.
[image:46.595.98.540.471.592.2]dalam menyerap air dan unsur hara. Unsur Na+ dan Cl- yang berlebih dalam tanah juga
menjadi racun bagi tanaman, terutama akar, sehingga pertumbuhan akar terhambat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Tutty (2008) yaitu konsentrasi garam terlarut yang tinggi
menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat
fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas
tanah yakni dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah
terhambat.
Umur Berbunga (hari)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam umur berbunga, dapat dilihat
pada Lampiran 29 dan 30, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan
interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap umur
berbunga.
Rataan umur berbunga dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat
[image:47.595.97.543.499.621.2]dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan umur berbunga (hari) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 36,7 36,7 32,0 34,7 35,0
R1 38,0 34,7 35,7 35,3 35,9
R2 34,7 38,0 37,0 39,0 37,2
R3 37,0 38,0 38,7 37,7 37,9
Rataan 36,6 36,9 35,9 36,7
Dari Tabel 10 diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas belum
menunjukkan beda yang nyata terhadap umur berbunga.
Umur Panen (hari)
terhadap umur panen, sedangkan perlakuan salinitas dan interaksi antara radiasi sinar
gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap umur panen.
Rataan umur panen dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat
[image:48.595.97.540.222.345.2]dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan umur panen (hari) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 55,0 55,0 53,3 54,7 54,5a
R1 55,7 52,7 53,7 52,3 53,6b
R2 56,0 56,0 56,0 53,7 55,4a
R3 54,3 56,3 56,3 59,0 56,5a
Rataan 55,3 55,0 54,8 54,9
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %
Dari Tabel 11 diketahui bahwa rataan umur panen tercepat pada perlakuan R1 (10
krad) yaitu 53,6 hari dan terlama pada R3 (30 krad) yaitu 56,5 hari, R1 berbeda nyata
terhadap R0, R2 dan R3. Umur panen yang cukup lama pada R3 terjadi karena perlakuan
radiasi yang menyebabkan perubahan pada susunan kromosom dan DNA, sehingga
berpengaruh pada metabolisme tumbuh tanaman. Salah satu yang terpengaruh adalah
proses fotosintesis sehingga suplai unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk berbuah
menjadi berkurang, akibatnya tanaman semakin lama dipanen. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Aryanto (2008) yaitu teknik radiasi sinar gamma menimbulkan efek genetika
berupa terjadinya perubahan struktur dan komposisi pada kromosom dan molekul DNA
sehingga menyebabkan keturunan memiliki sifat berbeda dengan induknya.
Untuk melihat apakah umur panen pada penelitian berbeda dengan deskripsi
Tabel 12. Uji t pada umur panen
Perlakuan F2 F1 | F2 – F1| SӮ2 - SӮ1 t hit t05
R0 54,5 57 2,5 1,02 2,45* 2,04
R1 53,8 3,2 3,13*
R2 55,5 1,5 1,47
R3 56,3 0,7 0,68
Dari tabel 12, diketahui bahwa umur panen pada R0 dan R1 nyata lebih cepat
dibanding dengan deskripsi tanaman. Hal ini diduga dipengaruhi oleh dosis radiasi dan
tingkat salinitas. Radiasi menyebabkan kerusakan kromosom pada tanaman yang langsung
mempengaruhi metabolisme tubuh tanaman, sehingga menghasilkan keturunan dengan
fenotipe yang berbeda dengan induknya. Pengaruh salinitas menyebabkan tanaman
mengalami stres air. Kemampuan tanaman untuk menghindari pengaruh merusak dari stres
air ini tergantung atas tahap perkembangan, yang mana tanaman sangat sensitif stres air
selama fase generatif, ditunjukkan oleh adanya diversi atau pengalihan hasil fotosintesis
dari akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan, sehingga pemasakan
buah dapat terjadi lebih cepat. Hal ini dilakukan tanaman sebagai adaptasi untuk
menggunakan air seefisien mungkin karena jumlah air yang terbatas. Hal ini sesuai
pernyataan Fitter dan Hay (1991) yaitu tanaman sangat sensitif terhadap stres air pada
permulaan fase reproduktif, alasan untuk fenomena ini meliputi diversi hasil fotosintesis
dari akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan dan pertumbuhan yang
cepat serta kemasakan yang belum waktunya (awal) pada tanaman dapat diinterpretasikan
sebagai adaptasi yang mendorong selesainya reproduksi sebelum suplai air habis.
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah cabang produktif, dapat
dilihat pada Lampiran 34 dan 35, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas
Rataan jumlah cabang produktif dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan
[image:50.595.99.541.165.289.2]salinitas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rataan jumlah cabang produktif (cabang) dengan perlakuan radiasi dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 2 2 2 2 2,0
R1 2 2 2 2 2,0
R2 2 2 2 2 2,0
R3 2 2 1 2 1,8
Rataan 2,0 2,0 1,8 2,0
Dari Tabel 12 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan salinitas belum
menunjukkan beda nyata terhadap jumlah cabang produktif.
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah polong berisi per
tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar
gamma, salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh
nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman.
Rataan jumlah polong berisi per tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma
dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rataan jumlah polong berisi per tanaman (polong) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
Salinitas Rataan
Radiasi N0 N1 N2 N3
R0 3 2 5 3 3,3
R1 3 3 3 4 3,3
R2 4 3 3 4 3,5
R3 4 3 2 3 3,0
[image:50.595.100.539.585.709.2]Dari Tabel 14 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan salinitas belum
menunjukkan beda nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman.
Bobot Biji per Tanaman (g)
Dari data penelitian dan hasil analisis sidik r