• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 Bulan Setelah Tanam (BST), jumlah anakan 1 BST dan bobot rimpang. Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 1 BST dan bobot basah tajuk. Sedangkan interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Tinggi Tanaman

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2 - 9) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk organik dan media tanam

Bulan ke - Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 ………..…………cm……… M0 54.85 78.79 72.13 74.13 74.13 71.38 67.11 63.18 M1 55.1 82.48 77.07 78.29 77.8 75.73 73.13 69.58 T1 53.94 83.69 78.9 80.83 79.41 74 66.21 59.75 T2 54.29 76.45 69.48 71.11 71.93 69.71 66.95 62.59 T3 55.72 81.31 74.87 77.16 76.52 75.92 74.7 73.61 T4 55.95 81.08 75.15 75.72 75.99 74.61 72.6 69.57 M0T1 53.77 83.53 77.50 81.40 80.53 75.21 68.35 62.53 M0T2 53.76 74.66 66.52 67.77 68.60 65.19 59.64 53.31 M0T3 57.57 81.42 75.28 77.89 77.11 75.76 71.81 69.86 M0T4 54.30 75.52 69.22 69.48 70.28 69.39 68.62 67.02 M1T1 54.12 83.83 80.30 80.27 78.28 72.79 64.08 56.98 M1T2 54.82 78.25 72.45 74.44 75.27 74.23 74.27 71.87 M1T3 53.86 81.19 74.45 76.43 75.93 76.07 77.58 77.36 M1T4 57.60 86.64 81.07 81.96 81.70 79.84 76.59 72.12

Dari Tabel 1 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada pengamatan 8 BST pada perlakuan pupuk organik terdapat pada M1 sebesar 69.58 cm. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan media tanam terdapat pada T3 sebesar 73.61 cm dan yang terendah pada perlakuan T1 sebesar 59.75 cm. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada interaksi antara pupuk organik dan media tanam terdapat pada perlakuan M1T3 yaitu sebesar 77.36 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan M0T2 yaitu sebesar 53.31 cm.

Jumlah Daun

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10 - 17) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Dan interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Rataan pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun dari perlakuan pupuk organik dan media tanam Bulan ke - Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 ……….………….……helai……….…… M0 7.51 15.85 16.94 b 18.49 19.79 19.42 19.29 19.33 M1 7.5 15.22 17.97 a 19.29 20.48 20.21 19.77 19.81 T1 7.11 d 14.47 17.46 18.75 19.86 19.4 19.31 19.25 T2 7.92 a 17.35 17.65 19.21 20.45 20.22 19.88 19.90 T3 7.70 b 15.47 17.83 19.22 20.43 19.92 19.81 19.78 T4 7.29 c 14.85 16.88 18.38 19.79 19.52 19.14 19.36 M0T1 7.06 14.58 16.95 18.33 19.42 18.97 18.92 18.92 M0T2 7.97 19.39 17.39 19.17 20.45 19.95 19.72 19.81 M0T3 7.81 15.28 17.58 18.92 20.08 19.70 19.47 19.50 M0T4 7.20 14.14 15.83 17.56 19.20 76.22 19.06 19.11 M1T1 7.17 14.36 17.97 19.17 20.31 19.83 19.70 19.58 M1T2 7.86 15.31 17.92 19.25 20.45 20.50 20.03 20.00 M1T3 7.58 15.67 18.08 19.53 20.78 20.14 20.14 20.06 M1T4 7.39 15.56 17.92 19.20 20.39 19.97 19.22 19.61

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi pada pengamatan 8 BST pada perlakuan pupuk organik terdapat pada M1 sebesar 19.81 helai. Rataan jumlah daun tertinggi pada perlakuan media tanam terdapat pada T2 sebesar 19.90 helai dan terendah pada T1 sebesar 19.25 helai. Rataan jumlah daun tertinggi pada interaksi antara pupuk organik dan media tanam terdapat pada perlakuan M1T3 yaitu sebesar 20.06 helai dan yang terendah terdapat pada perlakuan M0T1 yaitu sebesar 18.92 helai.

Jumlah Anakan

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 18 - 23) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan.

Rataan jumlah anakan dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah anakan dari perlakuan pupuk organik dan media tanam Bulan ke - Perlakuan 1 2 3 4 5 6 ……….……Batang……… M0 1.47 b 2.98 4.02 4.99 5.92 6.49 M1 1.79 a 3.13 4.11 5.04 5.86 6.49 T1 1.39 b 2.95 4.02 4.99 5.86 6.47 T2 1.47 b 2.95 3.95 4.99 5.88 6.49 T3 1.85 a 3.21 4.17 5.07 5.89 6.50 T4 1.82 a 3.13 4.11 5.02 5.93 6.49 M0T1 1.17 2.78 3.89 4.81 5.78 6.36 M0T2 1.42 2.70 3.70 4.89 5.89 6.47 M0T3 1.53 3.06 4.08 5.06 5.97 6.58 M0T4 1.78 3.39 4.39 5.22 6.03 6.53 M1T1 1.61 3.11 4.14 5.17 5.95 6.58 M1T2 1.53 3.20 4.20 5.08 5.86 6.50 M1T3 2.17 3.36 4.25 5.08 5.81 6.42 M1T4 1.86 2.86 3.83 4.81 5.83 6.45

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan jumlah anakan tertinggi pada pengamatan 8 BST pada perlakuan pupuk organik terdapat pada M1 sebesar 6.49 batang. Rataan jumlah anakan tertinggi pada perlakuan media tanam terdapat pada T3 sebesar 6.50 batang dan terendah pada T1 sebesar 6.47 batang. Rataan jumlah anakan tertinggi pada interaksi antara pupuk organik dan media tanam terdapat pada perlakuan M0T3 yaitu sebesar 6.58 batang dan yang terendah terdapat pada perlakuan M0T1 yaitu sebesar 6.36 batang.

Bobot Rimpang Per Sampel

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 24) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang. Perlakuan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang.

Rataan bobot rimpang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan bobot rimpang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam Media Tanam T1 T2 T3 T4 Pupuk Organik ………..g………. Rataan M0 79.75 75.14 104.31 71.56 82.69 b M1 119.45 96.81 103.80 90.28 102.58 a Rataan 99.6 85.97 104.05 80.92

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 4 diketahui bahwa rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 102.58 gram. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 104.05 gram dan yang terendah pada T4 sebesar 80.92 gram.

Bobot Rimpang Per Keranjang

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 25) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per

keranjang. Perlakuan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per keranjang. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per keranjang.

Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam

Media Tanam T1 T2 T3 T4 Pupuk Organik ………..g……… … Rataan M0 197.25 192.64 253.06 165.31 202.06 M1 266.11 185.56 210.05 332.78 248.62 Rataan 231.68 189.1 231.55 249.04

Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 248.62 gram. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan media tanam pada T4 sebesar 249.04 gram dan yang terendah pada T2 sebesar 189.10 gram.

Bobot Rimpang Per Plot

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 26) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per plot. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per plot. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per plot.

Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan pupuk organik dan media tanam Media Tanam T1 T2 T3 T4 Pupuk Organik ……….g………. Rataan M0 1053.50 792.64 1284.31 734.06 966.13 M1 1170.70 1248.06 1085.05 1270.28 1193.52 Rataan 1112.10 1020.35 1184.68 1002.17

Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot rimpang per plot tertinggi pada perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 1193.52 gram. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 1184.68 gram dan yang terendah pada T4 sebesar 1002.17 gram.

Bobot Basah Tajuk

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 27) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan pupuk organik dan m,edia tanam Media Tanam T1 T2 T3 T4 Pupuk Organik ………..g………. Rataan M0 41.40 36.44 65.71 68.21 52.94 M1 38.50 73.47 88.06 65.95 66.49 Rataan 39.95 d 54.95 c 76.88 a 67.08 b

Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 7 diketahui bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 66.49 gram. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 76.88 gram dan yang terendah pada T1 sebesar 39.95 gram.

Bobot Kering Tajuk

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 28) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media tanam Media Tanam T1 T2 T3 T4 Pupuk Organik ……….g……….. Rataan M0 14.23 11.20 25.16 40.36 22.74 M1 15.64 30.66 43.22 25.31 28.71 Rataan 14.93 20.93 34.19 32.84

Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan bobot kering tajuk tertinggi pada perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 28.71 gram. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 34.19 gram dan yang terendah pada T1 sebesar 14.93 gram.

Bobot Basah Akar

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 29) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar.

Rataan bobot basah akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan bobot basah akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam Media Tanam T1 T2 T3 T4 Pupuk Organik ………..g……… Rataan M0 8.93 10.20 15.39 13.04 11.89 M1 11.42 13.73 15.05 13.35 13.39 Rataan 10.18 11.96 15.22 13.19

Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan bobot basah akar tertinggi pada perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 13.39 gram. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 15.22 gram dan yang terendah pada T1 sebesar 10.18 gram.

Bobot Kering Akar

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 30) diketahui bahwa perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan bobot kering akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam Media Tanam T1 T2 T3 T4 Pupuk Organik ………..g……… Rataan M0 4.00 4.70 8.64 6.65 6.00 M1 4.60 7.39 10.08 7.23 7.33 Rataan 4.30 6.05 9.36 6.94

Dari Tabel 10 diketahui bahwa rataan bobot kering akar tertinggi pada perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 7.33 gram. Rataan bobot rimpang tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 9.36 gram dan yang terendah pada T1 sebesar 4.30 gram.

Pembahasan

Respons pertumbuhan jahe terhadap pemberian pupuk organik dan komposisi media tanam

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan 1 Bulan Setelah Tanam (BST) dan jumlah daun 3 BST. Dengan penambahan pupuk organik ke dalam tanah diharapkan dapat merubah sifat fisik tanah, dengan demikian diharapkan kondisi unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih baik. Pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan.

Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, menyuburkan tanah, dan menambah unsur hara, menambah humus, mempengaruhi kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah, disamping itu juga dapat meningkatkan kapasitas mengikat air tanah. Pada tanah dengan kandungan C-organik tinggi unsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman, sehingga pemupukan lebih efisien. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan limbah panen dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping mengurangi penggunaan pupuk N, P, dan K juga dapat meningkatkan efisiensinya (Karama, 1990). Hal yang sama dikemukakan pula oleh Diwiyanto, (2002) bahwa pemberian pupuk organik (kompos) 1.5-2.0 ton/ha pada lahan sawah dapat memberikan dampak positif terhadap hasil panen.

Dari hasil analisis statistik di peroleh bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan 1 BST dan jumlah daun 1 BST. Komposisi media yang baik akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang baik pula. Pada komposisi media yang digunakan terdapat pupuk kandang dan kompos yang diharapkan dapat menyuplai kebutuhan tanaman akan unsur hara. Dengan keberadaan kompos dan pupuk kandang maka tanaman dapat memperoleh kebutuhannya akan unsur hara, sehingga memberikan respons terhadap pertumbuhan tanaman.

Tanaman jahe dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh iklim. Jahe sangat membutuhkan curah hujan yang tinggi. Apabila kebutuhan tanaman akan air tidak tercukupi maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi Sampali (Lampiran 31) menyebutkan bahwa curah hujan yang terjadi pada tahun 2007 sebesar 2513 mm/tahun. Rukmana (2000) menyatakan bahwa untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal, tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2500-4000 mm/tahun.

Respons produksi jahe terhadap pemberian pupuk organik dan komposisi media tanam

Perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang (lampiran 24). Produksi tertinggi terdapat pada M1 sebesar 102.58 g dan peningkatan produksi mencapai 24.05 % bila dibandingkan dengan M0. Penambahan pupuk organik memberikan respons yang positif terhadap bobot rimpang. Perlakuan yang diberi pupuk organik menunjukkan produksi yang lebih tinggi dari perlakuan tanpa pupuk organik. Bahan organik dapat meningkatkan

ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi penyerapannya. Perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara seperti N, P, K, dan S. Meskipun kandungan hara organik relatif rendah, tetapi perombakannya relatif cepat terutama di daerah tropik (Hsieh dan Hsieh, 1990; Karama et al, 1990; Koshino, 1990; Paje, 1990; Park, 1990).

Bobot rimpang per sampel (rumpun) pada perlakuan pupuk organik lebih tinggi pada perlakuan M1 yaitu sebesar 102.58 g, sedangkan pada perlakuan media tanam bobot rimpang tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu sebesar 104.05 g dan yang terendah pada perlakuan T4 yaitu sebesar 80.92 g (lampiran 24). Penambahan pupuk organik dan komposisi media yang sesuai dapat meningkatkan produksi jahe akan tetapi bila dibandingkan dengan hasil bobot rimpang per rumpun pada deskripsi tanaman jahe yaitu sebesar 500 – 700 g/rumpun (lampiran 32) maka hasil yang diperoleh jauh dari yang diinginkan, hal ini disebabkan pada penelitian ini tanaman jahe terserang oleh penyakit pada saat jahe memasuki usia tiga bulan setelah tanam yang menyebabkan pertumbuhan dan produksi jahe terganggu.

Pada penelitian ini diduga penyakit yang menyerang adalah Cercospora, dengan ciri-ciri serangan penyakit adalah timbul bercak-bercak kecoklatan pada daun tanaman jahe yang menyebabkan daun menjadi layu dan kemudian mengering lalu mati, sehingga mempengaruhi fotosintesis tanaman dan menyebabkan pertumbuhan dan pembentukan rimpang pada tanaman jahe terganggu. Penyakit Cercospora biasanya berkembang bila dipengaruhi oleh cuaca, bila tingkat kelembaban tinggi maka akan menyebabkan pertumbuhan patogen dan pembebasan spora semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur

Hartana (1998) yang menyatakan perkembangan penyakit cercospora sangat bergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat menguntungkan bagi perkembangan cercospora.

Pembentukan dan pembebasan spora merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan cercospora. Spora dengan mudah terlepas dari kantung spora oleh angin, embun, dan hujan. Konidium sangat tahan terhadap kekeringan dan suhu tinggi (Hartana, 1998). Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Sampali tingkat kelembaban pada bulan juli mencapai 83%, data kecepatan angin 10 M pada bulan juli mencapai 1.85 m/d, dan curah hujan mencapai 262 mm pada bulan juni (Lampiran 31). Hal ini sesuai dengan literatur Dickinson (1976) yang menyatakan unsur-unsur cuaca yang mempengaruhi

cendawan meliputi : 1).Suhu, berpengaruh pada laju pertumbuhan dan bertahannya hifa dan propagul, 2). Curah hujan dan embun, secara langsung mempengaruhi kebasahan daun sehingga memungkinkan perkecambahan dan pertumbuhan patogen, eksudasi dan mengendapnya konidium pada permukaan tanaman dan pemencarannya. 3). Kelembaban, mempengaruhi kemampuan bertahan hidup, pertumbuhan pathogen, dan pembebasan spora, 4). Angin, berpengaruh sebagai pembawa dalam penyebaran dan mengendapnya konidium di permukaan tanaman, 5). Cahaya, mempengaruhi eksudasi, sporulasi, pemencaran konidium, perkecambahan konidium, dan pertumbuhan.

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk. Dimana bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada T3 sebesar 38.44 g dan terendah pada T1 sebesar 19.98 g (lampiran 27). Media yang memiliki drainase yang baik

akan menimbulkan pertumbuhan jahe yang optimum. Komposisi media yang digunakan juga mengandung bahan organik yang diperoleh dari pupuk kandang dan kompos. Menurut Harmono dan Andoko (2005), untuk mendapatkan hasil yang optimal tanaman jahe menghendaki tanah yang subur, gembur, dan berdrainase baik. Tanah subur berarti memiliki kandungan hara yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Tanah gembur memudahkan perakaran menembus dan menyerap hara yang dibutuhkan. Sementara tanah yang berdrainase baik bisa mencegah lahan menjadi becek dan tergenang, sehingga akar jahe yang tidak tahan genangan dapat tumbuh dengan baik.

Interaksi antara pupuk organik dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jahe

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa interaksi antara pupuk organik dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jahe belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pertumbuhan dan produksi yang diamati.

KESIMPULAN

1. Pupuk organik memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe.

2. Komposisi media yang paling baik pada penelitian ini adalah T3 (top siol : pupuk kandang : pasir).

3. Interaksi perlakuan yang paling baik antara pupuk organik dan komposisi media tanam terdapat pada penambahan pupuk organik dan komposisi media tanam top soil : pupuk kandang : pasir (3 : 1 : 1).

4. Pada penelitian ini produksi jahe tidak maksimal karena terjadi serangan penyakit pada umur tiga bulan setelah tanam.

Dokumen terkait