• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah rangkaian perubahan yang dilakukan secara menyeluruh terarah dan berencana dalam rangka mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat yang memiliki keseimbangan antara kebutuhan lahiriah dan bathiniah. Tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia baik materiil maupun spiritual, yaitu dengan tersedianya kebutuhan pokok sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (rumah) yang layak.1

Pengalaman membangun pada masa yang lalu dan timbulnya krisis yang berkepanjangan dapat digunakan sebagai pelajaran bahwa disamping keberhasilan mencapai tujuan pembangunan, proses dan cara mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi tersebut tidak kalah pentingnya. Pembangunan pada bidang ekonomi merupakan penggerak utama pembangunan, namun pembangunan ekonomi ini harus disertai upaya saling memperkuat, terkait, serta terpadu dengan pembangunan bidang lainnya.

Pembangunan nasional mesti mengacu pada konsep pembangunan yang utuh menyeluruh dan melibatkan peran aktif masyarakat. Tanpa peran aktif masyarakat, maka pembangunan nasional akan mengalami hambatan dan bahkan kegagalan.

2

1

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.1

2

Johannes Ibrahim, Lindawati Sewu, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern,

(Bandung : Refika Adi Tama, 2007), hlm.23

(2)

membangun perekonomian yang kuat, sehat dan berkeadilan, pembangunan ekonomi harus dilaksanakan berlandaskan aturan main yang jelas, etika dan moral yang baik, serta nilai-nilai yang menjungjung tinggi hak asasi manusia serta persamaan derajat, hak dan kewajiban warga negara setiap rakyat Indonesia.

Titik berat pembangunan di Negara Indonesia apabila dikaji adalah di bidang ekonomi, dengan maksud apabila pembangunan ekonomi berhasil, maka akan berakibat kepada bidang-bidang pembangunan lainnya. Menjamin adanya pembangunan ekonomi yang baik maka diperlukan adanya aturan hukum yang jelas, dan untuk mewujudkan hal tersebut maka sudah sepantasnya para ahli hukum diajak secara aktif integrative untuk merumuskan berbagai kebijakan di segala bidang pembangunan.3

Berkembangnya perekonomian dalam suatu negara sangat ditunjang oleh kemajuan yang dialami oleh suatu perusahaan yang ada di negara tersebut, oleh karena itu organisasi dalam sebuah perusahaan merupakan komponen yang sangat menunjang untuk tercapainya visi dan misi perusahaan dalam menghadapi dan mengantisipasi berbagai persaingan, baik ditingkat lokal maupun global.4

Berkembangnya berbagai perusahaan tersebut berdasarkan kepada konsep ekonomi yaitu mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran yang serendah-rendahnya. Sejak lama dunia usaha percaya bahwa satu-satunya tanggung jawab mereka adalah membuat keuntungan bagi

3

Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, (Bandung : Mandar Maju, 2008), hlm.53

4

Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum,

(3)

pemodalnya, banyak anggota masyarakat ataupun pemerintah yang mendirikan perusahaan hanya mengejar target mencari keuntungan, dan mengabaikan aspek-aspek lain yang sebenarnya sangat vital bagi perusahaan terkadang diabaikan, misalnya hak-hak karyawan perusahaan, upah karyawan yang murah dijadikan alasan untuk mendirikan perusahaan, sumber daya alam yang melimpah diolah tanpa memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Dengan mengabaikan berbagai aspek tersebut perusahaan bisa meraih keuntungan yang maksimal, artinya tanggung jawab ekonomi dari perusahaan dapat dikatakan berhasil.

Menjaga kesinambungan hidup perusahaan, perlu diterapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu seperangkat aturan yang dijadikan acuan

manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang menekankan pada prinsip akuntabilitas (accountability), kemandirian (independency) transparansi (transparansy), pertanggungjawaban (responsibility) dan kewajaran(fairness), karena dengan tercapainya GCG perusahaan dapat menciptakan lingkungan kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang efesien dan berkesinambungan.5

Pembahasan mengenai isu sistem Corporate Governance semakin penting dalam kegiatan usaha sekarang ini, apa lagi bila hal itu dikaitkan dengan hukum perusahaan maka konsep tersebut menjadi isu yang fundamental. Corporate

Governance dapat pula dipahami sebagai perangkat peraturan yang mengatur

5

(4)

hubungan antar pemegang saham, pengurus atau pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan interen maupun eksteren lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, dengan kata lain sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Sehinga pada akhirnya Good Corporate Governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.6

Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa struktur tata kelola perusahaan menetapkan pembagian hak dan tanggung jawab diantara semua pihak dalam perusahaan, seperti pemegang saham, Dewan Komisaris, Direksi, karyawan dan pihak-pihak stakeholder lainnya, sehingga kata kunci yang dapat dipergunakan untuk memaknai Good Corporate Governance adalah penetapan hak dan tanggung jawab. Penegasan pembagian tanggung jawab pada konteks ini adalah untuk semua pihak yang selalu dihubungkan dengan penetapan tujuan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan pengawasan yang terpadu sesuai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis, dirumuskan sebagai perangkat aturan yang mengarah dan mengontrol semua pihak dalam sebuah korporasi untuk mencapai tujuannya.7

Bertolak dari pemahaman diatas, Good Corporate Governance selalu berujung pada dua hal, yakni pembagian dan pelaksanaan tugas. Pembagian tugas tentu saja harus didasarkan pada kriteria yang memadai, kriteria yang selalu

6

Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung : Citra Adity Bakti, 2006), hlm.. 78

7

(5)

didasari pada kompetensi individu, pengalaman, kemauan untuk mengubah dan pengembangkan diri serta kesiapan untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan.

Sementara itu, satu-satunya kriteria dalam pelasksanaan tugas hanyalah tanggung jawab. Semua pihak wajib melaksanakan tugas-tugas yang telah dipercayakan secara bertanggung jawab dan selalu siap untuk mempertanggung jawabkan. Hal itu menjadi tuntutan dari prinsip Good Corporate Governance, sekaligus menjadi sesuatu yang mendesak dan tidak dapat ditawar-tawar, sebab ketika perusahaan berada dalam posisi sulit yang disebabkan karena kinerja semua pihak buruk atau karena secara keseluruhan perusahan gagal menerapkan Good Corporate Governance. Dengan perkataan lain tidak berjalannya Good Corporate

Governance dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain kegagalan perusahaan

menunaikan kewajibannya, penyimpangan pemakaian dana, pengalihan saham, yang terjadi karena semua pihak tidak menjalankan peran dan tugas-tugasnya secara bertanggung jawab. Kegagalan semua pihak dalam menjalankan tugasnya masing-masing merupakan awal dari keruntuhan korporasi tersebut. Kondisi pengelolaan perusahaan yang demikian dapat membuat perusahaan menjadi tidak efisien dan mungkin perusahaan akan menjadi rugi bahkan dapat berada dalam kondisi pailit.8

Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance disadari berbagai pihak. Misalnya kewajiban penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Peraturan

8

(6)

Menteri Negara BUMN Nomor. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan tata Kelola Yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki karakteristik yang hampir tidak berbeda dengan BUMN, belum mempunyai regulasi pedoman penerpan prinsip-prinsip Good Corporate Governance padahal secara legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara (berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara), tidak dapat dipungkiri ditingkat operasional secara umum, kinerja BUMD jauh ketinggalan dibanding BUMN.9

Salah satu penyebab, karena stakeholders BUMD terlihat kurang responsif dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya dinamika pengelolaan (governance) di BUMD. Padahal, jika dicermati, banyak hal yang berlaku di BUMN dapat menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD, khususnya berkenaan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.10

Institusi BUMD dari aspek governancemasih diperlakukan sama dengan institusi pemerintah. Padahal, BUMD bukanlah institusi pemerintah. Implikasinya, berbagai kewajiban yang melekat pada pemerintah, melekat pula pada BUMD. Sebagai contoh, di beberapa BUMD masih harus mengikuti

9

Bintang Soraya, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, http://www.academia, diakses pada tanggal 01 Juli 2017.

10

(7)

ketentuan pengadaan barang yang diberlakukan di pemerintahan, yang semestinya tidak perlu karena BUMD adalah perusahaan yang senantiasa terikat pada momentum bisnis yang mengharapkan respon yang cepat dari manejemen BUMD tersebut.11

BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan atas laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena alasan keuangan negara. Padahal sebagai suatu perusahaan Perseroan Terbatas (PT), BUMD juga diperiksa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen. Tidak adanya equal treatment bagi BUMD yang dituntut harus memiliki laba, menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing secara seimbang dengan perusahaan-perusahaan lain seperti BUMN dan swasta yang lebih lentur dalam menjalankan gerak bisnis yang senantiasa dipengaruhi oleh kepentingan pasar global.12

BUMD dari sudut permodalan juga menghadapi kendala legalistik dimana pemenuhan modal Pemerintah Daerah harus mengikuti mekanisme Peraturan Daerah yang dirumuskan bersama sama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Daerah masing-masing, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 tentang 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.13

11

Ibid.

12

Ibid.

13

Rustian Kamaludin, Peran dan Pemberdayaan BUMD Dalam Rangka Peningkatan

(8)

Sebagai salah satu perusahan, sudah seharusnya Good Corporate

Governance juga wajib diterapkan dalam pengelolaan BUMD, jika nilai BUMD

tersebut lebih optimal, memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. Namun sampai dengan saat sekarang ini tidak ada peraturan perundang-undangan yang dengan tegas mewajibkan BUMD baik yang berbentuk Perusahaan Daerah (PD) maupun yang sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan BUMD.14

Perintah untuk melaksanakan Good Corporate Governance saat ini baru terbatas pada perusahan terbuka dan perusahaan publik berdasarkan peraturan dibidang pasar modal, perusahaan penanaman modal berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedang untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perintah untuk menjalankan Good Corporate Governance berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor 117/MBU/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN yang terakhir dirubah dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan

14

(9)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance Bagi Bank Umum.15

Tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaksanaan Good Corporate Governance pada BUMD ini mengakibatkan kebanyakan

BUMD dikelola dengan tradisonal, berbeda dengan BUMD yang bergerak dalam usaha sektor perbankan yang dalam pengololanannya wajib menerapkan Good Corporate Governance sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.16

BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, kemudian pemerintah mencabut Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tersebut dengan Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Lahirnya Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tersebut merupakan kebijakan pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa perundang-undangan, sebagaimana yang ditentukan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968.17

15

Ibid, hlm.7. 16

Ibid, hlm.8. 17

Konsideran Undang-Undang Nomor 6 tahun 1969 Tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Beberapa Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang.

(10)

perundang-undangan, termasuk di antaranya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, maka Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tetang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan disahkannya undang-undang penggantinya. Namun sampai saat ini belum ada undang-undang penggantinya, sedangkan dari sudut materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang. Semangat demokratisasi ekonomi belum menjadi paradigma pembangunan ekonominya, sehingga dalam implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat mengemban fungsi dan peranya dalam mendukung fungsi perusahaan sebagai kontributor PAD.18

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana tujuannya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah (PAD). Tapi pada kenyataannya bahwa BUMD yang ada selama ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD, justru lebih banyak suntikan dana dari pemerintah daerah daripada keuntungan

18

Sulistiono Kertawacana “Urgensi Pengubahan UU BUMD

(11)

yang di dapat. Kondisi tersebut menjadi beban bagi APBD. Sehingga apa yang menjadi tujuan berdirinya BUMD adalah sebagai salah satu sumber pendapatan pemerintah daerah tidak tercapai.19

Badan Kerjasama BUMD seluruh Indonesia mendorong BUMD yang masih berstatus perusahaan daerah untuk berubah menjadi perseroan terbatas (PT).Dengan status perseroan terbatas diharapkan BUMD mempunyai performa bisnis yang baik tanpa menggantungkan diri pada APBD serta lebih akuntabel dan professional. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Good Corporate Governance.20

Secara kuantitas jumlah BUMD di daerah khususnya yang berbentuk perseroan jumlahnya lebih dari satu di tiap daerah, maka perlu dilakukan pemetaan dan pengelompokan. Banyaknya jumlah BUMD yang berbentuk perseroan di daerah tidak menjamin semua entitas bisnis tersebut dapat berkembang dengan baik. Banyaknya jumlah BUMD yang berbentuk perseroan tentunya juga memerlukan startegi pengelolaan dan penanganan yang baik pula.Pengelolaan terhadap BUMD persero dalam kelompok perusahaan grup bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan menjadi salah satu agenda revitasilsasi BUMD. 21

19

Anton Sujono, Revitalisasi BUMD Dalam Perekonomian Daerah, (Jakarta : LIPI, 2010), hlm.11

20

Ibid. hlm. 12 21

(12)

Salah satu tujuan didirikanya suatu perusahaan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, apapun konstruksi dan sistem yang diberlakukan dalam perusahaan tersebut. Kondisi demikian berlaku juga ketentuan dalam Badan Usaha Milik daerah (BUMD), terlebih lagi saat ini banyak BUMD yang berbentuk perseroan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pendapatan perusahaan dapat melakukan berbagai upaya. Dalam rangka menjaga eksistensi perusahaan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan perluasan usaha dan melakukan pembaharuan atau merestrukturisasi perusahaanya. Perluasan usaha secara internal dapat dilakukan tanpa melibatkan suatu unit-unit diluar perusahaan dan dengan jalan pemandirian perusahaan, dengan cara mendirikan perusahaan baru yang mandiri dalam arti status legal entity sebagai bagian dari perusahaan inti atau grup.22

1. Sebagai upaya mengakomodasi peraturan perundang-undangan.

Strategi pembentukan perusahaan grup tidak dapat dilepasakan dari realitas bisnis yang terjadi ketika pengelolaan usaha melalui konstruksi perusahaan grup dianggap lebih memberikan manfaat ekonomi dibandingkan dengan perusahaan tunggal.Secara umum ada dua alasan utama pembentukan atau pengembangan perusahaan grup yaitu :

22

(13)

2. Sebagai upaya strategi perusahaan untuk memperoleh manfaat ekonomi sebagai konstruksi perusahaan grup.23

Dalam rangka pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate governance serta sesuai dengan tujuan revitalisasi BUMD, maka diperlukan sebuah strategi pengelolaan BUMD khususnya yang berbentuk perseroan dengan menggunakan strategi pembentukan perusahaan grup. Berdasarkan latar belakang di atas, dipilih judul tentang "Kajian Yuridis Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah".

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan BUMD sebelum dan sesudah diberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ?

2. Bagaimana penerapan prinsip GCG dalam pengelolaan BUMD dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ?

3. Bagaimana dampak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah terhadap bentuk badan hukum dan pengelolaan BUMD di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

23

(14)

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaturan BUMD sebelum dan sesudah diberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

2. Untuk mengetahui penerapan prinsip GCG dalam pengelolaan BUMD dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

3. Untuk mengetahui dampak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah terhadap bentuk badan hukum dan pengelolaan BUMD di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah.

2. Secara praktis memberikan informasi kepada masyarakat tentang mengimplementasikan tata kelola Badan Usaha Milik Daerah.

E. Keaslian Penulisan

(15)

melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu menjadi tanggung jawab saya sendiri.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap24

2. Sifat Penelitian

yaitu tentang pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah.

Untuk menunjang diperolehnya data yang aktual dan akurat, penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan

24

(16)

fakta-fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidis normatif dengan tujuan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.

3. Sumber Data.

Data yang diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar penelitian adalah :

a. Data primer

Data primer, adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang belum diolah dan diuraikan orang lain..

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti yang sebelumnya telah diolah orang lain. Untuk memperoleh data sekunder peneliti melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah penelitian terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan ini, sebagai bahan referensi untuk menunjang keberhasilan penelitian. Studi kepustakaan/data sekunder terdiri dari:

1) Bahan hukum primer, terdiri dari bahan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum positif termasuk peraturan perundang-undangan dan website. 2) Bahan hukum sekunder atau sering dinamakan secondary data yang antara

lain mencakup di dalamnya:

(17)

b) Data tertulis yang lain berupa karya ilmiah para sarjana.

c) Referensi-referensi yang relevan dengan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah.

3) Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ekslopedia, kamus umum dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif yang memusatkan perhatian pada data sekunder, maka pengumpulan data utama ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan dan studi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

5. Analisis Data.

Data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka perlu suatu teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.25

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikir/logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Pengolahan dan analisis data bergantung pada jenis datanya. Pada

25

(18)

penelitian hukum berjenis normatif, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal dalam ilmu hukum.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

2. BAB II : PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN BUMD

Latar Belakang Lahirnya Badan Usaha Milik Daerah, Dasar Hukum Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah, Perkembangan Badan Usaha Milik Daerah di Indonesia, Tujuan Pendirian Badan Usaha Milik Daerah.

3. BAB III : PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN BUMD

Pengertian Good Corporate Governance, Tujuan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah, Prinsip Good

Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Daerah,

(19)

4. BAB IV : DAMPAK DIBERLAKUKANNYA UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP BENTUK HUKUM DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DI INDONESIA

Persamaan Perseroan Terbatas dengan Perseroan Daerah, Konsep Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dalam Rangka

Mewujudkan Good Corporate Governance, Bentuk Hukum dan Pengelolaan Perusahaan Umum Daerah dan Perseroan Terbatas Berstatus BUMD Setelah Diundangkannya UU Pemerintahan Daerah..

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, jika melihat bagian akhir cerita mengenai perilaku ayah yang menghabiskan ikan anak-anaknya yang merupakan pemberian ibunya, menjadi tanda bahwa memang

Nama Fakultas : Fakultas Ilmu Keolahragaan Nama Jurusan/ Program Studi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Nama Mata kuliah (.... Kompetensi Dasar:

alokasi dana dari kementerian kesehatan untuk tahun 2012 mengalami peningkatan. Berdasarkan konsep etik untuk mengukur/melihat keberhasilan Jaminan Persalinan sebagai dasar

Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan kepada pemangku kepentingan khususnya kepala sekolah yaitu menerapkan teknik supervisi yang tepat (sesuai dengan

Kecepatan karyawan melayani keluhan (X3.3) adalah respon cepat yang ditunjukkan oleh karyawan terhadap keluhan nasabah pada PT.. Bank OCBC NISP

role overload terjadi karena jumlah pasien yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kemampuan petugas kesehtan menjadi menurun (lelah) sehingga pelayanan yang

Otonomi Daerah di Indonesia didasarkan pada Undang-undang nomor 22 tahun 1999 juncto Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang nomor 25 tahun

tidak ada tradisi kesenian bordah dalam upacara adat perkawinan Melayu