• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit dan Mikoriza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit dan Mikoriza"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA (Mucuna bracteataD.C)SECARA STEK PADA MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN MIKORIZA

SKRIPSI

OLEH :

M DIAN MUNAWAN / 100301204 AGROEKOTEKNOLOGI / BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA (Mucuna bracteataD.C)SECARA STEK PADA MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN MIKORIZA

SKRIPSI

OLEH :

M DIAN MUNAWAN / 100301204 AGROEKOTEKNOLOGI / BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul : Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza

Nama : M Dian Munawan

NIM : 100301204

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Dr.Dra.Ir. Chairani Hanum.MP. Ketua

Ir. Mbue Kata Bangun.MP. Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

M DIAN MUNAWAN: Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna bracteata

D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza

dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan MBUE KATA BANGUN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit

mucuna secara stek dengan media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza serta

interaksinya. Penelitian dilaksanakan di Kebun Silau Dunia, PT. Perkebunan Nusantara III, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai januari 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam limbah kelapa sawit (Top Soil : Pasir, Top Soil : TKKS : Serat, Top Soil : TKKS : Solid Decanter, Top Soil :TKKS : Sludge, Top Soil : Serat : Solid Decanter, Top Soil : Serat : Sludge dan Top Soil : Solid Decanter : Sludge). Faktor kedua adalah Mikoriza (Tanpa Mikoriza dan Menggunakan Mikoriza). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam Top Soil :TKKS : Sludge menghasilkan pertumbuhan tertinggi dan pemberian mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.

(5)

ABSTRACT

M DIAN MUNAWAN: Growth Response of Mucuna Seed (Mucuna bracteata

D.C) In Cuttings On Growing Media Waste Oil Palm And Mycorrhiza supervised

by CHAIRANI HANUM and MBUE KATA BANGUN

The purpose of the study was to determine the response of seedling growth in cuttings with media mucuna planting oil palm waste and mycorrhiza and interactions. Research conducted at the Silau Dunia, PT. PTPN III, District Dolok Masihul, Bedagai Serdang, North Sumatra. The research was conducted in October 2014 until January 2015. The research design was a randomized block design (RAK) with two factors. The first factor is the growing media waste palm oil (Top Soil: Sand, Top Soil: TKKS: Fiber, Top Soil: TKKS: Solid Decanter, Top Soil: TKKS: Sludge, Top Soil: Fiber: Solid Decanter, Top Soil: Fiber: Sludge and Top Soil: Solid Decanter: Sludge). The second factor is Mycorrhiza (Without Mycorrhiza and Using Mycorrhiza). The result showed that Media Waste Top Soil: TKKS: Sludge produces the highest growth and the provision of mycorrhiza can improve plant growth.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Duren rejo, pada tanggal 25 januari1989, anak dari

pasangan Bapak iwan dan Ibu Maimunah. Penulis merupakan anak kedua dari

lima bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. SD Negeri 106214 Sei Parit dari tahun 1997 sampai dengan 2003

2. SMP Negeri 1 Sei Rampah dari tahun 2003 sampai dengan 2006

3. SMA Negeri 1 Sei Rampah dari tahun 2006 sampai dengan 2009

4. Terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara pada minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi

Agroekoteknologi pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan

Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek). Penulis melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) selama bulan Juli hingga Agustus di PT. Perkebunan Nusantara

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan Rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Respons Pertumbuhan Bibit

Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat

melakukan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu

Dr.Dra.Ir.Chairani Hanum,M.P., selaku dosen ketua komisi pembimbing dan

bapak Ir. Mbue Kata Bangun.M.P., sebagai dosen anggota komisi pembimbing

yang telah banyak memberikan saran dan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK...i

ABSTRACT...i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 3

Hipotesis Penelitian... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim... 5

(9)

Media Tanam ... 6

TKKS ... 6

Serat... 7

Sludge ... 8

Solid Decanter ... 8

Mikoriza ... 9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 14

Persiapan Media Tanam... 14

Pemberian Mikoriza ... 14

Menyiapkan Bahan Stek ... 14

Penanaman ... 15

Pemeliharaan ... 15

Penyiraman ... 15

Penyiangan ... 15

Pemupukan... 15

Pengamatan Parameter ... 15

Panjang sulur (cm) ... 16

Jumlah Daun (helai) ... 16

(10)

Bobot Kering Akar (gr) ... 16

Bobot Segar Tajuk (gr) ... 16

Bobot Kering Tajuk (gr) ... 16

Volume Akar (ml) ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Pembahasan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Derajat Infeksi Mikoriza(%)...17

2. Rataan Panjang Sulur (cm) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah

Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza pada umur 8 MST. ... 20

3. Rataan Jumlah Daun (helai) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah

Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza ... 21

4. Rataan Bobot Basah Akar (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah

Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza. ... 22

5. Rataan Bobot Kering Akar (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah

Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza. ... 23

6. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah

Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza ... 24

7. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah

Kelapa Sawit Dan Pemberian Mikoriza ... 25

8. Rataan Volume Akar (ml) Mucuna Dengan Media Tanam Limbah

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Pertumbuhan Panjang Sulur (cm) Pada 1-8 MST pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit ... 18

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal.

1. Bagan Penelitian.... ... 32

2. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 33

3. Data Analisis Derajat Infeksi Mikoriza ... 34

4. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 1 MST ... 35

5. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 1 MST... ... 35

6. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 1 MST... 36

7. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 2 MST ... 36

8. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 2 MST... ... 37

9. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 2 MST... 37

10. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 3 MST ... 38

11. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 3 MST... ... 38

12. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 3 MST... 39

13. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 4 MST ... 39

14. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 4 MST... ... 40

15. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 4 MST... 40

16. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 5 MST ... 41

17. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 5 MST... ... 41

18. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 5 MST... 42

19. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 6 MST ... 42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN (Lanjutan)

No. Judul Hal.

21. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 6 MST... 43

22. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 7 MST ... 44

23. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 7 MST... ... 44

24. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 7 MST... 45

25. Data Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 8 MST ... 45

26. Data Transpormasi Rataan Penambahan Panjang Sulur (cm) pada 8 MST... ... 46

27. Sidik Ragam Dari Panjang Sulur (cm) pada 8 MST... 46

28. Data Jumlah Daun (helai) ... 47

29. Data Transpormasi Jumlah Daun (helai)... ... 47

30. Sidik Ragam Dari Jumlah Daun (helai)... 48

31. Data Bobot Basah Akar (g) ... 48

32. Data Transpormasi Bobot Basah Akar (g) ... 49

33. Sidik Ragam Dari Bobot Basah Akar (g) ... 49

34. Data Bobot Kering Akar (g) ... 50

35. Data Transpormasi Bobot Kering Akar (g) ... 50

36. Sidik Ragam Dari Bobot Kering Akar (g) ... 51

37. Data Bobot Basah Tajuk (g) ... 51

38. Data Transpormasi Bobot Basah Tajuk (g) ... 52

39. Sidik Ragam Dari Bobot Basah Tajuk (g) ... 52

(15)

41. Data Transpormasi Bobot Kering Tajuk (g) ... 53

42. Sidik Ragam Dari Bobot Kering Tajuk (g) ... 54

43. Data Volume Akar (ml) ... 54

44. Data Transpormasi Volume Akar (ml) ... 55

45. Sidik Ragam Dari Volume Akar (ml)... 55

(16)

ABSTRAK

M DIAN MUNAWAN: Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna bracteata

D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza

dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan MBUE KATA BANGUN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit

mucuna secara stek dengan media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza serta

interaksinya. Penelitian dilaksanakan di Kebun Silau Dunia, PT. Perkebunan Nusantara III, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai januari 2015. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam limbah kelapa sawit (Top Soil : Pasir, Top Soil : TKKS : Serat, Top Soil : TKKS : Solid Decanter, Top Soil :TKKS : Sludge, Top Soil : Serat : Solid Decanter, Top Soil : Serat : Sludge dan Top Soil : Solid Decanter : Sludge). Faktor kedua adalah Mikoriza (Tanpa Mikoriza dan Menggunakan Mikoriza). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam Top Soil :TKKS : Sludge menghasilkan pertumbuhan tertinggi dan pemberian mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman.

(17)

ABSTRACT

M DIAN MUNAWAN: Growth Response of Mucuna Seed (Mucuna bracteata

D.C) In Cuttings On Growing Media Waste Oil Palm And Mycorrhiza supervised

by CHAIRANI HANUM and MBUE KATA BANGUN

The purpose of the study was to determine the response of seedling growth in cuttings with media mucuna planting oil palm waste and mycorrhiza and interactions. Research conducted at the Silau Dunia, PT. PTPN III, District Dolok Masihul, Bedagai Serdang, North Sumatra. The research was conducted in October 2014 until January 2015. The research design was a randomized block design (RAK) with two factors. The first factor is the growing media waste palm oil (Top Soil: Sand, Top Soil: TKKS: Fiber, Top Soil: TKKS: Solid Decanter, Top Soil: TKKS: Sludge, Top Soil: Fiber: Solid Decanter, Top Soil: Fiber: Sludge and Top Soil: Solid Decanter: Sludge). The second factor is Mycorrhiza (Without Mycorrhiza and Using Mycorrhiza). The result showed that Media Waste Top Soil: TKKS: Sludge produces the highest growth and the provision of mycorrhiza can improve plant growth.

(18)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop

(LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India

Utara. Tanaman ini juga banyak digunakan di perkebunan di Indonesia, tanaman

ini memiliki biomassa yang tinggi di bandingkan dengan penutup tanah lainya

(Siagian, 2003).

Pada umumnya tanaman Mucuna bracteata di perbanyak dengan cara

generatif. Namun Perbanyakan secara generatif sangat sulit dikarenakan kulit

keras dan untuk berkecambah perlu dilakukan skarifikasi pada bijinya dan jika

dilakukan perkembangbiakan kecambah, persentase kecambahnya hanya 12%

serta biji tanaman ini tidak tersedia di Indonesia sehingga biji ini harus diimpor

dari India (Siagian, 2003).

Sejak pertama kali digunakan sebagai tanaman penutup tanah tahun 1999,

Mucuna bracteata tidak pernah menghasilkan bunga dan buah atau biji. Karena

sulit berbuah, maka perbanyakan bisa dengan cara perbanyakan vegetatif,

terutama dengan cara stek. Namun perbanyakan melalui stek ini mempunyai

kelemahan yaitu sangat rentan terhadap kematian (tingkat kematiaannya mencapai

90%). Kegagalan pada penyetekan Mucuna bracteata terutama disebabkan oleh

(a) sulitnya mendapatkan stek yang baik, berupa ruas yang bulu akarnya sudah

mulai muncul (akar putih), (b) kurangnya penyesuaian (aklimatisasi) setelah stek

dipotong dari tanaman induknya (Sebayang et al., 2004).

Keunggulan perbanyakan stek yaitu menghasilkan tanaman yang memiliki

(19)

jumlah masal. Serta Perbanyakan dengan setek mudah dilakukan karena tidak

memerlukan peralatan dan teknik yang rumit. Keunggulan lain dari teknik ini

adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan

tanam yang tersedia sangat terbatas. (Rahadja dan Wahyu, 2007).

Selain produksi CPO, pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan produk

samping berupa limbah yang terdiri atas tiga macam limbah yaitu limbah cair,

padat dan gas. Limbah cair PKS berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi),

proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Sedangkan limbah padat pabrik

kelapa sawit berupa TKKS, cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge

atau lumpur, solid decanter dan bungkil. Sementara itu, limbah gas dan debu

berasal dari penggunaan cangkang dan serabut sebagai bahan bakar boiler dan

proses sterilisasi (berupa uap air) (Pahan, 2008).

Peningkatan laju produksi kelapa sawit yang semakin meningkat

mengakibatkan kebun dan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan

cair dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah seperti

TKKS, serat, sludge atau lumpur dan solid decanter mempunyai kandungan unsur

hara makro ataupun mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk

pertumbuhan dan produksi (Isroi, 2009).

Penggunaan mikoriza merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Jamur ini terbukti dapat meningkatkan

serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa beracun seperti

Al dan Na, juga ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta memberikan

(20)

Mikoriza merupakan jamur yang memiliki fungsi dan perilaku yang

kompleks. Asosiasi antara perakaran tanaman dan mikoriza dapat menyebabkan

peningkatan pertumbuhan tanaman inang, ini dikarenakan adanya gabungan antar

faktor kenaikan laju penyerapan unsur hara, air, kelarutan mineral dan proteksi

akar tanaman melawan patogen. Keberadaan mikoriza bisa menjadi prasyarat

untuk pertumbuhan normal banyak tanaman (Daniel et al., 1994).

Asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza

menyebabkan terbentuknya luas serapan yang besar dan mampu memasuki ruang

pori yang lebih kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk

menyerap unsur hara, utamanya unsur hara yang relatif tidak mobil seperti P, Cu,

dan Zn. Selain itu mikoriza juga menyebabkan tanaman lebih toleran terhadap

keracunan logam, serangan penyakit khususnya patogen akar, kekeringan, suhu

tanah yang tinggi, kondisi pH yang tidak sesuai serta cekaman pada saat

pemindahan tanaman (Pujiyanto, 2001).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit Mucuna secara stek dengan

media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza serta interaksinya.

Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh dan interaksi media tanam limbah kelapa sawit dan

mikoriza terhadap pertumbuhan bibit Mucuna bracteata secara stek.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi

(21)

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata

Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang

masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal

perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

tanaman penutup tanah lainnya. Legume ini merupakan kelompok legume

perennial atau tahunan, tumbuh menjalar diatas permukaan tanah, merambat ke

arak kiri pada ajir atau tanaman lainnya (Purwanto, 2011).

Mucuna bracteata memiliki sistem perakaran tunggang berwarna putih

kecokelatan, tersebar di atas permukaan tanah dan dapat mencapai kedalaman 1

meter di bawah permukaan tanah. Tanaman ini juga memiliki bintil akar yang

menandakan adanya simbiosis mutualisme antara tanaman kacangan dengan

bakteri Rhizobium sehingga dapat memfiksasi nitrogen bebas menjadi nitrogen

yang tersedia bagi tanaman (Dutta, 1970).

Batang tanaman ini tumbuh menjalar, merambat/membelit, berwarna hijau

muda sampai hijau kecokelatan. Batang ini memiliki diaeter 0,4-1,5 cm berbentuk

bulat berbuku dengan panjang buku 25-34 cm, tidak berbulu, teksturnya cukup

lunak, lentur, mengandung banyak serat dan berair. Jika batang dipotong akan

mengeluarkan banyak getah yang berwarna putih dan akan berubah menjadi

cokelat setelah kering (Subronto dan Harahap, 2002).

Helaian daun berbentuk oval, satu tangkai daun terdiri dari 3 helaian anak

daun (trifoliat), berwarna hijau, muncul di setiap ruas batang. Ukuran daun

(22)

lingkungan tinggi (termonastik), sehingga sangat efisien dalam mengurangi

penguapan di permukaan daun tanaman (Sebayang, et al, 2004).

Bunga tanaman penutup tanah ini berbentuk tandan menyerupai rangkaian

bunga anggur dengan panjang 20–35 cm, terdiri dari tangkai bunga 15-20 tangkai

dengan 3 buah bunga setiap tangkainya. Bunga ini berwarna ungu, dengan bau

yang sangat menyengat untuk menarik perhatian kumbang penyerbuk

(Subronto dan Harahap, 2002).

Dalam satu rangkaian bunga Mucuna bracteata, yang berhasil menjadi

polong sebanyak 4–15 polong, tergantung dari umur tanaman dan lingkungan

setempat termasuk perubahan musim. Polong diselimuti bulu halus berwarna

merah keemasan yang berubah warna menjadi hitam ketika matang. Polong ini

memiliki panjang 5-8 cm, lebar 1-2 cm, dan memiliki 2-4 biji untuk setiap

polongnya (Harahap, et al, 2008).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman Mucuna bracteata dapat tumbuh baik di berbagai daerah, baik

dataran tinggi maupun dataran rendah. Tetapi untuk dapat melakukan

pertumbuhan generatif atau berbunga tanaman ini memerlukan ketinggian > 1000

m dpl, jika berada di bawah 1000 m dpl maka pertumbuhan akan subur tetapi

tidak dapat terjadi pembentukan bunga (Harahap dan Subronto, 2004).

Untuk mendapat pembungaan tanaman ini memerlukan suhu harian

berkisar antara 120C – 230C. Apabila suhu berada diatas 180C maka pembungaan

(23)

Curah hujan yang dibutuhkan agar pertumbuhan tanaman mucuna baik

berkisar antara 1000 - 2500 mm/thn dan 3 - 10 merupakan hari hujan setiap

bulannya. Sedangkan untuk kelembaban tanaman ini adalah 80%. Jika

kelembaban terlalu tinggi akan berakibat bunga busuk, layu dan kering. Untuk

panjang penyinaran, Mucuna bracteata membutuhkan lama penyinaran penuh

antara 6 - 7 jam/hari (Harahap dan Subronto, 2004).

Tanah

Mucuna bracteata dapat tumbuh baik pada semua tekstur tanah, baik tanah

liat, liat berpasir, lempung, lempung berpasir atau tanah pasir. Tanaman ini juga

dapat tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas yaitu 4,5-6,5. Pertumbuhan

vegetatif akan sedikit terganggu jika Mucuna bracteata ditanam di areal yang

tergenang air (Subronto dan Harahap, 2002).

Tanaman mucuna dapat tumbuh baik hampir setiap jenis tanah,

pertumbuhan akan lebih baik apabila tanah mengandung bahan organik yang

cukup tinggi, gembur serta tidak jenuh. Apabila mucuna di tanam pada tanah yang

tergenang akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif sedikit serta lambat. Untuk

pertumbuhan tanaman mucuna secara umum dapat tumbuh baik pada kisaran pH

4,5 - 6,5 (Harahap dan Subronto, 2004).

Media Tanam

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah limbah pabrik kelapa sawit

yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah

Segar) akan dihasilkan TKKS sebanyak 22 – 23% TKKS atau sebanyak 220 – 230

(24)

Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi,

tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di

dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu

kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1)

memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu kelarutan

unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat

homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4) merupakan

pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat

diaplikasikan pada sembarang musim (Simamora dan Salundik, 2006).

Darmoko dan Sutarta (2006) menyatakan bahwa dalam kompos TKKS

terdapat beberapa kandungan nutrisi penting bagi tanaman yaitu :

Kandungan Nutrisi dalam Kompos TKKS

Parameter Nilai (%)

Air 45-50

Abu 12,60

N 2 – 3

C 35,10

P 0,2 – 0,4

K 4 – 6

Ca 1 – 2

Mg 0,8 – 1,0

C/N 15,03

Bahan Organik >50%

Serat (Serabut)

Serabut disebut juga sabut atau serat (fiber), berasal dari mesocarp buah

sawit yang telah mengalami pengempaan di dalam screw press. Serabut sawit

ukurannya relatif pendek sesuai dengan ukuran mesocarp buah sawit yang telah

(25)

nilai kalor serabut jauh lebih tinggi yaitu 4.586 kcal/kg karena lebih kering dan

rendemen seratnya lebih tinggi. Kandungan kimia serabut didominasi oleh glucan

(219 kg/ton BK), xylan (153 kg/ton BK), lignin (234 kg/ ton BK), SiO2 (632

kg/ton BK), K2O (90 kg/ ton BK), dan CaO (72 kg/ton BK)

(Wahyono et al., 2003).

Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang.

Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%)

(Lubis et al., 2000).

Sludge

Sludge atau lumpur berasal dari dua sumber yaitu dari proses pemurnian

minyak (clarification) yang biasanya menggunakan decanter dan dari instalasi

pengolahan limbah cair. Sludge dari decanter merupakan kotoran minyak yang

bercampur dengan kotoran yang lainnya. Sedangkan sludge dari instalasi

pengolahan limbah cair berasal dari endapan suspensi limbah cair dan

mikroorganisma yang hidup di dalamnya (Wahyono et al., 2003).

Berat kering sludge dari proses pemurnian relatif tinggi yaitu 175 kg/m3

dengan kandungan abu sebanyak 240 kg/ ton (berat kering). Kandungan kimianya

didominasi oleh N (27,03 kg/ton BK), P (2,54 kg/ton BK), K (15,5 kg/ton BK),

Ca (14,20 kg/ton BK) dan Mg (7,36 kg/ton BK). Berat kering sludge dari proses

pengolahan limbah cair antara 24,2 – 68 kg/m3

dengan kandungan bahan organik

sebanyak 6,3 kg/ m3 dan Rasio C/N-nya relatif rendah yaitu 5

(26)

Solid Decanter

Decanter solid (DS) adalah limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan

TBS di PKS yang memakai sistem decanter. Untuk pemanfaatannya sebagai

bahan pengganti pupuk, DS segar biasanya dikeringkan dulu, untuk itu diperlukan

dryer yang investasi dan biaya operasinya cukup besar. DS kering yang

dihasilkan, kadar airnya tidak boleh lebih dari 15%, kalau lebih maka bahan cepat

berjamur dan tidak dapat disimpan lama. Produksi DS segar adalah sekitar 5.7%

dari TBS. Sedangkan produksi DS kering adalah sekitar 2% dari TBS. Baik DS

segar maupun DS kering dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk pada

TM (Lubis et al., 2000).

Decanter solid dihasilkan dari decanter dari stasiun klarifikasi dan solid ini

dari pabrik akan diaplikasikan ke perkebunan sawit, solid ini merupakan bahan

organik yang mengandung sejumlah hara terutama Nitrogen(N). Kandungan hara

dapat bervariasi, tetapi secara umum 1 ton DS segar (setara dengan 0.35 ton DS

kering) mengandung sekitar 17 kg Urea, 3 kg TSP, 8 kg MOP dan 5 kg Kiserit

(Schucardt et al., 2001).

Mikoriza

Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur.

Secara umum mikoriza di daerah tropis tergolong ke dalam dua tipe yaitu

ektomikoriza (ECM) dan endomikoriza/arbuscular mycorrhiza (AM). Jamur

ektomikoriza pada umumnya tergolong ke dalam kelompok Ascomysetes dan

Basidiomycetes. (Pujiyanto, 2001).

Penggunaan mikoriza yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan

(27)

fosfor, 40% kebutuhan nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman

lamtoro. Penggunaan mikoriza lebih menarik ditinjau dari segi ekologi karena

aman dipakai, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila mikoriza tertentu

telah berkembang dengan baik di suatu tanah, maka manfaatnya akan diperoleh

untuk selamanya. Mikoriza juga membantu tanaman untuk beradaptasi pada pH

yang rendah. Demikian pula vigor tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan

(28)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Silau Dunia, PT. Perkebunan Nusantara

III, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2014 sampai januari 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah batang tanaman

Mucuna bracteata, top soil, Pasir, TKKS, serat, solid decanter, sludge, polibek,

fungi mikoriza arbuskular, ZPT, pupuk NPK, bambu, tali rafiah dan pelepah

kelapa sawit.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, meterán,

gembor, alat tulis, timbangan analitik, kamera dan label.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial,

dengan perlakuan yaitu :

Faktor I : Media tanam yang terdiri dari 7 kategori, yaitu :

T1 : Top Soil – Pasir ( 2 : 1 )

T2 : Top Soil – TKKS – Serat ( 2 : 1 : 1 )

T3 : Top Soil – TKKS - Solid Decanter ( 2 : 1 : 1 )

T4 : Top Soil – TKKS – Sludge ( 2 : 1 : 1 )

T5 : Top Soil - Serat - Solid Decanter ( 2 : 1 : 1 )

T6 : Top Soil – Serat – Sludge ( 2 : 1 : 1 )

(29)

Faktor II : Mikoriza terdiri dari 2 kategori yaitu :

M1 = Tanpa Mikoriza

M2 = Menggunakan Mikoriza

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 14 unit perlakuan, yaitu :

T1M1 T3M1 T5M1 T7M1

T1M2 T3M2 T5M2 T7M2

T2M1 T4M1 T6M1

T2M2 T4M2 T6M2

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah unit percobaan : 42 unit

Jumlah tanaman tiap unit perlakuan : 4 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 168 tanaman

Jumlah sampel per unit perlakuan : 2 benih

Jumlah sampel seluruhnya : 84 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk i = 1,2,3 j = 1,2,3,..,7 k = 1,2

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan media tanam kategori

ke-j dan pemberian mikoriza pada kategori ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

(30)

βk : Efek pemberian mikoriza pada kategorike-k

(αβ)jk :Interaksi antara media tanam kategori ke-j dan mikoriza kategori ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i dengan media tanam ke-j dan pemberian mikoriza

ke-k

Terhadap sidik ragam yang nyata, dilanjutkan analisis lanjutan dengan

menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5 %

(31)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Penelitian

Areal penelitian dibersihkan dari sisa tumbuhan, seresah dan

sampah-sampah, kemudian dilakukan pembuatan naungan seluas 12 m2 dengan panjang

6 meter dan lebar 2 meter dengan ketinggian 1,5 meter.

Persiapan Media Tanam

Media yang digunakan yaitu tanah topsoil, pasir, TKKS, serat, sludge dan

solid decanter kemudian diayak dengan ayakan sehingga menjadi butiran halus

dan terbebas dari sisa sampah dan akar tumbuhan liar. Lalu media diisikan

kedalam polybag ukuran 15x10 cm sesuai perlakuan, kemudian disusun sesuai

dengan bagan percobaan.

Pengaplikasian Mikoriza

Mikoriza diberikan kedalam polibek yang telah berisi media sesuai dengan

perlakuan, Yaitu dengan membuat lubang pada polibek sedalam 5 cm lalu

mikoriza dimasukan dan ditutup dengan media tanam lagi. Mikoriza diberikan

sebelum tanaman di tanam.

Menyiapkan Bahan Setek

Bahan setek diambil batang yang sehat terdiri dari 4 ruas dari pucuk.

Setiap batang setek mempunyai 1 ruas dan 2 buku, diman 1 buku untuk

pertumbuhan akar dan 1 buku lagi untuk pertumbuhan tunas. Kurangi luas

(32)

Penanaman

Sebelum ditanam di polibag, stek terlebih dahulu direndam dalam hormon

pertumbuhan akar (ZPT). Kemudian tancapkan batang tersebut kedalam polibek

yang telah berisi media tanam. Tinggalkan batang sepanjang 5 cm di atas sebagai

bakal tumbuhnya tunas.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi:

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan gembor,

disiram 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari kapasitas lapang.

b. Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan sesuai kondisi di lapangan. Gulma yang

tumbuh di polibek dicabut dengan tangan dan yang di luar polibek

menggunakan cangkul.

c. Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk mamicu pertumbuhan Mucuna dengan

menggunakan pupuk NPK sebesar 5 gr/polibek. Pemupukan dilakukan pada

minggu ke 6 dan minggu ke 8 setelah tanam.

Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data hasil penelitian. Parameter

yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

Derajat infeksi mikoriza (%)

Dengan menganalisis akar tanaman di laboratorium biologi tanah dengan

(33)

Panjang sulur (cm)

Panjang sulur diukur dari pangkal sulur sampai ujung sulur terpanjang

dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai setelah tanaman berumur 2

minggu dan dilakukan seminggu sekali.

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah membuka sempurna, dan

diamati pada akhir penelitian.

Bobot segar akar (g)

Berat segar akar didapat dengan cara mengambil semua bagian perakaran

tanaman lalu dibersihkan dari kotoran dan kemudian ditimbang.

Bobot kering akar (g)

Berat kering akar dilakukan degan mengovenkan akar tanaman dengan

suhu 105°C selama 24 jam sampai di dapat berat konstan.

Bobot segar tajuk (g)

Berat segar tajuk meliputi bagian atas tanaman yaitu batang dan daun

tanaman. Batang dan daun tanaman ditimbang.

Bobot kering tajuk (g)

Berat kering tunas meliputi bagian atas taman yaitu bagian batang dan

daun tanaman. Batang dan daun dioven dengan suhu 105°C selama 24 jam sampai

di dapat berat konstan.

Volume akar (ml)

Volume akar diukur dengan menggunakan gelas ukur, yaitu dengan

memasukan akar kedalam gelas ukur yang berisi air, dan diamati pada akhir

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil analisis di laboratorium dengan metode pewarnaan maka

[image:34.595.115.491.240.440.2]

diperoleh derajat infeksi mikoriza (Tabel 1).

Tabel 1. Derajat infeksi mikoriza

Perlakuan Jumlah Terinfeksi

T1M2 83%

T2M2 70%

T3M2 20%

T4M2 30%

T5M2 30%

T6M2 30%

T7M2 40%

Hasil pada Tabel 1 menunjukan bahwa derajat infeksi tertinggi diperoleh

pada media tanam Top soil:Pasir (2:1) yang diberi mikoriza dan yang terendah

pada media tanam Top soil:TKKS:Solid decanter (2:1:1) yang diberi mikoriza.

Panjang sulur (cm)

Hasil pengamatan panjang sulur tanaman beserta analisis hasil sidik

ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 4-27. Berdasarkan hasil sidik ragam

diketahui bahwa media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap

panjang tanaman pada 1-8 MST, sedangkan pemberian mikoriza menunjukkan

(35)

antara pemberian media tanam limbah kelapa sawit dan mikoriza berpengaruh

nyata terhadap panjang tanamaan 1,2,5,6,7 dan 8 MST.

Perkembangan pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada

media tanam limbah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada media tanam limbah kelapa sawit.

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa penambahan panjang sulur

tertinggi terdapat pada umur 7 MST pada perlakuan T5 (top soil:serat:solid

decanter) dan terendah pada perlakuan T7 (top soil:solid decanter:sluge).

Perkembangan pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada

pemberian mikoriza dapat dilihat pada Gambar 2.

[image:35.595.118.511.212.367.2] [image:35.595.112.513.553.707.2]
(36)

Berdasarkan gambar 2 diketahui bahwa perlakuan M2 (menggunakan

mikoriza) menghasilkan penambahan panjang sulur lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan M1 (tanpa mikoriza).

Rataan panjang sulur tanaman terhadap media tanam limbah kelapa sawit

dan pemberian mikoriza pada 8 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang sulur mucuna dengan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza pada umur 8 MST

Umur Perlakuan Mikoriza

Rataan

8 MST

Media Tanam M1 M2

T1 20.13 f 16.70 g 18.42 ab

T2 17.73 g 22.50 e 20.12 ab

T3 4.87 j 30.93 c 17.90 ab

T4 7.57 i 40.43 a 24.00 a

T5 24.23 d 23.13 de 23.68 a

T6 20.63 f 33.76 b 27.20 a

T7 9.67 h 8.60 hi 9.14 b

Rataan 14.98 b 25.15 a 20.06

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukan rataan panjang sulur pada pengamatan 8 MST.

Rataan panjang sulur tertinggi diperoleh perlakuan Top soil:TKKS:Sludge (2:1:1)

yang diberi mikoriza sebesar 40.43 cm dan terendah pada perlakuan

Top soil:TKKS:Solid decanter tanpa mikoriza sebesar 4.47 cm.

Jumlah Daun (helai)

Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan media tanam limbah

kelapa sawit, pemberian mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh

yang nyata. Hal ini dapat dilihat di lampiran 28-30.Rataan jumlah daun terhadap

perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza dapat dilihat

pada Tabel 3.

[image:36.595.113.511.260.420.2]
(37)

Tabel 3. Jumlah daun mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Mikoriza

Rataan

Media Tanam M1 M2

T1 51,67 46,00 48,84

T2 68,33 38,33 53,33

T3 38,67 76,33 57,50

T4 49,00 99,67 74,34

T5 31,33 34,00 32,67

T6 48,00 88,00 68,00

T7 27,33 33,00 30,17

Rataan 44,90 59,33 52,12

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 3 menunjukan perlakuan media tanam dan pemberian mikoriza

tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Data tertinggi yang diperoleh

yaitu pada perlakuan T4M2(Top soil:TKKS:Sludge yang diberi mikoriza)

(99,67 helai) dan terendah pada T7M1(Top soil:Solid decanter:Sludge tanpa

mikoriza) (27,33 helai).

Bobot Segar Akar (g)

Bobot segar akar beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada

Lampiran 31-33. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media

tanam limbah kelapa sawit maupan pemberian mikoriza dan interaksi keduanya

tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot segar akar terhadap

perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza dapat dilihat

pada Tabel 4.

[image:37.595.113.511.123.308.2]
(38)
[image:38.595.113.512.123.313.2]

Tabel 4. Bobot segar akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Mikoriza

Rataan

Media Tanam M1 M2

T1 3,10 2,77 2,94

T2 3,57 3,47 3,52

T3 3,27 4,53 3,90

T4 3,43 4,73 4,08

T5 2,87 2,40 2,64

T6 3,20 5,97 4,59

T7 3,23 3,33 3,28

Rataan 3,24 3,89 3,56

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Bobot segar akar tertinggi pada media tanam diperoleh pada perlakuan T6

(Top soil:Serat:Sludge) terendah pada T5 (Top soil:Serat:Solid decanter).

Pemberian mikoriza (M2) mampu meningkatkan bobot segar akar dibandingkan

tanpa pemberian mikoriza(M1).

Bobot Kering Akar (g)

Pengamatan bobot kering akar beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat

dilihat pada Lampiran 34-36. Diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah

kelapa sawit tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, pemberian

mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot

kering akar terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian

mikoriza dapat dilihat pada Tabel 5.

(39)
[image:39.595.112.514.122.321.2]

Tabel 5. Bobot kering akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Mikoriza

Rataan

Media Tanam M1 M2

T1 0,87 0,67 0,77

T2 0,93 1,20 1,07

T3 0,87 1,37 1,12

T4 1,13 1,87 1,50

T5 1,00 0,87 0,94

T6 1,10 1,70 1,40

T7 1,17 1,10 1,14

Rataan 1,01 1,25 1,13

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Hasil pada Tabel 5 menunjukan pemberian mikoriza (M2) membuat bobot

kering akar lebih tinggi, Sedangkan komposisi media tanam terbaik pada

perlakuan T4 (Top soil:TKKS:Sludge).

Bobot Segar Tajuk (g)

Data bobot segar tajuk beserta analisis hasil sidik ragamnya dapat dilihat

pada Lampiran 37-39. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan

media tanam limbah kelapa sawit, pemberian mikoriza dan interaksinya juga tidak

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot segar tajuk. Rataan bobot segar

tajuk terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian

mikoriza dapat dilihat pada Tabel 6.

(40)
[image:40.595.114.513.124.334.2]

Tabel 6. Bobot segar tajuk mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Mikoriza

Rataan

Media Tanam M1 M2

T1 33,17 25,17 29,17

T2 39,23 25,63 32,43

T3 22,00 60,63 41,32

T4 23,83 92,50 58,17

T5 28,93 18,70 23,82

T6 32,70 50,87 41,79

T7 12,00 11,20 11,60

Rataan 27,41 40,67 34,04

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Pada bobot segar tajuk hasil tertinggi pada komposisi media tanam T4

(Top soil:TKKS:Sludge) terendah pada T7 (Top soil:Solid decanter:Sludge),

Sedangkan pemberian mikoriza (M2) mampu meningkatkan bobot segar tajuk

dibandingkan tanpa pemberian mikoriza (M1).

Bobot Kering Tajuk (g)

Data pengamatan bobot kering tajuk beserta analisis hasil sidik ragamnya

dapat dilihat pada Lampiran 40-42. Diketahui bahwa perlakuan media tanam

limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Pemberian

mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan bobot

segar tajuk terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian

mikoriza dapat dilihat pada Tabel 7.

(41)
[image:41.595.111.514.121.318.2]

Tabel 7. Bobot kering tajukmucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Mikoriza

Rataan

Media Tanam M1 M2

T1 8,07 5,97 7,02 ab

T2 9,07 5,90 7,49 ab

T3 5,60 14,70 10,15 ab

T4 6,27 22,60 14,44 a

T5 4,23 4,57 4,40 ab

T6 7,23 15,50 11,37 ab

T7 3,40 2,80 3,10 b

Rataan 6,27 10,29 8,28

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot

kering tajuk. Hasil tertinggi diperoleh perlakuan media tanam T4 (Top

soil:TKKS:Sludge) terendah pada media tanam T7 (Top soil:Solid

decanter:Sludge). Pemberian mikoriza menghasilkan rataan bobot kering tajuk

tertinggi dibandingkan tanpa mikoriza walaupun secara statistik tidak berbeda

nyata.

Volume Akar (ml)

Hasil pengamatan volume akarbeserta analisis hasil sidik ragamnya dapat

dilihat pada Lampiran 43-45. Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit,

pemberian mikoriza dan Interaksinya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Rataan volume akar terhadap perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan

pemberian mikoriza dapat dilihat pada Tabel 8.

(42)

Tabel 8. Volume akar mucuna dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Mikoriza

Rataan

Media Tanam M1 M2

T1 3,00 2,17 2,59

T2 3,50 3,33 3,42

T3 2,00 3,67 2,84

T4 3,50 4,33 3,92

T5 2,33 2,33 2,33

T6 2,33 4,17 3,25

T7 3,33 2,50 2,92

Rataan 2,86 3,21 3,04

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Rataan volume akar tertinggi diperoleh pada media tanam T4 (Top

Soil:TKKS:Sluge) dan terendah pada T5 (Top Soil:TKKS:Solid Decanter).

Pemberian mikoriza menghasilkan volume akar lebih tinggi dibandingkan dengan

tanpa mikoriza walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Pembahasan

Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Media Tanam Limbah Kelapa Sawit

Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap

panjang sulur bibit mucuna. Dimana panjang sulur tertinggi pada 8 MST terdapat

pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sludge) sebesar 24 cm (Tabel 1). Hal ini

dikarenakan adanya pemberian TKKS, dimana TKKS ini mempunyai manfaat

yang diantaranya yaitu meningkatkan bahan organik tanah yang berfungsi untuk

memperbaiki sifat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water

holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang

[image:42.595.113.511.124.312.2]
(43)

semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Simamora dan Salundik (2006)

yang menyatakan bahwa keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium

yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara

yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi.

Dari hasil pengamatan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit

berpengaruh nyata bobot kering tajuk tanaman (Tabel 6). Rataan bobot kering

tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sluge) yaitu

14,44 g. Hal ini disebabkan selain dengan adanya pemberian TKKS yang dapat

memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanah, sludge juga banyak mengandung

unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg dan bahan organik yang relatif tinggi dan

sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Hal ini sesuai

dengan literatur Wahyono et al. (2003) yang menyatakan bahwa Berat kering

sludge dari proses pemurnian relatif tinggi yaitu 175 kg/m3 dengan kandungan

abu sebanyak 240 kg/ ton (berat kering). Kandungan kimianya didominasi oleh N

(27,03 kg/ton BK), P (2,54 kg/ton BK), K (15,5 kg/ton BK), Ca (14,20 kg/ton

BK) dan Mg (7,36 kg/ton BK), kandungan bahan organik sebanyak 6,3 kg/ m3

dan Rasio C/N-nya relatif rendah yaitu 5.

Menurut hasil pengamatan bobot kering akar dan bobot kering tajuk hasil

tertinggi pada perlakuan T4 (top soil:tkks:sludge) (Tabel 4 dan 6). Hal ini

menunjukan bobot akar dan tajuk mempunyai hubungan yang berbanding lurus.

Dimana semakin kecil atau besar bobot akar maka semakin kecil atau besar juga

bobot tajuk. Hal ini dikarenakan akar merupakan organ pertama dan utama dalam

(44)

semakin luas juga serapan akar tersebut sehingga semakin banyak juga unsur

hara/makanan yang diserap untuk mecukupi kebutuhan tanaman dalam

pertumbuhannya.

Respons Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna Bracteata D.C) Secara Stek Pada Pemberian Mikoriza

Perlakuan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap panjang sulur

tanaman pada 1, 5, 6, 7 dan 8 MST. Dimana panjang sulur pada 8 MST tertinggi

pada perlakuan M2 (25,15 cm) terendah pada M1 (14,98 cm) (Tabel 1). Hal ini

Pemberian mikoriza dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Selain

memperluas serapan akar, jamur juga dapat meningkatkan serapan N, P dan K,

meningkatkan ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga

ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata

dalam daur ulang unsur hara di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur

Supriyanto (1999) yang menyatakan bahwa penggunaan mikoriza merupakan

salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.

Jamur ini terbukti dapat meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan

ketahanan terhadap senyawa beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap

berbagai patogen tanah, serta memberikan sumbangan nyata dalam daur ulang

unsur hara di dalam tanah

Dari hasil pengamatan bobot kering akar dan tajuk, hasil rataan tertinggi

terdapat pada perlakuan M2 (menggunakan mikoriza) (Tabel 4 dan 6). Hal ini

dikarenakan pemberian mikoriza dapat menyebabkan luas serapan akar semakin

besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih kecil sehingga

(45)

pemberian mikoriza juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Hal ini

sesuai dengan litertur Pujiyanto (2011) yang menyatakan bahwa Asosiasi

simbiotik antara akar tanaman dengan jamur mikoriza menyebabkan terbentuknya

luas serapan yang lebih besar dan lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih

kecil sehingga meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara,

utamanya unsur hara yang relatif tidak mobil seperti P, Cu, dan Zn.

Interaksi Media Tanam Limbah Kelapa Sawit Dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Mucuna (Mucuna BracteataD.C)Secara Stek

Dari hasil analisis sidik ragam, interaksi media tanam limbah kelapa sawit

dan mikoriza berpengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman pada 1, 2, 5 ,6, 7

dan 8 MST (lampiran 4-27). Panjang sulur pada 8 MST tertinggi pada perlakuan

T4M2 (top soil:tkks:sludge) sebesar 40,43 cm (Tabel 1). Hal ini disebabkan

karena kombinasi media tanam yang sesuai dengan adanya TKKS yang dapat

merubah sifat fisik dan kimia tanah serta dapat menahan air dengan baik,

pemberian mikoriza juga mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan

serapan unsur N, P dan K. Hal ini sesuai dengan literatur Supriyanto (1999) yang

menyatakan bahwa Penggunaan mikoriza merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Jamur ini terbukti dapat

meningkatkan serapan N, P dan K, meningkatkan ketahanan terhadap senyawa

beracun seperti Al dan Na, juga ketahanan terhadap berbagai patogen tanah, serta

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman pada 1-8 MST dan bobot kering tajuk.

2. Komposisi media tanam Top Soil:TKKS:Sludge menghasilkan rataan

pertumbuhan paling baik dibandingkan dengan komposisi yang lainnya.

3. Perlakuan pemberian mikoriza menghasilkan rataan lebih tinggi pada semua

parameter dibandingkan tanpa mikoriza.

4. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan terbaik terdapat pada

perlakuan T4M2. Hal ini dapat dilihat dari nilai ratan setiap parameter

pengamatan.

Saran

Sebaiknya dalam pertumbuhan bibit mucuna (Mucuna bracteata D.C)

secara stek degan menggunakan media tanam limbah kelapa sawit menggunakan

kombinasi perlakuan Top Soil:TKKS:Sludge dan pemberian mikoriza untuk

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 1997. Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Daniel, T. W, J. A. Helms, dan F. S. Barker. 1994. Prinsip – Prinsip Silvikultur.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmoko dan A. S. Sutarta. 2006. Ilmu Tanah dan Agronomi.

http://tks/ilmu_tanah_dan_agronomi.htm pada tanggal 28 maret 2014.

Dutta, A.C. 1970. Botany for Degree Student. Oxfort University Press. England.

Erningpraja, L. Dan Darnoko. 2005 . Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit Ramah Iingkungan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan .

Harahap, I.Y dan Subroto. 2002. Penggunaan kacangan penutup tanah Mucuna

bracteata pada pertanaman kelapa sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan: Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 10(1): 1-6.

Harahap,I .Y . dan Subronto. 2004. Penggunaan Kacangan Penutup Tanah Mucuna Bracteata Pada Pertanaman Kelapa Sawit. Medan. Warta Vol 10.

Harahap,I.Y, Taufiq. C, Hidayat. Dan G. Simangunsong. 2008. Mucucna Bracteata. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Isroi. 2009. Cara Membuat Kompos dari Tandan Sawit Kosong. Dikutip dari http://www.deptan.go.id pada tanggal 28 maret 2014.

Lubis, A.D., D. Erowati, dan A. Waluyo, 2000. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit berupa Serat dan Lumpur Sawit dengan Metode Amoniase dan Biofermentasi. Tim Pengembangan Kawasan Teknologi Berwawasan Lingkungan, Kabupaten Batanghari, Jambi.

Mugnisjah.W.Q dan A. Setiawan. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pujiyanto. 2001. Pemanfaatan Jasad Mikro Jamur Mikoriza dan Bakteri Dalam

Sistem Pertanian Berkelanjutan di Indonesia. Dikutip dari

http://www.rudyct.com pada tanggal 28 maret 2014.

Purwanto, Imam. 2011. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius Yogyakarta.

(48)

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Schuchardt, F., Darnoko, D. Darmawan, Erwinsyah, dan Guritno, P. 2001. Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Pembuatan Kompos. Lokakarya Pengelolaan Lingkungan Pabrik Kelapa Sawit (Medan: 19 – 20 Juni 2001).

Sebayang, S. Y., E. S. Sutarta dan I. Y. Harahap. 2004. Penggunaan Mucuna

bracteata pada Kelapa Sawit: Pengalaman di Kebun Tinjowan Sawit II, PT. Perkebunan Nusantara IV. Warta PPKS 2004. Vol. 12(2-3): 15-22.

Siagian, N. 2003. Potensi dan Pemanfaatan Mucuna Bracteata Sebagai Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Medan.

Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualiatas Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Supriyanto. 1999. The Effectiveness of Some Ectomycorrhizal Fungi in Alginate Beads in Promoting the Growth of Several Dipterocarps Seedlings. J. Biotrop 12: 59 – 77.

(49)

Lampiran 1 : Bagan Penelitian

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

T 6m B 3m T1M2 T7M2 T3M1 T2M1 T5M2 T5M1 T7M1 T7M2 1 T4M1 T5M1 T4M2 T3M2 T7M1 T1M1 T6M2 T2M1 T4M2 T4M2

T6M1 T7M2

T : Media Tanam M : Mikoriza

T5M1 T2M2 T3M1 T1M2 T3M2 T1M1 T3M2 T6M1 T5M2 T6M2 T5M2 T6M1 T4M1 T4M1 T3M1 T6M2

T1M1 T2M1

6 T2M2

T2M2 T7M1

(50)

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

No NAMA

KEGIATAN

MINGGU KE-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan lahan X

2. Pembuatan naungan X

3. Persiapan media

tanam

X

5. Persiapan bahan

tanam / bibit

X

7. Penanaman X

8. Pemeliharaan

Penyiraman X X X X X X X X X X X

Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi dilapangan

Pemupukan X X

Pengendalian Hama dan Penyakit

Disesuaikan dengan kondisi dilapangan

9. Peubah Amatan

Tinggi tanaman (cm)

X X X X X X X X X

Jumlah Daun (helai) X

Volume Akar (ml) X

Bobot Basah Akar (g)

X

Bobot Basah Tajuk (g)

X

Bobot Kering Akar (g)

X

Bobot Kering Tajuk (g)

X

Lampiran 4. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 1

(51)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 0,30 1,70 0,50 2,50 0,83

T2M1 0,50 0,50 0,70 1,70 0,57

T3M1 0,50 1,00 0,90 2,40 0,80

T4M1 0,90 1,30 0,50 2,70 0,90

T5M1 1,00 0,50 0,40 1,90 0,63

T6M1 0,30 0,50 0,60 1,40 0,47

T7M1 0,50 1,00 0,50 2,00 0,67

T1M2 0,30 0,50 1,10 1,90 0,63

T2M2 0,40 0,70 0,80 1,90 0,63

T3M2 2,80 2,00 0,50 5,30 1,77

T4M2 2,70 1,50 3,20 7,40 2,47

T5M2 0,50 0,70 0,70 1,90 0,63

T6M2 3,60 1,20 2,00 6,80 2,27

T7M2 0,60 0,40 0,80 1,80 0,60

Total 14,90 13,50 13,20 41,60

Rataan 1,06 0,96 0,94 0,99

Lampiran 5. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y

Mucuna Bracteata 1 MST dengan perlakuan media tanam limbah

kelapasawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 0,55 1,30 0,71 2,56 0,85

T2M1 0,71 0,71 0,84 2,25 0,75

T3M1 0,71 1,00 0,95 2,66 0,89

T4M1 0,95 1,14 0,71 2,80 0,93

T5M1 1,00 0,71 0,63 2,34 0,78

T6M1 0,55 0,71 0,77 2,03 0,68

T7M1 0,71 1,00 0,71 2,41 0,80

T1M2 0,55 0,71 1,05 2,30 0,77

T2M2 0,63 0,84 0,89 2,36 0,79

T3M2 1,67 1,41 0,71 3,79 1,26

T4M2 1,64 1,22 1,79 4,66 1,55

T5M2 0,71 0,84 0,84 2,38 0,79

T6M2 1,90 1,10 1,41 4,41 1,47

T7M2 0,77 0,63 0,89 2,30 0,77

Total 13,04 13,31 12,90 39,25

(52)

Lampiran 6. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 1 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Lampiran 7. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 2

MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 1,60 2,30 2,60 6,50 2,17

T2M1 2,00 1,30 1,10 4,40 1,47

T3M1 5,10 6,20 1,20 12,50 4,17

T4M1 0,50 5,10 2,10 7,70 2,57

T5M1 0,90 3,00 1,30 5,20 1,73

T6M1 1,50 1,90 0,90 4,30 1,43

T7M1 0,70 1,90 1,70 4,30 1,43

T1M2 0,50 1,80 2,40 4,70 1,57

T2M2 1,20 3,00 1,50 5,70 1,90

T3M2 2,90 3,60 0,90 7,40 2,47

T4M2 3,90 7,00 4,80 15,70 5,23

T5M2 0,80 2,10 1,00 3,90 1,30

T6M2 3,90 3,90 2,90 10,70 3,57

T7M2 1,50 1,10 0,90 3,50 1,17

Total 27,00 44,20 25,30 96,50

Rataan 1,93 3,16 1,81 2,30

=√Y

SK db JK KT Fhit F.05 Ket

Blok 2 0,01 0,00 0,04 3,37 tn

Perlakuan 13 3,07 0,24 3,34 2,12 *

T 6 1,32 0,22 3,12 2,47 *

M 1 0,63 0,63 8,98 4,22 *

TxM 6 1,12 0,19 2,63 2,47 *

Galat 26 1,84 0,07

Total 41 4,92

FK 36,68384

(53)

Mucuna Bracteata 2 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Lampiran 9. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna

bracteata 2 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 1,26 1,52 1,61 4,39 1,46

T2M1 1,41 1,14 1,05 3,60 1,20

T3M1 2,26 2,49 1,10 5,84 1,95

T4M1 0,71 2,26 1,45 4,41 1,47

T5M1 0,95 1,73 1,14 3,82 1,27

T6M1 1,22 1,38 0,95 3,55 1,18

T7M1 0,84 1,38 1,30 3,52 1,17

T1M2 0,71 1,34 1,55 3,60 1,20

T2M2 1,10 1,73 1,22 4,05 1,35

T3M2 1,70 1,90 0,95 4,55 1,52

T4M2 1,97 2,65 2,19 6,81 2,27

T5M2 0,89 1,45 1,00 3,34 1,11

T6M2 1,97 1,97 1,70 5,65 1,88

T7M2 1,22 1,05 0,95 3,22 1,07

Total 18,23 23,98 18,16 60,38

Rataan 1,30 1,71 1,30 1,44

SK db JK KT Fhit F.05 Ket

Blok 2 1,59 0,80 6,75 3,37 *

Perlakuan 13 5,04 0,39 3,28 2,12 *

T 6 2,87 0,48 4,05 2,47 *

M 1 0,10 0,10 0,87 4,22 tn

TxM 6 2,06 0,34 2,91 2,47 *

Galat 26 3,07 0,12

Total 41 9,71

FK 86,79242

(54)

Lampiran 10. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata

3 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 2,80 3,70 4,10 10,60 3,53

T2M1 2,30 4,00 2,00 8,30 2,77

T3M1 5,70 13,30 2,60 21,60 7,20

T4M1 3,00 9,00 3,90 15,90 5,30

T5M1 1,20 4,00 3,10 8,30 2,77

T6M1 1,80 3,50 1,90 7,20 2,40

T7M1 1,50 2,90 2,80 7,20 2,40

T1M2 0,90 3,10 2,70 6,70 2,23

T2M2 1,20 4,90 1,60 7,70 2,57

T3M2 12,40 5,00 2,00 19,40 6,47

T4M2 5,90 18,10 7,90 31,90 10,63

T5M2 2,20 3,40 1,80 7,40 2,47

T6M2 8,20 6,80 4,10 19,10 6,37

T7M2 1,70 1,80 1,30 4,80 1,60

Total 50,80 83,50 41,80 176,10

Rataan 3,63 5,96 2,99 4,19

Lampiran 11. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y

Mucuna Bracteata 3 MST dengan perlakuan media tanam limbah

kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 1,67 1,92 2,02 5,62 1,87

T2M1 1,52 2,00 1,41 4,93 1,64

T3M1 2,39 3,65 1,61 7,65 2,55

T4M1 1,73 3,00 1,97 6,71 2,24

T5M1 1,10 2,00 1,76 4,86 1,62

T6M1 1,34 1,87 1,38 4,59 1,53

T7M1 1,22 1,70 1,67 4,60 1,53

T1M2 0,95 1,76 1,64 4,35 1,45

T2M2 1,10 2,21 1,26 4,57 1,52

T3M2 3,52 2,24 1,41 7,17 2,39

T4M2 2,43 4,25 2,81 9,49 3,16

T5M2 1,48 1,84 1,34 4,67 1,56

T6M2 2,86 2,61 2,02 7,50 2,50

T7M2 1,30 1,34 1,14 3,79 1,26

Total 24,62 32,40 23,48 80,50

(55)

Lampiran 12. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata 3 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Lampiran 13. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata

4 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 9,00 12,00 7,30 28,30 9,43

T2M1 5,20 18,90 4,50 28,60 9,53

T3M1 6,40 11,40 2,70 20,50 6,83

T4M1 1,80 12,30 5,40 19,50 6,50

T5M1 6,20 8,20 6,50 20,90 6,97

T6M1 7,30 10,30 3,90 21,50 7,17

T7M1 5,70 3,80 1,60 11,10 3,70

T1M2 2,90 9,10 6,00 18,00 6,00

T2M2 5,80 14,50 5,10 25,40 8,47

T3M2 23,90 7,30 4,40 35,60 11,87

T4M2 12,10 16,30 14,50 42,90 14,30

T5M2 4,50 5,30 6,20 16,00 5,33

T6M2 13,00 17,00 11,50 41,50 13,83

T7M2 1,70 5,30 3,00 10,00 3,33

Total 105,50 151,70 82,60 339,80

Rataan 7,54 10,84 5,90 8,09

SK db JK KT Fhit F.05 Ket

Blok 2 3,37 1,69 6,83 3,37 *

Perlakuan 13 12,04 0,93 3,76 2,12 *

T 6 8,89 1,48 6,01 2,47 *

M 1 0,16 0,16 0,65 4,22 tn

TxM 6 2,99 0,50 2,02 2,47 tn

Galat 26 6,41 0,25

Total 41 21,82

FK 154,2801

(56)

Lampiran 14. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y

Mucuna Bracteata 4 MST dengan perlakuan media tanam limbah

kelapasawit dan pemberian mikoriza

Lampiran 15. Daftar sidik ragam penambahan panjang sulur (cm) Mucuna

bracteata 4 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 3,00 3,46 2,70 9,17 3,06

T2M1 2,28 4,35 2,12 8,75 2,92

T3M1 2,53 3,38 1,64 7,55 2,52

T4M1 1,34 3,51 2,32 7,17 2,39

T5M1 2,49 2,86 2,55 7,90 2,63

T6M1 2,70 3,21 1,97 7,89 2,63

T7M1 2,39 1,95 1,26 5,60 1,87

T1M2 1,70 3,02 2,45 7,17 2,39

T2M2 2,41 3,81 2,26 8,47 2,82

T3M2 4,89 2,70 2,10 9,69 3,23

T4M2 3,48 4,04 3,81 11,32 3,77

T5M2 2,12 2,30 2,49 6,91 2,30

T6M2 3,61 4,12 3,39 11,12 3,71

T7M2 1,30 2,30 1,73 5,34 1,78

Total 36,24 45,01 32,81 114,05

Rataan 2,59 3,21 2,34 2,72

SK db JK KT Fhit F.05 Ket

Blok 2 5,66 2,83 6,86 3,37 *

Perlakuan 13 13,70 1,05 2,56 2,12 *

T 6 7,47 1,24 3,02 2,47 *

M 1 0,86 0,86 2,08 4,22 tn

TxM 6 5,37 0,90 2,17 2,47 tn

Galat 26 10,72 0,41

Total 41 30,07

FK 309,7256

(57)

Lampiran 16. Data rataan penambahan panjang sulur (cm) Mucuna bracteata

5 MST dengan perlakuan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 13,50 11,50 11,80 36,80 12,27

T2M1 22,50 20,40 7,20 50,10 16,70

T3M1 7,00 10,30 1,90 19,20 6,40

T4M1 3,40 10,50 6,00 19,90 6,63

T5M1 21,10 12,80 16,50 50,40 16,80

T6M1 17,90 17,70 8,60 44,20 14,73

T7M1 15,90 4,90 2,20 23,00 7,67

T1M2 9,00 21,60 9,80 40,40 13,47

T2M2 13,90 22,50 7,70 44,10 14,70

T3M2 33,00 11,50 12,40 56,90 18,97

T4M2 24,90 30,50 37,00 92,40 30,80

T5M2 20,60 12,30 18,50 51,40 17,13

T6M2 19,60 18,70 27,70 66,00 22,00

T7M2 2,60 9,20 5,30 17,10 5,70

Total 224,90 214,40 172,60 611,90

Rataan 16,06 15,31 12,33 14,57

Lampiran 17. Data transformasi rataan penambahan panjang sulur (cm) Yl=√Y

Mucuna Bracteata 5 MST dengan perlakuan media tanam limbah

kelapa sawit dan pemberian mikoriza

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

T1MI 3,67 3,39 3,44 10,50 3,50

T2M1 4,74 4,52 2,68 11,94 3,98

T3M1 2,65 3,21 1,38 7,23 2,41

T4M1 1,84 3,24 2,45 7,53 2,51

T5M1 4,59 3,58 4,06 12,23 4,08

T6M1 4,23 4,21 2,93 11,37 3,79

T7M1 3,99 2,21 1,48 7,68 2,56

T1M2 3,00 4,65 3,13 10,78 3,59

T2M2 3,73 4,74 2,77 11,25 3,75

T3M2 5,74 3,39 3,52 12,66 4,22

T4M2 4,99 5,52 6,08 16,60 5,53

T5M2 4,54 3,51 4,30 12,35 4,12

T6M2 4,43 4,32 5,26 14,01 4,67

T7M2 1,61 3,03 2,30 6,95 2,32

Total 53,76 53,53 45,80 153,09

Gambar

Tabel 1. Derajat infeksi mikoriza
Gambar 1. Pertumbuhan panjang sulur pada umur 1-8 MST pada media tanam limbah kelapa sawit
Tabel 2. Panjang sulur mucuna dengan media tanam limbah kelapa sawit dan pemberian mikoriza pada umur 8 MST
Tabel 3. Jumlah daun mucuna dengan perlakuan media tanam limbah   kelapa sawit dan pemberian mikoriza
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan dan sidik ragam penelitian (Lampiran 2-41) diketahui bahwa perlakuan media tanam limbah pabrik kelapa sawit terhadap pertumbuhan stump mata tidur tanaman

Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, sedangkan komposisi media tanam dan interaksi

Hasil Analisis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit... Sidik Ragam Transformasi

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan pembibitan Mucuna bracteata. Benih Mucuna bracteata ditanam pada dua media yang berbeda, yaitu top soil dan

Interaksi antara tingkat kemiringan dan penggunaan LCC Mucuna bracteata tidak mempengaruhi semua variabel sifat fisik tanah dan pertumbuhan akar tanaman kelapa

KEVIN EFRIANDHANI: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq. ) Pada Berbagai Komposisi Media Tanam dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa

Sidik ragam tinggi tanaman bibit kelapa sawit umur 6 MST.. SK db JK KT

Dokumentasi Bibit Kelapa Sawit Pada Komposisi Media Tanam M1 dan Pemberian LCPKS L0 sampai L3 (14 MST)... Dokumentasi Bibit Kelapa Sawit Pada Komposisi Media Tanam M2 dan