• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berat lateks (g)

Penyadapan I

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 1, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang berpengaruh tidak nyata dan klon tanaman karet berpengaruh nyata terhadap berat lateks penyadapan pertama. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karetterhadap berat lateks (g) penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Berat Lateks Penyadapan I

Klon Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 79,83 90,79 101,63 86,42 71,68 86,07a

IRR 118 39,54 61,50 72,04 62,75 59,96 59,16b

Rataan 59,69a 76,15a 86,83a 74,58a 65,82a 72,61

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

76,15 g dan stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang (S3) sebesar 74,58 g, diikuti oleh stimulan ekstrak 200 g kulit buah pisang (S4) sebesar 65,82 g, sedangkan perlakuan tanpa stimulan (S0) menghasilkan berat lateks terendah penyadapan pertama sebesar 59,69 g. Perlakuan klon PB 260 (K1) menghasilkan berat lateks tertinggi penyadapan pertama sebesar 86.07 g, diikuti oleh klon IRR 118 (K2) sebesar 59,16 g.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 1, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap berat lateks penyadapan pertama. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks (g) penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Berat Lateks Penyadapan I

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 78,04 94,58 110,54 103,00 90,26 95,29a

A2 41,33 57,71 63,13 46,17 41,38 49,94b

Rataan 59,69a 76,15a 86,83a 74,58a 65,82a 72,61

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel3 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama(A1) menghasilkan berat lateks tertinggi pada penyadapan

pertamasebesar 95,29 g, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan kedua (A2) sebesar 49,94 g.

Penyadapan II

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 3, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 4.Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan klon tanaman karet berpengaruh nyata terhadap berat lateks penyadapan kedua. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks (g) penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3.

Berat Lateks Penyadapan II

Klon Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 73,25 84,96 81,00 71,60 66,13 75,39a

IRR 118 47,29 59,75 72,54 69,04 65,88 62,90b

Rataan 60,27a 72,35a 76,77a 70,32a 66a 69,14

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel4 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2) menghasilkan berat lateks tertinggi penyadapan kedua

perlakuan tanpa stimulan (S0) menghasilkan berat lateks terendah penyadapan kedua sebesar 60,27 g. Perlakuan klon PB 260 (K1) menghasilkan berat lateks tertinggi penyadapan kedua sebesar 75,39 g, diikuti oleh klon IRR 118 (K2) sebesar 62,90 g.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 3, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 4. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan berpengaruh tidak nyata terhadap berat lateks penyadapan kedua. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi karet terhadap berat lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks (g) penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Berat Lateks Penyadapan II

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 55,46 76,92 83,38 74,76 73,54 72,81a

A2 65,08 67,79 70,17 65,88 58,46 65,48a

Rataan 60,27a 72,35a 76,77a 70,32a 66,00a 69,14

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel5 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan kedua (A2) menghasilkan berat lateks tertinggi pada penyadapan pertama sebesar 72,81 g, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan pertama (A1) sebesar 65,48 g.

Penyadapan III

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 5, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 6. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang berpengaruh tidak nyata, sedangkan klon tanaman karet berpengaruhnyata terhadap berat lateks penyadapan ketiga. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap berat lateks (g) penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3.

Berat Lateks Penyadapan III

Klon Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 73,04 75,33 82,24 76,83 54,33 72,36a

IRR 118 35,54 57,71 63,75 53,71 52,46 52,63b

Rataan 54,29a 66,52a 72,99a 65,27a 53,4a 62,49

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel6 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2) menghasilkan berat lateks tertinggi penyadapan ketiga sebesar 72,99 g, diikuti oleh stimulan ekstrak 50 g kulit buah pisang (S1) sebesar 66,52 g dan stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang (S3) sebesar 65,27 g, diikuti

tertinggi penyadapan ketiga sebesar 72,36 g, diikuti oleh klon IRR 118 (K2) sebesar 52,63 g.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 5, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 6. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan berpengaruh nyata terhadap berat lateks penyadapan ketiga. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks (g) penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Berat Lateks Penyadapan III

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 55,38 70,33 76,69 74,04 59,33 67,16a

A2 53,21 62,71 69,29 56,5 47,46 57,83b

Rataan 54,29a 66,52a 72,99a 65,27a 53,4a 62,49

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel7 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama (A1) menghasilkan berat lateks tertinggi pada penyadapan pertama sebesar 67, 16 g, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan kedua (A2) sebesar 57,83 g.

Kadar Padatan Total (Total Solid Content)

Penyadapan I

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 7, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 8. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karetberpengaruh tidak nyata terhadap kadar padatan total lateks penyadapan pertama. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks (%)penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Kadar Padatan Total Lateks Penyadapan I

Klon Aplikasi Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 28,01 27,06 24,21 30,91 27,27 27,49a

IRR 118 25,22 26,68 26,48 33,58 26,7 27,73a

Rataan 26,61a 26,87a 25,35a 32,24a 26,98a 27,61

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel8 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang (S3) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi penyadapan pertama sebesar 32,24 %, diikuti oleh stimulan ekstrak 200 g kulit

kadar padatan total lateks terendah penyadapan pertama sebesar 26,87 %. Perlakuan klon IRR 118 (K2) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi penyadapan pertama sebesar 27,73 %, diikuti oleh klon PB 260 (K1) sebesar 27,49 %.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap kadar padatan total lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 7, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 8. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap kadar padatan total lateks penyadapan pertama. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap kadar padatan total lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap berat lateks (g) penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Kadar Padatan Total Lateks Penyadapan I

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 28,01 27,06 24,21 30,91 27,27 27,49a

A2 25,22 26,68 26,48 33,58 26,7 27,73b

Rataan 26,61a 26,87a 25,35a 32,24a 26,98a 27,61

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel9 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama(A1) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi pada penyadapan pertamasebesar 33,54 %, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan kedua (A2) sebesar 27,51 %.

Penyadapan II

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 9, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 10. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan perlakuan klon tanaman karet berpengaruh tidak nyata terhadap kadar padatan total lateks penyadapan kedua. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks (%)penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3

Kadar Padatan Total Lateks Penyadapan II

Klon Aplikasi Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 33,42 30,74 34,83 28,55 31,76 31,86a

IRR 118 28,69 28,59 28,27 29,71 30,67 29,18b

Rataan 31,06a 29,67a 31,55a 29,13a 31,21a 30,52

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel10 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi penyadapan kedua sebesar 31,55 %, diikuti oleh stimulan ekstrak 200 g kulit buah

padatan total lateks terendah penyadapan kedua sebesar 29,15 %. Perlakuan klon PB 260 (K1) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi penyadapan kedua sebesar 31,06 %, diikuti oleh klon IRR 118 (K2) sebesar 29,18 %.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap kadar padatan total lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 9, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 10. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan berpengaruh nyata terhadap kadar padatan total lateks penyadapan kedua. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi karet terhadap kadar padatan total lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi

terhadap kadar padatan total lateks (%)penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3.

Kadar Padatan Total Lateks Penyadapan II

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 35,68 31,76 33,00 36,37 30,87 33,54a

A2 26,43 27,57 30,09 21,89 31,55 27,51b

Rataan 31,06a 29,67a 31,55a 29,13a 31,21a 30,52

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel11 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama (A1) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi pada penyadapan pertama sebesar 33,54 %, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan pertama (A2) sebesar 27,51 %.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 11, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 12. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet berpengaruh tidak nyata terhadap kadar padatan total lateks penyadapan ketiga. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total lateks (%) penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3.

Kadar Padatan Total Lateks Penyadapan III

Klon Aplikasi Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 37,78 36,07 35,02 32,89 33,34 35,02a

IRR 118 31,68 31,05 32,33 37,71 33,38 33,23a

Rataan 34,73a 33,56a 33,68a 35,3a 33,36a 34,12

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel12 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang (S3) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi penyadapan ketiga sebesar 35,30 %, diikuti oleh tanpa stimulan (S0) sebesar 34,73 % dan stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2) sebesar 33,68 % , diikuti oleh stimulan ekstrak 50 g kulit buah pisang (S1) sebesar 33,56 %,

klon PB 260 (K1) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi penyadapan ketiga sebesar 35,02 %, diikuti oleh klon IRR 118 (K2) sebesar 33,23 %.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap kadar padatan total lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 11, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 12. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar padatan total lateks penyadapan ketiga. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap kadar padatan total lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi

terhadap kadar padatan total lateks (%) penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3.

Kadar Padatan Total Lateks Penyadapan III

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 33,45 32,21 31,66 33,85 28,51 31,94a

A2 36,00 34,91 35,69 36,74 38,20 36,31b

Rataan 34,73a 33,56a 33,68a 35,3a 33,36a 34,12

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel13 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan kedua (A2) menghasilkan kadar padatan total lateks tertinggi pada penyadapan pertama sebesar 36,31 %, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan pertama (A1) sebesar 31,94 %.

Total Produksi (gr/cm/sadap)

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 13, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 15. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang berpengaruh tidak nyata terhadap total produksi lateks penyadapan pertamadan klon tanaman karet berpengaruh nyata terhadap total produksi lateks penyadapan pertama. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet

terhadap total produksi lateks (g/cm) penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Poduksi Penyadapan I

Klon Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 0,77 0,86 0,91 0,95 0,60 0,82a

IRR 118 0,36 0,71 0,68 0,69 0,75 0,64b

Rataan 0,56a 0,79a 0,79a 0,82a 0,67a 0,73

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel14 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang (S3) menghasilkan total produksi lateks tertinggi penyadapan pertama sebesar 0,82 g, diikuti oleh stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2)dan stimulan ekstrak 50 g kulit buah pisang (S1) sebesar 0,79 g, diikuti oleh stimulan ekstrak 200 g kulit buah pisang (S4) sebesar 0,69 g, sedangkan perlakuan

lateks tertinggi penyadapan pertama sebesar 0,82 g, diikuti oleh klon IRR 118 (K2) sebesar 0,64 g.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap total produksi lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 13, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 15. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi berpengaruh sangat nyata terhadap total produksi lateks penyadapan pertama. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap total produksi lateks penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap total produksi lateks (g/cm) penyadapan pertama dengan frekuensi penyadapan d/3.

Poduksi Penyadapan I

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 0,80 1,11 1,10 1,24 0,90 1,03a

A2 0,33 0,46 0,49 0,39 0,45 0,42b

Rataan 0,56a 0,79a 0,79a 0,82a 0,67a 0,73

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel15 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama(A1) menghasilkan total produksi lateks tertinggi pada penyadapan pertamasebesar 1,03 g, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan kedua (A2) sebesar 0,42 g.

Penyadapan II

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan

d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 16, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 18. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan klon tanaman karet berpengaruh sangat nyata terhadap total produksi lateks penyadapan kedua. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks (g/cm) penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3.

Poduksi Penyadapan II

Klon Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 0,69 0,67 0,73 0,57 0,60 0,65a

IRR 118 0,51 0,55 0,66 0,64 0,72 0,62b

Rataan 0,6a 0,61a 0,69a 0,6a 0,66a 0,63

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel16 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2) menghasilkan total produksi lateks tertinggi penyadapan kedua sebesar 0,69 g, diikuti oleh stimulan ekstrak 200 g kulit buah pisang (S4) sebesar 0,66 g, kemudian diikuti oleh stimulan ekstrak 50 g kulit buah pisang (S1) sebesar 0,61 g stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang (S3) dan tanpa stimulan (S0) sebesar 0,60 g. Perlakuan klon PB 260 (K1) menghasilkan total produksi lateks tertinggi penyadapan kedua sebesar 0,65 g, diikuti oleh klon IRR 118 (K2)

d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 16, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 18. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan berpengaruh tidak nyata terhadap total produksi lateks penyadapan kedua. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi karet terhadap total produksi lateks penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap total produksi lateks (g/cm) penyadapan kedua dengan frekuensi penyadapan d/3.

Poduksi Penyadapan II

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 0,58 0,65 0,82 0,66 0,68 0,68a

A2 0,62 0,57 0,56 0,55 0,65 0,59a

Rataan 0,6a 0,61a 0,69a 0,6a 0,66a 0,63

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel17 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama (A1) menghasilkan total produksi lateks tertinggi pada penyadapan pertama sebesar 0,68 g, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan kedua (A2) sebesar 0,59 g.

Penyadapan III

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel Lampiran 19, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 20. Berdasarkan analisis sidik ragam tersebut terlihat bahwa perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang berpengaruh tidak nyata, sedangkan klon tanaman karet berpengaruh sangat nyata terhadap total produksi lateks

penyadapan ketiga. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan klon tanaman karet terhadap total produksi lateks (g/cm) penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3.

Poduksi Penyadapan III

Klon Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

PB 260 0,92 0,92 0,95 0,83 0,62 0,85a

IRR 118 0,42 0,68 0,64 0,66 0,69 0,62b

Rataan 0,67a 0,8a 0,79a 0,75a 0,66a 0,73

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel18 menunjukkan bahwa perlakuan stimulan ekstrak 50 g kulit buah pisang (S1) menghasilkan total produksi lateks tertinggi penyadapan ketiga sebesar 0,80 g, diikuti oleh stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2) sebesar 0,80 g dan stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang (S3) sebesar 0,75 g, diikuti oleh tanpa stimulan (S0) sebesar 0,67 g, sedangkan perlakuan stimulan ekstrak 200 g kulit buah pisang (S4) menghasilkan total produksi lateks terendah penyadapan ketiga sebesar 0,66 g. Perlakuan klon PB 260 (K1) menghasilkan total produksi lateks tertinggi penyadapan ketiga sebesar 0,85 g, diikuti oleh klon IRR 118 (K2) sebesar 0,62 g.

Hasil pengamatan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap total produksi lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan

produksi lateks penyadapan ketiga. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap total produksi lateks penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3 disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Rataan perlakuan stimulan ekstrak kulit pisang dan waktu aplikasi terhadap total produksi lateks (g/cm) penyadapan ketiga dengan frekuensi penyadapan d/3.

Poduksi Penyadapan III

Waktu Aplikasi Stimulan Kulit Pisang Rataan

S0 S1 S2 S3 S4

A1 0,66 0,78 0,83 0,83 0,69 0,76a

A2 0,69 0,82 0,76 0,66 0,63 0,71a

Rataan 0,67a 0,8a 0,79a 0,75a 0,66a 0,73

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom/baris antar perlakuan, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel19 menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama (A1) menghasilkan total produksi lateks tertinggi pada penyadapan pertama sebesar 0,76 g, diikuti oleh waktu aplikasi stimulan kedua

Dokumen terkait