Hasil
Dari hasil analisis di laboratorium dengan metode pewarnaan maka diperoleh derajat infeksi mikoriza (Tabel 1).
Tabel 1. Derajat infeksi mikoriza
Perlakuan Jumlah Terinfeksi
T1M2 83% T2M2 70% T3M2 20% T4M2 30% T5M2 30% T6M2 30% T7M2 40%
Hasil pada Tabel 1 menunjukan bahwa derajat infeksi tertinggi diperoleh pada media tanam Top soil:Pasir (2:1) yang diberi mikoriza dan yang terendah pada media tanam Top soil:TKKS:Solid decanter (2:1:1) yang diberi mikoriza.
Panjang sulur (cm)
Hasil pengamatan panjang sulur tanaman beserta analisis hasil sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 4-27. Berdasarkan hasil sidik ragam
diketahui bahwa media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman pada 1-8 MST, sedangkan pemberian mikoriza menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang tanaman pada 1,5,6,7 dan 8 MST dan Interaksi
antara pemberian media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza berpengaruh nyata terhadap panjang tanamaan 1,2,5,6,7 dan 8 MST.
Perkembangan pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada media tanam limbah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada media tanam limbah kelapa sawit.
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa penambahan panjang sulur tertinggi terdapat pada umur 7 MST pada perlakuan T5 (top soil:serat:solid decanter) dan terendah pada perlakuan T7 (top soil:solid decanter:sluge).
Perkembangan pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada pemberian mikoriza dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada pemberian mikoriza.
Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa perlakuan M2 (menggunakan mikoriza) menghasilkan penambahan panjang sulur lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M1 (tanpa mikoriza).
Rataan panjang sulur tanaman terhadap media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza pada 8 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang sulur mucuna dengan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza pada umur 8 MST
Umur Perlakuan Mikoriza
Rataan 8 MST Media Tanam M1 M2 T1 20.13 f 16.70 g 18.42 ab T2 17.73 g 22.50 e 20.12 ab T3 4.87 j 30.93 c 17.90 ab T4 7.57 i 40.43 a 24.00 a T5 24.23 d 23.13 de 23.68 a T6 20.63 f 33.76 b 27.20 a T7 9.67 h 8.60 hi 9.14 b Rataan 14.98 b 25.15 a 20.06
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 2 menunjukan rataan panjang sulur pada pengamatan 8 MST. Rataan panjang sulur tertinggi diperoleh perlakuan Top soil:TKKS:Sludge (2:1:1)
yang diberi mikoriza sebesar 40.43 cm dan terendah pada perlakuan Top soil:TKKS:Solid decanter tanpa mikoriza sebesar 4.47 cm.
Jumlah Daun (helai)
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan media tanam limbah kelapa sawit, pemberian mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata. Hal ini dapat dilihat di lampiran 28-30.Rataan jumlah daun terhadap
perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah daun mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza Rataan Media Tanam M1 M2 T1 51,67 46,00 48,84 T2 68,33 38,33 53,33 T3 38,67 76,33 57,50 T4 49,00 99,67 74,34 T5 31,33 34,00 32,67 T6 48,00 88,00 68,00 T7 27,33 33,00 30,17 Rataan 44,90 59,33 52,12
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukan perlakuan media tanam dan pemberian mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Data tertinggi yang diperoleh yaitu pada perlakuan T4M2(Top soil:TKKS:Sludge yang diberi mikoriza) (99,67 helai) dan terendah pada T7M1(Top soil:Solid decanter:Sludge tanpa mikoriza) (27,33 helai).
Bobot Segar Akar (g)
Bobot segar akar beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 31-33. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah kelapa sawit maupan pemberian mikoriza dan interaksi keduanya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot segar akar terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bobot segar akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza Rataan Media Tanam M1 M2 T1 3,10 2,77 2,94 T2 3,57 3,47 3,52 T3 3,27 4,53 3,90 T4 3,43 4,73 4,08 T5 2,87 2,40 2,64 T6 3,20 5,97 4,59 T7 3,23 3,33 3,28 Rataan 3,24 3,89 3,56
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Bobot segar akar tertinggi pada media tanam diperoleh pada perlakuan T6 (Top soil:Serat:Sludge) terendah pada T5 (Top soil:Serat:Solid decanter). Pemberian mikoriza (M2) mampu meningkatkan bobot segar akar dibandingkan tanpa pemberian mikoriza(M1).
Bobot Kering Akar (g)
Pengamatan bobot kering akar beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 34-36. Diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah
kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, pemberian
mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot kering akar terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot kering akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza Rataan Media Tanam M1 M2 T1 0,87 0,67 0,77 T2 0,93 1,20 1,07 T3 0,87 1,37 1,12 T4 1,13 1,87 1,50 T5 1,00 0,87 0,94 T6 1,10 1,70 1,40 T7 1,17 1,10 1,14 Rataan 1,01 1,25 1,13
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Hasil pada Tabel 5 menunjukan pemberian mikoriza (M2) membuat bobot kering akar lebih tinggi, Sedangkan komposisi media tanam terbaik pada perlakuan T4 (Top soil:TKKS:Sludge).
Bobot Segar Tajuk (g)
Data bobot segar tajuk beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 37-39. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah kelapa sawit, pemberian mikoriza dan interaksinya juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot segar tajuk. Rataan bobot segar
tajuk terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot segar tajuk mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza Rataan Media Tanam M1 M2 T1 33,17 25,17 29,17 T2 39,23 25,63 32,43 T3 22,00 60,63 41,32 T4 23,83 92,50 58,17 T5 28,93 18,70 23,82 T6 32,70 50,87 41,79 T7 12,00 11,20 11,60 Rataan 27,41 40,67 34,04
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pada bobot segar tajuk hasil tertinggi pada komposisi media tanam T4 (Top soil:TKKS:Sludge) terendah pada T7 (Top soil:Solid decanter:Sludge), Sedangkan pemberian mikoriza (M2) mampu meningkatkan bobot segar tajuk dibandingkan tanpa pemberian mikoriza (M1).
Bobot Kering Tajuk (g)
Data pengamatan bobot kering tajuk beserta analisis hasil sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 40-42. Diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Pemberian mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot
segar tajuk terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot kering tajukmucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza Rataan Media Tanam M1 M2 T1 8,07 5,97 7,02 ab T2 9,07 5,90 7,49 ab T3 5,60 14,70 10,15 ab T4 6,27 22,60 14,44 a T5 4,23 4,57 4,40 ab T6 7,23 15,50 11,37 ab T7 3,40 2,80 3,10 b Rataan 6,27 10,29 8,28
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Hasil tertinggi diperoleh perlakuan media tanam T4 (Top
soil:TKKS:Sludge) terendah pada media tanam T7 (Top soil:Solid
decanter:Sludge). Pemberian mikoriza menghasilkan rataan bobot kering tajuk tertinggi dibandingkan tanpa mikoriza walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.
Volume Akar (ml)
Hasil pengamatan volume akarbeserta analisis hasil sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 43-45. Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit, pemberian mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.
Rataan volume akar terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan
pemberian mikoriza dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Volume akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza Rataan Media Tanam M1 M2 T1 3,00 2,17 2,59 T2 3,50 3,33 3,42 T3 2,00 3,67 2,84 T4 3,50 4,33 3,92 T5 2,33 2,33 2,33 T6 2,33 4,17 3,25 T7 3,33 2,50 2,92 Rataan 2,86 3,21 3,04
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Rataan volume akar tertinggi diperoleh pada media tanam T4 (Top Soil:TKKS:Sluge) dan terendah pada T5 (Top Soil:TKKS:Solid Decanter). Pemberian mikoriza menghasilkan volume akar lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.
Pembahasan
Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit
Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap panjang sulur bibit mucuna. Dimana panjang sulur tertinggi pada 8 MST terdapat pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sludge) sebesar 24 cm (Tabel 1). Hal ini dikarenakan adanya pemberian TKKS, dimana TKKS ini mempunyai manfaat yang diantaranya yaitu meningkatkan bahan organik tanah yang berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang
semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Simamora dan Salundik (2006) yang menyatakan bahwa keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium
yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara
yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi.
Dari hasil pengamatan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata bobot kering tajuk tanaman (Tabel 6). Rataan bobot kering tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sluge) yaitu 14,44 g. Hal ini disebabkan selain dengan adanya pemberian TKKS yang dapat memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah, sludge juga banyak mengandung unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg dan bahan organik yang relatif tinggi dan sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Hal ini sesuai
dengan literatur Wahyono et al. (2003) yang menyatakan bahwa Berat kering
sludge dari proses pemurnian relatif tinggi yaitu 175 kg/m3 dengan kandungan
abu sebanyak 240 kg/ ton (berat kering). Kandungan kimianya didominasi oleh N (27,03 kg/ton BK), P (2,54 kg/ton BK), K (15,5 kg/ton BK), Ca (14,20 kg/ton
BK) dan Mg (7,36 kg/ton BK), kandungan bahan organik sebanyak 6,3 kg/ m3
dan Rasio C/N-nya relatif rendah yaitu 5.
Menurut hasil pengamatan bobot kering akar dan bobot kering tajuk hasil tertinggi pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sludge) (Tabel 4 dan 6). Hal ini menunjukan bobot akar dan tajuk mempunyai hubungan yang berbanding lurus. Dimana semakin kecil atau besar bobot akar maka semakin kecil atau besar juga bobot tajuk. Hal ini dikarenakan akar merupakan organ pertama dan utama dalam penyerapan/pengambilan unsur hara/makanan dalam tanah yang selanjutnya di
semakin luas juga serapan akar tersebut sehingga semakin banyak juga unsur hara/makanan yang diserap untuk mecukupi kebutuhan tanaman dalam pertumbuhannya.
Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Pemberian Mikoriza
Perlakuan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman pada 1, 5, 6, 7 dan 8 MST. Dimana panjang sulur pada 8 MST tertinggi pada perlakuan M2 (25,15 cm) terendah pada M1 (14,98 cm) (Tabel 1). Hal ini Pemberian mikoriza dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Selain memperluas serapan akar, jamur juga dapat meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata dalam daur ulang unsur hara di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Supriyanto (1999) yang menyatakan bahwa penggunaan mikoriza merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Jamur ini terbukti dapat meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata dalam daur ulang unsur hara di dalam tanah
Dari hasil pengamatan bobot kering akar dan tajuk, hasil rataan tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (menggunakan mikoriza) (Tabel 4 dan 6). Hal ini dikarenakan pemberian mikoriza dapat menyebabkan luas serapan akar semakin besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara dan juga
pemberian mikoriza juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan litertur Pujiyanto (2011) yang menyatakan bahwa Asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza menyebabkan terbentuknya luas serapan yang lebih besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara, utamanya unsur hara yang relatif tidak mobil seperti P, Cu, dan Zn.
Interaksi Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna BracteataD.C)Secara Stek
Dari hasil analisis sidik ragam, interaksi media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza berpengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman pada 1, 2, 5 ,6, 7 dan 8 MST (lampiran 4-27). Panjang sulur pada 8 MST tertinggi pada perlakuan T4M2 (top soil:tkks:sludge) sebesar 40,43 cm (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena kombinasi media tanam yang sesuai dengan adanya TKKS yang dapat merubah sifat fisik dan kimia tanah serta dapat menahan air dengan baik, pemberian mikoriza juga mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan serapan unsur N, P dan K. Hal ini sesuai dengan literatur Supriyanto (1999) yang menyatakan bahwa Penggunaan mikoriza merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Jamur ini terbukti dapat meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata dalam daur ulang unsur hara di dalam tanah.