RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE
(
Zingiber officinale
Rosc
.
) SISTEM KERANJANG TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK PADAT DAN KOMPOSISI
MEDIA TANAM
SKRIPSI
YOGA LESMANA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAHE
(
Zingiber officinale
Rosc
.
) SISTEM KERANJANG TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK PADAT DAN KOMPOSISI
MEDIA TANAM
SKRIPSI
YOGA LESMANA 040301027 BDP / Agronomi
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul skripsi :Respons Pertumbuhan dan Produksi Jahe (Zingiber officinale. Rosc) Sistem Keranjang Terhadap Pemberian Pupuk Organik Padat Dan Komposisi Media Tanam
Nama : Yoga Lesmana
Nim : 040301027
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh :
Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS Nini Rahmawati, SP. M.Si Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing NIP : 131 412 496 NIP : 132 279 158
Mengetahui
Ir. Edison Purba, ph.D
ABSTRACT
The purpose of the research is to know the respons of the growth and the production of ginger (Zingiber officinale Rosc.) the basket system toward the supply of the solid organic manure and the composition of planting media, are done in the field of Medan Johor district, Medan, on June 2007 to March 2008. The research uses a random group project (RAK), factorial with two factorial systems. The first factor is solid organic manure (M) that consists of two stages, they are : M0 (without solid organic manure) and M1 (by using solid organic manure). The second one is the composition of planting media consists of four stages, they are : T1 (manure : sand (2:1)), T2 (manure : paddy chaff (2:1)), T3 (topsoil : cage fertilize : sand (3:1:1)), T4 (top soil : cage fertilize : paddy chaff (3:1:1)). The result of the supply of organic manure influences to the number of leaves 3 BST (month after planting), the number of bud 1 BST, and finger wight per the plant. This composition of planting media influences to the number of leaves 1 BST, and the wet crown wight per the plant. The interaction between the supply of solid organic fertilize and the composition of the place to plant have not influenced yet to the whole parametres which are noticed.
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui respos pertumbuhan dan produksi jahe (Zingiber officinale Rosc.) sistem keranjang terhadap pemberian pupuk organik padat dan komposisi media tanam, dilaksanakan di lahan masyarakat Kecamatan Medan Johor, Medan, pada bulan Juni 2007 sampai dengan Maret 2008. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelmpok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pupuk organik padat (M) yang terdiri atas 2 taraf yaitu : M0 (tanpa pupuk organik padat) dan M1 (Dengan pupuk organik padat). Faktor kedua adalah komposisi media tanam yang terdiri atas 4 taraf yaitu : T1 (kompos : pasir (2:1)), T2 (kompos : sekam padi (2:1)), T3 (topsoil : pupuk kandang : pasir (3:1:1)), T4 (top soil : pupuk kandang : sekam padi (3:1:1)). Hasil yang diperoleh adalah pemberian pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 BST, jumlah anakan 1 BST dan bobot rimpang per tanaman. Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 1 BST dan bobot basah tajuk per tanaman. Interaksi antara pemberian pupuk organik padat dan komposisi media tanam belum berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Matapao pada tanggal 27 maret 1986. Putra
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Daiin Ependi dan Ibunda
Sulastri.
Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Perbaungan dan pada
tahun 2004 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui Jalur SPMB.
Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan dan Produksi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Sistem Keranjang Terhadap Pemberian Pupuk Organik
Padat dan Komposisi Media Tanam “ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS dan ibu Nini Rahmawati SP, M,Si
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah dengan tulus
memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis
Ayahnda Daiin Ependi dan Ibunda Sulastri yang telah memberikan dorongan dan
semangat serta dukungan materil dan moril kepada penulis. Juga kepada Adinda
Yunita Lestari, Rendi Permana Putra dan Bobby Sanjaya yang telah memberi
semangat kepada penulis, serta kepada adinda Hasania Isma yang selalu
memberikan dorongan dan semangat tiada henti kepada penulis. Kepada
rekan-rekan mahasiswa BDP stambuk 2004 khususnya yang telah memberikan
dukungan, semangat serta nasehat yang sangat membantu kepada penulis, serta
adik-adik stambuk 2005, 2006 dan 2007 yang telah memberikan dukungan yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
Medan, Juni 2008
DAFTAR ISI
Hipotesis Penelitian... 4
Kegunaan Percobaan... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 7
Iklim ... 7
Tanah... 8
Budidaya Jahe Sistem Keranjang... 9
Pupuk Organik ... 11
Media Tanam ... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat... 15
Metode Penelitian ... 15
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 18
Persiapan Media Tanam... 18
Persiapan Bibit ... 18
Penanaman Bibit di Persemaian... 19
Pembuatan Naungan Persemaian ... 19
Pemupukan di Persemaian ... 19
Aplikasi Pupuk Superbionik Padat ... 20
Penanaman Bibit Kedalam Keranjang ... 20
Pemeliharaan Tanaman ... 20
Penyiraman... 20
Penyulaman ... 20
Pembumbunan... 21
Penambahan Media Tanam ... 21
Penyiangan ... 21
Pengendalian Hama dan Penyakit... 21
Panen ... 22
Pengamatan Parameter ... 22
Tinggi Tanaman (cm)... 22
Jumlah Daun (helai) ... 22
Jumlah Anakan (batang) ... 22
Bobot Rimpang Per Sampel (g) ... 22
Bobot Rimpang Per Keranjang (g)... 22
Bobot Rimpang Per Plot (g)... 23
Bobot Basah Tajuk Per tanaman (g) ... 23
Bobot Basah Akar Per Tanaman (g) ... 23
Bobot Kering Tajuk Per Tanaman (g)... 23
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1 Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk organik dan media tanam………...
25 2 Rataan jumlah daun dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam………... 26 3 Rataan jumlah anakan dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam……... 28 4 Rataan bobot rimpang dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam…... 29 5 Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam………... 30 6 Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam………... 31 7 Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
………... 32 8 Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam……… 33 9 Rataan bobot basah akar dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam……… 34 10 Rataan bobot kering akar dari perlakuan pupuk organik dan media
DAFTAR LAMPIRAN
No. Tabel Hal
1 Tabel data statistik produksi jahe Sumatera Utara... 44
2 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 1 BST………... 45
3 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 1 BST... 45
4 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 BST………... 46
5 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 2 BST... 46
6 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 BST………... 47
7 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 3 BST... 47
8 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 BST………... 48
9 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 4 BST... 48
10 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 5 BST………... 49
11 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 5 BST... 49
12 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 BST………... 50
13 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 6 BST... 50
14 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 7 BST………... 51
15 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 7 BST... 51
16 Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 8 BST………... 52
17 Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) 8 BST... 52
18 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 1 BST... 53
19 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 1 BST... 53
20 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 2 BST... 54
21 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 2 BST... 54
22 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 3 BST... 55
23 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 3 BST... 55
24 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 4 BST... 56
25 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 4 BST... 56
26 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 5 BST... 57
27 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 5 BST... 57
28 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 6 BST... 58
29 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 6 BST... 58
30 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 7 BST... 59
31 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 7 BST... 59
32 Tabel Pengamatan Jumlah Daun (helai) 8 BST... 60
33 Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun (helai) 8 BST... 60
34 Tabel Pengamatan Jumlah Anakan (batang) 1 BST……... 61
35 Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan (batang) 1 BST……… 61
36 Tabel Pengamatan Jumlah Anakan (batang) 2 BST……... 62
38 Tabel Pengamatan Jumlah Anakan (batang) 3 BST……... 63
39 Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan (batang) 3 BST……… 63
40 Tabel Pengamatan Jumlah Anakan (batang) 4 BST……... 64
41 Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan (batang) 4 BST……… 64
42 Tabel Pengamatan Jumlah Anakan (batang) 5 BST……... 65
43 Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan (batang) 5 BST……… 65
44 Tabel Pengamatan Jumlah Anakan (batang) 6 BST……... 66
45 Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan (batang) 6 BST……… 66
46 Tabel Pengamatan Bobot Rimpang Per sampel (g)... 67
47 Tabel Sidik ragam Bobot Rimpang Per Sampel (g)... 67
48 Tabel Pengamatan Bobot Rimpang Per Keranjang (g)... 68
49 Tabel Sidik ragam Bobot Rimpang Per Keranjang (g)... 68
50 Tabel Pengamatan Bobot Rimpang Per plot (g)... 69
51 Tabel Sidik ragam Bobot Rimpang Per plot (g)... 69
52 Tabel Pengamatan Bobot Basah Tajuk Per Tanaman (g)... 70
53 Tabel Sidik ragam Bobot Basah Tajuk Per Tanaman (g)... 70
54 Tabel Pengamatan Bobot Kering Tajuk Per Tanaman (g)... 71
55 Tabel Sidik ragam Bobot Kering tajuk Per Tanaman (g)... 71
56 Tabel Pengamatan Bobot Basah Akar Per Tanaman (g)... 72
57 Tabel Sidik ragam Bobot Basah Akar Per Tanaman (g)... 72
58 Tabel Pengamatan Bobot Kering Akar Per Tanaman (g)... 73
59 Tabel Sidik ragam Bobot Kering Akar Per Tanaman (g)... 73
60 Tabel Informasi Klimatologi... 74
61 Deskripsi Tanaman……….. 75
62 Tabel Rangkuman Data ……….. 76
63 Gambar Lahan Penelitian ……… 78
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu temu – temuan yang penting. Tanaman ini mempunyai banyak kegunaan antara lain
sebagai ramu – ramuan dan rempah – rempah, bahan minyak atsiri, bahkan akhir –
akhir ini menjadi fitofarmaka (Januwati, 1999).
Sejak zaman dahulu jahe sudah sangat dikenal sebagai bumbu masak dan
obat. Hingga kini jahe masih dibutuhkan masyarakat luas untuk keperluan
tersebut. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jahe masih menduduki urutan
tertinggi sebagai obat tradisional yang paling banyak dipakai di dunia
( Lukito, 2007).
Prospek perkembangan jahe di Indonesia masih cukup cerah, terutama
untuk ekspor, industri obat tradisional, industri makanan dan minuman serta
bumbu masak. Jahe segar di Indonesia diekspor ke berbagai negara antara lain
Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Singapura, dan Pakistan
(Soediarto dan Kemala, 1995).
Menurut Dinas Perkebunan Sumatera Utara tahun 1990, produksi jahe di
Sumatera Utara mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan areal
pertanaman dan tingkat produktivitasnya. Pada tahun 1985, produktivitas jahe
sebesar 14.76 ton/ha meningkat menjadi 19.96 ton/ha. Namun pada tahun 1990
tingkat produktivitas menurun menjadi 15.58 ton/ha. Penurunan tingkat
produktivitas ini, jika terus terjadi, dapat mengakibatkan penurunan produksi dan
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, produksi jahe
pada tahun 2005 adalah sebesar 4294.12 dengan luas lahan sebesar 289.52 hektar
atau sebesar 14.83 ton/ha, sedangkan pada tahun 2006 produksi jahe di Sumatera
Utara adalah sebesar 3.661 ton dengan luas lahan sebesar 250.52 hektar atau
sebesar 14.61 ton/ha (lampiran 1). Dari data diatas kita dapat mengetahui bahwa
produksi jahe di Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar 633.12 ton, hal ini
mungkin disebabkan penurunan luas lahan pertanaman jahe di Sumatera Utara
(Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007).
Penanaman jahe sistem keranjang merupakan modifikasi teknik budidaya
tanaman jahe dengan tujuan mengkondisikan agar media tanam jahe tetap gembur
dan sarang, mempermudah manajemen produksi tanaman, mempermudah
pertumbuhan tanaman dan perkembangan tanaman jahe sehingga potensi produksi
lebih tinggi jika dibandingkan penanaman jahe secara konvensional pada lahan
(Hapsoh et al, 2008).
Pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman dan menjaga kelestarian kesuburan atau produktivitas
tanah. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah maupun melalui daun
(Rukmana, 2000).
Peran bahan organik tanah dalam budidaya tanaman sudah lama diketahui.
Kandungan bahan organik dalam tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian
pupuk organik, baik berupa limbah hasil pertanian, limbah kota maupun guano.
Limbah hasil pertanian dapat berupa sisa tanaman, sisa hasil panen, pupuk
kandang, dan pupuk hijau. Sisa hasil panen yang tersedia melimpah antara lain
tersebut, pupuk organik mencakup pula limbah industri pertanian, minuman,
makanan, dan kimia (Koshino, 1990).
Tanaman jahe memerlukan tanah yang cukup gembur, subur, mengandung
bahan organik dan berdrainase baik serta pH tanah 6.3 – 7.0. Bahan organik
sangat berperan dalam perkembangan rimpang jahe, tanpa pemberian bahan
organik produksi rimpang menjadi rendah dengan mutu yang kurang baik
(Januwati, 1990).
Untuk mengetahui jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman,
maka perlu diketahui tingkat ketersediaannya di dalam tanah dan dihubungkan
dengan pertumbuhan tanaman. Langkah tersebut dilakukan dengan memodifikasi
lingkungan tanah dengan menambahkan pupuk organik berupa kompos limbah
tanaman dan pupuk kandang yang diharapkan mampu mempengaruhi tingkat
ketersediaan unsur hara dan serapannya sehingga meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman jahe (Hendrinova, 1990).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna mengetahui respons pertumbuhan dan produksi tanaman jahe
(Zingiber officinale Rosc.) dengan menggunakan pupuk organik padat dan komposisi media tanam.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan
Hipotesis Penelitian
1. Ada respons pertumbuhan dan produksi tanaman jahe terhadap pemberian
pupuk organik padat.
2. Ada respons pertumbuhan dan produksi tanaman jahe terhadap komposisi
media tanam.
3. Ada interaksi pemberian pupuk organik padat dan komposisi media tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jahe.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Harmono dan Andoko (2005) sistematika dari tanaman jahe
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monococtyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale Rosc.
Jahe merupakan tumbuhan herba menahun yang tumbuh liar di ladang –
ladang berkadar tanah lembab dan memperoleh banyak sinar matahari. Batangnya
tegak, berakar serabut, dan berumbi dengan rimpang mendatar (Lukito, 2007).
Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini
tumbuh tunas – tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal
(rimpang) itu tertanam kuat didalam tanah dan makin membesar dengan
pertambahan usia serta membentuk rhizoma – rhizoma baru (Rukmana, 2000).
Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman terna tahunan berbatang semu.
Tanaman tumbuh tegak setinggi 30 – 75 cm. Seluruh batang semunya terbentuk
agak licin, agak mengkilap, dan berwarna hijau tua. Batangnya basah karena
banyak mengandung air sehingga digolongkan kedalam herba (Lukito, 2007).
Helaian daunnya bertangkai pendek sepanjang 0.75 – 1 cm. Bentuk
helaian daun lanset dengan ujung lancip. Panjang daun 15 – 23 cm dan lebar 0.8 –
2.5 cm. Tangkainya berbulu atau gundul. Ketika daun mengering dan mati,
pangkal tangkainya (rimpang) tetap hidup dalam tanah. Rimpang tersebut kelak
akan bertunas dan tumbuh menjadi tanaman baru setelah terkena hujan
(Santoso, 1994).
Bunga jahe berupa malai yang tersembul di permukaan tanah, berbentuk
tongkat atau bulat telur yang sempit. Aroma bunga sangat tajam, panjang malai
bunga 3.5 – 5 cm dan lebar 1.5 – 1.75 cm. Gagang bunga hampir tidak berbulu,
panjang 25 cm. Sisik di gagang sebanyak 5 – 7 buah, berbentuk lanset, letaknya
berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu, dan panjangnya 3 – 5 cm. Daun
pelindung bunga berbentuk bulat telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak
berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2.5 cm, dan lebar 1 – 1.75 cm. Mahkota
bunga berbentuk tabung sepanjang 2 – 2.5 cm. Helaian mahkota bunga agak
sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan dengan panjang 1.5 – 2.5
mm dan lebar 3 – 3.5 mm. Sementara bibit bunga berwarna ungu, gelap,
berbintik-bintik putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm. Kepala sari berwarna
ungu, panjang 9 mm, dan tangkai putiknya ada dua (Harmono dan Andoko, 2005).
Rimpang jahe membentuk umbi, besar kecilnya umbi bergantung pada
varietas tanamannya. Rimpang agak pipih ke pinggir membentuk cabang (ranting)
dapat tumbuh membentuk batang baru, sedangkan yang berada di bagian bawah
merupakan perakaran baru (Wiroatmodjo, Suroso dan Januwati, 1988).
Rimpang jahe berbuku – buku, gemuk, agak pipih, membentuk akar lateral
(akar serabut). Rimpang tersebut tertanam kuat dalam tanah dan semakin
membesar sesuai dengan bertambahnya usia dengan membentuk rimpang –
rimpang baru. Kulit luar rimpang mudah dikelupas. Rimpang berkulit agak tebal,
membungkus daging rimpang (jaringan parenchyma). Didalam sel – sel rimpang
tersimpan minyak atsiri yang aromatis dan oleoresin khas jahe
(Harmono dan Andoko, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim sangat penting dalam budidaya tanaman jahe. Secara umum daerah
dengan tipe iklim A, B, dan C menurut klasifikasi Schmidt – Ferguson adalah
sesuai untuk pembudidayaan jahe (Santoso, 1994).
Tanaman jahe mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah tropis,
sehingga dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian
1.500 meter dari permukaan laut (dpl). Namun, untuk tumbuh dan berproduksi
secara optimal, tanaman jahe membutuhkan kondisi lingkungan tumbuh yang
sesuai. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara
2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2.5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe
memerlukan sinar matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di
udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-35°C. Tanaman jahe
menginginkan kelembaban udara yang cukup tinggi dengan RH 60 % - 90 %
(Rukmana, 2000).
Jahe membutuhkan ruang terbuka dan menerima cahaya matahari secara
penuh. Selama fase pembentukan anakan, jahe membutuhkan banyak sinar
matahari agar pertumbuhannya optimal. Jika ditanam di tempat yang agak
terlindung (misal di pekarangan), jahe akan berdaun lebar tetapi ukuran
rimpangnya kecil ( Santoso, 1994).
Tanah
Ditanam di jenis tanah apapun, jahe bisa tumbuh. Namun, untuk
mendapatkan hasil yang optimal tanaman ini menghendaki tanah yang subur,
gembur, dan berdrainase baik. Tanah subur berarti memiliki kandungan hara yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Tanah gembur memudahkan
perakaran menembus dan menyerap hara yang dibutuhkannya. Selain itu
pembentukan rimpang juga menjadi lebih leluasa. Sementara itu tanah berdrainase
baik bisa mencegah lahan menjadi becek dan tergenang air
(Harmono dan Andoko 2005).
Jahe mutlak membutuhkan lahan subur, tanah latosol merah cokelat, dan
andosol sangat tepat untuk pertumbuhan jahe. Tanah tersebut banyak mengandung
humus, keasaman tanah yang ideal untuk tanaman jahe adalah 6.0 – 7.0. Lahan
harus memiliki sistem drainase yang baik, yakni mampu menyimpan dan
pengairan, asalkan lahan tidak tergenang. Penanaman di lahan irigasi cukup
menguntungkan karena tanaman jahe bisa mendapatkan pengairan secara rutin
(Lukito, 2007).
Pengolahan tanah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, sebab tanah
memainkan peranan yang penting dalam mendukung kehidupan tanaman. Tanah
memberikan unsur mineral baik hanya sebagai medium pertukaran maupun
penyedia unsur mineral. Selain itu, tanah sebagai tempat persediaan air yang amat
penting bagi aktivitas hidup tanaman dan menjadi tempat berpegang dan
bertumpu bagi tanaman ( Muhlisah, 1999).
Budidaya Jahe Sistem Keranjang
Budidaya jahe sistem keranjang adalah cara budidaya jahe dengan
menggunakan keranjang sebagai media tanam. Jenis keranjang yang digunakan
adalah keranjang yang terbuat dari bambu yang dianyam dengan rapat agar dapat
menampung tanah tetapi tidak menahan air, sehingga air dapat mengalir. Selain
itu dapat juga digunakan keranjang bekas kemasan buah-buahan, akan tetapi
keranjang ini harus dialasi dengan karung plastik, agar tanah tidak jatuh.
Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat memilih komposisi media tanam
yang terbaik dan memudahkan petani dalam pemeliharaan (Hapsoh et al, 2008).
Media tanam yang digunakan untuk mengisi keranjang dapat dipilih
komposisi media yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman jahe. Komposisi
media tanam yang digunakan berupa top soil : pupuk kandang : sekam padi ( 3 : 1
: 1 ). Ditanam di jenis tanah apapun, jahe bisa tumbuh. Namun, untuk
gembur, dan berdrainase baik (Harmono dan Andoko 2005). Tanah yang gembur
dapat meningkatkan produksi jahe, karena akar jahe dapat berkembang dengan
baik. Pada bagian ini tumbuh tunas-tunas baru yang akan menjadi anakan. Akar
tunggal (rimpang) itu tertanam kuat di dalam tanah dan makin membesar dengan
pertambahan usia serta membentuk rhizoma – rhizoma baru (Rukmana, 2000).
Setelah media tanam dicampur dengan merata, dilakukan pengisian media
tanam ke dalam keranjang. Menurut Hapsoh et al (2008) tahap persiapan media tanam jahe sistem keranjang sebagai berikut :
1. Tanah top soil terlebih dahulu diayak dengan ayakan tanah untuk
membuat kondisi granula tanah seragam dan membersihkan tanah dari
sisa gulma dan kotoran lainnya.
2. Tanah top soil yang telah diayak dicampurkan (diaduk) secara merata
dengan kompos dan sekam sesuai perbandingan.
3. Media tanam yang telah dicampur merata dimasukkan ke dalam keranjang
sebanyak ¼ isi keranjang. Keranjang yang telah diisi media tanam di
biarkan dilapangan selama 1 minggu sebelum penanaman bibit jahe. Oleh
karena itu persiapan media tanam dan pengisian media tanam ke dalam
keranjang dilakukan pada minggu ketiga setelah bibit jahe disemai.
Dalam budidaya tanaman jahe sistem keranjang, perlu menggunakan
tanaman pelindung, untuk menjaga kelembaban udara di lingkungan pertanaman
jahe. Tanaman jahe menginginkan kelembaban udara yang cukup tinggi dengan
RH 60 % - 90 %. Suhu optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20 – 35 °C
ditanam di antara barisan keranjang. Penanaman tanaman pelindung dilakukan
sebelum penanaman, agar pada saat dilakukan penanaman tanaman sudah besar.
Dalam pelaksanaannya, budidaya jahe sistem keranjang perlu dilakukan
pembumbunan dan penambahan media tanam. Pembumbunan dilakukan dengan
tujuan agar tanaman jahe dapat berdiri tegak dan menjaga kondisi tanah agar tetap
gembur. Di samping itu, tujuan pembumbunan juga untuk menimbun rimpang
jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah (Santoso,1994).
Sedangkan penambahan tanah bertujuan agar tanah dapat menutupi tunas – tunas
baru yang muncul agar tumbuh menjadi rimpang. Penambahan tanah dilakukan
sebanyak 2-3 kali sesuai dengan kondisi di lapangan, pada saat tanaman berumur
2 bulan dan selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan.
Pupuk Organik
Secara umum, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan
organik yang didegradasikan secara organik. Sumber bahan baku organik ini dapat
diperoleh dari bermacam-macam sumber seperti : kotoran ternak, sampah rumah
tangga non sintetis, limbah-limbah pabrik makanan/minuman dan lain –lain.
Pada umumnya di lapangan, bahan-bahan ini dikenal dengan nama pupuk
kompos. Maksudnya adalah pupuk yang berasal dari bahan organik yang telah
di-dekomposisi (didegradasi). Biasanya untuk membuat pupuk kompos ini,
ditambahkan pula inokulum bakteri yang membantu mempercepat proses
sendirinya akan mendekomposisi bahan-bahan organik tersebut dengan bakteri
yang ada di alam, beserta bantuan organisme renik lainnya.
Ada lagi pupuk organik yang tidak terdiri atas bahan-bahan sisa yang
didegradasikan lebih lanjut. Tetapi merupakan organisme hidup (tumbuhan
tingkat tinggi) yang dapat menghasilkan (mengikat) unsur-unsur hara yang
diperlukan tanaman (Hakim, 2007).
Barus, Santoso, dan Sudiarto (1989) melakukan penelitian pemupukan
pupuk kandang di tanah Latosol Coklat Cicurug pada tanaman jahe diperoleh
petunjuk bahwa, pemberian pupuk kandang sapi sampai dosis 15 ton/ha tidak
berbeda nyata. Sedangkan pada dosis 20 -25 ton/ha berpengaruh nyata, yakni
mengalami peningkatan dari 4.44 kg per rumpun bobot segar menjadi 6.47 kg per
rumpun bobot segar pada dosis 20 ton/ha dan 7.05 kg per rumpun pada dosis 25
ton/ha.
Dewasa ini telah banyak beredar pupuk organik dengan berbagai macam
bentuk dan kemasan (cair, pril, bubuk). Pupuk organik padat (bukan cair) yang
selama ini sudah akrab dengan masyarakat pertanian kita adalah kompos. Pupuk
kompos ini biasanya dibuat dari kotoran ternak atau sisa sampah (non sintetis
seperti plastik) yang telah dikomposka
Pupuk Super Bionik (PSBN) adalah pupuk organik berkualitas tinggi yang
diproses dengan bioteknologi. PSBN berasal dari ekstraksi berbagai limbah
organik (tanaman, ganggang laut, dan ikan) yang berkualitas tinggi. Teknologi
mampu memberikan nilai tambah. Nilai tambah yang dimaksud adalah menjaga
keharmonisan di antara komponen ekosistem secara berkesinambungan,
menciptakan ekosistem yang produktif bagi makhluk hidup dan percepatan
pemulihan ekosistem yang terdegradasi, dan menjaga keseimbangan antara input
dan output.
Fungsi PSBN disebut six in one, yaitu: pupuk, pembenah tanah, agen pengendali OPT (organisme pengganggu tanaman) alami, hormon pengatur
tumbuh, 17 macam asam amino, mobilisasi unsur hara
Media Tanam
Begitu banyak pilihan media tanam yang tersedia. Namun, tidak semua
media tanam cocok untuk semua jenis tanaman. Ada tanaman-tanaman tertentu
yang perlu ditanam di media tanam khusus. Selain perawatan dan pemberian
pupuk, pemilihan media tanam yang tepat adalah mutlak agar tanaman tumbuh
subur dan baik (
Media tanam sangat menentukan tanaman bisa tumbuh baik atau tidak.
Oleh sebab itu, pemilihan media tanam yang tepat harus diputuskan saat pertama
kali akan mulai bertanam. Kita harus mengenali dahulu jenis medianya, seperti
top soil, sekam, pupuk kandang, kompos, pasir, atau bahkan pencampuran dari
media – media tersebut dengan perbandingan yang pas
Untuk mendapatkan tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung
bahan organis dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk kandang yang sudah
masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak dapat menjadi sumber
inokulum yang mengakibatkan busuknya akar jahe. Dengan penambahan pupuk
kandang tersebut menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman jahe akan lebih
baik. Menurut penelitian, pupuk kandang sapi memberikan pengaruh lebih baik
dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dalam peningkatan hasil rimpang
segar yaitu sebesar 20.48% dan 14.96%, dibandingkan dengan yang tidak diberi
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Kecamatan Medan Johor,
Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut, yang dimulai dari bulan
Juni 2007 hingga bulan Maret 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit jahe merah, tanah
top soil, pasir, kompos, pupuk kandang sapi, sekam padi sebagai media tanam.
Keranjang bambu ukuran 50 x 50 cm sebagai wadah tanam, Dithane – M45
sebagai fungisida, Antracol sebagai insektisida, pupuk superbionik padat sebagai
perlakuan, pupuk super bionik cair sebagi pelengkap dan bahan-bahan lain yang
diperlukan.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah dan mencampur
tanah, pupuk organik padat sebagai perlakuan, meteran untuk mengukur luas
lahan dan tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, knapsack untuk
menyemprot tanaman, pacak sampel, timbangan, alat tulis, kertas label, ember,
serta alat lain yang mendukung penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan dua faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I : Pemberian pupuk organik padat ( M ) terdiri atas :
M1 : Dengan pupuk organik padat (tablet) (2 tablet/tanaman)
Faktor II : Komposisi Media Tanam ( T ) terdiri atas :
T1 : Kompos : pasir ( 2 : 1 )
T2 : Kompos : sekam ( 2 : 1 )
T3 : Top soil : pupuk kandang : pasir ( 3 : 1 : 1 )
T4 : Top soil : pupuk kandang : sekam ( 3 : 1 : 1 )
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu :
M0T1 M1T1
M0T2 M1T2
M0T3 M1T3
M0T4 M1T4
Jumlah ulangan : 4 ulangan
Jumlah plot : 32 plot
Jumlah keranjang per plot : 6 keranjang
Jumlah sampel per plot : 9 sampel
Jumlah sampel seluruhnya : 288 sampel
Jarak antar blok : 50 cm
Model Analisis
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model
linier sebagai berikut : Yijk = µ + i + j + k + ( )jk + ijk
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi perlakuan pupuk organik
padat pada taraf ke-j dan media tanam pada taraf ke-k
j = Pengaruh perlakuan pupuk organik padat pada taraf ke-j
k = Pengaruh perlakuan media tanam pada taraf ke-k
( )jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pupuk organik padat pada taraf
ke-j dan media tanam pada taraf ke-k
ijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk
organik padat pada taraf ke-j dan media tanam pada taraf ke-k.
Terhadap sidik ragam yang nyata dan sangat nyata, maka dilanjutkan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal pertanaman yang digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh
pada areal tersebut. Kemudian dibuat bedengan percobaan dengan ukuran 12 m x
1.2 m. Dibuat parit drainase dengan jarak antar bedengan 50 cm. Setelah
bedengan selesai keranjang yang telah disiapkan disusun diatasnya.
Persiapan Media Tanam
Komposisi media tanam yang digunakan adalah sebagai berikut :
Kompos : pasir ( 2 : 1 )
Kompos : sekam ( 2 : 1 )
Top soil : pupuk kandang : pasir ( 3 : 1 : 1 )
Top soil : pupuk kandang : sekam ( 3 : 1 : 1 )
Media dicampur secara merata dan digemburkan dengan menggunakan
cangkul, lalu diisikan kedalam keranjang yang telah disusun di atas bedengan
setinggi ¼ keranjang sesuai dengan perlakuannya masing-masing.
Persiapan Bibit
Disiapkan bibit jahe merah yang sudah tua dan siap untuk ditanam. Bibit
dicuci, kemudian direndam dalam larutan Dithane – M 45 selama ± 1 jam untuk
dipotong – potong sesuai dengan ruasnya dan diusahakan jangan terlalu kecil
kurang lebih 5-10 cm dan bibit siap disemaikan.
Penanaman Bibit di Persemaian
Penanaman bibit dilakukan di tempat persemaian. Tempat persemaian
dibuat dari tepas berukuran 3 m x 3 m. Media yang digunakan adalah kompos dan
pasir dengan perbandingan 3 : 1. Media tersebut disebarkan diatas tepas secara
merata, kemudian bibit yang telah disiapkan disusun di atas hamparan media
tersebut dengan bakal mata tunas berada di atas.
Pembuatan Naungan Persemaian
Setelah semua bibit ditanam dibuat dinding dan atap dari tepas untuk
menutupi bibit dari hujan dan sinar matahari langsung agar tunas cepat tumbuh,
karena bibit jahe menginginkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Bibit
disemai selama lebih kurang satu bulan.
Pemupukan di Persemaian
Pemupukan dilakukan dengan menyiramkan pupuk Super Bionik cair
secara merata dengan menggunakan gembor dengan perbandingan 10 liter air : 20
cc pupuk Super Bionik cair sebanyak satu minggu sekali.
Penanaman Tanaman Pelindung
Penanaman tanaman pelindung dilakukan pada saat keranjang sudah
lebih kurang 1.5 m di antara barisan keranjang. Setiap batang dapat menaungi 4
buah keranjang.
Aplikasi Pupuk Super Bionik Padat
Pupuk organik padat dicampurkan kedalam media dengan
menghaluskannya terlebih dahulu, kemudian dicampurkan kedalam media sesuai
dengan perlakuannya masing – masing.
Penanaman Bibit Kedalam Keranjang
Bibit yang telah disemaikan dan memiliki cukup umur dipindahkan
kedalam keranjang. Setiap keranjang ditanam dengan 5 bibit yang telah dipilih
dari tempat persemaian. Setelah bibit selesai ditanam seluruhnya, keranjang
ditutup dengan pelepah kelapa. Ini bertujuan untuk menghindari bibit dari sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan sampai tinggi tanaman mencapai tutupan
pelepah tersebut.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari, tetapi disesuaikan dengan
kondisi cuaca.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau
pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Penyulaman dilakukan
dengan mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang masih tersedia di
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri
tegak. Pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah
disekeliling tanaman dan juga untuk membuat tanah menjadi gembur.
Penambahan Media Tanam
Penambahan media dilakukan dengan menggunakan media yang sesuai
dengan perlakuan. Penambahan media bertujuan untuk menutup tunas – tunas
baru yang akan muncul agar tunas – tunas tersebut menjadi umbi. Penambahan
media tanam dilakukan sebanyak dua kali yaitu, pada bulan kedua dan bulan
ketiga setelah pindah tanam.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
ada dikeranjang, untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara
dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan
insektisida Antracol dengan dosis 2.5 g/L air dan Decis 2.5 EC dengan dosis 2.5
g/L air lalu disemprotkan dengan menggunakan knapsack kepada seluruh
Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman jahe berumur delapan bulan. Panen
dilakukan dengan cara membongkar tanaman dari dalam keranjang, lalu rimpang
jahe dibersihkan dari tanah dan akar yang masih melekat.
Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai bagian
tanaman tertinggi dengan menggunakan meteran, dilakukan pada saat tanaman
jahe berumur satu bulan setelah pindah tanam dengan interval satu bulan sekali
sampai pada saat tanaman dipanen.
Jumlah Daun (helai)
Dihitung seluruh daun yang ada. Dilakukan bersamaan dengan pengukuran
tinggi tanaman.
Jumlah Anakan (batang)
Dihitung seluruh jumlah anakan yang ada. Dilakukan pada saat anakan
mulai muncul.
Bobot Rimpang Per Sampel (g)
Ditimbang bobot rimpang per sampel dengan menggunakan timbangan
pada saat pemanenan dengan cara memisahkan rimpang dengan batang dan akar.
Bobot Rimpang Per Keranjang (g)
Ditimbang bobot rimpang yang ada dalam satu keranjang berikut dengan
Bobot Rimpang Per Plot (g)
Ditimbang bobot rimpang per plot dengan menggunakan timbangan.
Bobot Basah Tajuk Per Tanaman (g)
Ditimbang bobot basah tajuk tanaman dengan menggunakan timbangan
pada saat pemanenan.
Bobot Basah Akar Per Tanaman (g)
Ditimbang bobot akar rimpang dengan menggunakan timbangan pada saat
pemanenan.
Bobot Kering Tajuk Per Tanaman (g)
Tajuk tanaman yang masih basah dimasukkan kedalam amplop coklat
kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100° C selama 24 jam, lalu
tajuk tersebut dikeluarkan dari oven dan ditimbang.
Bobot Kering Akar Per Tanaman (g)
Akar tanaman yang masih basah dimasukkan kedalam amplop coklat
kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100° C selama 24 jam, lalu
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan pupuk organik
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 3 Bulan Setelah Tanam
(BST), jumlah anakan 1 BST dan bobot rimpang. Perlakuan media tanam
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 1 BST dan bobot basah tajuk. Sedangkan
interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh
nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.
Tinggi Tanaman
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2 - 9) diketahui bahwa perlakuan
pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman.
Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Bulan ke -
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8
………..…………cm……… M0 54.85 78.79 72.13 74.13 74.13 71.38 67.11 63.18
M1 55.1 82.48 77.07 78.29 77.8 75.73 73.13 69.58
T1 53.94 83.69 78.9 80.83 79.41 74 66.21 59.75 T2 54.29 76.45 69.48 71.11 71.93 69.71 66.95 62.59 T3 55.72 81.31 74.87 77.16 76.52 75.92 74.7 73.61 T4 55.95 81.08 75.15 75.72 75.99 74.61 72.6 69.57
M0T1 53.77 83.53 77.50 81.40 80.53 75.21 68.35 62.53 M0T2 53.76 74.66 66.52 67.77 68.60 65.19 59.64 53.31 M0T3 57.57 81.42 75.28 77.89 77.11 75.76 71.81 69.86 M0T4 54.30 75.52 69.22 69.48 70.28 69.39 68.62 67.02 M1T1 54.12 83.83 80.30 80.27 78.28 72.79 64.08 56.98 M1T2 54.82 78.25 72.45 74.44 75.27 74.23 74.27 71.87 M1T3 53.86 81.19 74.45 76.43 75.93 76.07 77.58 77.36 M1T4 57.60 86.64 81.07 81.96 81.70 79.84 76.59 72.12
Dari Tabel 1 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi pada
pengamatan 8 BST pada perlakuan pupuk organik terdapat pada M1 sebesar
69.58 cm. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan media tanam terdapat
pada T3 sebesar 73.61 cm dan yang terendah pada perlakuan T1 sebesar 59.75
cm. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada interaksi antara pupuk organik dan
media tanam terdapat pada perlakuan M1T3 yaitu sebesar 77.36 cm dan yang
Jumlah Daun
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10 - 17) diketahui bahwa
perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
daun. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun. Dan interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.
Rataan pertumbuhan jumlah daun dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Dari Tabel 2 diketahui bahwa rataan jumlah daun tertinggi pada
pengamatan 8 BST pada perlakuan pupuk organik terdapat pada M1 sebesar 19.81
helai. Rataan jumlah daun tertinggi pada perlakuan media tanam terdapat pada T2
sebesar 19.90 helai dan terendah pada T1 sebesar 19.25 helai. Rataan jumlah daun
tertinggi pada interaksi antara pupuk organik dan media tanam terdapat pada
perlakuan M1T3 yaitu sebesar 20.06 helai dan yang terendah terdapat pada
perlakuan M0T1 yaitu sebesar 18.92 helai.
Jumlah Anakan
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 18 - 23) diketahui bahwa
perlakuan pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
anakan. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap jumlah
anakan. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan.
Rataan jumlah anakan dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Tabel 3. Rataan jumlah anakan dari perlakuan pupuk organik dan media
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan jumlah anakan tertinggi pada
pengamatan 8 BST pada perlakuan pupuk organik terdapat pada M1 sebesar 6.49
batang. Rataan jumlah anakan tertinggi pada perlakuan media tanam terdapat
pada T3 sebesar 6.50 batang dan terendah pada T1 sebesar 6.47 batang. Rataan
jumlah anakan tertinggi pada interaksi antara pupuk organik dan media tanam
terdapat pada perlakuan M0T3 yaitu sebesar 6.58 batang dan yang terendah
Bobot Rimpang Per Sampel
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 24) diketahui bahwa perlakuan
pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang. Perlakuan
media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang. Interaksi antara
perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap
bobot rimpang.
Rataan bobot rimpang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot rimpang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Rataan 99.6 85.97 104.05 80.92
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 4 diketahui bahwa rataan bobot rimpang tertinggi pada
perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 102.58 gram. Rataan bobot rimpang
tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 104.05 gram dan yang
terendah pada T4 sebesar 80.92 gram.
Bobot Rimpang Per Keranjang
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 25) diketahui bahwa perlakuan
keranjang. Perlakuan media tanam belum berpengaruh nyata terhadap bobot
rimpang per keranjang. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam
belum berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang per keranjang.
Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan pupuk organik dan
media tanam dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot rimpang per keranjang dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
M0 197.25 192.64 253.06 165.31 202.06 M1 266.11 185.56 210.05 332.78 248.62 Rataan 231.68 189.1 231.55 249.04
Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan bobot rimpang tertinggi pada
perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 248.62 gram. Rataan bobot rimpang
tertinggi pada perlakuan media tanam pada T4 sebesar 249.04 gram dan yang
terendah pada T2 sebesar 189.10 gram.
Bobot Rimpang Per Plot
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 26) diketahui bahwa perlakuan
pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot rimpang per
plot. Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot
rimpang per plot. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam
Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan pupuk organik dan media
tanam dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot rimpang per plot dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
M0 1053.50 792.64 1284.31 734.06 966.13
M1 1170.70 1248.06 1085.05 1270.28 1193.52
Rataan 1112.10 1020.35 1184.68 1002.17
Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot rimpang per plot tertinggi pada
perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 1193.52 gram. Rataan bobot rimpang
tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 1184.68 gram dan yang
terendah pada T4 sebesar 1002.17 gram.
Bobot Basah Tajuk
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 27) diketahui bahwa perlakuan
pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk.
Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk. Interaksi
antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh nyata
terhadap bobot basah tajuk.
Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Tabel 7. Rataan bobot basah tajuk dari perlakuan pupuk organik dan m,edia
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
Dari Tabel 7 diketahui bahwa rataan bobot basah tajuk tertinggi pada
perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 66.49 gram. Rataan bobot rimpang
tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 76.88 gram dan yang
terendah pada T1 sebesar 39.95 gram.
Bobot Kering Tajuk
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 28) diketahui bahwa perlakuan
pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk.
Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering
tajuk. Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum
berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.
Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Tabel 8. Rataan bobot kering tajuk dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Media Tanam
T1 T2 T3 T4 Pupuk
Organik
……….g………..
Rataan
M0 14.23 11.20 25.16 40.36 22.74 M1 15.64 30.66 43.22 25.31 28.71 Rataan 14.93 20.93 34.19 32.84
Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan bobot kering tajuk tertinggi pada
perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 28.71 gram. Rataan bobot rimpang
tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 34.19 gram dan yang
terendah pada T1 sebesar 14.93 gram.
Bobot Basah Akar
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 29) diketahui bahwa perlakuan
pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar.
Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar.
Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh
nyata terhadap bobot basah akar.
Rataan bobot basah akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Tabel 9. Rataan bobot basah akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Media Tanam
T1 T2 T3 T4 Pupuk
Organik
………..g………
Rataan
M0 8.93 10.20 15.39 13.04 11.89
M1 11.42 13.73 15.05 13.35 13.39 Rataan 10.18 11.96 15.22 13.19
Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan bobot basah akar tertinggi pada
perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 13.39 gram. Rataan bobot rimpang
tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 15.22 gram dan yang
terendah pada T1 sebesar 10.18 gram.
Bobot Kering Akar
Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 30) diketahui bahwa perlakuan
pupuk organik belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar.
Perlakuan media tanam juga belum berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.
Interaksi antara perlakuan pupuk organik dan media tanam belum berpengaruh
nyata terhadap bobot kering akar.
Rataan bobot kering akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Tabel 10. Rataan bobot kering akar dari perlakuan pupuk organik dan media tanam
Media Tanam
T1 T2 T3 T4 Pupuk
Organik
………..g………
Rataan
M0 4.00 4.70 8.64 6.65 6.00 M1 4.60 7.39 10.08 7.23 7.33
Rataan 4.30 6.05 9.36 6.94
Dari Tabel 10 diketahui bahwa rataan bobot kering akar tertinggi pada
perlakuan pupuk organik pada M1 sebesar 7.33 gram. Rataan bobot rimpang
tertinggi pada perlakuan media tanam pada T3 sebesar 9.36 gram dan yang
Pembahasan
Respons pertumbuhan jahe terhadap pemberian pupuk organik dan komposisi media tanam
Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan pupuk organik
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan 1 Bulan Setelah Tanam (BST) dan
jumlah daun 3 BST. Dengan penambahan pupuk organik ke dalam tanah
diharapkan dapat merubah sifat fisik tanah, dengan demikian diharapkan kondisi
unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih baik.
Pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun, dan jumlah anakan.
Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah, menyuburkan tanah, dan menambah unsur hara,
menambah humus, mempengaruhi kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah,
disamping itu juga dapat meningkatkan kapasitas mengikat air tanah. Pada tanah
dengan kandungan C-organik tinggi unsur hara menjadi lebih tersedia bagi
tanaman, sehingga pemupukan lebih efisien. Hasil-hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan
limbah panen dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping mengurangi
penggunaan pupuk N, P, dan K juga dapat meningkatkan efisiensinya (Karama,
1990). Hal yang sama dikemukakan pula oleh Diwiyanto, (2002) bahwa
pemberian pupuk organik (kompos) 1.5-2.0 ton/ha pada lahan sawah dapat
Dari hasil analisis statistik di peroleh bahwa perlakuan komposisi media
tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan 1 BST dan jumlah daun 1 BST.
Komposisi media yang baik akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang baik
pula. Pada komposisi media yang digunakan terdapat pupuk kandang dan kompos
yang diharapkan dapat menyuplai kebutuhan tanaman akan unsur hara. Dengan
keberadaan kompos dan pupuk kandang maka tanaman dapat memperoleh
kebutuhannya akan unsur hara, sehingga memberikan respons terhadap
pertumbuhan tanaman.
Tanaman jahe dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh iklim. Jahe
sangat membutuhkan curah hujan yang tinggi. Apabila kebutuhan tanaman akan
air tidak tercukupi maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan
data curah hujan dari Stasiun Klimatologi Sampali (Lampiran 31) menyebutkan
bahwa curah hujan yang terjadi pada tahun 2007 sebesar 2513 mm/tahun.
Rukmana (2000) menyatakan bahwa untuk tumbuh dan berproduksi secara
optimal, tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara
2500-4000 mm/tahun.
Respons produksi jahe terhadap pemberian pupuk organik dan komposisi media tanam
Perlakuan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap bobot rimpang
(lampiran 24). Produksi tertinggi terdapat pada M1 sebesar 102.58 g dan
peningkatan produksi mencapai 24.05 % bila dibandingkan dengan M0.
Penambahan pupuk organik memberikan respons yang positif terhadap bobot
rimpang. Perlakuan yang diberi pupuk organik menunjukkan produksi yang lebih
ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi penyerapannya. Perombakan bahan
organik akan melepaskan unsur hara seperti N, P, K, dan S. Meskipun kandungan
hara organik relatif rendah, tetapi perombakannya relatif cepat terutama di daerah
tropik (Hsieh dan Hsieh, 1990; Karama et al, 1990; Koshino, 1990; Paje, 1990; Park, 1990).
Bobot rimpang per sampel (rumpun) pada perlakuan pupuk organik lebih
tinggi pada perlakuan M1 yaitu sebesar 102.58 g, sedangkan pada perlakuan
media tanam bobot rimpang tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu sebesar
104.05 g dan yang terendah pada perlakuan T4 yaitu sebesar 80.92 g (lampiran
24). Penambahan pupuk organik dan komposisi media yang sesuai dapat
meningkatkan produksi jahe akan tetapi bila dibandingkan dengan hasil bobot
rimpang per rumpun pada deskripsi tanaman jahe yaitu sebesar 500 – 700
g/rumpun (lampiran 32) maka hasil yang diperoleh jauh dari yang diinginkan, hal
ini disebabkan pada penelitian ini tanaman jahe terserang oleh penyakit pada saat
jahe memasuki usia tiga bulan setelah tanam yang menyebabkan pertumbuhan dan
produksi jahe terganggu.
Pada penelitian ini diduga penyakit yang menyerang adalah Cercospora,
dengan ciri-ciri serangan penyakit adalah timbul bercak-bercak kecoklatan pada
daun tanaman jahe yang menyebabkan daun menjadi layu dan kemudian
mengering lalu mati, sehingga mempengaruhi fotosintesis tanaman dan
menyebabkan pertumbuhan dan pembentukan rimpang pada tanaman jahe
terganggu. Penyakit Cercospora biasanya berkembang bila dipengaruhi oleh
cuaca, bila tingkat kelembaban tinggi maka akan menyebabkan pertumbuhan
Hartana (1998) yang menyatakan perkembangan penyakit cercospora sangat
bergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat
menguntungkan bagi perkembangan cercospora.
Pembentukan dan pembebasan spora merupakan hal yang sangat penting
bagi perkembangan cercospora. Spora dengan mudah terlepas dari kantung spora
oleh angin, embun, dan hujan. Konidium sangat tahan terhadap kekeringan dan
suhu tinggi (Hartana, 1998). Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika
stasiun Sampali tingkat kelembaban pada bulan juli mencapai 83%, data
kecepatan angin 10 M pada bulan juli mencapai 1.85 m/d, dan curah hujan
mencapai 262 mm pada bulan juni (Lampiran 31). Hal ini sesuai dengan literatur
Dickinson (1976) yang menyatakan unsur-unsur cuaca yang mempengaruhi
cendawan meliputi : 1).Suhu, berpengaruh pada laju pertumbuhan dan
bertahannya hifa dan propagul, 2). Curah hujan dan embun, secara langsung
mempengaruhi kebasahan daun sehingga memungkinkan perkecambahan dan
pertumbuhan patogen, eksudasi dan mengendapnya konidium pada
permukaan tanaman dan pemencarannya. 3). Kelembaban,
mempengaruhi kemampuan bertahan hidup, pertumbuhan pathogen, dan
pembebasan spora, 4). Angin, berpengaruh sebagai pembawa dalam penyebaran
dan mengendapnya konidium di permukaan tanaman, 5). Cahaya,
mempengaruhi eksudasi, sporulasi, pemencaran konidium, perkecambahan
konidium, dan pertumbuhan.
Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.
Dimana bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada T3 sebesar 38.44 g dan terendah
akan menimbulkan pertumbuhan jahe yang optimum. Komposisi media yang
digunakan juga mengandung bahan organik yang diperoleh dari pupuk kandang
dan kompos. Menurut Harmono dan Andoko (2005), untuk mendapatkan hasil
yang optimal tanaman jahe menghendaki tanah yang subur, gembur, dan
berdrainase baik. Tanah subur berarti memiliki kandungan hara yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Tanah gembur memudahkan perakaran menembus
dan menyerap hara yang dibutuhkan. Sementara tanah yang berdrainase baik bisa
mencegah lahan menjadi becek dan tergenang, sehingga akar jahe yang tidak
tahan genangan dapat tumbuh dengan baik.
Interaksi antara pupuk organik dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jahe
Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa interaksi antara pupuk organik
dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jahe belum
berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter pertumbuhan dan produksi yang
KESIMPULAN
1. Pupuk organik memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman jahe.
2. Komposisi media yang paling baik pada penelitian ini adalah T3 (top siol :
pupuk kandang : pasir).
3. Interaksi perlakuan yang paling baik antara pupuk organik dan komposisi
media tanam terdapat pada penambahan pupuk organik dan komposisi
media tanam top soil : pupuk kandang : pasir (3 : 1 : 1).
4. Pada penelitian ini produksi jahe tidak maksimal karena terjadi serangan
penyakit pada umur tiga bulan setelah tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Budidaya Jahe.
Dickinson. C. H. 1976. Fungi on the Aerial Surface of Higher Plants. Di dalam : Micrology of Phyllosphere. Dickinson CH & Preece TF (eds.). Cambridge University Press.Cambridge. hlm. 77-100.
Diwiyanto, 2002. Dukungan Penelitian dalam Pengembangan Hortikultura Organik. Prosiding Seminar Nasional danm Pameran Pertanian Organik. Jakarta. Hlm 109-128
Hakim, M. 2007. Produk Organik Harus Bersertifikat. 1 Desember 2007. 1 page.
Hapsoh, Y.Hasanah, E.Julianti, 2008. Budidaya Jahe Sistem Keranjang – Prospek dan Permasalahannya. Fakultas Pertanian USU. Medan (Belum dipublikasikan).
Harmono dan A. Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hartana I. 1998. Penyakit-penyakit Jamur pada Tanaman Tembakau dan Cara Pengendaliannya. Makalah Penyegaran Tenaga Peneliti/Praktisi Tembakau Lingkup PTP Nusantara II dan X di Jember pada 3-5 Nopember 1998.
Hendrinova. 1990. Pengaruh Berbagai Pupuk Organik dan Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.). Jenis Budak. Tesis Jurusan Budidaya Pertanian. IPB. 49 h.
Hsieh, S.C. and C.F. Hsieh, 1990. The Use of Organic Matter in Crop Production. Paper Presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizers in Crop Production. Suweon, South Korea, 18 – 24 June 1990.
Januwati, M., 1990. Faktor – Faktor Ekologi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Jahe. Ed. Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan obatBallitro. Bogor. VII (I) : 11-16.
Januwati, M., 1999. Optimalisasi Usaha Tani Tanaman Jahe. Makalah Disampaikan pada Semi Orasi di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, 23 Juni 1999. 31 hlm.
Koshino, M., 1990. Present Status Supply and Demand of Chemical Fertilizer and Organic Amandement in Japan. Paper Presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizers in Crop Production. Suweon, South Korea, 18-24 June 1990.
Lukito, 2007. Petunjuk Praktis Bertanam jahe. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Media Tanam.
Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon, Budidaya dan manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Paje, M.M, 1990, Organic Fertilizers and Crops Production in Philippines. Paper Presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizers in Crop Production. Suweon, South Korea, 18-24 June 1990.
Park, Y.D, 1990.Utilization of Organic Wastest as Fertilizer in Korea. Paper Presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizers in Crop Production. Suweon, South Korea, 18 – 24 June 1990.
Pupuk Organik.
Pupuk Super Bioni. 1 Desember 2007. 3 page.
PSBN Padat/Tablet.
Rukmana, R., 2000. Usaha Tani Jahe. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso, H.B. 1994. Jahe Gajah. Kanisius. Yogyakarta.
Soediarto dan S. kemala. 1995 . Tumbuhan dan Tanaman Obat yang Potensial Untuk Dikembangkan di Indonesia. Makalah Temu Wicara Tanaman Obat. 31 Januari 1995. Semarang. 22 hlm.
Supriadi, 2004. Kajian Efisiensi pemupukan Pada Budidaya Jahe Ditingkat Petani. Digitized by USU Digital Library. Medan.
Wiroatmodjo, J. Suroso dan M. Januwati. 1988. Pengaruh Tingkat Pemupukan N dan Alas Sekam Terhadap Hasil dan Ukuran Rimpang Jahe Jenis Badak. Dalam Pross. Simp. Penelitian Tanaman obat VI, 17-19 November 1988.
Lampiran 1. Tabel Data Statistik Produksi Jahe Sumatera Utara
Luas Tanaman dan Produksi Jahe Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten
Lampiran 2. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 BST
Tabel Data Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman
Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 BST
Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman 2 BST
SK dB JK KT FH F.05
Galat 21 719,87 34,28
Total 31 1405,17
FK 208043
Lampiran 4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 BST
Jumlah 653,14 631,78 577,29 524,92 2387,13
Rata-rata 81,64 78,97 72,16 65,62 74,60
Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman 3 BST
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 BST
Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman 4 BST
Lampiran 6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 BST
Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman 5 BST
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 BST
Jumlah 651,48 619,72 571,08 511,55 2353,83
Rata-rata 81,43 77,47 71,38 63,94 73,56
Lampiran 8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 BST
Jumlah 636,80 599,21 546,49 461,23 2243,73
Rata-rata 79,60 74,90 68,31 57,65 70,12
Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman 7 BST
Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 BST
Jumlah 625,53 578,22 507,71 412,69 2124,16
Rata-rata 78,19 72,28 63,46 51,59 66,38
Tabel Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman 8 BST
Lampiran 10. Data Pengamatan Jumlah Daun 1 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah daun 1 BST
Lampiran 11. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 2 BST
Lampiran 12. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 BST
Jumlah 142,56 140,11 140,89 135,00 558,56
Rata-rata 17,82 17,51 17,61 16,88 17,45
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 3 BST
Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 BST
Jumlah 150,89 153,44 151,89 148,22 604,44
Rata-rata 18,86 19,18 18,99 18,53 18,89
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 4 BST
Lampiran 14. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 5 BST
Lampiran 15. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 BST
Jumlah 154,44 163,78 157,33 156,89 632,44
Rata-rata 19,31 20,47 19,67 19,61 19,76
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 6 BST
Lampiran 16. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 BST
Jumlah 153,67 161,78 156,11 153,44 625,00
Rata-rata 19,21 20,22 19,51 19,18 19,53
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 7 BST
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Daun 8 BST
Jumlah 153,00 161,67 156,44 155,22 626,33
Rata-rata 19,13 20,21 19,56 19,40 19,57
Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 8 BST
Lampiran 18. Data Pengamatan Jumlah Anakan 1 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 1 BST
Lampiran 19. Data Pengamatan Jumlah Anakan 2 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 2 BST
Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Anakan 3 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 3 BST
Lampiran 21. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 4 BST
Lampiran 22. Data Pengamatan Jumlah Anakan 5 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 5 BST
Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 BST
Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 6 BST