RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA (Mucuna bracteataD.C)SECARA STEK PADA MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN MIKORIZA
SKRIPSI
OLEH :
M DIAN MUNAWAN / 100301204 AGROEKOTEKNOLOGI / BPP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA (Mucuna bracteataD.C)SECARA STEK PADA MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN MIKORIZA
SKRIPSI
OLEH :
M DIAN MUNAWAN / 100301204 AGROEKOTEKNOLOGI / BPP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza
Nama : M Dian Munawan
NIM : 100301204
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Dr.Dra.Ir. Chairani Hanum.MP. Ketua
Ir. Mbue Kata Bangun.MP. Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
M DIAN MUNAWAN: Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna bracteata
D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza
dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan MBUE KATA BANGUN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit
mucuna secara stek dengan media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza serta
interaksinya. Penelitian dilaksanakan di Kebun Silau Dunia, PT. Perkebunan Nusantara III, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai januari 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam limbah kelapa sawit (Top Soil : Pasir, Top Soil : TKKS : Serat, Top Soil : TKKS : Solid Decanter, Top Soil :TKKS : Sludge, Top Soil : Serat : Solid Decanter, Top Soil : Serat : Sludge dan Top Soil : Solid Decanter : Sludge). Faktor kedua adalah Mikoriza (Tanpa Mikoriza dan Menggunakan Mikoriza). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam Top Soil :TKKS : Sludge menghasilkan pertumbuhan tertinggi dan pemberian mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.
ABSTRACT
M DIAN MUNAWAN: Growth Response of Mucuna Seed (Mucuna bracteata
D.C) In Cuttings On Growing Media Waste Oil Palm And Mycorrhiza supervised
by CHAIRANI HANUM and MBUE KATA BANGUN
The purpose of the study was to determine the response of seedling growth in cuttings with media mucuna planting oil palm waste and mycorrhiza and interactions. Research conducted at the Silau Dunia, PT. PTPN III, District Dolok Masihul, Bedagai Serdang, North Sumatra. The research was conducted in October 2014 until January 2015. The research design was a randomized block design (RAK) with two factors. The first factor is the growing media waste palm oil (Top Soil: Sand, Top Soil: TKKS: Fiber, Top Soil: TKKS: Solid Decanter, Top Soil: TKKS: Sludge, Top Soil: Fiber: Solid Decanter, Top Soil: Fiber: Sludge and Top Soil: Solid Decanter: Sludge). The second factor is Mycorrhiza (Without Mycorrhiza and Using Mycorrhiza). The result showed that Media Waste Top Soil: TKKS: Sludge produces the highest growth and the provision of mycorrhiza can improve plant growth.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Duren rejo, pada tanggal 25 januari1989, anak dari
pasangan Bapak iwan dan Ibu Maimunah. Penulis merupakan anak kedua dari
lima bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. SD Negeri 106214 Sei Parit dari tahun 1997 sampai dengan 2003
2. SMP Negeri 1 Sei Rampah dari tahun 2003 sampai dengan 2006
3. SMA Negeri 1 Sei Rampah dari tahun 2006 sampai dengan 2009
4. Terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara pada minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi
Agroekoteknologi pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek). Penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) selama bulan Juli hingga Agustus di PT. Perkebunan Nusantara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan Rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Respons Pertumbuhan Bibit
Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat
melakukan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Dr.Dra.Ir.Chairani Hanum,M.P., selaku dosen ketua komisi pembimbing dan
bapak Ir. Mbue Kata Bangun.M.P., sebagai dosen anggota komisi pembimbing
yang telah banyak memberikan saran dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK...i
ABSTRACT...i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Tujuan Penelitian... 3
Hipotesis Penelitian... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Iklim... 5
Media Tanam ... 6
TKKS ... 6
Serat... 7
Sludge ... 8
Solid Decanter ... 8
Mikoriza ... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 14
Persiapan Media Tanam... 14
Pemberian Mikoriza ... 14
Menyiapkan Bahan Stek ... 14
Penanaman ... 15
Pemeliharaan ... 15
Penyiraman ... 15
Penyiangan ... 15
Pemupukan... 15
Pengamatan Parameter ... 15
Panjang sulur (cm) ... 16
Jumlah Daun (helai) ... 16
Bobot Kering Akar (gr) ... 16
Bobot Segar Tajuk (gr) ... 16
Bobot Kering Tajuk (gr) ... 16
Volume Akar (ml) ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Pembahasan ... 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29
Saran... 29
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Derajat Infeksi Mikoriza(%)...17
2. Rataan Panjang Sulur (cm) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah
Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza pada umur 8 MST. ... 20
3. Rataan Jumlah Daun (helai) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah
Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza ... 21
4. Rataan Bobot Basah Akar (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah
Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza. ... 22
5. Rataan Bobot Kering Akar (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah
Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza. ... 23
6. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah
Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza ... 24
7. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah
Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza ... 25
8. Rataan Volume Akar (ml) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Pertumbuhan Panjang Sulur (cm) Pada 1-8 MST pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit ... 18
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal.
1. Bagan Penelitian.... ... 32
2. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 33
3. Data Analisis Derajat Infeksi Mikoriza ... 34
4. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 1 MST ... 35
5. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 1 MST... ... 35
6. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 1 MST... 36
7. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 2 MST ... 36
8. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 2 MST... ... 37
9. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 2 MST... 37
10. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 3 MST ... 38
11. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 3 MST... ... 38
12. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 3 MST... 39
13. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 4 MST ... 39
14. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 4 MST... ... 40
15. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 4 MST... 40
16. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 5 MST ... 41
17. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 5 MST... ... 41
18. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 5 MST... 42
19. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 6 MST ... 42
DAFTAR LAMPIRAN (Lanjutan)
No. Judul Hal.
21. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 6 MST... 43
22. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 7 MST ... 44
23. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 7 MST... ... 44
24. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 7 MST... 45
25. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 8 MST ... 45
26. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 8 MST... ... 46
27. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 8 MST... 46
28. Data Jumlah Daun (helai) ... 47
29. Data Transpormasi Jumlah Daun (helai)... ... 47
30. Sidik Ragam Dari Jumlah Daun (helai)... 48
31. Data Bobot Basah Akar (g) ... 48
32. Data Transpormasi Bobot Basah Akar (g) ... 49
33. Sidik Ragam Dari Bobot Basah Akar (g) ... 49
34. Data Bobot Kering Akar (g) ... 50
35. Data Transpormasi Bobot Kering Akar (g) ... 50
36. Sidik Ragam Dari Bobot Kering Akar (g) ... 51
37. Data Bobot Basah Tajuk (g) ... 51
38. Data Transpormasi Bobot Basah Tajuk (g) ... 52
39. Sidik Ragam Dari Bobot Basah Tajuk (g) ... 52
41. Data Transpormasi Bobot Kering Tajuk (g) ... 53
42. Sidik Ragam Dari Bobot Kering Tajuk (g) ... 54
43. Data Volume Akar (ml) ... 54
44. Data Transpormasi Volume Akar (ml) ... 55
45. Sidik Ragam Dari Volume Akar (ml)... 55
ABSTRAK
M DIAN MUNAWAN: Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna bracteata
D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza
dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan MBUE KATA BANGUN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit
mucuna secara stek dengan media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza serta
interaksinya. Penelitian dilaksanakan di Kebun Silau Dunia, PT. Perkebunan Nusantara III, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai januari 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam limbah kelapa sawit (Top Soil : Pasir, Top Soil : TKKS : Serat, Top Soil : TKKS : Solid Decanter, Top Soil :TKKS : Sludge, Top Soil : Serat : Solid Decanter, Top Soil : Serat : Sludge dan Top Soil : Solid Decanter : Sludge). Faktor kedua adalah Mikoriza (Tanpa Mikoriza dan Menggunakan Mikoriza). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam Top Soil :TKKS : Sludge menghasilkan pertumbuhan tertinggi dan pemberian mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.
ABSTRACT
M DIAN MUNAWAN: Growth Response of Mucuna Seed (Mucuna bracteata
D.C) In Cuttings On Growing Media Waste Oil Palm And Mycorrhiza supervised
by CHAIRANI HANUM and MBUE KATA BANGUN
The purpose of the study was to determine the response of seedling growth in cuttings with media mucuna planting oil palm waste and mycorrhiza and interactions. Research conducted at the Silau Dunia, PT. PTPN III, District Dolok Masihul, Bedagai Serdang, North Sumatra. The research was conducted in October 2014 until January 2015. The research design was a randomized block design (RAK) with two factors. The first factor is the growing media waste palm oil (Top Soil: Sand, Top Soil: TKKS: Fiber, Top Soil: TKKS: Solid Decanter, Top Soil: TKKS: Sludge, Top Soil: Fiber: Solid Decanter, Top Soil: Fiber: Sludge and Top Soil: Solid Decanter: Sludge). The second factor is Mycorrhiza (Without Mycorrhiza and Using Mycorrhiza). The result showed that Media Waste Top Soil: TKKS: Sludge produces the highest growth and the provision of mycorrhiza can improve plant growth.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop
(LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India
Utara. Tanaman ini juga banyak digunakan di perkebunan di Indonesia, tanaman
ini memiliki biomassa yang tinggi di bandingkan dengan penutup tanah lainya
(Siagian, 2003).
Pada umumnya tanaman Mucuna bracteata di perbanyak dengan cara
generatif. Namun Perbanyakan secara generatif sangat sulit dikarenakan kulit
keras dan untuk berkecambah perlu dilakukan skarifikasi pada bijinya dan jika
dilakukan perkembangbiakan kecambah, persentase kecambahnya hanya 12%
serta biji tanaman ini tidak tersedia di Indonesia sehingga biji ini harus diimpor
dari India (Siagian, 2003).
Sejak pertama kali digunakan sebagai tanaman penutup tanah tahun 1999,
Mucuna bracteata tidak pernah menghasilkan bunga dan buah atau biji. Karena
sulit berbuah, maka perbanyakan bisa dengan cara perbanyakan vegetatif,
terutama dengan cara stek. Namun perbanyakan melalui stek ini mempunyai
kelemahan yaitu sangat rentan terhadap kematian (tingkat kematiaannya mencapai
90%). Kegagalan pada penyetekan Mucuna bracteata terutama disebabkan oleh
(a) sulitnya mendapatkan stek yang baik, berupa ruas yang bulu akarnya sudah
mulai muncul (akar putih), (b) kurangnya penyesuaian (aklimatisasi) setelah stek
dipotong dari tanaman induknya (Sebayang et al., 2004).
Keunggulan perbanyakan stek yaitu menghasilkan tanaman yang memiliki
jumlah masal. Serta Perbanyakan dengan setek mudah dilakukan karena tidak
memerlukan peralatan dan teknik yang rumit. Keunggulan lain dari teknik ini
adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan
tanam yang tersedia sangat terbatas. (Rahadja dan Wahyu, 2007).
Selain produksi CPO, pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan produk
samping berupa limbah yang terdiri atas tiga macam limbah yaitu limbah cair,
padat dan gas. Limbah cair PKS berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi),
proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Sedangkan limbah padat pabrik
kelapa sawit berupa TKKS, cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge
atau lumpur, solid decanter dan bungkil. Sementara itu, limbah gas dan debu
berasal dari penggunaan cangkang dan serabut sebagai bahan bakar boiler dan
proses sterilisasi (berupa uap air) (Pahan, 2008).
Peningkatan laju produksi kelapa sawit yang semakin meningkat
mengakibatkan kebun dan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan
cair dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah seperti
TKKS, serat, sludge atau lumpur dan solid decanter mempunyai kandungan unsur
hara makro ataupun mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan produksi (Isroi, 2009).
Penggunaan mikoriza merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Jamur ini terbukti dapat meningkatkan
serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa beracun seperti
Al dan Na, juga ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta memberikan
Mikoriza merupakan jamur yang memiliki fungsi dan perilaku yang
kompleks. Asosiasi antara perakaran tanaman dan mikoriza dapat menyebabkan
peningkatan pertumbuhan tanaman inang, ini dikarenakan adanya gabungan antar
faktor kenaikan laju penyerapan unsur hara, air, kelarutan mineral dan proteksi
akar tanaman melawan patogen. Keberadaan mikoriza bisa menjadi prasyarat
untuk pertumbuhan normal banyak tanaman (Daniel et al., 1994).
Asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza
menyebabkan terbentuknya luas serapan yang besar dan mampu memasuki ruang
pori yang lebih kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk
menyerap unsur hara, utamanya unsur hara yang relatif tidak mobil seperti P, Cu,
dan Zn. Selain itu mikoriza juga menyebabkan tanaman lebih toleran terhadap
keracunan logam, serangan penyakit khususnya patogen akar, kekeringan, suhu
tanah yang tinggi, kondisi pH yang tidak sesuai serta cekaman pada saat
pemindahan tanaman (Pujiyanto, 2001).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit Mucuna secara stek dengan
media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza serta interaksinya.
Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh dan interaksi media tanam limbah kelapa sawit dan
mikoriza terhadap pertumbuhan bibit Mucuna bracteata secara stek.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata
Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang
masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal
perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan
tanaman penutup tanah lainnya. Legume ini merupakan kelompok legume
perennial atau tahunan, tumbuh menjalar diatas permukaan tanah, merambat ke
arak kiri pada ajir atau tanaman lainnya (Purwanto, 2011).
Mucuna bracteata memiliki sistem perakaran tunggang berwarna putih
kecokelatan, tersebar di atas permukaan tanah dan dapat mencapai kedalaman 1
meter di bawah permukaan tanah. Tanaman ini juga memiliki bintil akar yang
menandakan adanya simbiosis mutualisme antara tanaman kacangan dengan
bakteri Rhizobium sehingga dapat memfiksasi nitrogen bebas menjadi nitrogen
yang tersedia bagi tanaman (Dutta, 1970).
Batang tanaman ini tumbuh menjalar, merambat/membelit, berwarna hijau
muda sampai hijau kecokelatan. Batang ini memiliki diaeter 0,4-1,5 cm berbentuk
bulat berbuku dengan panjang buku 25-34 cm, tidak berbulu, teksturnya cukup
lunak, lentur, mengandung banyak serat dan berair. Jika batang dipotong akan
mengeluarkan banyak getah yang berwarna putih dan akan berubah menjadi
cokelat setelah kering (Subronto dan Harahap, 2002).
Helaian daun berbentuk oval, satu tangkai daun terdiri dari 3 helaian anak
daun (trifoliat), berwarna hijau, muncul di setiap ruas batang. Ukuran daun
lingkungan tinggi (termonastik), sehingga sangat efisien dalam mengurangi
penguapan di permukaan daun tanaman (Sebayang, et al, 2004).
Bunga tanaman penutup tanah ini berbentuk tandan menyerupai rangkaian
bunga anggur dengan panjang 20–35 cm, terdiri dari tangkai bunga 15-20 tangkai
dengan 3 buah bunga setiap tangkainya. Bunga ini berwarna ungu, dengan bau
yang sangat menyengat untuk menarik perhatian kumbang penyerbuk
(Subronto dan Harahap, 2002).
Dalam satu rangkaian bunga Mucuna bracteata, yang berhasil menjadi
polong sebanyak 4–15 polong, tergantung dari umur tanaman dan lingkungan
setempat termasuk perubahan musim. Polong diselimuti bulu halus berwarna
merah keemasan yang berubah warna menjadi hitam ketika matang. Polong ini
memiliki panjang 5-8 cm, lebar 1-2 cm, dan memiliki 2-4 biji untuk setiap
polongnya (Harahap, et al, 2008).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh baik di berbagai daerah, baik
dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi untuk dapat melakukan
pertumbuhan generatif atau berbunga tanaman ini memerlukan ketinggian > 1000
m dpl, jika berada di bawah 1000 m dpl maka pertumbuhan akan subur tetapi
tidak dapat terjadi pembentukan bunga (Harahap dan Subronto, 2004).
Untuk mendapat pembungaan tanaman ini memerlukan suhu harian
berkisar antara 120C – 230C. Apabila suhu berada diatas 180C maka pembungaan
Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan tanaman mucuna baik
berkisar antara 1000 - 2500 mm/thn dan 3 - 10 merupakan hari hujan setiap
bulannya. Sedangkan untuk kelembaban tanaman ini adalah 80%. Jika
kelembaban terlalu tinggi akan berakibat bunga busuk, layu dan kering. Untuk
panjang penyinaran, Mucuna bracteata membutuhkan lama penyinaran penuh
antara 6 - 7 jam/hari (Harahap dan Subronto, 2004).
Tanah
Mucuna bracteata dapat tumbuh baik pada semua tekstur tanah, baik tanah
liat, liat berpasir, lempung, lempung berpasir atau tanah pasir. Tanaman ini juga
dapat tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu 4,5-6,5. Pertumbuhan
vegetatif akan sedikit terganggu jika Mucuna bracteata ditanam di areal yang
tergenang air (Subronto dan Harahap, 2002).
Tanaman mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah,
pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang
cukup tinggi, gembur serta tidak jenuh. Apabila mucuna di tanam pada tanah yang
tergenang akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif sedikit serta lambat. Untuk
pertumbuhan tanaman mucuna secara umum dapat tumbuh baik pada kisaran pH
4,5 - 6,5 (Harahap dan Subronto, 2004).
Media Tanam
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah limbah pabrik kelapa sawit
yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah
Segar) akan dihasilkan TKKS sebanyak 22 – 23% TKKS atau sebanyak 220 – 230
Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi,
tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di
dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu
kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1)
memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu kelarutan
unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat
homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4) merupakan
pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat
diaplikasikan pada sembarang musim (Simamora dan Salundik, 2006).
Darmoko dan Sutarta (2006) menyatakan bahwa dalam kompos TKKS
terdapat beberapa kandungan nutrisi penting bagi tanaman yaitu :
Kandungan Nutrisi dalam Kompos TKKS
Parameter Nilai (%)
Air 45-50
Abu 12,60
N 2 – 3
C 35,10
P 0,2 – 0,4
K 4 – 6
Ca 1 – 2
Mg 0,8 – 1,0
C/N 15,03
Bahan Organik >50%
Serat (Serabut)
Serabut disebut juga sabut atau serat (fiber), berasal dari mesocarp buah
sawit yang telah mengalami pengempaan di dalam screw press. Serabut sawit
ukurannya relatif pendek sesuai dengan ukuran mesocarp buah sawit yang telah
nilai kalor serabut jauh lebih tinggi yaitu 4.586 kcal/kg karena lebih kering dan
rendemen seratnya lebih tinggi. Kandungan kimia serabut didominasi oleh glucan
(219 kg/ton BK), xylan (153 kg/ton BK), lignin (234 kg/ ton BK), SiO2 (632
kg/ton BK), K2O (90 kg/ ton BK), dan CaO (72 kg/ton BK)
(Wahyono et al., 2003).
Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang.
Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%)
(Lubis et al., 2000).
Sludge
Sludge atau lumpur berasal dari dua sumber yaitu dari proses pemurnian
minyak (clarification) yang biasanya menggunakan decanter dan dari instalasi
pengolahan limbah cair. Sludge dari decanter merupakan kotoran minyak yang
bercampur dengan kotoran yang lainnya. Sedangkan sludge dari instalasi
pengolahan limbah cair berasal dari endapan suspensi limbah cair dan
mikroorganisma yang hidup di dalamnya (Wahyono et al., 2003).
Berat kering sludge dari proses pemurnian relatif tinggi yaitu 175 kg/m3
dengan kandungan abu sebanyak 240 kg/ ton (berat kering). Kandungan kimianya
didominasi oleh N (27,03 kg/ton BK), P (2,54 kg/ton BK), K (15,5 kg/ton BK),
Ca (14,20 kg/ton BK) dan Mg (7,36 kg/ton BK). Berat kering sludge dari proses
pengolahan limbah cair antara 24,2 – 68 kg/m3
dengan kandungan bahan organik
sebanyak 6,3 kg/ m3 dan Rasio C/N-nya relatif rendah yaitu 5
Solid Decanter
Decanter solid (DS) adalah limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan
TBS di PKS yang memakai sistem decanter. Untuk pemanfaatannya sebagai
bahan pengganti pupuk, DS segar biasanya dikeringkan dulu, untuk itu diperlukan
dryer yang investasi dan biaya operasinya cukup besar. DS kering yang
dihasilkan, kadar airnya tidak boleh lebih dari 15%, kalau lebih maka bahan cepat
berjamur dan tidak dapat disimpan lama. Produksi DS segar adalah sekitar 5.7%
dari TBS. Sedangkan produksi DS kering adalah sekitar 2% dari TBS. Baik DS
segar maupun DS kering dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk pada
TM (Lubis et al., 2000).
Decanter solid dihasilkan dari decanter dari stasiun klarifikasi dan solid ini
dari pabrik akan diaplikasikan ke perkebunan sawit, solid ini merupakan bahan
organik yang mengandung sejumlah hara terutama Nitrogen(N). Kandungan hara
dapat bervariasi, tetapi secara umum 1 ton DS segar (setara dengan 0.35 ton DS
kering) mengandung sekitar 17 kg Urea, 3 kg TSP, 8 kg MOP dan 5 kg Kiserit
(Schucardt et al., 2001).
Mikoriza
Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur.
Secara umum mikoriza di daerah tropis tergolong ke dalam dua tipe yaitu
ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza/arbuscular mycorrhiza (AM). Jamur
ektomikoriza pada umumnya tergolong ke dalam kelompok Ascomysetes dan
Basidiomycetes. (Pujiyanto, 2001).
Penggunaan mikoriza yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan
fosfor, 40% kebutuhan nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman
lamtoro. Penggunaan mikoriza lebih menarik ditinjau dari segi ekologi karena
aman dipakai, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila mikoriza tertentu
telah berkembang dengan baik di suatu tanah, maka manfaatnya akan diperoleh
untuk selamanya. Mikoriza juga membantu tanaman untuk beradaptasi pada pH
yang rendah. Demikian pula vigor tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Silau Dunia, PT. Perkebunan Nusantara
III, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai januari 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah batang tanaman
Mucuna bracteata, top soil, Pasir, TKKS, serat, solid decanter, sludge, polibek,
fungi mikoriza arbuskular, ZPT, pupuk NPK, bambu, tali rafiah dan pelepah
kelapa sawit.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, meterán,
gembor, alat tulis, timbangan analitik, kamera dan label.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial,
dengan perlakuan yaitu :
Faktor I : Media tanam yang terdiri dari 7 kategori, yaitu :
T1 : Top Soil – Pasir ( 2 : 1 )
T2 : Top Soil – TKKS – Serat ( 2 : 1 : 1 )
T3 : Top Soil – TKKS - Solid Decanter ( 2 : 1 : 1 )
T4 : Top Soil – TKKS – Sludge ( 2 : 1 : 1 )
T5 : Top Soil - Serat - Solid Decanter ( 2 : 1 : 1 )
T6 : Top Soil – Serat – Sludge ( 2 : 1 : 1 )
Faktor II : Mikoriza terdiri dari 2 kategori yaitu :
M1 = Tanpa Mikoriza
M2 = Menggunakan Mikoriza
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 14 unit perlakuan, yaitu :
T1M1 T3M1 T5M1 T7M1
T1M2 T3M2 T5M2 T7M2
T2M1 T4M1 T6M1
T2M2 T4M2 T6M2
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah unit percobaan : 42 unit
Jumlah tanaman tiap unit perlakuan : 4 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 168 tanaman
Jumlah sampel per unit perlakuan : 2 benih
Jumlah sampel seluruhnya : 84 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3,..,7 k = 1,2
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan media tanam kategori
ke-j dan pemberian mikoriza pada kategori ke-k
µ : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i
βk : Efek pemberian mikoriza pada kategorike-k
(αβ)jk :Interaksi antara media tanam kategori ke-j dan mikoriza kategori ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i dengan media tanam ke-j dan pemberian mikoriza
ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisis lanjutan dengan
menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5 %
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Penelitian
Areal penelitian dibersihkan dari sisa tumbuhan, seresah dan
sampah-sampah, kemudian dilakukan pembuatan naungan seluas 12 m2 dengan panjang
6 meter dan lebar 2 meter dengan ketinggian 1,5 meter.
Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan yaitu tanah topsoil, pasir, TKKS, serat, sludge dan
solid decanter kemudian diayak dengan ayakan sehingga menjadi butiran halus
dan terbebas dari sisa sampah dan akar tumbuhan liar. Lalu media diisikan
kedalam polybag ukuran 15x10 cm sesuai perlakuan, kemudian disusun sesuai
dengan bagan percobaan.
Pengaplikasian Mikoriza
Mikoriza diberikan kedalam polibek yang telah berisi media sesuai dengan
perlakuan, Yaitu dengan membuat lubang pada polibek sedalam 5 cm lalu
mikoriza dimasukan dan ditutup dengan media tanam lagi. Mikoriza diberikan
sebelum tanaman di tanam.
Menyiapkan Bahan Setek
Bahan setek diambil batang yang sehat terdiri dari 4 ruas dari pucuk.
Setiap batang setek mempunyai 1 ruas dan 2 buku, diman 1 buku untuk
pertumbuhan akar dan 1 buku lagi untuk pertumbuhan tunas. Kurangi luas
Penanaman
Sebelum ditanam di polibag, stek terlebih dahulu direndam dalam hormon
pertumbuhan akar (ZPT). Kemudian tancapkan batang tersebut kedalam polibek
yang telah berisi media tanam. Tinggalkan batang sepanjang 5 cm di atas sebagai
bakal tumbuhnya tunas.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi:
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan gembor,
disiram 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari kapasitas lapang.
b. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi di lapangan. Gulma yang
tumbuh di polibek dicabut dengan tangan dan yang di luar polibek
menggunakan cangkul.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk mamicu pertumbuhan Mucuna dengan
menggunakan pupuk NPK sebesar 5 gr/polibek. Pemupukan dilakukan pada
minggu ke 6 dan minggu ke 8 setelah tanam.
Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Parameter
yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:
Derajat infeksi mikoriza (%)
Dengan menganalisis akar tanaman di laboratorium biologi tanah dengan
Panjang sulur (cm)
Panjang sulur diukur dari pangkal sulur sampai ujung sulur terpanjang
dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai setelah tanaman berumur 2
minggu dan dilakukan seminggu sekali.
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah membuka sempurna, dan
diamati pada akhir penelitian.
Bobot segar akar (g)
Berat segar akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran
tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan kemudian ditimbang.
Bobot kering akar (g)
Berat kering akar dilakukan degan mengovenkan akar tanaman dengan
suhu 105°C selama 24 jam sampai di dapat berat konstan.
Bobot segar tajuk (g)
Berat segar tajuk meliputi bagian atas tanaman yaitu batang dan daun
tanaman. Batang dan daun tanaman ditimbang.
Bobot kering tajuk (g)
Berat kering tunas meliputi bagian atas taman yaitu bagian batang dan
daun tanaman. Batang dan daun dioven dengan suhu 105°C selama 24 jam sampai
di dapat berat konstan.
Volume akar (ml)
Volume akar diukur dengan menggunakan gelas ukur, yaitu dengan
memasukan akar kedalam gelas ukur yang berisi air, dan diamati pada akhir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil analisis di laboratorium dengan metode pewarnaan maka
[image:34.595.115.491.240.440.2]diperoleh derajat infeksi mikoriza (Tabel 1).
Tabel 1. Derajat infeksi mikoriza
Perlakuan Jumlah Terinfeksi
T1M2 83%
T2M2 70%
T3M2 20%
T4M2 30%
T5M2 30%
T6M2 30%
T7M2 40%
Hasil pada Tabel 1 menunjukan bahwa derajat infeksi tertinggi diperoleh
pada media tanam Top soil:Pasir (2:1) yang diberi mikoriza dan yang terendah
pada media tanam Top soil:TKKS:Solid decanter (2:1:1) yang diberi mikoriza.
Panjang sulur (cm)
Hasil pengamatan panjang sulur tanaman beserta analisis hasil sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 4-27. Berdasarkan hasil sidik ragam
diketahui bahwa media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap
panjang tanaman pada 1-8 MST, sedangkan pemberian mikoriza menunjukkan
antara pemberian media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza berpengaruh
nyata terhadap panjang tanamaan 1,2,5,6,7 dan 8 MST.
Perkembangan pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada
media tanam limbah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada media tanam limbah kelapa sawit.
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa penambahan panjang sulur
tertinggi terdapat pada umur 7 MST pada perlakuan T5 (top soil:serat:solid
decanter) dan terendah pada perlakuan T7 (top soil:solid decanter:sluge).
Perkembangan pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada
pemberian mikoriza dapat dilihat pada Gambar 2.
[image:35.595.118.511.212.367.2] [image:35.595.112.513.553.707.2]Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa perlakuan M2 (menggunakan
mikoriza) menghasilkan penambahan panjang sulur lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan M1 (tanpa mikoriza).
Rataan panjang sulur tanaman terhadap media tanam limbah kelapa sawit
dan pemberian mikoriza pada 8 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang sulur mucuna dengan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza pada umur 8 MST
Umur Perlakuan Mikoriza
Rataan
8 MST
Media Tanam M1 M2
T1 20.13 f 16.70 g 18.42 ab
T2 17.73 g 22.50 e 20.12 ab
T3 4.87 j 30.93 c 17.90 ab
T4 7.57 i 40.43 a 24.00 a
T5 24.23 d 23.13 de 23.68 a
T6 20.63 f 33.76 b 27.20 a
T7 9.67 h 8.60 hi 9.14 b
Rataan 14.98 b 25.15 a 20.06
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 2 menunjukan rataan panjang sulur pada pengamatan 8 MST.
Rataan panjang sulur tertinggi diperoleh perlakuan Top soil:TKKS:Sludge (2:1:1)
yang diberi mikoriza sebesar 40.43 cm dan terendah pada perlakuan
Top soil:TKKS:Solid decanter tanpa mikoriza sebesar 4.47 cm.
Jumlah Daun (helai)
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan media tanam limbah
kelapa sawit, pemberian mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata. Hal ini dapat dilihat di lampiran 28-30.Rataan jumlah daun terhadap
perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza dapat dilihat
pada Tabel 3.
[image:36.595.113.511.260.420.2]Tabel 3. Jumlah daun mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza
Rataan
Media Tanam M1 M2
T1 51,67 46,00 48,84
T2 68,33 38,33 53,33
T3 38,67 76,33 57,50
T4 49,00 99,67 74,34
T5 31,33 34,00 32,67
T6 48,00 88,00 68,00
T7 27,33 33,00 30,17
Rataan 44,90 59,33 52,12
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukan perlakuan media tanam dan pemberian mikoriza
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Data tertinggi yang diperoleh
yaitu pada perlakuan T4M2(Top soil:TKKS:Sludge yang diberi mikoriza)
(99,67 helai) dan terendah pada T7M1(Top soil:Solid decanter:Sludge tanpa
mikoriza) (27,33 helai).
Bobot Segar Akar (g)
Bobot segar akar beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 31-33. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media
tanam limbah kelapa sawit maupan pemberian mikoriza dan interaksi keduanya
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot segar akar terhadap
perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza dapat dilihat
pada Tabel 4.
[image:37.595.113.511.123.308.2]Tabel 4. Bobot segar akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza
Rataan
Media Tanam M1 M2
T1 3,10 2,77 2,94
T2 3,57 3,47 3,52
T3 3,27 4,53 3,90
T4 3,43 4,73 4,08
T5 2,87 2,40 2,64
T6 3,20 5,97 4,59
T7 3,23 3,33 3,28
Rataan 3,24 3,89 3,56
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Bobot segar akar tertinggi pada media tanam diperoleh pada perlakuan T6
(Top soil:Serat:Sludge) terendah pada T5 (Top soil:Serat:Solid decanter).
Pemberian mikoriza (M2) mampu meningkatkan bobot segar akar dibandingkan
tanpa pemberian mikoriza(M1).
Bobot Kering Akar (g)
Pengamatan bobot kering akar beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 34-36. Diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah
kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, pemberian
mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot
kering akar terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot kering akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza
Rataan
Media Tanam M1 M2
T1 0,87 0,67 0,77
T2 0,93 1,20 1,07
T3 0,87 1,37 1,12
T4 1,13 1,87 1,50
T5 1,00 0,87 0,94
T6 1,10 1,70 1,40
T7 1,17 1,10 1,14
Rataan 1,01 1,25 1,13
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Hasil pada Tabel 5 menunjukan pemberian mikoriza (M2) membuat bobot
kering akar lebih tinggi, Sedangkan komposisi media tanam terbaik pada
perlakuan T4 (Top soil:TKKS:Sludge).
Bobot Segar Tajuk (g)
Data bobot segar tajuk beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat
pada Lampiran 37-39. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
media tanam limbah kelapa sawit, pemberian mikoriza dan interaksinya juga tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot segar tajuk. Rataan bobot segar
tajuk terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot segar tajuk mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza
Rataan
Media Tanam M1 M2
T1 33,17 25,17 29,17
T2 39,23 25,63 32,43
T3 22,00 60,63 41,32
T4 23,83 92,50 58,17
T5 28,93 18,70 23,82
T6 32,70 50,87 41,79
T7 12,00 11,20 11,60
Rataan 27,41 40,67 34,04
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pada bobot segar tajuk hasil tertinggi pada komposisi media tanam T4
(Top soil:TKKS:Sludge) terendah pada T7 (Top soil:Solid decanter:Sludge),
Sedangkan pemberian mikoriza (M2) mampu meningkatkan bobot segar tajuk
dibandingkan tanpa pemberian mikoriza (M1).
Bobot Kering Tajuk (g)
Data pengamatan bobot kering tajuk beserta analisis hasil sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 40-42. Diketahui bahwa perlakuan media tanam
limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Pemberian
mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot
segar tajuk terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian
mikoriza dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot kering tajukmucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza
Rataan
Media Tanam M1 M2
T1 8,07 5,97 7,02 ab
T2 9,07 5,90 7,49 ab
T3 5,60 14,70 10,15 ab
T4 6,27 22,60 14,44 a
T5 4,23 4,57 4,40 ab
T6 7,23 15,50 11,37 ab
T7 3,40 2,80 3,10 b
Rataan 6,27 10,29 8,28
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot
kering tajuk. Hasil tertinggi diperoleh perlakuan media tanam T4 (Top
soil:TKKS:Sludge) terendah pada media tanam T7 (Top soil:Solid
decanter:Sludge). Pemberian mikoriza menghasilkan rataan bobot kering tajuk
tertinggi dibandingkan tanpa mikoriza walaupun secara statistik tidak berbeda
nyata.
Volume Akar (ml)
Hasil pengamatan volume akarbeserta analisis hasil sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 43-45. Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit,
pemberian mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.
Rataan volume akar terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan
pemberian mikoriza dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Volume akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Mikoriza
Rataan
Media Tanam M1 M2
T1 3,00 2,17 2,59
T2 3,50 3,33 3,42
T3 2,00 3,67 2,84
T4 3,50 4,33 3,92
T5 2,33 2,33 2,33
T6 2,33 4,17 3,25
T7 3,33 2,50 2,92
Rataan 2,86 3,21 3,04
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Rataan volume akar tertinggi diperoleh pada media tanam T4 (Top
Soil:TKKS:Sluge) dan terendah pada T5 (Top Soil:TKKS:Solid Decanter).
Pemberian mikoriza menghasilkan volume akar lebih tinggi dibandingkan dengan
tanpa mikoriza walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.
Pembahasan
Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit
Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap
panjang sulur bibit mucuna. Dimana panjang sulur tertinggi pada 8 MST terdapat
pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sludge) sebesar 24 cm (Tabel 1). Hal ini
dikarenakan adanya pemberian TKKS, dimana TKKS ini mempunyai manfaat
yang diantaranya yaitu meningkatkan bahan organik tanah yang berfungsi untuk
memperbaiki sifat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water
holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang
[image:42.595.113.511.124.312.2]semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Simamora dan Salundik (2006)
yang menyatakan bahwa keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium
yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara
yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi.
Dari hasil pengamatan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit
berpengaruh nyata bobot kering tajuk tanaman (Tabel 6). Rataan bobot kering
tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sluge) yaitu
14,44 g. Hal ini disebabkan selain dengan adanya pemberian TKKS yang dapat
memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah, sludge juga banyak mengandung
unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg dan bahan organik yang relatif tinggi dan
sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Hal ini sesuai
dengan literatur Wahyono et al. (2003) yang menyatakan bahwa Berat kering
sludge dari proses pemurnian relatif tinggi yaitu 175 kg/m3 dengan kandungan
abu sebanyak 240 kg/ ton (berat kering). Kandungan kimianya didominasi oleh N
(27,03 kg/ton BK), P (2,54 kg/ton BK), K (15,5 kg/ton BK), Ca (14,20 kg/ton
BK) dan Mg (7,36 kg/ton BK), kandungan bahan organik sebanyak 6,3 kg/ m3
dan Rasio C/N-nya relatif rendah yaitu 5.
Menurut hasil pengamatan bobot kering akar dan bobot kering tajuk hasil
tertinggi pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sludge) (Tabel 4 dan 6). Hal ini
menunjukan bobot akar dan tajuk mempunyai hubungan yang berbanding lurus.
Dimana semakin kecil atau besar bobot akar maka semakin kecil atau besar juga
bobot tajuk. Hal ini dikarenakan akar merupakan organ pertama dan utama dalam
semakin luas juga serapan akar tersebut sehingga semakin banyak juga unsur
hara/makanan yang diserap untuk mecukupi kebutuhan tanaman dalam
pertumbuhannya.
Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Pemberian Mikoriza
Perlakuan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap panjang sulur
tanaman pada 1, 5, 6, 7 dan 8 MST. Dimana panjang sulur pada 8 MST tertinggi
pada perlakuan M2 (25,15 cm) terendah pada M1 (14,98 cm) (Tabel 1). Hal ini
Pemberian mikoriza dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Selain
memperluas serapan akar, jamur juga dapat meningkatkan serapan N, P dan K,
meningkatkan ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga
ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata
dalam daur ulang unsur hara di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur
Supriyanto (1999) yang menyatakan bahwa penggunaan mikoriza merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.
Jamur ini terbukti dapat meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan
ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap
berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata dalam daur ulang
unsur hara di dalam tanah
Dari hasil pengamatan bobot kering akar dan tajuk, hasil rataan tertinggi
terdapat pada perlakuan M2 (menggunakan mikoriza) (Tabel 4 dan 6). Hal ini
dikarenakan pemberian mikoriza dapat menyebabkan luas serapan akar semakin
besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih kecil sehingga
pemberian mikoriza juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal ini
sesuai dengan litertur Pujiyanto (2011) yang menyatakan bahwa Asosiasi
simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza menyebabkan terbentuknya
luas serapan yang lebih besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih
kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara,
utamanya unsur hara yang relatif tidak mobil seperti P, Cu, dan Zn.
Interaksi Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna BracteataD.C)Secara Stek
Dari hasil analisis sidik ragam, interaksi media tanam limbah kelapa sawit
dan mikoriza berpengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman pada 1, 2, 5 ,6, 7
dan 8 MST (lampiran 4-27). Panjang sulur pada 8 MST tertinggi pada perlakuan
T4M2 (top soil:tkks:sludge) sebesar 40,43 cm (Tabel 1). Hal ini disebabkan
karena kombinasi media tanam yang sesuai dengan adanya TKKS yang dapat
merubah sifat fisik dan kimia tanah serta dapat menahan air dengan baik,
pemberian mikoriza juga mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
serapan unsur N, P dan K. Hal ini sesuai dengan literatur Supriyanto (1999) yang
menyatakan bahwa Penggunaan mikoriza merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Jamur ini terbukti dapat
meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa
beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman pada 1-8 MST dan bobot kering tajuk.
2. Komposisi media tanam Top Soil:TKKS:Sludge menghasilkan rataan
pertumbuhan paling baik dibandingkan dengan komposisi yang lainnya.
3. Perlakuan pemberian mikoriza menghasilkan rataan lebih tinggi pada semua
parameter dibandingkan tanpa mikoriza.
4. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan terbaik terdapat pada
perlakuan T4M2. Hal ini dapat dilihat dari nilai ratan setiap parameter
pengamatan.
Saran
Sebaiknya dalam pertumbuhan bibit mucuna (Mucuna bracteata D.C)
secara stek degan menggunakan media tanam limbah kelapa sawit menggunakan
kombinasi perlakuan Top Soil:TKKS:Sludge dan pemberian mikoriza untuk
DAFTAR PUSTAKA
Anas, I. 1997. Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Daniel, T. W, J. A. Helms, dan F. S. Barker. 1994. Prinsip – Prinsip Silvikultur.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Darmoko dan A. S. Sutarta. 2006. Ilmu Tanah dan Agronomi.
http://tks/ilmu_tanah_dan_agronomi.htm pada tanggal 28 maret 2014.
Dutta, A.C. 1970. Botany for Degree Student. Oxfort University Press. England.
Erningpraja, L. Dan Darnoko. 2005 . Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit Ramah Iingkungan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan .
Harahap, I.Y dan Subroto. 2002. Penggunaan kacangan penutup tanah Mucuna
bracteata pada pertanaman kelapa sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10(1): 1-6.
Harahap,I .Y . dan Subronto. 2004. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah Mucuna Bracteata Pada Pertanaman Kelapa Sawit. Medan. Warta Vol 10.
Harahap,I.Y, Taufiq. C, Hidayat. Dan G. Simangunsong. 2008. Mucucna Bracteata. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Isroi. 2009. Cara Membuat Kompos dari Tandan Sawit Kosong. Dikutip dari http://www.deptan.go.id pada tanggal 28 maret 2014.
Lubis, A.D., D. Erowati, dan A. Waluyo, 2000. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit berupa Serat dan Lumpur Sawit dengan Metode Amoniase dan Biofermentasi. Tim Pengembangan Kawasan Teknologi Berwawasan Lingkungan, Kabupaten Batanghari, Jambi.
Mugnisjah.W.Q dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pujiyanto. 2001. Pemanfaatan Jasad Mikro Jamur Mikoriza dan Bakteri Dalam
Sistem Pertanian Berkelanjutan di Indonesia. Dikutip dari
http://www.rudyct.com pada tanggal 28 maret 2014.
Purwanto, Imam. 2011. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius Yogyakarta.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Schuchardt, F., Darnoko, D. Darmawan, Erwinsyah, dan Guritno, P. 2001. Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Pembuatan Kompos. Lokakarya Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit (Medan: 19 – 20 Juni 2001).
Sebayang, S. Y., E. S. Sutarta dan I. Y. Harahap. 2004. Penggunaan Mucuna
bracteata pada Kelapa Sawit: Pengalaman di Kebun Tinjowan Sawit II, PT. Perkebunan Nusantara IV. Warta PPKS 2004. Vol. 12(2-3): 15-22.
Siagian, N. 2003. Potensi dan Pemanfaatan Mucuna Bracteata Sebagai Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Medan.
Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualiatas Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Supriyanto. 1999. The Effectiveness of Some Ectomycorrhizal Fungi in Alginate Beads in Promoting the Growth of Several Dipterocarps Seedlings. J. Biotrop 12: 59 – 77.
Lampiran 1 : Bagan Penelitian
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
T 6m B 3m T1M2 T7M2 T3M1 T2M1 T5M2 T5M1 T7M1 T7M2 1 T4M1 T5M1 T4M2 T3M2 T7M1 T1M1 T6M2 T2M1 T4M2 T4M2
T6M1 T7M2
T : Media Tanam M : Mikoriza
T5M1 T2M2 T3M1 T1M2 T3M2 T1M1 T3M2 T6M1 T5M2 T6M2 T5M2 T6M1 T4M1 T4M1 T3M1 T6M2
T1M1 T2M1
6 T2M2
T2M2 T7M1
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
No NAMA
KEGIATAN
MINGGU KE-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan lahan X
2. Pembuatan naungan X
3. Persiapan media
tanam
X
5. Persiapan bahan
tanam / bibit
X
7. Penanaman X
8. Pemeliharaan
Penyiraman X X X X X X X X X X X
Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi dilapangan
Pemupukan X X
Pengendalian Hama dan Penyakit
Disesuaikan dengan kondisi dilapangan
9. Peubah Amatan
Tinggi tanaman (cm)
X X X X X X X X X
Jumlah Daun (helai) X
Volume Akar (ml) X
Bobot Basah Akar (g)
X
Bobot Basah Tajuk (g)
X
Bobot Kering Akar (g)
X
Bobot Kering Tajuk (g)
X
Lampiran 4. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 1
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 0,30 1,70 0,50 2,50 0,83
T2M1 0,50 0,50 0,70 1,70 0,57
T3M1 0,50 1,00 0,90 2,40 0,80
T4M1 0,90 1,30 0,50 2,70 0,90
T5M1 1,00 0,50 0,40 1,90 0,63
T6M1 0,30 0,50 0,60 1,40 0,47
T7M1 0,50 1,00 0,50 2,00 0,67
T1M2 0,30 0,50 1,10 1,90 0,63
T2M2 0,40 0,70 0,80 1,90 0,63
T3M2 2,80 2,00 0,50 5,30 1,77
T4M2 2,70 1,50 3,20 7,40 2,47
T5M2 0,50 0,70 0,70 1,90 0,63
T6M2 3,60 1,20 2,00 6,80 2,27
T7M2 0,60 0,40 0,80 1,80 0,60
Total 14,90 13,50 13,20 41,60
Rataan 1,06 0,96 0,94 0,99
Lampiran 5. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y
Mucuna Bracteata 1 MST dengan perlakuan media tanam limbah
kelapasawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 0,55 1,30 0,71 2,56 0,85
T2M1 0,71 0,71 0,84 2,25 0,75
T3M1 0,71 1,00 0,95 2,66 0,89
T4M1 0,95 1,14 0,71 2,80 0,93
T5M1 1,00 0,71 0,63 2,34 0,78
T6M1 0,55 0,71 0,77 2,03 0,68
T7M1 0,71 1,00 0,71 2,41 0,80
T1M2 0,55 0,71 1,05 2,30 0,77
T2M2 0,63 0,84 0,89 2,36 0,79
T3M2 1,67 1,41 0,71 3,79 1,26
T4M2 1,64 1,22 1,79 4,66 1,55
T5M2 0,71 0,84 0,84 2,38 0,79
T6M2 1,90 1,10 1,41 4,41 1,47
T7M2 0,77 0,63 0,89 2,30 0,77
Total 13,04 13,31 12,90 39,25
Lampiran 6. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 1 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Lampiran 7. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 2
MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 1,60 2,30 2,60 6,50 2,17
T2M1 2,00 1,30 1,10 4,40 1,47
T3M1 5,10 6,20 1,20 12,50 4,17
T4M1 0,50 5,10 2,10 7,70 2,57
T5M1 0,90 3,00 1,30 5,20 1,73
T6M1 1,50 1,90 0,90 4,30 1,43
T7M1 0,70 1,90 1,70 4,30 1,43
T1M2 0,50 1,80 2,40 4,70 1,57
T2M2 1,20 3,00 1,50 5,70 1,90
T3M2 2,90 3,60 0,90 7,40 2,47
T4M2 3,90 7,00 4,80 15,70 5,23
T5M2 0,80 2,10 1,00 3,90 1,30
T6M2 3,90 3,90 2,90 10,70 3,57
T7M2 1,50 1,10 0,90 3,50 1,17
Total 27,00 44,20 25,30 96,50
Rataan 1,93 3,16 1,81 2,30
=√Y
SK db JK KT Fhit F.05 Ket
Blok 2 0,01 0,00 0,04 3,37 tn
Perlakuan 13 3,07 0,24 3,34 2,12 *
T 6 1,32 0,22 3,12 2,47 *
M 1 0,63 0,63 8,98 4,22 *
TxM 6 1,12 0,19 2,63 2,47 *
Galat 26 1,84 0,07
Total 41 4,92
FK 36,68384
Mucuna Bracteata 2 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Lampiran 9. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna
bracteata 2 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 1,26 1,52 1,61 4,39 1,46
T2M1 1,41 1,14 1,05 3,60 1,20
T3M1 2,26 2,49 1,10 5,84 1,95
T4M1 0,71 2,26 1,45 4,41 1,47
T5M1 0,95 1,73 1,14 3,82 1,27
T6M1 1,22 1,38 0,95 3,55 1,18
T7M1 0,84 1,38 1,30 3,52 1,17
T1M2 0,71 1,34 1,55 3,60 1,20
T2M2 1,10 1,73 1,22 4,05 1,35
T3M2 1,70 1,90 0,95 4,55 1,52
T4M2 1,97 2,65 2,19 6,81 2,27
T5M2 0,89 1,45 1,00 3,34 1,11
T6M2 1,97 1,97 1,70 5,65 1,88
T7M2 1,22 1,05 0,95 3,22 1,07
Total 18,23 23,98 18,16 60,38
Rataan 1,30 1,71 1,30 1,44
SK db JK KT Fhit F.05 Ket
Blok 2 1,59 0,80 6,75 3,37 *
Perlakuan 13 5,04 0,39 3,28 2,12 *
T 6 2,87 0,48 4,05 2,47 *
M 1 0,10 0,10 0,87 4,22 tn
TxM 6 2,06 0,34 2,91 2,47 *
Galat 26 3,07 0,12
Total 41 9,71
FK 86,79242
Lampiran 10. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata
3 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 2,80 3,70 4,10 10,60 3,53
T2M1 2,30 4,00 2,00 8,30 2,77
T3M1 5,70 13,30 2,60 21,60 7,20
T4M1 3,00 9,00 3,90 15,90 5,30
T5M1 1,20 4,00 3,10 8,30 2,77
T6M1 1,80 3,50 1,90 7,20 2,40
T7M1 1,50 2,90 2,80 7,20 2,40
T1M2 0,90 3,10 2,70 6,70 2,23
T2M2 1,20 4,90 1,60 7,70 2,57
T3M2 12,40 5,00 2,00 19,40 6,47
T4M2 5,90 18,10 7,90 31,90 10,63
T5M2 2,20 3,40 1,80 7,40 2,47
T6M2 8,20 6,80 4,10 19,10 6,37
T7M2 1,70 1,80 1,30 4,80 1,60
Total 50,80 83,50 41,80 176,10
Rataan 3,63 5,96 2,99 4,19
Lampiran 11. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y
Mucuna Bracteata 3 MST dengan perlakuan media tanam limbah
kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 1,67 1,92 2,02 5,62 1,87
T2M1 1,52 2,00 1,41 4,93 1,64
T3M1 2,39 3,65 1,61 7,65 2,55
T4M1 1,73 3,00 1,97 6,71 2,24
T5M1 1,10 2,00 1,76 4,86 1,62
T6M1 1,34 1,87 1,38 4,59 1,53
T7M1 1,22 1,70 1,67 4,60 1,53
T1M2 0,95 1,76 1,64 4,35 1,45
T2M2 1,10 2,21 1,26 4,57 1,52
T3M2 3,52 2,24 1,41 7,17 2,39
T4M2 2,43 4,25 2,81 9,49 3,16
T5M2 1,48 1,84 1,34 4,67 1,56
T6M2 2,86 2,61 2,02 7,50 2,50
T7M2 1,30 1,34 1,14 3,79 1,26
Total 24,62 32,40 23,48 80,50
Lampiran 12. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 3 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Lampiran 13. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata
4 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 9,00 12,00 7,30 28,30 9,43
T2M1 5,20 18,90 4,50 28,60 9,53
T3M1 6,40 11,40 2,70 20,50 6,83
T4M1 1,80 12,30 5,40 19,50 6,50
T5M1 6,20 8,20 6,50 20,90 6,97
T6M1 7,30 10,30 3,90 21,50 7,17
T7M1 5,70 3,80 1,60 11,10 3,70
T1M2 2,90 9,10 6,00 18,00 6,00
T2M2 5,80 14,50 5,10 25,40 8,47
T3M2 23,90 7,30 4,40 35,60 11,87
T4M2 12,10 16,30 14,50 42,90 14,30
T5M2 4,50 5,30 6,20 16,00 5,33
T6M2 13,00 17,00 11,50 41,50 13,83
T7M2 1,70 5,30 3,00 10,00 3,33
Total 105,50 151,70 82,60 339,80
Rataan 7,54 10,84 5,90 8,09
SK db JK KT Fhit F.05 Ket
Blok 2 3,37 1,69 6,83 3,37 *
Perlakuan 13 12,04 0,93 3,76 2,12 *
T 6 8,89 1,48 6,01 2,47 *
M 1 0,16 0,16 0,65 4,22 tn
TxM 6 2,99 0,50 2,02 2,47 tn
Galat 26 6,41 0,25
Total 41 21,82
FK 154,2801
Lampiran 14. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y
Mucuna Bracteata 4 MST dengan perlakuan media tanam limbah
kelapasawit dan pemberian mikoriza
Lampiran 15. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna
bracteata 4 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 3,00 3,46 2,70 9,17 3,06
T2M1 2,28 4,35 2,12 8,75 2,92
T3M1 2,53 3,38 1,64 7,55 2,52
T4M1 1,34 3,51 2,32 7,17 2,39
T5M1 2,49 2,86 2,55 7,90 2,63
T6M1 2,70 3,21 1,97 7,89 2,63
T7M1 2,39 1,95 1,26 5,60 1,87
T1M2 1,70 3,02 2,45 7,17 2,39
T2M2 2,41 3,81 2,26 8,47 2,82
T3M2 4,89 2,70 2,10 9,69 3,23
T4M2 3,48 4,04 3,81 11,32 3,77
T5M2 2,12 2,30 2,49 6,91 2,30
T6M2 3,61 4,12 3,39 11,12 3,71
T7M2 1,30 2,30 1,73 5,34 1,78
Total 36,24 45,01 32,81 114,05
Rataan 2,59 3,21 2,34 2,72
SK db JK KT Fhit F.05 Ket
Blok 2 5,66 2,83 6,86 3,37 *
Perlakuan 13 13,70 1,05 2,56 2,12 *
T 6 7,47 1,24 3,02 2,47 *
M 1 0,86 0,86 2,08 4,22 tn
TxM 6 5,37 0,90 2,17 2,47 tn
Galat 26 10,72 0,41
Total 41 30,07
FK 309,7256
Lampiran 16. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata
5 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 13,50 11,50 11,80 36,80 12,27
T2M1 22,50 20,40 7,20 50,10 16,70
T3M1 7,00 10,30 1,90 19,20 6,40
T4M1 3,40 10,50 6,00 19,90 6,63
T5M1 21,10 12,80 16,50 50,40 16,80
T6M1 17,90 17,70 8,60 44,20 14,73
T7M1 15,90 4,90 2,20 23,00 7,67
T1M2 9,00 21,60 9,80 40,40 13,47
T2M2 13,90 22,50 7,70 44,10 14,70
T3M2 33,00 11,50 12,40 56,90 18,97
T4M2 24,90 30,50 37,00 92,40 30,80
T5M2 20,60 12,30 18,50 51,40 17,13
T6M2 19,60 18,70 27,70 66,00 22,00
T7M2 2,60 9,20 5,30 17,10 5,70
Total 224,90 214,40 172,60 611,90
Rataan 16,06 15,31 12,33 14,57
Lampiran 17. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y
Mucuna Bracteata 5 MST dengan perlakuan media tanam limbah
kelapa sawit dan pemberian mikoriza
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
T1MI 3,67 3,39 3,44 10,50 3,50
T2M1 4,74 4,52 2,68 11,94 3,98
T3M1 2,65 3,21 1,38 7,23 2,41
T4M1 1,84 3,24 2,45 7,53 2,51
T5M1 4,59 3,58 4,06 12,23 4,08
T6M1 4,23 4,21 2,93 11,37 3,79
T7M1 3,99 2,21 1,48 7,68 2,56
T1M2 3,00 4,65 3,13 10,78 3,59
T2M2 3,73 4,74 2,77 11,25 3,75
T3M2 5,74 3,39 3,52 12,66 4,22
T4M2 4,99 5,52 6,08 16,60 5,53
T5M2 4,54 3,51 4,30 12,35 4,12
T6M2 4,43 4,32 5,26 14,01 4,67
T7M2 1,61 3,03 2,30 6,95 2,32
Total 53,76 53,53 45,80 153,09