• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Salinitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Salinitas"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) HASIL MUTASI RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP SALINITAS

SKRIPSI

Oleh :

NITRY DEWI SARI DAELI 080307001/PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) HASIL MUTASI RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP SALINITAS

SKRIPSI

Oleh :

NITRY DEWI SARI DAELI 080307001/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Salinitas

Nama : Nitry Dewi Sari Daeli

NIM : 080307001

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si) (Ir. Isman Nuriadi Ketua Anggota

)

Mengetahui,

(Ir.T.Sabrina, MAgr. Sc. PhD Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

NITRY DEWI SARI DAELI : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinara Gamma Terhadap Salinitas, dibimbing oleh LOLLIE AGUSTINA P.PUTRI dan ISMAN NURIADI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi dan salinitas terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis radiasi yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 10, 20 dan 30 krad. Faktor kedua adalah konsentrasi NaCl yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0, 2, 4, dan 6 g/l. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, luas daun, klorofil daun, volume akar, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan radiasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, dan umur panen. Salinitas berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, volume akar, dan bobot 100 biji. Interaksi antara kedua faktor tersebut belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

(5)

ABSTRACT

NITRY DEWI SARI DAELI: Response on Growth and Yield of Mungbean (Vigna radiata L.) Radiated by Gamma Ray to Salinity, supervised by LOLLIE

AGUSTINA P.PUTRI and ISMAN NURIADI.

This research was aimed to find out response of radiation dosage and salinity toward growth and yield of mungbean. This research was arranged using Randomize Block Experimental Design with two factors and three replicates.The first factor was radiation dosage in four degree 0, 10, 20 and 30 krad. The second factor was NaCl concentration in four degree 0, 2, 4, and 6 g/l. The parameters observed were plant height, productive branch number, flowering age, harvesting age, dry weight of root, dry weight of canopy, ratio of root-canopy dry weight, leaf width, leaf chlorophyl, root volume, number of pods per plant, seed weight per plant, and weight of 100 seeds.

The results showed that radiation were significantly to plant height at 4 and 5 weeks after planted, and harvesting age. Salinity were significantly to leaf width, dry weight of root, ratio of root-canopy dry weight, root volume, and weight of 100 seeds. The combination between radiation and salinity were not significantly to whole parameters.

(6)

RIWAYAT HIDUP

NITRY DEWI SARI DAELI lahir di Gunungsitoli pada tanggal 9 September

1989 dari Ayah Raradodo Daeli dan Ibu Rohiba Daeli. Penulis anak ketiga dari delapan

bersaudara.

Penulis lulus SD pada tahun 2002 di SD Swasta RK Mutiara Gunungsitoli, lulus

SMP N 1 Gunungsitoli pada tahun 2005 di Gunungsitoli, lulus SMU N 1 Gunungsitoli

pada tahun 2008 di Gunungsitoli dan pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk

Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP/PMDK dengan Program Studi Pemuliaan

Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Selain aktif akademis penulis juga aktif sebagai anggota Unit Kegiatan

Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan FP USU (UKM KMK UP FP

USU) tahun 2008-2010 dan anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian

(HIMADITA) tahun 2008-2012. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan PKL (Praktek

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Salinitas”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing, yaitu

Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si selaku Ketua dan Bapak Ir. Isman Nuriadi selaku

Anggota yang telah banyak memberi saran dan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Terimakasih yang setulusnya untuk kedua orangtua penulis, Ayahanda Raradodo

Daeli dan Ibunda Rohiba Daeli, kepada kakak dan adik, serta teman-teman, yang telah

banyak mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, November 2012

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 5

Pemuliaan Mutasi Radiasi Sinar Gamma ... 6

Salinitas ... 11

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman ... 13

Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Salinitas ... 16

BAHAN DAN METODE... 17

Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Metode Penelitian ... 17

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 20

Persiapan Media Tanam ... 20

Aplikasi Larutan NaCl ... 20

Persiapan Benih ... 20

Uji Perkecambahan Benih ... 20

Penanaman ... 21

Pemeliharaan ... 21

Penyiraman... 21

(9)

Penyiangan ... 21

Pemupukan ... 21

Penambahan Tanah ... 21

Pengendalian hama dan penyakit ... 21

Panen ... 22

Pengamatan Parameter ... 22

Persentase Perkecambahan (%) ... 22

Tinggi Tanaman (cm)... 22

Klorofil Daun (g/ml) ... 22

Luas Daun (cm2) ... 23

Bobot Kering Akar (g) ... 23

Bobot kering tajuk (g) ... 23

Nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 23

Volume Akar (ml) ... 23

Umur Berbunga (hari) ... 24

Umur Panen (hari) ... 24

Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 24

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong) ... 24

Bobot Biji per Tanaman (g) ... 24

Bobot 100 biji (g) ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tanaman ... 12

2. Persentase perkecambahan benih ... 25

3. Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 26

4. Rataan klorofil daun dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 28

5. Rataan luas daun dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 29

6. Rataan bobot kering akar dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 30

7. Rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 32

8. Rataan nisbah bobot kering akar - tajuk dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 32

9. Rataan volume akar dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 34

10. Rataan umur berbunga dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 35

11. Rataan umur panen dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 36

12. Uji t pada umur panen ... 36

13. Rataan jumlah cabang produktif dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 38

14. Rataan jumlah polong berisi per tanaman dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 38

15. Rataan bobot biji per tanaman dengan perlakuan radiasi dan salinitas ... 39

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan penelitian ... 48

2. Jadwal kegiatan penelitian ... 49

3. Deskripsi varietas kacang hijau ... 50

4. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 51

5. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 2 MST ... 51

6. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 52

7. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 3 MST ... 52

8. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 53

9. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 53

10. Uji BNJ tinggi tanaman (cm) 4 MST ... 53

11. Tabel pengamatan tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 54

12. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 54

13. Uji BNJ tinggi tanaman (cm) 5 MST ... 54

14. Tabel pengamatan klorofil daun (g/ml) ... 55

15. Tabel pengamatan luas daun (cm2) ... 56

16. Sidik ragam luas daun (cm2) ... 56

17. Uji BNJ luas daun (cm2) ... 56

18. Tabel pengamatan bobot kering akar (g) ... 57

19. Sidik ragam bobot kering akar (g) ... 57

20. Uji BNJ bobot kering akar (g) ... 57

21. Tabel pengamatan bobot kering tajuk (g) ... 58

22. Sidik ragam bobot kering tajuk (g) ... 58

23. Tabel pengamatan nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 59

24. Sidik ragam nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 59

25. Uji BNJ nisbah bobot kering akar-tajuk (g) ... 59

26. Tabel pengamatan volume akar (ml) ... 60

27. Sidik ragam volume akar (ml) ... 60

28. Uji BNJ volume akar (ml) ... 60

29. Tabel pengamatan umur berbunga (hari) ... 61

30. Sidik ragam umur berbunga (hari) ... 61

31. Tabel pengamatan umur panen (hari) ... 62

32. Sidik ragam umur panen (hari) ... 62

33. Uji BNJ umur panen (hari) ... 62

34. Tabel pengamatan jumlah cabang produktif (cabang) ... 63

35. Sidik ragam jumlah cabang produktif (cabang) ... 63

36. Tabel pengamatan jumlah polong berisi per tanaman (polong) ... 64

37. Sidik ragam jumlah polong berisi per tanaman (polong) ... 64

38. Tabel pengamatan bobot biji per tanaman (g) ... 65

39. Sidik ragam bobot biji per tanaman (g) ... 65

40. Tabel pengamatan bobot 100 biji (g) ... 66

41. Sidik ragam bobot 100 biji (g) ... 66

(12)

44. Foto polong kacang hijau ... 68

45. Foto bunga kacang hijau ... 70

46. Foto tanaman kacang hijau ... 70

47. Foto pengujian klorofil daun ... 70

48. Foto perkecambahan ... 71

(13)

ABSTRAK

NITRY DEWI SARI DAELI : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinara Gamma Terhadap Salinitas, dibimbing oleh LOLLIE AGUSTINA P.PUTRI dan ISMAN NURIADI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi dan salinitas terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis radiasi yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 10, 20 dan 30 krad. Faktor kedua adalah konsentrasi NaCl yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0, 2, 4, dan 6 g/l. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, umur berbunga, umur panen, bobot kering tajuk, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, luas daun, klorofil daun, volume akar, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan radiasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, dan umur panen. Salinitas berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, bobot kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, volume akar, dan bobot 100 biji. Interaksi antara kedua faktor tersebut belum berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

(14)

ABSTRACT

NITRY DEWI SARI DAELI: Response on Growth and Yield of Mungbean (Vigna radiata L.) Radiated by Gamma Ray to Salinity, supervised by LOLLIE

AGUSTINA P.PUTRI and ISMAN NURIADI.

This research was aimed to find out response of radiation dosage and salinity toward growth and yield of mungbean. This research was arranged using Randomize Block Experimental Design with two factors and three replicates.The first factor was radiation dosage in four degree 0, 10, 20 and 30 krad. The second factor was NaCl concentration in four degree 0, 2, 4, and 6 g/l. The parameters observed were plant height, productive branch number, flowering age, harvesting age, dry weight of root, dry weight of canopy, ratio of root-canopy dry weight, leaf width, leaf chlorophyl, root volume, number of pods per plant, seed weight per plant, and weight of 100 seeds.

The results showed that radiation were significantly to plant height at 4 and 5 weeks after planted, and harvesting age. Salinity were significantly to leaf width, dry weight of root, ratio of root-canopy dry weight, root volume, and weight of 100 seeds. The combination between radiation and salinity were not significantly to whole parameters.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur kacang hijau dan

isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini

mengandung zat-zat gizi, antara lain amylum, protein, besi, belerang, kalsium, lemak,

mangan, magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E) (Atman, 2007).

Dibanding kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan dari segi

agronomis dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan, (b) dapat dipanen pada umur

55-60 hari, (c) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur dengan cara budidaya yang

mudah, (d) resiko kegagalan panen secara total kecil, (e) harga jual tinggi dan stabil, serta

(f) dapat dikonsumsi oleh petani dengan cara pengolahan yang mudah

(Dariati dan Farid, 2003).

Produksi kacang hijau tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 3.345 ton

dengan luas panen 3.110 ha, menurun sebesar 1.081 ton dibandingkan produksi kacang

hijau tahun 2009, yaitu 4.426 ton dengan luas panen 4.124 ha. Penurunan tersebut

disebabkan berkurangnya luas panen sebesar 1.014 ha atau 24,58% (BPS, 2011).

Permasalahan dalam pengelolaan tanaman kacang hijau di tingkat petani antara

lain adalah masih rendahnya produktivitas hasil. Di Propinsi Sumatera Barat, rata-rata hasil

hanya 1,1 t/ha. Sementara itu, rata-rata hasil di tingkat nasional sekitar 0,9 t/ha yang jauh

lebih rendah dari potensi hasilnya yang mencapai 1,6-2 t/ha (Atman, 2007).

Usaha pemerintah untuk peningkatan produksi pangan adalah dengan cara

(16)

dengan pemanfaatan lahan marginal seperti tanah-tanah masam tanah salin, dan tanah

lahan pasang surut. Di Indonesia, pemanfaatan lahan salin untuk usaha pertanian belum

banyak dilakukan, disebabkan oleh luas dan penyebarannya tidak seluas tanah masam dan

tanah gambut. Kendala utama pemanfaatan tanah salin adalah kadar garam yang tinggi

(salinitas) yang terlarut dalam tanah, sehingga mengganggu proses penyerapan air dan

unsur hara yang akhirnya menghambat pertumbuhan tanaman (Hasibuan, 2008).

Peningkatan produksi kacang hijau dengan intensifikasi dilakukan melalui

kegiatan seleksi varietas/galur yang dapat beradaptasi pada lingkungan yang spesifik.

Pengembangan kacang hijau pada lahan salin perlu dilakukan dengan teknik ameliorasi

dan penggunaan varietas yang tahan untuk mengurangi pengaruh jelek dari salinitas

(Dariati dan Farid, 2003).

Salah satu teknik yang mampu memperbaiki mutu benih adalah radiasi. Dalam

peningkatan mutu genetik, radiasi menghasilkan sinar radioaktif yang menyebabkan

induksi mutasi sehingga tercipta keragaman baru sebagai dasar seleksi. Pemanfaatan

radiasi telah banyak digunakan dalam penelitian dan pengembangan varietas tanaman baru.

Selain jenis padi, uji coba dan pelepasan varietas unggul juga telah dilakukan pada jenis

kapas, sorghum, kedelai, dan kacang hijau (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).

Mutagen yang dapat digunakan dalam teknik mutasi untuk peningkatan

keragaman genetik ada 2, yaitu mutagen kimia (metansolfonat, etimilin, EMS) dan

mutagen fisika (sinar X, sinar gamma, sinar beta, sinar deuteron). Dalam pelaksanaannya,

mutagen fisika lebih efisien dan efektif dalam peningkatan keragaman genetik, dan sinar

(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

respon pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau hasil mutasi radiasi sinar gamma

yang ditanam pada media tanah terhadap salinitas.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi sinar gamma dan konsentrasi NaCl

(salinitas) terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh dosis radiasi dan konsentrasi NaCl serta interaksi keduanya

terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk meraih gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003), tanaman kacang hijau diklasifikasikan dalam divisio

Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, family

Papilionaceae, genus Vigna, dan spesies Vigna radiata L.

Susunan morfologi kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan biji.

Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula)

akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) sehingga

menyuburkan tanah (Andrianto dan Indrianto, 2004).

Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau

kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm - 110 cm dan

bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per

tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau

(Andrianto dan Indrianto, 2004).

Daun penumpu memanjang sampai bentuk garis atau bulat telur terbalik. Anak

daun bulat telur, meruncing pendek, tepi rata atau sedikit berlekuk tiga, kerapkali bernoda

kecil dengan ukuran daun 3-13 kali 2-8 cm (Steenis, 2003).

Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan

atau kuning pucat. Bunganya termasuk jenis hermaprodit atau berkelamin sempurna.

Proses penyerbukan terjadi malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan

pada sore hari sudah layu (Andrianto dan Indrianto, 2004).

Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan

(19)

hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji berwarna hijau atau kuning,

seringkali coklat atau kehitam-hitaman, memiliki kilap (lustre) yang kusam atau berkilat

(diasosiasikan dengan dinding-dinding polong), hilumnya pipih dan putih.

Perkecambahannya epigeal (Somaatmadja, 1993).

Syarat Tumbuh Iklim

Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, kacang hijau menghendaki

curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln; dengan temperatur 25oC - 27oC dengan kelembaban

udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari (Humaedah, 2007).

Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang

penting tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau

kekeringan sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat

berbunga (umur 25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst). Untuk kacang hijau

yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan dilakukan dua kali

yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung),

biasanya diperlukan pengairan hanya satu kali (Atman, 2007).

Tanah

Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama

hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas

permukaan laut. Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya

rendah dengan memanfaatkan sisa-sisa kelembapan pada tanah bekas tanaman yang diairi

(Andrianto dan Indrianto, 2004).

Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman kacang hijau adalah tanah liat

(20)

tanah gembur, dengan tingkat keasaman (pH) 5,8-7,0 dan pH optimal 6,7

(Humaedah, 2007).

Pemuliaan Mutasi Radiasi Sinar Gamma

Teknologi radiasi merupakan bagian dari teknologi nuklir yang menggunakan

radioisotope. Dibandingkan zat kimia biasa, radioisotop memiliki kelebihan sifat fisik,

yaitu memancarkan sinar radioaktif. Pengaruh radiasi berdasarkan potensi efek biologinya

ada 4 kelompok, yaitu akut (efek tampak dalam beberapa jam, hari atau minggu), lambat

(tampak dalam bulanan atau tahunan), genetika (tampak pada generasi berikutnya), dan

foetal (terjadi pada embrio yang diradiasi). Pada efek genetik, antara lain terjadi mutasi

atau perubahan embrio yang diradiasi sehingga menyebabkan abnormalitas serius karena

embrio sangat peka terhadap radiasi (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).

Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi secara

tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat

terwariskan (heritable). Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam (spontaneous mutation) dan melalui induksi (induced mutation). Keduanya dapat menimbulkan variasi genetik untuk dijadikan dasar seleksi tanaman, baik seleksi secara alami (evolusi) maupun

seleksi secara buatan (pemuliaan) (BATAN, 2009).

Mutasi memiliki arti penting bagi pemuliaan tanaman, yaitu (a) iradiasi

memungkinkan untuk meningkatkan hanya satu karakter yang diinginkan saja tanpa

mengubah karakter lainnya, (b) tanaman yang secara umum diperbanyak secara vegetatif

pada umumnya bersifat heterozigot yang dapat menimbulkan keragaman yang tinggi

setelah dilakukannya iradiasi, dan (c) iradiasi merupakan satu-satunya cara yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan keragaman pada tanaman yang steril dan apomiksis. Mutasi

(21)

konvensional. Pemuliaan dengan mutasi juga memiliki beberapa kelemahan, dimana sifat

yang diperoleh tidak dapat diprediksi dan ketidakstabilan sifat-sifat genetik yang muncul

pada generasi berikutnya (Syukur, 2000).

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman

penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase

pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang

mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan

tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu

mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Induksi mutasi pada tanaman dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen

tertentu pada materi reproduktif tanaman seperti benih, bibit atau organ reproduksi in-vitro

(kultur sel atau jaringan). Bahan mutagen ada dua jenis yaitu mutagen kimia dan mutagen

fisika. Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa kimia yang memiliki gugusan

alkil seperti ethyl methane sulphonate (EMS), diethyl sulphate (dES) dan methyl methane sulphonate (MMS); sedangkan mutagen fisika merupakan radiasi pengion seperti radiasi gamma, radiasi beta, neutron, dan partikel dari akselerator (Human, 2007).

Iradiasi adalah suatu pancaran energi yang berpindah melalui partikel-partikel

yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang cahaya. Zat yang dapat

memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif, yang mempunyai inti atom tidak stabil,

sehingga mengalami transformasi spontan menjadi zat dengan inti atom yang lebih stabil

dengan mengeluarkan partikel atau sifat sinar tertentu. Iradiasi yang terjadi akibat

peluruhan inti atom dapat berupa partikel alfa, beta dan sinar gamma. Pada umumnya sinar

(22)

Cobalt-60 adalah sejenis metal yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan besi/nikel

(Sinaga, 2000).

Pada dasarnya radiasi dapat merusak makhluk hidup, namun kalau dosis radiasi

yang diberikan pada benih tepat maka induksi mutasi pada generasi berikutnya akan

terjadi. Jika radiasi yang diberikan terlalu rendah maka benih yang diradiasi tidak berubah,

dan sebaliknya jika radiasinya terlalu tinggi maka benih-benih tersebut akan mati. Dengan

radiasi yang optimal maka akan menaikkan frekwensi mutasi sebesar 100.000 kali. Dosis

optimal untuk induksi mutasi bervariasi menurut materi tanaman, varietas tanaman, dosis

radiasi sinar gamma yang digunakan. Dengan dosis di bawah 5 krad, frekwensi mutasi

berkurang, sedang pada dosis lebih dari 25 krad radiasi terlalu tinggi dan banyak

organisme yang mati (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya mutan antara lain adalah besarnya dosis

iradiasi. Dosis iradiasi diukur dalam satuan Gray (Gy), dimana 1 Gy=0,10 krad, yakni 1J

energi per kilogram iradiasi yang dihasilkan. Dosis iradiasi dibagi 3 yaitu tinggi (>10

kGy), sedang (1-10 kGy), dan rendah (<1 kGy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan

bahan yang dimutasi atau mengakibatkan sterilitas. Tanaman mutan memiliki daya tahan

yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan. Seringkali penampakan akibat

mutasi baru muncul setelah generasi selanjutnya, yakni M2, V2, atau kelanjutannya

(Soedjono, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Ritonga dan Wulansari (2010) tentang pengaruh

induksi mutasi radiasi sinar gamma pada tanaman padi, cabai, sorghum dan kedelai,

semakin tinggi dosis iradiasi dapat menurunkan tinggi tanaman. Menurunnya tinggi

kecambah adalah indikator yang paling umum digunakan untuk melihat efek mutagen, baik

(23)

menyebabkan rusaknya kromosom tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya

tanaman tersebut. Ionisasi akibat iradiasi dapat menyebabkan pengelompokan

molekul-molekul sepanjang jalur ion yang tertinggal karena iradiasi yang dapat menyebabkan

mutasi gen atau kerusakan kromosom.

Pada beberapa percobaan radiasi pada benih, radiasi pada dosis rendah dapat

meningkatkan persen perkecambahan. Pada benih pepaya, radiasi 10 Gy (dosis kematian

50% diperoleh pada dosis 42 Gy) meningkatkan persen perkecambahan dari kontrol 30%

menjadi 50%. Konsep dasar induksi mutasi ialah menambah variabilitas (keragaman)

tanaman yang tersedia untuk seleksi oleh pemulia tanaman agar diperoleh perbaikan sifat

tanaman yang diinginkan, seperti produktivitas tinggi, tahan penyakit dan daur panen yang

lebih singkat (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).

Teknik radiasi sinar gamma menimbulkan efek genetika berupa terjadinya

perubahan struktur dan komposisi pada kromosom dan molekul asam deoksiribonukleat

(DNA). Pada berbagai jenis tanaman pangan, proses tersebut dapat menimbulkan berbagai

macam bentuk mutasi pada keturunan dengan sifat yang berbeda dengan induknya. Hal ini

memungkinkan para ahli genetika dan ahli pemulian tanaman untuk mendapatkan bibit

yang lebih unggul (Aryanto, 2008).

Sinar gamma istimewa dibandingkan dengan sinar/partikel radioaktif lainnya

karena tidak memiliki massa dan muatan, memiliki panjang gelombang yang paling kecil

dan energi terbesar dibandingkan spektrum gelombang elektromagnetik yang lain, dan

memiliki energi dan daya tembus yang relatif tinggi dibanding lainnya. Secara global sinar

gamma telah terbukti paling efektif dan efisien dalam menghasilkan varietas mutan unggul

berbagai jenis tanaman. Cobalt-60 digunakan dalam bidang kesehatan, pertanian, maupun

(24)

membunuh virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk

(http://kliktedy.wordpress.com, 2009

Secara fisiologis, radiasi dengan sinar gamma menyebabkan terbentuknya

elektron bebas yang dapat menginduksi terbentuknya radikal yang dapat bereaksi dengan

makromolekul yang bersifat merusak. Bila makromolekul yang mengalami kerusakan

adalah metabolit beracun yang berakumulasi selama proses penuaan atau penghambat

perkecambahan, maka radiasi dapat meningkatkan daya kecambah. Elektron bebas yang

terbentuk pada ionisasi radiasi mungkin juga masuk dalam jalur respirasi yang biasanya

menggunakan elektron yang dilepas dari penggunaan ATP menjadi ADP. Dengan

demikian elektron dari radiasi dapat meningkatkan metabolisme yang diperlukan selama

perkecambahan (Sudrajat dan Zanzibar, 2009). ).

Ekspresi mutasi pada fenotipe dapat mengarah ke positif atau negatif (relatif

tergantung pada tujuan pemuliaan), dan mungkin juga mutasi dapat kembali menjadi

normal (recovery). Mutasi ke arah negatif mungkin dapat menyebabkan kematian (lethality), ketidaknormalan (abnormality), sterilitas (sterility) atau kerusakan fisiologis lainnya (physiological disorders). Namun demikian, efek sterilitas dari mutasi sering diperlukan dalam pembentukan tanaman hibrida seperti pada padi dan jagung. Mutasi ke

arah sifat positif dan diwariskan ke generasi berikutnya merupakan mutasi yang

diharapkan oleh pemulia pada umumnya (Human, 2007).

Salinitas

Secara sederhana, salinitas didefenisikan sebagai terdapatnya garam-garam dalam

konsentrasi berlebihan sehingga dapat menekan pertumbuhan tanaman. Suatu tanah

(25)

mmhos/cm pada suhu 25oC, persentase Na dapat ditukar (Na-dd) < 15% dan pH lebih kecil

dari 8,5 (Hasibuan, 2008).

Melalui defenisi, tanah salin memiliki daya hantar listrik > 4 mmhos/cm (pada

suhu 25oC). Dalam air, 1 mmhos/cm daya hantar listrik mendekati 640 ppm ( 1700 lb

garam per are ). Pertumbuhan buah-buahan terbaik adalah ketika DHL tanah kurang dari

1,5 mmhos/cm dalam zona akar (pada kedalaman 3 - 4 kaki)

(Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005).

Tanah dipengaruhi garam dapat terbentuk oleh beberapa sebab, antara lain

garam-garam terlarut, evapotranspirasi, drainase, dan kualitas air irigasi. Pada iklim arid dan

semiarid, air tidak cukup untuk mencuci garam-garam terlarut dalam tanah, sehingga

terakumulasi dalam tanah. Evapotranspirasi (kehilangan air evaporasi) yang tinggi akan

meningkatkan konsentrasi garam di tanah, diduga kehilangan air di daerah arid berkisar

50-90% akibatnya 2-20 kali lipat garam di tanah tersebut (Mukhlis, dkk, 2011).

Garam yang larut dalam tanah mengandung kation sodium, magnesium dan

potassium sedangkan anionnya klorin, sulfat, bikarbonat, karbonat dan nitrat. Beberapa ion seperti Na+, Cl- dan SO42- mempunyai pengaruh meracun pada beberapa tanaman.

Kelebihan garam di alam umumnya disebabkan oleh garam Na, terutama NaCl

(Rahayu, dkk, 2006).

Parameter yang digunakan sebagai indikator salinitas lahan yaitu daya hantar

listrik (DHL) dan kandungan garam. Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang

dominan, namun garam-garam Na2SO4, MgSO4, CaSO4, CaCO3 juga menentukan salinitas

tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam ini pada larutan tanah, semakin tinggi pula

(26)

Menurut Follet dkk. dalam Sipayung (2003) mengajukan lima tingkat pengaruh salinitas tanah terhadap tanaman, mulai dari tingkat non-salin hingga tingkat salinitas yang

sangat tinggi (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tanaman

Tingkat Salinitas

Konduktivitas (mmhos)

Pengaruh terhadap tanaman

Non salin 0-2 Dapat diabaikan

Rendah 2-4 Tanaman peka terganggu

Sedang 4-8 Kebanyakan tanaman terganggu

Tinggi 8-16 Tanaman yang toleran belum terganggu Sangat tinggi > 16 Hanya beberapa jenis tanaman toleran

yang dapat tumbuh

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman

Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tekanan osmotik, keseimbangan

hara, dan pengaruh racun. Bertambahnya konsentrasi garam dalam suatu larutan tanah

akan meningkatkan potensial osmotik larutan tanah, sehingga menyebabkan tanaman sulit

menyerap air dan mengalami kekeringan fisiologis. Banyaknya ion Na+ dapat ditukar

dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion-ion Ca2+, Mg2+ dan K+ yang dapat ditukar,

yang berarti menurunnya ketersediaan unsur-unsur tersebut bagi tanaman. Keracunan

tanaman disebabkan oleh ion-ion Na+, Cl- dan SO42- yang dapat mempengaruhi proses

fotosintesis, transpirasi, dan sintesis klorofil (Hasibuan, 2008).

Larutan garam dengan dosis tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Kelebihan NaCl atau garam lain dapat mengancam tumbuhan karena menyebabkan

penurunan potensial air larutan tanah, garam dapat menyebabkan kekurangan air pada

tumbuhan meskipun tanah tersebut mengandung banyak sekali air. Hal ini karena potensial

air lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan potensial air jaringan akar. Kedua,

pada tanah bergaram, natrium dan ion ion tertentu lainnya dapat menjadi racun bagi

(27)

Selain itu, salinitas juga menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang

menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan

biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan

respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan

secara perlahan (Sipayung, 2003).

Keadaan konsentrasi natrium yang berlebihan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman melalui penurunan potensial air, toksisitas ion, defisiensi nutrisi, sedangkan Cl

-diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Natrium

sering berpengaruh terhadap kualitas produksi, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Pengaruh Na+ yang baik pada pertumbuhan tanaman dipengaruhi kadar kalium. Pada

konsentrasi kalium rendah, pemberian Na+ menaikkan produksi cukup tinggi, sedangkan

pada konsentrasi kalium tinggi, pemberian Na+ sedikit menurunkan produksi

(Fatimah, 2010).

Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang cukup

tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di bagian ujung dan

gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi

menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat

fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas

tanah. Semakin tinggi konsentrasi NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan

daya hantar listrik tanah (Tutty, 2008).

Pengaruh garam terhadap struktur tanah yakni dispersi agregat tanah dan

penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat, dan menghalangi perkecambahan

(28)

mudah layu, kerdil dan gejala defisiensi hara, walaupun dalam tanah tersedia cukup hara

(Sipayung, 2003).

Akar merupakan bagian tanaman yang paling peka terhadap perlakuan NaCl dan

penurunan bobot segar akar, bagian atas dan daun secara tajam yang terjadi pada

pemberian lebih dari 5000 mg NaCl/liter pada tanaman tomat. Daun dan batang berubah

warna menjadi kekuningan dengan cepat, dan pemberian 4 liter larutan garam 4000 ppm

NaCl per pot merupakan indikator yang baik untuk menilai toleransi tanaman terhadap

kadar garam tinggi (salinitas), dinilai secara visual, bobot kering bagian atas dan akar

maupun persentase daun nekrosis atau mati (Fatimah, 2010).

Hasil penelitian Kusmiyati dkk (2002) menunjukkan pengelolaan tanah salin dengan pertambahan luas daun. Laju pertumbuhan daun dan luas akhir daun berbanding

linier dan terbalik (negatif) dengan kenaikan salinitas. Salinitas menurunkan laju

pertumbuhan daun melalui pengurangan laju pembesaran sel pada daun. Harjadi dan

Yahya (1988) menyatakan pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan perubahan

struktur tanaman yaitu antara lain lebih kecilnya ukuran daun. Penyerapan hara dan air

yang berkurang akan menghambat laju fotosintesis yang pada akhirnya akan menghambat

pertumbuhan tanaman.

Menurut penelitian Dariati dan Farid (2003) mengenai hubungan antara hasil biji

dengan sifat agronomis kacang hijau pada media salin, menyatakan bahwa makin tinggi

konsentrasi NaCl yang digunakan (6 g/l), tinggi tanaman semakin menurun, disebabkan

oleh adanya pengaruh cekaman osmotik sehingga tanaman sulit menyerap air dan juga

pengaruh racun ion Na+ dan Cl- sehingga menghambat pembelahan dan pembesaran sel.

Konsentrasi NaCl yang tinggi juga memperlambat umur berbunga 50% dan umur panen,

(29)

NaCl, sehingga laju fotosintesis berkurang. Akibatnya translokasi asimilat ke organ

generatif menurun dan menghambat pembungaan. NaCl yang tinggi akan meningkatkan

nisbah bobot kering akar-tajuk, disebabkan penekanan pertumbuhan tajuk yang lebih besar

dari pertumbuhan akar (luas daun berkurang dan kekeringan daun tinggi). Pada konsentrasi

NaCl tinggi terjadi penurunan jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi, bobot 100

biji, dan hasil biji per tanaman. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan vegetatifnya,

dimana pertumbuhan vegetatif yang lebih baik akan mendukung pertumbuhan generatif

yang lebih baik.

Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Salinitas

Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara oleh

tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik. Beberapa tanaman peka

terhadap kegaraman (<4 dS.m-1) seperti apel, jeruk, dan kacang-kacangan, tanaman nisbi

tahan kegaraman (4-10 dS.m-1) seperti padi, kentang, dan jagung dan tanaman yang lebih

tahan kegaraman (>10 dS.m-1) seperti kapas, bayam, dan kurma (Noor, 2004).

Proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi

terhadap salinitas, yaitu (i) cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa organik

spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator, (ii) tanaman

dapat mencegah akumulasi Na+ dan Cl- dalam sitoplasma melalui eksklusi Na+ dan Cl- ke

lingkungan eksternal (media tumbuh), (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau

mentranslokasi Na+ dan Cl- ke jaringan-jaringan lain (Yuniati, 2004)

Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti, ukuran

daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Sedangkan

lignifikansi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat penting untuk

(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut, dimulai pada bulan Maret

2012 sampai Juni 2012.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kacang hijau varietas

Vima-1 hasil mutasi radiasi sinar gamma sebagai objek penelitian, larutan garam NaCl

sebagai perlakuan salinitas, top soil, polibag ukuran 10 kg, pupuk urea (50 kg/ha), SP-36

(60 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha), insektisida dan fungisida, aceton 80%, kertas saring

whatman, plastik bening, amplop coklat, dan label.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul untuk membersihkan

lahan, beaker glass sebagai wadah merendam benih dan larutan garam NaCl, handsprayer,

timbangan analitik untuk menimbang garam NaCl, meteran, bak kecambah, leaf area

meter, spektrofotometer, oven, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor

yaitu:

Faktor I : Dosis radiasi sinar gamma (R) terdiri dari 4 taraf, yaitu:

R0 : Tanpa radiasi sinar gamma (kontrol)

R1 : Radiasi sinar gamma 10 krad

R2 : Radiasi sinar gamma 20 krad

(31)

Faktor II : Konsentrasi NaCl terdiri atas 4 taraf, yaitu:

N0 : 0 gr NaCl

N1 : 2 gr NaCl/liter air

N2 : 4 gr NaCl/liter air

N3 : 6 gr NaCl/liter air

Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu :

R0N0 R0N1 R0N2 R0N3

R1N0 R1N1 R1N2 R1N3

R2N0 R2N1 R2N2 R2N3

R3N0 R3N1 R3N2 R3N3

Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 48

Jumlah polibag/plot : 3

Jumlah tanaman sampel/plot : 1

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 48

Jumlah tanaman seluruhnya : 144

Luas plot : 70 cm x 50 cm

Jarak antar plot : 25 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam model linier

sebagai berikut:

(32)

dengan:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan konsentrasi NaCl (N) pada taraf ke-j dan dosis radiasi sinar gamma (R) pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah

ρi = Efek blok ke-i

αj = Efek konsentrasi NaCl (N) pada taraf ke-j

βk = Efek dosis radiasi sinar gamma (R) pada taraf ke-k

(αβ)jk = Efek interaksi antara konsentrasi NaCl pada taraf ke-j dan dosis radiasi sinar gamma pada taraf ke-k

εijk = Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan konsentrasi NaCl pada taraf ke-j dan dosis radiasi sinar gamma pada taraf ke-k

Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis sidik

ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% (Steel and

Torrie, 1993).

Untuk membandingkan secara statistik karakter tanaman yang diteliti dengan

deskripsi tanaman, maka dilakukan uji t pada taraf 5% dengan rumus sebagai berikut:

�ℎ�� = | �2− �1 | �Ӯ2− �Ӯ1

�ℎ�� = | �2− �1 | √2���/�

dengan:

F2 = data hasil penelitian

F1 = data deskripsi

(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan dan Media Tanam

Lahan dibersihkan dari gulma, dan dibentuk plot sesuai dengan bagan penelitian.

Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil yang telah dikeringanginkan kemudian

dimasukkan dalam polibag ukuran 10 kg, lalu disusun di plot penelitian.

Aplikasi NaCl

Aplikasi perlakuan salinitas (larutan NaCl) diberikan setelah tanaman berumur 2

minggu setelah tanam (MST). Garam NaCl dilarutkan dalam air sesuai perlakuan,

kemudian disiram ke tanaman sebanyak 250 ml/hari dengan interval penyiraman 2 hari

sekali untuk tiap perlakuan.

Persiapan Benih

Sebelum ditanam, benih terlebih dulu diradiasi dengan sinar gamma Cobalt-60

sesuai dengan dosis perlakuan di PATIR-BATAN.. Kemudian benih direndam dalam air

untuk menyeleksi benih ; benih yang terapung dibuang, sedangkan benih yang tenggelam

dan bernas ditanam. Untuk mencegah serangan jamur, benih direndam dalam fungisida

dengan dosis 2 g/l air

Uji Perkecambahan Benih

Sebelum ditanam, dilakukan uji perkecambahan terhadap benih hasil radiasi,

dengan mengecambahkan 30 benih kacang hijau pada bak kecambah dengan media pasir,

kemudian diamati persentase perkecambahan setelah satu minggu.

Penanaman

Penanaman benih dilakukan dengan menanam 2 benih per lubang tanam dengan

(34)

Pemeliharaan

Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2

MST. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan tanaman dengan gulma,

dilakukan secara manual pada pertanaman di polibag.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan pupuk urea (0,2

g/tanaman), SP-36 (0,3 g/tanaman), KCl (0,2 g/tanaman). Untuk N diberikan 1/3 dosis

yaitu sebanyak 0,06 g/tanaman yang diberikan pada saat penanaman, pada 4 MST diberi

lagi 2/3 dosis sebanyak 0,14 g/tanaman dengan cara ditugal.

Penambahan Tanah

Agar tanaman berdiri tegak dan kokoh dilakukan penambahan tanah pada polibag,

dilakukan sesuai kondisi lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida

dengan bahan aktif Deltamethrin 25 g/l (dosis 0,5 cc/l air) untuk mengendalikan hama ulat

dan fungisida dengan bahan aktif Mankozeb 80% (dosis 1 cc/l air) untuk mengendalikan

penyakit bercak pada daun, penyemprotan dilakukan pada sore hari.

Panen

Panen dilakukan apabila polong tanaman sudah kering yaitu berwarna coklat atau

hitam, dilakukan dengan cara dipetik. Pemanenan dilakukan setiap hari jika polong tidak

(35)

Pengamatan Parameter

Persentase Perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan benih dihitung setelah benih dikecambahkan selama 1

minggu, dengan melihat persentase kecambah normal dan kecambah abnormal, kemudian

dibandingkan dengan jumlah benih yang diuji.

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman

dengan menggunakan meteran, dilakukan setiap minggu mulai dari 2 MST hingga 5 MST.

Klorofil Daun (g/ml)

Kandungan klorofil daun dihitung dengan menggunakan metode Hendry & Grime

(1993), dengan langkah sebagai berikut :

- Ambil daun segar (daun pertama dari pucuk), dibersihkan, lalu timbang sebanyak 0,1 g.

- Kemudian gerus daun dengan mortar, tambahkan larutan aceton 80% sebanyak 10 ml.

- Ekstrak daun disaring dalam botol kecil dengan menggunakan kertas saring whatman.

- Ukur nilai absorbansi (A) larutan klorofil pada spektrofotometer untuk panjang

gelombang 645 nm dan 663 nm (blanko aceton). - Kadar klorofil daun dihitung dengan rumus:

Klorofil a = (12,7 x A663 – 2,69 x A645) x 10-1

Klorofil b = (22,9 x A645 – 4,68 x A663) x 10-1

Total klorofil = (8,02 x A663 + 20,2 x A645) x 10-1

Luas Daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan saat panen, dengan menggunakan Leaf Area

(36)

Bobot Kering Akar (g)

Bagian akar dipisahkan dari tajuk, kemudian akar dibersihkan dan dimasukkan

dalam amplop coklat dan diovenkan pada suhu 105oC selama 24 jam hingga beratnya

konstan, didinginkan pada desikator, lalu ditimbang.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan memotong pada bagian

pangkal batang, kemudian tajuk dimasukkan dalam amplop coklat dan diovenkan pada

suhu 105oC selama 24 jam hingga beratnya konstan, didinginkan pada desikator, lalu

ditimbang.

Nisbah Bobot Kering Akar-Tajuk (g)

Perbandingan bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (BKA/BKT),

dihitung dengan cara membagi BKA dengan BKT.

Volume Akar (ml)

Volume akar diukur pada saat panen, dengan menggunakan gelas ukur yang diisi

air. Akar dimasukkan ke dalam gelas ukur, berapa banyak pertambahan volume air

merupakan volume akar.

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga diamati setelah 50% tanaman telah mengeluarkan bunga.

Umur Panen (hari)

Umur panen dihitung pada saat polong telah siap untuk dipanen, yaitu polong

berwarna coklat kehitaman dan kulit mengeras.

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan saat panen, dengan menghitung

(37)

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman sampel dengan menghitung jumlah

polong berisi yang ada pada tanaman sampel, dilakukan pada saat panen.

Bobot Biji per Tanaman (g)

Bobot biji per tanaman dihitung untuk setiap tanaman sampel, dengan menimbang

biji dari polong yang dihasilkan oleh tanaman.

Bobot 100 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji dari masing-masing

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap uji perkecambahan benih, diperoleh

persentase perkecambahan benih untuk setiap dosis radiasi sinar gamma yang diberikan.

Berdasarkan data penelitian dan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa

perlakuan radiasi sinar gamma berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 4 dan 5

MST, dan umur panen. Salinitas berpengaruh nyata pada parameter luas daun, bobot

kering akar, nisbah bobot kering akar-tajuk, volume akar, dan bobot 100 biji. Sedangkan

interaksi antara radiasi sinar gamma dengan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap

semua parameter.

Persentase Perkecambahan Benih (%)

Dari hasil pengamatan, diperoleh data persentase perkecambahan benih untuk tiap

[image:38.595.97.569.472.543.2]

dosis radiasi sinar gamma.

Tabel 2. Persentase perkecambahan benih (%)

Dosis radiasi sinar gamma Persentase Kecambah Normal Persentase Kecambah Abnormal

0 krad 93,3% 6,7%

10 krad 86,7% 13,3

20 krad 90,0% 10,0%

30 krad 76,7% 23,3%

Uji perkecambahan dilaksanakan sebelum menanam benih dalam polibag, dengan

tujuan untuk mengetahui kemampuan tumbuh benih dan juga menentukan banyak benih

yang akan ditanam dalam satu polibag. Pengecambahan dilakukan dengan menanam benih

dalam bak kecambah dengan media pasir, sebanyak 30 benih per bak kecambah untuk

setiap dosis radiasi sinar gamma. Pengamatan persentase perkecambahan dilakukan setelah

1 minggu sejak benih dikecambahkan, dengan melihat berapa banyak benih yang

(39)

jumlah kecambah abnormal lebih sedikit (2 kecambah = 6,7%). Sedangkan benih yang

diradiasi dengan dosis 30 krad memiliki lebih banyak kecambah abnormal yaitu 7

kecambah (23,3%) dengan persentase kecambah normal 76,7%.

Tinggi Tanaman (cm)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman, dapat dilihat

pada Lampiran 4 s/d 13, diketahui bahwa radiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman 4 dan 5 MST, sedangkan salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma

dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas pada 2 MST sampai dengan 5 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST

Radiasi

R0 (0 krad) 8,5 10,2 13,9a 16,4a

R1 (10 krad) 7,0 8,5 12,1ab 15,0a

R2 (20 krad) 7,3 8,7 11,3b 13,7a

R3 (30 krad) 6,4 8,3 11,1b 12,0b

Salinitas

N0 (0 g/L NaCl) 7,1 8,8 12,2 14,2

N1 (2 g/L NaCl) 8,2 9,7 12,1 14,6

N2 (4 g/L NaCl) 6,8 8,5 11,5 13,7

N3 (6 g/L NaCl) 7,2 8,6 12,6 14,6

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi umur 4 MST

terdapat pada R0 (0 krad) yaitu 13,9 cm sedangkan rataan terendah pada R3 (30 krad) yaitu

11,1 cm, R0 berbeda nyata terhadap R2 dan R3, namun belum berbeda nyata terhadap R1.

Pada pengamatan 5 MST, rataan tertinggi pada R0 yaitu 16,4 cm sedangkan rataan

[image:39.595.97.540.398.599.2]
(40)

nyata terhadap R1 dan R2. Hal ini menunjukkan bahwa dosis radiasi sinar gamma yang

tinggi akan semakin menurunkan tinggi tanaman, disebabkan oleh sinar gamma yang dapat

mengubah atau merusak susunan kromosom tumbuhan, sehingga berpengaruh pada

pertumbuhan tanaman tersebut. Selain pada tinggi tanaman, pengaruh radiasi juga tampak

pada penampilan tanaman, yaitu batang tanaman kurus-pendek dan berwarna hijau dengan

sedikit bulu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ritonga dan Wulansari (2010) yaitu

semakin tinggi dosis radiasi maka semakin menurun tinggi tanaman ; penurunan tinggi

tanaman tersebut dapat terjadi karena iradiasi dapat menyebabkan rusaknya kromosom

tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya tanaman tersebut.

Klorofil Daun (g/ml)

Dari data penelitian kandungan klorofil daun, dapat dilihat pada Lampiran 14,

diperoleh rataan klorofil a, b, dan total klorofil pada setiap kombinasi perlakuan.

Rataan kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil dengan perlakuan radiasi

(41)

Tabel 4. Rataan kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil (g/ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Perlakuan Klorofil a Klorofil b Total Klorofil

R0N0 1,68 0,58 2,25

R0N1 1,34 0,44 1,78

R0N2 1,14 0,42 1,56

R0N3 1,78 0,61 2,39

R1N0 1,95 0,78 2,73

R1N1 2,06 0,68 2,74

R1N2 1,74 0,55 2,29

R1N3 2,11 0,72 2,82

R2N0 1,48 0,41 1,89

R2N1 1,43 0,46 1,89

R2N2 1,48 0,47 1,95

R2N3 1,43 0,44 1,86

R3N0 1,88 0,68 2,56

R3N1 1,31 0,34 1,65

R3N2 1,41 0,42 1,83

R3N3 1,38 0,41 1,79

Dari Tabel 4 diketahui bahwa pada semua kombinasi perlakuan kandungan

klorofil a lebih besar dibandingkan dengan klorofil b. Klorofil a dan b menunjukkan

kandungan klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil a

(C55H72O5N4Mg) berwarna hijau biru, sedangkan klorofil b (C55H70O6N4Mg) berwarna

hijau kuning. Walaupun sama-sama berperan dalam fotosintesis, namun jumlah klorofil a

dan b dalam daun berbeda. Hal ini disebabkan karena klorofil a merupakan pusat reaksi

dan paling banyak berperan dalam pemanenan cahaya, sedangkan klorofil b hanya

merupakan hasil biosintesis dari klorofil a yang berperan sebagai antena fotosintetik yang

menangkap cahaya lalu meneruskannya ke pusat reaksi yang tersusun atas banyak

klorofil a. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiari dan Nurchayati (2009) yaitu klorofil a

dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena

[image:41.595.125.511.123.394.2]
(42)

dari klorofil a. Klorofil b adalah hasil biosintesis dari klorofil a dan berperan penting dalam

reorganisasi fotosistem selama adaptasi terhadap kualitas dan intensitas cahaya.

Luas Daun (cm2)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam luas daun, dapat dilihat pada

Lampiran 15 s/d 17, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap luas daun,

sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan

salinitas belum berpengaruh nyata terhadap luas daun.

Rataan luas daun dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat dilihat

[image:42.595.100.541.359.482.2]

pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan luas daun (cm2) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 133,0 75,9 61,9 40,7 77,9

R1 85,5 67,0 66,7 45,8 66,3

R2 106,4 53,6 42,7 66,5 67,3

R3 70,0 58,2 70,8 75,4 68,6

Rataan 98,7a 63,7ab 60,5b 57,1b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan luas daun tertinggi pada perlakuan N0 (0 g

NaCl/l) yaitu 98,7 cm2 sedangkan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 57,1 cm2, N0

berbeda nyata terhadap N2 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1. Hal ini

menunjukkan bahwa salinitas mempengaruhi perkembangan daun, tampak dari ukuran dan

luas daun, yaitu luas daun berbanding terbalik dengan salinitas, semakin tinggi salinitas

maka luas daun makin kecil. Konsentrasi NaCl yang tinggi pada N3 menekan pertumbuhan

tanaman dengan menghambat pembesaran dan pembelahan sel karena tanaman sulit

(43)

Kusmiyati dkk (2002) yaitu luas akhir daun berbanding linier dan terbalik (negatif) dengan

kenaikan salinitas, salinitas menurunkan laju pertumbuhan daun melalui pengurangan laju

pembesaran sel pada daun.

Bobot Kering Akar (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering akar, dapat dilihat

pada Lampiran 18 s/d 20, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap bobot

kering akar, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar

gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat

[image:43.595.99.547.386.514.2]

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot kering akar (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 0,8 0,2 0,3 0,2 0,38

R1 0,4 0,2 0,3 0,1 0,25

R2 0,3 0,2 0,4 0,2 0,28

R3 0,4 0,2 0,2 0,1 0,23

Rataan 0,48a 0,20b 0,30ab 0,15b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot kering akar tertinggi pada perlakuan

N0 (0 g NaCl/l) yaitu 0,48 g sedangkan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 0,15 g,

N0 berbeda nyata terhadap N1 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N2. Akar

merupakan bagian tanaman yang paling peka terhadap perlakuan NaCl. Dengan

konsentrasi NaCl yang tinggi pada tanah akan menyebabkan penurunan potensial air

larutan tanah sehingga tanaman tidak dapat menyerap air dan juga pengaruh racun ion Na+

(44)

dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah terhambat. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Fatimah (2010) yaitu akar merupakan bagian tanaman yang

paling peka terhadap perlakuan NaCl dan penurunan bobot segar akar terjadi pada

pemberian lebih dari 5000 mg NaCl/liter. Tutty (2008) menambahkan bahwa konsentrasi

garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga

tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya

pegang air dan permeabilitas tanah yakni dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori

sehingga infiltrasi tanah terhambat.

Bobot Kering Tajuk (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam bobot kering tajuk, dapat dilihat

pada Lampiran 21 dan 22, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan

interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap bobot

kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

[image:44.595.97.543.524.647.2]

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot kering tajuk (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 1,2 0,4 1,1 1,0 0,9

R1 0,6 0,7 0,6 0,8 0,7

R2 0,5 0,6 0,6 1,1 0,7

R3 0,6 0,6 0,7 0,5 0,6

Rataan 0,7 0,6 0,8 0,9

Dari Tabel 7 diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas belum

(45)

Nisbah Bobot Kering Akar-Tajuk (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam nisbah bobot kering akar-tajuk,

dapat dilihat pada Lampiran 23 s/d 25, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata

terhadap nisbah bobot kering akar-tajuk, sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan

interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap

nisbah bobot kering akar-tajuk.

Rataan nisbah bobot kering akar-tajuk dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan

salinitas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan nisbah bobot kering akar-tajuk (g) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 0,7 0,7 0,3 0,2 0,48

R1 0,7 0,3 0,6 0,2 0,45

R2 0,6 0,5 0,8 0,2 0,53

R3 0,7 0,3 0,3 0,5 0,45

Rataan 0,68a 0,45a 0,50a 0,28b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan nisbah bobot kering akar-tajuk tertinggi

terdapat pada perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 0,68 g dan rataan terendah pada N3 (6 g

NaCl/l) yaitu 0,28 g, N0 berbeda nyata terhadap N3, namun belum berbeda nyata terhadap

N1 dan N2. Berdasarkan teori, NaCl yang tinggi akan meningkatkan nisbah bobot kering

akar-tajuk, disebabkan penekanan pertumbuhan tajuk yang lebih besar dari pertumbuhan

akar (luas daun berkurang dan kekeringan daun tinggi). Namun, seperti dapat dilihat bahwa

dari perlakuan N1 sampai N2 nilai nisbah terus meningkat, tetapi menurun pada N3. Hal

ini terjadi karena konsentrasi garam pada N3 sangat tinggi sehingga gangguan pada akar

[image:45.595.99.538.342.466.2]
(46)

peka terhadap kadar garam yang tinggi, dimana pertumbuhan akan terhambat pada tanah

dengan DHL > 4 mmhos (2-3 g NaCl/l). Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor (2004)

yaitu beberapa tanaman peka terhadap kegaraman <4 dS.m-1 seperti apel, jeruk, dan

kacang-kacangan, dimana kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air

dan hara oleh tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik dan secara

khusus akan menimbulkan keracunan tanaman, terutama oleh ion Na+ dan Cl-.

Volume Akar (ml)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam volume akar, dapat dilihat pada

Lampiran 26 s/d 28, diketahui bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap volume akar,

sedangkan perlakuan radiasi sinar gamma dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan

salinitas belum berpengaruh nyata terhadap volume akar.

Rataan volume akar dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan volume akar (ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 5 2 2 2 2,8

R1 2 5 2 1 2,5

R2 7 4 2 1 3,5

R3 9 2 4 1 4,0

Rataan 5,8a 3,3ab 2,5b 1,3b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu baris menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan volume akar tertinggi terdapat pada

perlakuan N0 (0 g NaCl/l) yaitu 5,8 ml dan rataan terendah pada N3 (6 g NaCl/l) yaitu 1,3

ml, N0 berbeda nyata terhadap N2 dan N3, namun belum berbeda nyata terhadap N1.

[image:46.595.98.540.471.592.2]
(47)

dalam menyerap air dan unsur hara. Unsur Na+ dan Cl- yang berlebih dalam tanah juga

menjadi racun bagi tanaman, terutama akar, sehingga pertumbuhan akar terhambat. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Tutty (2008) yaitu konsentrasi garam terlarut yang tinggi

menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat

fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas

tanah yakni dispersi agregat tanah dan penyumbatan pori sehingga infiltrasi tanah

terhambat.

Umur Berbunga (hari)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam umur berbunga, dapat dilihat

pada Lampiran 29 dan 30, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas dan

interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap umur

berbunga.

Rataan umur berbunga dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat

[image:47.595.97.543.499.621.2]

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan umur berbunga (hari) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 36,7 36,7 32,0 34,7 35,0

R1 38,0 34,7 35,7 35,3 35,9

R2 34,7 38,0 37,0 39,0 37,2

R3 37,0 38,0 38,7 37,7 37,9

Rataan 36,6 36,9 35,9 36,7

Dari Tabel 10 diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas belum

menunjukkan beda yang nyata terhadap umur berbunga.

Umur Panen (hari)

(48)

terhadap umur panen, sedangkan perlakuan salinitas dan interaksi antara radiasi sinar

gamma dan salinitas belum berpengaruh nyata terhadap umur panen.

Rataan umur panen dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas dapat

[image:48.595.97.540.222.345.2]

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan umur panen (hari) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 55,0 55,0 53,3 54,7 54,5a

R1 55,7 52,7 53,7 52,3 53,6b

R2 56,0 56,0 56,0 53,7 55,4a

R3 54,3 56,3 56,3 59,0 56,5a

Rataan 55,3 55,0 54,8 54,9

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama satu kolom menunjukkan belum berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %

Dari Tabel 11 diketahui bahwa rataan umur panen tercepat pada perlakuan R1 (10

krad) yaitu 53,6 hari dan terlama pada R3 (30 krad) yaitu 56,5 hari, R1 berbeda nyata

terhadap R0, R2 dan R3. Umur panen yang cukup lama pada R3 terjadi karena perlakuan

radiasi yang menyebabkan perubahan pada susunan kromosom dan DNA, sehingga

berpengaruh pada metabolisme tumbuh tanaman. Salah satu yang terpengaruh adalah

proses fotosintesis sehingga suplai unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk berbuah

menjadi berkurang, akibatnya tanaman semakin lama dipanen. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Aryanto (2008) yaitu teknik radiasi sinar gamma menimbulkan efek genetika

berupa terjadinya perubahan struktur dan komposisi pada kromosom dan molekul DNA

sehingga menyebabkan keturunan memiliki sifat berbeda dengan induknya.

Untuk melihat apakah umur panen pada penelitian berbeda dengan deskripsi

(49)
[image:49.595.99.539.111.183.2]

Tabel 12. Uji t pada umur panen

Perlakuan F2 F1 | F2 – F1| SӮ2 - SӮ1 t hit t05

R0 54,5 57 2,5 1,02 2,45* 2,04

R1 53,8 3,2 3,13*

R2 55,5 1,5 1,47

R3 56,3 0,7 0,68

Dari tabel 12, diketahui bahwa umur panen pada R0 dan R1 nyata lebih cepat

dibanding dengan deskripsi tanaman. Hal ini diduga dipengaruhi oleh dosis radiasi dan

tingkat salinitas. Radiasi menyebabkan kerusakan kromosom pada tanaman yang langsung

mempengaruhi metabolisme tubuh tanaman, sehingga menghasilkan keturunan dengan

fenotipe yang berbeda dengan induknya. Pengaruh salinitas menyebabkan tanaman

mengalami stres air. Kemampuan tanaman untuk menghindari pengaruh merusak dari stres

air ini tergantung atas tahap perkembangan, yang mana tanaman sangat sensitif stres air

selama fase generatif, ditunjukkan oleh adanya diversi atau pengalihan hasil fotosintesis

dari akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan, sehingga pemasakan

buah dapat terjadi lebih cepat. Hal ini dilakukan tanaman sebagai adaptasi untuk

menggunakan air seefisien mungkin karena jumlah air yang terbatas. Hal ini sesuai

pernyataan Fitter dan Hay (1991) yaitu tanaman sangat sensitif terhadap stres air pada

permulaan fase reproduktif, alasan untuk fenomena ini meliputi diversi hasil fotosintesis

dari akar hingga buah yang berkembang pada awal pembungaan dan pertumbuhan yang

cepat serta kemasakan yang belum waktunya (awal) pada tanaman dapat diinterpretasikan

sebagai adaptasi yang mendorong selesainya reproduksi sebelum suplai air habis.

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah cabang produktif, dapat

dilihat pada Lampiran 34 dan 35, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar gamma, salinitas

(50)

Rataan jumlah cabang produktif dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan

[image:50.595.99.541.165.289.2]

salinitas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan jumlah cabang produktif (cabang) dengan perlakuan radiasi dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 2 2 2 2 2,0

R1 2 2 2 2 2,0

R2 2 2 2 2 2,0

R3 2 2 1 2 1,8

Rataan 2,0 2,0 1,8 2,0

Dari Tabel 12 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan salinitas belum

menunjukkan beda nyata terhadap jumlah cabang produktif.

Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik ragam jumlah polong berisi per

tanaman, dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37, diketahui bahwa perlakuan radiasi sinar

gamma, salinitas dan interaksi antara radiasi sinar gamma dan salinitas belum berpengaruh

nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman.

Rataan jumlah polong berisi per tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma

dan salinitas dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan jumlah polong berisi per tanaman (polong) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas

Salinitas Rataan

Radiasi N0 N1 N2 N3

R0 3 2 5 3 3,3

R1 3 3 3 4 3,3

R2 4 3 3 4 3,5

R3 4 3 2 3 3,0

[image:50.595.100.539.585.709.2]
(51)

Dari Tabel 14 diketahui bahwa radiasi sinar gamma dan salinitas belum

menunjukkan beda nyata terhadap jumlah polong berisi per tanaman.

Bobot Biji per Tanaman (g)

Dari data penelitian dan hasil analisis sidik r

Gambar

Tabel 1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tanaman
Tabel 2. Persentase perkecambahan benih (%)
Tabel 3. Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas pada 2 MST sampai dengan 5 MST
Tabel 4. Rataan kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil (g/ml) dengan perlakuan radiasi sinar gamma dan salinitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Mengundang Penyedia Barang, Pekerjaan Konstruksi sesuai Sub Bidang untuk masing - masing

Dalam menyusun penulisan ilmiah ini penulis menetapkan batasan permasalahan yaitu mengenai perbandingan perhitungan harga jual yang dilakukan CV.Mardonuts dan perhitungan harga

[r]

Direktorat Kelembagaan dan Kerja Sama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia... Peluang

1) surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Kualifikasi Usaha Kecil dengan klasifikasi : Bangunan Gedung, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah domisili peserta

Universitas Negeri

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD dan

• Menent ukan pasangan yang tepat pada tabel cont oh kegi at an dan per ubahan wuj ud benda yang terjadiC. • Menj el askan faktor-faktor yang menyebabkan per ubahan benda