• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan di Pre Nursery

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan di Pre Nursery"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Skema Peletakan Tanaman dalam Plot Penelitian

Keterangan:

Jumlah tanaman per plot = 4 tanaman Jarak tanam = 20 cm x 20 cm

(3)

Lampiran 3. Karakteristik Tenera (DxP) Varietas Yangambi PPKS Medan

(Sumber: PPKS Medan, 2014)

Rerata jumlah tandan : 13 tandan/pohon/tahun Rerata berat tandan : 16 kg

Pertumbuhan meninggi : 60-70 cm/tahun Panjang pelepah : 6,09 m

Lampiran 5. Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Jenis DxP Umur (bulan) Jumlah pelepah Tinggi

(4)
(5)

Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Bibit 6 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Sidik Ragam Tinggi Bibit 6 MST

(6)

Lampiran 10. Data Pengamatan Tinggi Bibit 8 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Sidik Ragam Tinggi Bibit 8 MST

(7)

Lampiran 12. Data Pengamatan Tinggi Bibit 10 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 13. Sidik Ragam Tinggi Bibit 10 MST

(8)

Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Bibit 12 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 15. Sidik Ragam Tinggi Bibit 12 MST

(9)

Lampiran 16. Data Pengamatan Tinggi Bibit 14 MST (cm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 17. Sidik Ragam Tinggi Bibit 14 MST

(10)

Lampiran 18. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 19. Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST

(11)

Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Daun 8 MST (helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 21. Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST

(12)

Lampiran 22. Data Pengamatan Jumlah Daun 10 MST (helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 23. Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST

(13)

Lampiran 24. Data Pengamatan Jumlah Daun 12 MST (helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 25. Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST

(14)

Lampiran 26. Data Pengamatan Jumlah Daun 14 MST (helai)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 27. Sidik Ragam Jumlah Daun 14 MST

(15)

Lampiran 28. Data Pengamatan Diameter Batang 6 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 29. Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST

(16)

Lampiran 30. Data Pengamatan Diameter Batang 8 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 31. Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST

(17)

Lampiran 32. Data Pengamatan Diameter Batang 10 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 33. Sidik Ragam Diameter Batang 10 MST (mm)

(18)

Lampiran 34. Data Pengamatan Diameter Batang 12 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 35. Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST

(19)

Lampiran 36. Data Pengamatan Diameter Batang 14 MST (mm)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 37. Sidik Ragam Diameter Batang 14 MST

(20)

Lampiran 38. Data Pengamatan Volume Akar

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 39. Sidik Ragam Volume Akar

(21)

Lampiran 40. Data Transformasi Pengamatan Volume Akar

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 41. Sidik Ragam Transformasi Volume Akar

(22)

Lampiran 42. Data Pengamatan Total Luas Daun

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 43. Sidik Ragam Total Luas Daun

(23)

Lampiran 44. Data Pengamatan Bobot Segar Tajuk

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 45. Sidik Ragam Bobot Segar Tajuk

(24)

Lampiran 46. Tranformasi Data Pengamatan Bobot Segar Tajuk

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 47. Transformasi Sidik Ragam Bobot Segar Tajuk

(25)

Lampiran 48. Data Pengamatan Bobot Segar Akar

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 49. Sidik Ragam Bobot Segar Akar

(26)

Lampiran 50. Transformasi Data Pengamatan Bobot Segar Akar

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 51. Transformasi Sidik Ragam Bobot Segar Akar

(27)

Lampiran 52. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 53. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk

(28)

Lampiran 54. Transformasi Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 55. Transformasi Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk

(29)

Lampiran 56. Data Pengamatan Bobot Kering Akar

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 57. Sidik Ragam Bobot Kering Akar

(30)

Lampiran 58. Transformask Data Pengamatan Bobot Kering Akar

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

Lampiran 59.Transformasi Sidik Ragam Bobot Kering Akar

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. A. L., M. F. Chong, and S. Bhatia. 2009. A comparative study on the

membrane based palm oil mill effluent (POME). treatment plant. J. Hazardous Materials 171: 166-174.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. BPPT, Jakarta.

Chavalparit, O., W.H Rulkens, A.P.J. Mol, dan S. Khaodair. 2006. Options for

Environmental Sustainability of Crude Palm Oil Industry in Thailand Through Enhancement of industrial Ecosystems. Environtment,

Development and Sustinability, Volume 8, Number 2, pp 271-287 (17). Darnoko dan Ady S. S. 2006. Pabrik Kompos di Pabrik Sawit. Tabloid Sinar

Tani, 9 Agustus 2006.

Gumbira, S. 1996. Penanganan dan pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Untuk Dana Mitra Lingkungan. Trubus Agriwidiya.

Fauzi, Y. Y.E. Widiastuti. I. Satyawibawa dan R. Hartono, 2006. Kelapa Sawit; Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hadi, M. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Jamulya dan Suratman, 1993. Pengantar Ilmu Tanah. UGM.

Khaswarina, S., 2001. Jurnal Natur Indonesia Keragaman Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Berbagai Kombinasi Pupuk di Pembibitan Utama. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nasution, S. H. 2014. Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada berbagai perbandingan media tanam solid decanter dan tandan kosong Kelapa sawit pada sistem single stage. J. Agroekoteknologi 2. (2). Prayitno, S. D. Indradewa. Dan B. H. Sunarminto. 2008. Produktivitas Kelapa

Sawit (Elaeis guinensis jacq) Yang di Pupuk dengan Tandan Kosong dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. J. Ilmu Pertanian. 15 (38-39).

(32)

Putri, R.E. 2011. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Limbah Cair Kelapa Sawit terhadap Beberapa Sifat Tanah Oxisol dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glicine max (L) Merril). Skripsi. Universitas Andalas. Padang.

Rahardjo, P.N. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. J. Tek. Ling. 10(1):9-18.

Redaksi Agromedia, 2007. Membuat Tanaman Buah Dalam Pot Berbuah Lebat. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Risza, S. 1994. Upaya Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit. Penerbit Kanasius. Yogyakarta.

Rosmarkam dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.Yogyakarta.

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta Setyamidjaja, D., 2000. Budidaya Kelapa Sawit. Penebar Kanisius. Yogyakarta. Steel R, G, D. and J.H. Torrie. 1987. Principles and Procedures of Statistics with

Special Reference to the Biological Science. Mc. Graw hill book Co. Inc.

New York.

Suherman, C., A. Nuraini dan S. Rosniawaty. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskilar (CMA) serta Media Campuran Subsoil dan Kompos pada Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis quineensis) Kultivar Sungai Pancur (SP2). Bandung: Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.

Sujadi, H. A. Siregar dan A. R. Purba. 2012. Belajar dari Kesalahan Menuju Pembibitan Kelapa Sawit Standar. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Vol 17 No.3.

Sukamto, I. T. N. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suyono dan Sudarmadil, 1997. Hidrologi Dasar. Yogyakarta: Diktat Kuliah, Fakultas Geografi, UGM.

(33)

Wahyono, S., F.L. Sahwan, F. Suryanto, dan A. Waluyo, 2003. Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Teknologi untuk Negri, Vol.I, Hal.375-386.

Wijaya, I. G. A. 2015. Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery Terhadap Pemberian Limbah Cair

Pabrik Kelapa Sawit Dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4). Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.3, No.1.

Yacob, S., M.A. Hassan, Y. Shirai, M. Wakisaka, S. Subash. 2005. Baseline study

(34)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU dengan ketinggian 32 meter diatas permukaan laut, mulai bulan April sampai

dengan Juli 2016. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah kecambah kelapa sawit Tenera (DxP) PPKS Medan varietas Yangambi , Limbah Cair Kelapa Sawit, Media Tanam Kompos Tandan kosong Kelapa sawit, Serabut (Serat) Kelapa Sawit, Sludge, Air, dan Top Soil, polybag ukuran 1 kg (15 cm x 22 cm), Insektisida berbahan

aktif deltametrin konsentrasi 0,2% dan air.

Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, jangka sorong digital, oven, kalkulator, meteran, piring plastik, ember, hand sprayer, gelas ukur, Paranet, gembor, cangkul, piringan, ayakan 10 mesh, kertas label perlakuan, penggaris, format data, alat tulis.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Komposisi Media Tanam M0 : Topsoil

(35)

Faktor II : Limbah Cair Kelapa Sawit L0 : 0 l/Bibit

L1 : 1,5 l/ Bibit L2 : 3 l/Bibit

Maka diperoleh 15 kombinasi, yaitu :

L0M0 L1M0 L2M0

L0M1 L1M1 L2M1

L0M2 L1M2 L2M2

L0M3 L1M3 L2M3

L0M4 L1M4 L2M4

Jumlah ulangan (blok) : 3 ulangan Jumlah plot : 45 plot Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 180 tanaman Jumlah sampel per plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman Jarak antar plot : 20 cm Jarak antar blok : 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

(36)

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat Komposisi Media Tanam jenis ke j dan pengaruh pada jenis ke-k

µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan Komposisi Media Tanam pada jenis ke-j βk : Efek pemberian Limbah Cair Kelapa Sawit pada jenis ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara Komposisi Media Tanam dan Limbah Cair Kelapa Sawit taraf ke-j dan ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, Komposisi Media Tanam ke-j dan Limbah Cair

KelapaSawit taraf ke-k

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata

(37)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Pembibitan

Areal pembibitan dipersiapkan sebaik mungkin di lahan yang datar, dekat dengan sumber air, memiliki drainase yang baik serta tidak tergenang. Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang ada. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan jarak antar plot 20 cm, dan jarak antar ulangan 50 cm.

Pembuatan Naungan

Naungan dibuat dengan ukuran 13,2 m x 2,7 m untuk seluruh plot percobaan. Konstruksi naungan dibuat dari bambu dengan atap Paranet. Naungan berfungsi untuk mencegah/mengurangi sinar matahari dan terpaan air hujan langsung ke bibit. Naungan ini dibuat dengan ketinggian 2 meter.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit, Sludge, serabut (serat) kelapa sawit dan tanah topsoil yang telah diayak dengan ayakan 10 mesh untuk memisahkan media tanam dari bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti batu, akar dan lain-lain. Polybag yang digunakan dengan ukuran 15 cm (diameter), tinggi 22 cm dan tebal 0,07 mm. Media diaduk hingga merata dengan cangkul dengan menggunakan metode volumetrik.

Penanaman Kecambah

(38)

antar plot 20 cm, jarak antar ulangan 50 cm dan diberi label sesuai perlakuan. Pada setiap polybag ditanam 1 kecambah benih, mula-mula dibuat lubang tepat ditengah-tengah polybag sedalam ± 3 cm, kecambah kemudian dimasukkan dan dipastikan agar duduknya stabil lalu ditutup dengan tanah halus, kecambah harus ± 1 cm di bawah tanah dengan radikula ke bawah dan plumula menghadap ke atas.

Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Masing masing dosis limbah cair pabrik kelapa sawit diberikan secara bertahap dalam 20 kali aplikasi. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit dilakukan sesaat sebelum penanaman kecambah sampai dengan bibit berumur 6 Minggu Setelah Tanam (MST) dengan interval dua hari.

Tabel 1 . Dosis aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit Perlakuan

Volume dosis/1x aplikasi (ml)

L0 = 0 l/bibit 0

L1 = 1,5 l/bibit 75

L2 = 3,0 l/bibit 150

Pemeliharaan Penyiraman

(39)

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dan dengan menggunakan cangkul untuk menekan pertumbuhan gulma di polybag dan di areal pembibitan, interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan secara kimia. Insektisida berbahan aktif deltametrin konsentrasi 0,2% yang disemprotkan ke tanaman ketika terjadi gejala serangan hama belalang dan semut api.

Pengamatan Parameter Tinggi Bibit

Pengamatan tinggi bibit dilakukan saat bibit berumur 6 MST dengan interval dua minggu sampai bibit berumur 14 MST menggunakan penggaris. Tinggi bibit diukur dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang. Untuk mempermudah pengukuran, dibuat patok standar dengan tinggi 2 cm dari permukaan tanah.

Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat bibit berumur 6 MST dengan interval dua minggu sampai bibit berumur 14 MST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna. Tenera (DxP) PPKS Medan varietas Yangambi.

(40)

Pengamatan diameter batang dilakukan saat bibit berumur 6 MST dengan interval dua minggu sampai bibit berumur 14 MST. Pengukuran dilakukan pada ketinggian 2 cm dari pangkal batang bibit dengan menggunakan jangka sorong digital dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus kemudian dirata-ratakan.

Volume Akar

Volume akar dihitung pada akhir penelitian, caranya dikeluarkan bibit dari polibag dengan memasukkan polibag ke dalam ember berisi air, kemudian mengoyak polibag dan membersihkan media tanam dari perakaran secara perlahan dengan menggunakan air yang mengalir, lalu memotong bagian akar dari bibit tanaman dan dibersihkan. Volume akar merupakan selisih dari volume air yang naik setelah akar dimasukkan ke gelas ukur dengan volume air sebelumnya. Volume akar diperoleh dengan rumus :

Volume akar (ml) : Volume2 (ml) – Volume1 (ml) Keterangan :

Volume1 (ml) : volume sebelum akar dimasukkan ke dalam air Volume2 (ml) : volume setelah akar dimasukkan ke dalam air. Total Luas Daun

(41)

satu tanaman kemudian dijumlahkan seluruhnya Dartius et al. (1991) konstanta (0,57) daun yang belum membelah/lanset pada tahap pre nursery dan konstanta (0,52) untuk daun yang telah membelah.

Bobot Segar Tajuk

Pengukuran bobot segar tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman, kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Segar Akar

Pengukuran bobot segar akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dengan air kemudian dikering anginkan terlebih dahulu, lalu ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Kering Tajuk

Perhitungan bobot kering tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara mengeringovenkan

bagian tajuk tanaman yang telah dihitung bobot segarnya pada suhu 70°C, selama

48 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering yang konstan.

Bobot Kering Akar

Pengukuran bobot kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara mengeringovenkan

(42)
(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam, diketahui bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit (12 dan 14 MST), diameter batang (6-14 MST), total luas daun (14 MST), Sedangkan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan. Khusus parameter tinggi tanaman diperoleh pengaruh yang nyata dari interaksi antara perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit dan media tanam.

Tinggi bibit

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi bibit umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran 8-17. Hasil analisis statistik diketahui bahwa media tanam tidak berpengaruh nyata interaksi limbah cair pabrik kelapa sawit hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 10, 12 dan 14 MST.

Tabel 2. Tinggi bibit kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

MST LCPKS Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama

(44)

Rataan tertinggi dari parameter tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan media tanam M4 (Topsoil + TKKS + Sludge + Serat Kelapa Sawit) dengan pemberian limbah cair 3 l /bibit (Tabel 2).

Jumlah Daun

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran 18-27. Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 6-14 MST.

Tabel 3. Jumlah daun kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

MST

(45)

Diameter Batang

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter batang umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran 28-37. Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap diameter Batang. Sedangkan media tanam dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada umur 6-14 MST.

Tabel 4. Diameter batang kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Pemberian limbah cair sampai 1,5 l/bibit menghasilkan rataan diameter batang bibit tertinggi akan tetapi pemberian limbah cair 3 l/bibit akan menurunkan diameter batang (Tabel 4).

Volume Akar

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam volume akar umur 14 MST dapat dilihat pada lampiran 38-41. Hasil analisis statistik diketahui bahwa

(46)

perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar.

Tabel 5. Volume akar kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

MST LCPKS (l/bibit) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 M4

---ml---

14

L0 = 0 1,56 1,77 2,00 1,52 1,81 1,73 L1 = 1,5 1,95 1,74 1,77 2,08 1,87 1,88

L2 = 3 1,57 1,62 2,11 1,82 1,51 1,73 Rataan 1,69 1,71 1,96 1,81 1,73 1,78

Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit L1 (1,5 l/bibit) menghasilkan rataan volume akar tertinggi. Sedangkan terendah terdapat pada perlakuan L2 (3 l/bibit), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 5).

Perlakuan komposisi media tanam M2 (Top soil + Sludge 1:1)

menghasilkan volume akar tertinggi dan yang terendah pada perlakuan M0(Top soil), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Total Luas Daun

(47)

Tabel 6. Total luas daun kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

MST LCPKS (l/bibit) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 M4 Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang

sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit pada perlakuan L1 (1,5 l/bibit) menghasilkan rataan tertinggi dan terendah pada L0 (0 l/bibit). Perlakuan L1 berbeda nyata dengan L0 dan L3, namun berbeda tidak nyata dengan L2 (Tabel 6). Media tanam M3 (Top soil + Serabut (Serat) 1:1 ) menghasilkan rataan total luas daun tertinggi sedangkan yang terendah pada perlakuan M4(Topsoil + TKKS + Sludge + Serabut (Serat) Kelapa Sawit 1:1:1:1). Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Bobot Segar Tajuk

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot Segar tajuk umur 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 44-47. Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar tajuk.

Tabel 7. Bobot Segar tajuk kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

(48)

Perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit menghasilkan rataan tertinggi pada perlakuan L1 (1,5 l/bibit) sedangkan terendah pada L0 (0 l/bibit) (Tabel 7).

Komposisi media tanam M3 (Top soil + Serabut (Serat) 1:1) menghasilkan

bobot basah tajuk tertinggi sedangkan yang terendah pada perlakuan M0(Top Soil), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Bobot Segar Akar

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot segar akar umur 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 48-51. Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit dan media tanam tidak berpengaruh nyata.

Tabel 8. Bobot segar akar kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

MST LCPKS (l/bibit) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 M4

---g---

14

L0 = 0 1,03 2,77 2,13 1,73 1,50 1,71

L1 = 1,5 2,53 2,13 2,33 4,43 1,57 2,60 L2 = 3 1,70 1,40 3,83 2,97 1,43 2,27 Rataan 1,76 1,90 2,77 3,04 1,50 2,19

Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit perlakuan L1 (1,5 l/bibit) menghasilkan rataan bobot akar tertinggi dan terendah pada L0 (0 l/bibit). walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 8).

(49)

Bobot Kering Tajuk

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk umur 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 52-55. Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan limbah cair pabrik kelapa sawit dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Tabel 9. Bobot kering tajuk kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

MST LCPKS (l/bibit) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 M4

Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit L1 (1,5 l/bibit) menghasilkan rataan bobot kering tajuk tertinggi sedangkan terendah pada L0 dan L2 (3 l/bibit), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 9).

Rataan bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan M2 (Topsoil + Sludge 1:1) dan yang terendah pada perlakuan M4(Topsoil + TKKS + Sludge + Serabut (Serat) Kelapa Sawit (1:1:1:1) , walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Bobot kering Akar

(50)

Tabel 10. Bobot kering akar kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST

MST LCPKS (l/bibit) Media Tanam Rataan M0 M1 M2 M3 M4

---g---

14

L0 = 0 0,30 0,44 0,41 0,40 0,62 0,44

L1 = 1,5 0,63 0,43 0,46 0,51 0,32 0,47 L2 = 3 0,34 0,28 0,29 0,45 0,34 0,34 Rataan 0,42 0,38 0,39 0,45 0,42 0,41

Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit pada perlakuan L1 (1,5 l/bibit) menghasilkan rataan bobot kering akar tertinggi sedangkan terendah pada L0 (0 l/bibit), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 10).

Rataan bobot kering akar tertinggi pada perlakuan M3 (Top Soil + Serabut (Serat) 1:1) sedangkan terendah pada perlakuan M1(Topsoil + TKKS), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Pembahasan

Pengaruh pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi bibit, diameter batang dan total luas daun.

(51)

K, Mg dan Ca. Limbah cair pabrik kelapa sawit berpeluang besar untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit disamping memberikan kelembaban tanah. Pemberian LCPKS dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta dapat meningkatkan status hara tanah. Sementara ditinjau dari kandungan haranya, setiap satu ton limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung hara setara dengan 1.56 kg Urea, 0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP dan 1 kg Kiserit.

(52)

Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap total luas daun. Total luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (1,5 l/bibit) dan terendah pada L0 (0 l/bibit). Pengaruh nyata pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap total luas daun disebabkan karena pemberian limbah cair pabrik kelapa menjamin ketersediaan unsur hara N, P, K, Mg yang dapat merangsang pertumbuhan daun. Ketersediaan unsur-unsur yang tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, Hal ini sesuai dengan literatur Rahardjo (2009) yang menyatakan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki komposisi yang cukup kaya akan unsur hara N, P dan K, maka limbah cair tersebut mempunyai potensi yang baik untuk menggantikan ataupun melengkapi peran pupuk anorganik. Selain kalium, nitrogen juga diperlukan dalam proses pembelahan sel karena diketahui bahwa beberapa senyawa kimia dalam tumbuhan mengandung nitrogen. Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) menyatakan bahwa sebagian besar senyawa-senyawa kimia dalam tumbuhan seperti protein, alkaloid, klorofil dan lain-lain mengandung nitrogen. Klorofil merupakan alat terjadinya proses fotosintesis.

Pengaruh pemberian komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery

(53)

(Topsoil + TKKS 1:1 ) memberikan rataan tertinggi terhadap tinggi bibit dan diameter batang, perlakuan M2 (Topsoil + Sludge 1:1) memberikan rataan tertinggi pada jumlah daun, volume akar dan Bobot kering tajuk sedangkan perlakuan M3 (Topsoil + Serabut (Serat) 1:1) memberikan rataan tertinggi pada total luas daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, dan bobot kering akar. Hal ini mengindikasikan bahwa campuran media masing-masing komponen media tanam diduga menghasilkan sifat fisik tanah yang sama sehingga mampu mendukung pertumbuhan karena dapat memegang air dan juga aerasi cukup yang baik bagi pertumbuhan akar bibit kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Hakim et al (1986) yang menyatakan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman.

Pengaruh interaksi limbah cair pabrik kelapa sawit dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery

(54)

Sudarmadil (1997) dalam definisi yang lain menyebutkan bahwa kelembaban tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori – pori tanah. Kelembaban tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi.

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit berpengaruh nyata meningkatkan tinggi bibit, diameter batang, total luas daun.

2. Komposisi media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter tanaman.

3. Interaksi pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dengan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 10, 12 dan 14 MST. Kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan L2M4 yaitu limbah cair pabrik kelapa sawit sebanyak 3 l/bibit dan komposisi media tanam Topsoil + TKKS + Sludge + Serabut (Serat) Kelapa Sawit (1:1:1:1). Saran

(56)

TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit )

Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 – 4 tahun setelah tanam. Hal ini bisa terukur dari produksi tandan buah segar (TBS), meningkatkan rendemen minyak (oil extraction rate), kandungan inti sawit, dan karakteristik vegetatif tanaman. Faktor genetik dalam bibit akan mempengaruhi produksi hingga 30% (Sukamto, 2008).

Seleksi bibit penting dilakukan karena akan menentukan hasil panen dan

kualitas kelapa sawit. Untuk mendapatkan tanaman bersifat unggul, biji yang dipilih sebaiknya berasal dari persilangan varietas unggul. Di Indonesia lebih banyak digunakan bahan tanaman yang berasal dari persilangan Dura dan

Psifera. Hasil persilangannya dianggap sebagai persilangan terbaik secara

ekonomis, yaitu didasarkan pada kriteria produksi minyak per hektar, mutu minyak, pertumbuhan vegetatif, dan daya tahan terhadap penyakit tajuk serta ganoderma (Fauzi et al., 2008).

(57)

Pembibitan kelapa sawit dengan benih yang telah dikecambahkan dapat dilaksanakan dengan dua cara: yaitu (1) cara dua tahap yaitu melalui dederan (pre nursey) dan kemudian pembibitan (nursey), dan (2) hanya satu tahap yaitu langsung ke pembibitan tanpa melalui pendederan lebih dahulu. Baik melalui cara (1) maupun cara (2) bibit baru siap dipindahkan kelapangan (kebun) apabila telah berumur 11-12 bulan (Setyamidjaja, 2000).

Pembibitan merupakan langkah awal yang penting dalam menjamin bubidaya tanaman kelapa sawit yang sukses. Seluruh prosedur pembibitan harus dipatuhi dengan baik sehingga kita dapat mengeluarkan potensi optimal bahan tanam. Tujuan pembibitan adalah mempersiapkan fisik bahan tanaman agar mampu beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya secara maksimal. Hal tersebut dapat tercapai bila persyaratan yang telah ditentukan sudah dipenuhi (Sujadi et al., 2012).

Bibit yang baik hanya akan diperoleh jika benih kelapa sawit yang diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) atau sumber benih lainnya ditangani dengan baik sesuai pedoman. Pembibitan bertujuan untuk menyediakan bibit yang baik dan sehat dalam jumlah yang cukup. Hal ini hanya akan berhasil jika kita menggunakan bahan tanaman (kecambah) yang berasal dari produsen benih resmi, memilih lokasi pembibitan strategis, dan menerapkan kaidah kultur teknis pembibitan (Darmosarkoro et al., 2008).

(58)

lapisan atas (top soil) dengan pertimbangan lapisan tanah tersebut biasanya subur dan gembur. Namun pada kenyataannya ketersedian tanah top soil yang semakin sulit didapat maka digunakan pengganti media tanam sub soil. Pada umumnya tanah sub soil mempunyai nilai kesuburan yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah top soil dalam kandungan bahan organik dan unsur hara sehingga perlu adanya penambahan unsur hara dan bahan organik.

Komposisi Media Tanam

Pupuk organik yang semakin pesat merupakan salah satu peluang pemanfaatan TKKS menjadi pupuk kompos secara ekonomis. TKKS melalui proses dekomposisi dapat dijadikan menjadi pupuk yang kaya unsur hara seperti N, P, K, dan Mg sesuai yang dibutuhkan tanaman. Pengolahan TKKS segar menjadi kompos pada dasarnya memiliki sifat ganda yakni jawaban atas permasalahan limbah cair dan limbah padat TKKS serta manfaat ekonomis sebagai pemasok unsur bahan organik bagi tanaman (Redaksi Agromedia, 2007).

Kompos Tandan Kelapa Sawit (TKS) adalah salah satu limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan pabrik kelapa sawit. Kompos TKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Selain juga mampu memperbaiki sifat fisik tanah, kompos tandan kosong sawit diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi (Suherman et al., 2007).

(59)

45-mendekati kadar C/N tanah. Proses pengomposan tersebut menghasilkan bahan organik bermutu tinggi dengan kadar C/N sekitar 15. Hasil analisis di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit menunjukkan bahwa kandungan hara dalam kompos TKS relatif tinggi (Darmosarkoro dan Winarna, 2001).

Keunggulan dari kompos TKKS yakni kandungan kalium tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada dalam tanah, mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Darnoko dan Ady, 2006).

Secara umum, limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Setiap pengolahan CPO menggunakan 1000 ton TBS/hari akan menghasilkan sekitar 640 m3 air limbah, 240 ton tandan buah kosong, 140 ton serat dan 42 ton solid decanter (Chavalparit et al., 2006).

(60)

dari 5. Gumbira (1996) menambahkan, pemanfaatan sludge kelapa sawit berguna sebagai substrat dan sumber energy untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang. Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% dan lignin 26%. Lumpur Sawit (Solid) merupakan salah satu limbah pengolahan sawit dari sejumlah pabrik pengolahan sawit. Sinurat et al., (2001) menyatakan bahwa kandungan protein kasar solid kering sekitar 9.6–14.52%.

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Limbah cair merupakan salah satu jenis limbah organik yang dihasilkan dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari suatu pabrik kelapa sawit (PKS). Setiap ton TBS

yang diolah dapat menghasilkan 0.50 ton hingga 0.75 ton limbah cair (Yacob et al., 2005).

LCPKS adalah air limbah yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit (PKS) yang umumnya terdiri dari kondesat rebusan, buangan hydrocyclone dan separator sludge. Sekitar 2.9-3.5 m3 LCPKS dihasilkan setiap ton CPO yang dihasilkan. LCPKS kaya akan senyawa karbon organik dengan kandungan chemical oxygen demand (COD) lebih dari 40 g/L dan kandungan nitrogen sekitar 0.2 and 0.5 g/L sebagai ammonia nitrogendan total nitrogen. Selain itu, LCPKS adalah senyawa koloid dengan kandungan air sebesar 95-96%, minyak

(61)

unsur hara yang banyak terdapat dalam LCPKS adalah N (450-590 mg L-1), P (92-104 mg L-1), K (1,246-1,262 mg L-1) dan Mg (249- 271 mg L-1) (Ideriah et al., 2007). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan LCPKS sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit dengan mengalirkannya

ke rorak-rorak yang dibuat di lahan perkebunan kelapa sawit. Hasil penelitian Manik (2000) menunjukkan bahwa aplikasi LCPKS dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 35.2% dan memperbaiki sifat kimia tanah seperti peningkatan pH, C-organik, N total, P, K, dan Mg. Demikian juga hasil

penelitian Sutarta et al., (2003) menunjukkan bahwa aplikasi LCPKS dengan takaran 12.66 mm ECH (ekuivalen curah hujan) per bulan yang dikombinasikan dengan dosis pupuk 50% dari anjuran dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 36% dan tidak berpengaruh buruk terhadap lingkungan di sekitarnya.

(62)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cerah. Hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Khaswarina, 2001).

Permintaan kelapa sawit yang meningkat, menyebabkan produksi dan perluasan areal pertanaman kelapa sawit semakin meningkat. Dengan bertambahnya luas areal pertanaman kelapa sawit tersebut maka diperlukan pengadaan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas. Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan. Untuk itu perlu dilakukan suatu teknik budidaya yang mampu menghasilkan bibit yang berkualitas, Salah satunya melalui pemupukan dan media tanam yang baik di pembibitan pre nursery (Syahfitri, 2007).

Sumatera Utara merupakan daerah perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit. Limbah industri kelapa sawit memiliki potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pembenah tanah. Beberapa penelitian menunjukkan keunggulan kompetitif limbah ini. Salah satunya limbah tersebut dapat digunakan sebagai sumber bahan organik setelah mengalami dekomposisi.

(63)

manfaat yang cukup besar untuk pertanaman kelapa sawit yaitu limbah kelapa sawit dapat dijadikan pupuk organik. Pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai dengan 50% (Prayitno, 2008).

Limbah dari pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber bahan organik setelah mengalami dekomposisi. Limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kompos Kelapa Sawit, Cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur dan bungkil. Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit. Kompos TKKS dari hasil penelitian mempunyai beberapa keuntungan antara lain: kualitas tidak bervariasi, bobot lebih ringan, tidak mengandung inokulum penyakit dan lebih bersih (Wahyono et al. 2003).

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) merupakan salah satu bahan organik yang mengandung unsur hara cukup tinggi seperti N, P, K, Mg dan Ca. Limbah cair pabrik kelapa sawit berpeluang besar untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit disamping memberikan kelembaban tanah. Pemberian LCPKS dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta dapat meningkatkan status hara tanah. Sementara ditinjau dari kandungan haranya, setiap satu ton limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung hara setara

(64)

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang respons pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Komposisi Media Tanam dan beberapa dosis limbah cair pabrik kelapa sawit di pre nursery

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap komposisi media tanam dan pemberian beberapa dosis LCPKS dan di pre nursery.

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan respons pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap komposisi media tanam dan beberapa dosis

LCPKS di pre nursery serta interaksi kedua faktor tersebut. Kegunaan Penelitian

(65)

ABSTRAK

MUHAMMAD ILYASA NAZRI: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di Pre Nursery, dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan MEIRIANI. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap komposisi media tanam dan beberapa dosis LCPKS di pre nursery. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan (32 m dpl) pada bulan April sampai Juli 2016. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan, faktor pertama adalah komposisi media tanam (M0 : Top Soil , M1 : Top soil + TKKS ( 1 : 1 ), M2 : Top soil + TKKS ( 1 : 1 ), M3 : Top soil + Serabut (Serat) ( 1 : 1 ), M4 : Top soil + TKKS +Sludge + Serabut (Serat) ( 1 : 1 : 1 : 1 ) dan faktor kedua adalah limbah cair pabrik kelapa sawit (0, 1,5, 3 l/bibit). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, Volume akar, total luas daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian LCPKS hingga dosis L2 berpengaruh nyata meningkatkan parameter yaitu tinggi bibit, diameter batang dan total luas daun. Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Interaksi antara kedua perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 10-14 MST.

Kata Kunci : Limbah cair pabrik kelapa sawit, Komposisi Media Tanam, Kelapa Sawit.

(66)

ABSTRACT

MUHAMMAD ILYASA NAZRI: Growth Respons of Palm Oil

(Elaeis guineensis jacq.) Seedling to Composition Planting Media and Application of Palm Oil Mill Effluent and in Pre Nursery, Supervised by CHAIRANI HANUM AND MEIRIANI. The objectives of the research were to study Growth Respons of Palm Oil (Elaeis guineensis jacq.)Seedling to Composition Planting Media and Application of Palm Oil Mill Effluent and in Pre Nursery. The research was held at screen house of Agricultural Faculty USU (± 32 m asl) in April to July 2014 using a factorial randomized block design with two factors and three replications. The first factor were Composition Planting Media

(top soil, top soil + Empty Palm Oil Fruit Bunches (EPOFB) (1:1), top soil + sludge (1:1) topsoil + fiber (1:1), and top soil + Empty Palm Oil Fruit Bunches (EPOFB) +

sludge + Fiber (1:1:1:1) and the second factor were POME (0; 1,5; 3,0; 4,5

l/seedling). Data were analyzed with ANOVA and continued with Duncan multiple range test. The Parameters observed were plant height, leaves number, stem diameter, root volume, total leaf area, fresh and dry root and upper part weight.The results obtain were the effect of POME until dose L2 (3,0 l/seedling) were significantly increase for parameters. Plant height, stem diameter and total leaf area. The effect of Composite Planting Media not significant tor all parameter. There were significant interaction for plant height

(67)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN BEBERAPA DOSIS LIMBAH

CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PRE NURSERY

SKRIPSI

OLEH:

MUHAMMAD ILYASA NAZRI

120301052 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(68)

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN BEBERAPA DOSIS LIMBAH

CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PRE NURSERY

SKRIPSI

OLEH:

MUHAMMAD ILYASA NAZRI

120301052 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

(69)

Judul Penelitian : Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan di Pre Nursery

Nama : Muhammad Ilyasa Nazri NIM : 120301052

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S. Ir. Meiriani, M.P. Ketua Anggota

Mengetahui:

(70)

ABSTRAK

MUHAMMAD ILYASA NAZRI: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di Pre Nursery, dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan MEIRIANI. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respons pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap komposisi media tanam dan beberapa dosis LCPKS di pre nursery. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan (32 m dpl) pada bulan April sampai Juli 2016. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan, faktor pertama adalah komposisi media tanam (M0 : Top Soil , M1 : Top soil + TKKS ( 1 : 1 ), M2 : Top soil + TKKS ( 1 : 1 ), M3 : Top soil + Serabut (Serat) ( 1 : 1 ), M4 : Top soil + TKKS +Sludge + Serabut (Serat) ( 1 : 1 : 1 : 1 ) dan faktor kedua adalah limbah cair pabrik kelapa sawit (0, 1,5, 3 l/bibit). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, Volume akar, total luas daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian LCPKS hingga dosis L2 berpengaruh nyata meningkatkan parameter yaitu tinggi bibit, diameter batang dan total luas daun. Perlakuan komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan. Interaksi antara kedua perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 10-14 MST.

Kata Kunci : Limbah cair pabrik kelapa sawit, Komposisi Media Tanam, Kelapa Sawit.

(71)

ABSTRACT

MUHAMMAD ILYASA NAZRI: Growth Respons of Palm Oil

(Elaeis guineensis jacq.) Seedling to Composition Planting Media and Application of Palm Oil Mill Effluent and in Pre Nursery, Supervised by CHAIRANI HANUM AND MEIRIANI. The objectives of the research were to study Growth Respons of Palm Oil (Elaeis guineensis jacq.)Seedling to Composition Planting Media and Application of Palm Oil Mill Effluent and in Pre Nursery. The research was held at screen house of Agricultural Faculty USU (± 32 m asl) in April to July 2014 using a factorial randomized block design with two factors and three replications. The first factor were Composition Planting Media

(top soil, top soil + Empty Palm Oil Fruit Bunches (EPOFB) (1:1), top soil + sludge (1:1) topsoil + fiber (1:1), and top soil + Empty Palm Oil Fruit Bunches (EPOFB) +

sludge + Fiber (1:1:1:1) and the second factor were POME (0; 1,5; 3,0; 4,5

l/seedling). Data were analyzed with ANOVA and continued with Duncan multiple range test. The Parameters observed were plant height, leaves number, stem diameter, root volume, total leaf area, fresh and dry root and upper part weight.The results obtain were the effect of POME until dose L2 (3,0 l/seedling) were significantly increase for parameters. Plant height, stem diameter and total leaf area. The effect of Composite Planting Media not significant tor all parameter. There were significant interaction for plant height

(72)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Meranti pada tanggal 11 Agustus 1994 dari Ayahanda Pradi Pranoto dan Ibunda Ernawati Sirait. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis antara lain: tahun 2000-2006 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 013847 Serdang; tahun 2006-2009 menempuh pendidikan di SMP N 1 MERANTI; tahun 2009-2012 menempuh pendidikan di SMA 1 KISARAN dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012 melalui jalur Ujian SNMPTN Tertulis, Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP), program studi Agroekoteknologi.

(73)
(74)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam Dan Berbagai Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di Pre Nursery”. yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, mendidik serta mendoakan penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M. S. dan Ibu Ir. Meiriani, M. P. yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada ujian skripsi.

(75)

Penulis

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (bibit) ... 4

Pembibitan Kelapa Sawit ... 4

Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit... 6

Komposisi Media Tanam ... 7

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Pembibitan ... 13

Pembuatan Naungan... 13

Persiapan Media Tanam ... 13

Penanaman Kecambah ... 13

Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 14

Pemeliharaan ... 14

Penyiraman ... 14

Pengendalian Gulma ... 15

(76)

Pengamatan Parameter ... 15

Tinggi Bibit ... 15

Jumlah Daun ... 15

Diameter Batang ... 15

Volume Akaar ... 16

Total Luas Daun ... 16

Bobot Segar Tajuk ... 17

Bobot Segar Akar ... 17

Bobot Kering Tajuk ... 17

Bobot Kering Akar ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Pembahasan ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA

(77)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Dosis aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit ... 14

2. Rataan tinggi bibit 6-14 MST pada berbagai dosis pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 18 3. Rataan jumlah daun 6 -14 MST pada pemberian berbagai dosis limbah

cair pabrik kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 19

4. Rataan diameter batang 6 dan 14 MST pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 20 5. Rataan volume akar pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik

kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 21

6. Rataan total luas daun pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 22

7. Rataan bobot segar tajuk pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 22

8. Rataan bobot segar akar pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 23

9. Rataan bobot kering tajuk pada pemberian berbagai dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan komposisi media tanam ... 24 10. Rataan bobot kering akar pada pemberian berbagai dosis limbah cair

Gambar

Tabel 1 . Dosis aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit
Tabel 2. Tinggi bibit  kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam  pada 10-14 MST
Tabel 3. Jumlah daun  kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST MST Media Tanam
Tabel 4. Diameter batang  kelapa sawit pada pemberian berbagai dosis limbah cair dan komposisi media tanam pada 10-14 MST Media Tanam
+6

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Sedangkan sub masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kemampuan guru merancang pembelajaran pada materi volume bangun ruang kubus dan balok dengan

Pada proses validasi yang dilakukan oleh peneliti, baik validasi kepada ahli materi, ahli media dan ahli desain, peneliti mendapatkan penilain dari ahli materi,

model direct instruction berbantuan animasi energy2d , siswa dapat mengganti konsepsi awal yang salah menjadi konsepsi yang benar dengan bantuan animasi

Penawaran publik sekuritas yang dibuat di Amerika Serikat akan dilakukan melalui prospektus yang diperoleh dari Perusahaan dan berisi keterangan rinci mengenai

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini dirancang sebuah sistem informasi yang diberi nama GLoSha ( Grouping Location Sharing ) yang dapat membantu

Desain Sistem Prototype Akuarium yang dibuat pada penelitian ini dirancang dengan menggunakan sensor pH untuk mengetahui kualitas air serta sensor hcsr yang mengukur

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki karakteristik yang hampir tidak berbeda