• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Vegetatif

Perlakuan Prohexadion-Ca, Paclobutrazol, dan strangulasi secara nyata menurunkan jumlah tunas per cabang dibandingkan dengan kontrol. Jumlah tunas vegetatif pada tanaman kontrol jauh lebih banyak yaitu 47.1 tunas dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan perlakuan penginduktor pembungaan. Jumlah tunas vegetatif per cabang yang paling rendah terdapat pada perlakuan strangulasi yaitu 34.6 tunas, sedangkan perlakuan Paclobutrazol dan Prohexadion-Ca rata-rata jumlah tunas yang terbentuk yaitu 36.3 tunas dan 36.8 tunas pada 10 MSA (Minggu Setelah Aplikasi) induktor pembungaan (Tabel 1). Tekanan pertumbuhan tunas pada perlakuan Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol disebabkan karena adanya penghambatan biosintesis giberelin. Menurut Wattimena (1988) pengaruh giberelin terutama di dalam perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh ukuran sel bertambah besar. Selain pemanjangan batang, giberelin juga memperbesar luas daun dari berbagai jenis tanaman, mempengaruhi proses perkecambahan, dan mengakhiri masa dorman pada biji. Menurut Poerwanto (2003) menunjukan bahwa perlakuan strangulasi dapat menekan munculnya tunas vegetatif, panjang tunas, dan jumlah daun karena terjadi penghambatan aliran fotosintat ke akar yang menyebabkan akar kekurangan energi dalam penyerapan mineral terutama nitrogen, air, dan dalam sistesis hormon di antaranya giberelin sehingga dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada tanaman. Davies (1995) mengemukakan bahwa kandungan giberelin yang menurun akan mengakibatkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan sel pada meristem sub-apikal sehingga pertumbuhan vegetatif akan terhambat.

Tabel 1 Jumlah tunas per cabang tanaman jeruk keprok pada perlakuan induktor pembungaan dan zat pemecah dormansi

Minggu Setelah Aplikasi Induktor Pembungaan (MSA)

Sebelum Aplikasi Aplikasi Zat Pemecah Zat Pemecah Dormansi Dormansi

2 4 6 8 10 Induktor Pembungaan Kontrol 6.7 a 13.6 a 24.2 33.1 a 47.1 a Prohexadion-Ca 2.2 b 9.0 ab 17.4 21.2 b 36.8 b Paclobutrazol 2.3 b 9.9 ab 18.7 24.4 ab 36.3 b Strangulasi 1.2 b 7.3 b 18.3 25.8 ab 34.6 b Pemecah Dormansi Kontrol 3.6 13.7 22.2 28.3 37.7 Etephon 2.8 8.3 17.6 25.5 42.7 BAP 3.1 8.0 16.2 21.8 35.6 KNO3 2.8 9.9 22.7 28.8 38.9 Interaksi tn tn tn tn tn

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Perlakuan penginduktor pembungaan secara nyata menekan panjang tunas pada tanaman jeruk dibandingkan perlakuan kontrol. Panjang tunas pada tanaman kontrol 11.63 cm pada 10 MSA induktor pembungaan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang mendapat perlakukan penginduktor pembungaan. Panjang tunas vegetatif pada perlakuan penginduktor pembungaan berturut-turut adalah Paclobutrazol 6.16 cm, Prohexadion-Ca 7.88 cm, dan strangulasi 8.03 cm pada 10 MSA induktor pembungaan (Tabel 2). Penghambatan pertumbuhan panjang tunas pada perlakuan Paclobutrazol dan Prohexadion-Ca terjadi karena adanya penghambatan biosintesis giberelin dan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif pada tanaman. Arteca (1996) menyatakan bahwa giberelin adalah faktor endogen yang menghambat pembungaan tanaman buah karena merangsang pertumbuhan vegetatif. Wattimena (1987) menyatakan bahwa giberelin memiliki pengaruh terutama di dalam pemanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh bertambah besar dan bertambahnya jumlah sel-sel pada ruas-ruas tanaman. Prawiranata et al. (1992) menyatakan bahwa penghambatan terhadap biosintesis giberelin akan merangsang biosintesis hormon lainnya seperti asam absisi (ABA), dimana ABA merupakan hormon tumbuhan yang berpengaruh secara fisiologis yaitu menyebabkan tunas menjadi dorman sehingga pertumbuhan vegetatif menjadi terhambat, yang ditunjukkan dengan lebih rendahnya jumlah tunas vegetatif yang dihasilkan dan tunas berukuran lebih pendek dibandingkan kontrol. Pada perlakuan strangulasi adanya tekanan pertumbuhan vegetatif pada tanaman jeruk disebabkan karena terhambatnya translokasi fotosintat dari tajuk ke akar. Novita (2007) dan Yamanishi et al. (1993) menyatakan bahwa tunas vegetatif pada tanaman yang distrangulasi akan lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tidak distrangulasi, hal ini disebabkan karena terjadinya penghambatan translokasi dari tajuk ke akar sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan tunas vegetatif dan menyebabkan terjadi peningkatan karbohidrat pada daun.

Tabel 2 Panjang tunas tanaman jeruk keprok pada perlakuan induktor pembungaan dan zat pemecah dormansi

Minggu Setelah Aplikasi Induktor Pembungaan (MSA) Sebelum Aplikasi Zat

Pemecah Dormansi

Aplikasi Zat Pemecah Dormansi 2 4 6 8 10 (cm) Induktor Pembungaan Kontrol 0.50 a 3.80 a 8.27 a 10.85 a 11.63 a Prohexadion-Ca 0.00 b 1.60 b 4.23 b 6.76 b 7.88 b Paclobutrazol 0.00 b 1.29 b 3.69 b 4.75 b 6.16 b Strangulasi 0.04 b 1.57 b 4.06 b 7.14 b 8.03 b Pemecah Dormansi Kontrol 0.20 2.02 5.35 6.99 8.13 Etephon 0.21 2.65 5.87 8.40 9.28 BAP 0.04 2.07 4.95 7.08 7.86 KNO3 0.09 1.53 4.08 7.04 8.43 Interaksi tn tn tn tn tn

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

17

Perlakuan penginduktor pembungaan secara nyata menekan pertumbuhan jumlah daun pada tanaman jeruk dibandingkan perlakuan kontrol. Jumlah daun yang terbentuk pada tanaman dengan perlakuan penginduktor pembungaan lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3). Perlakuan yang paling efektif dalam menekan terbentuknya jumlah daun adalah perlakuan Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol yaitu 7.8 daun dibandingkan dengan kontrol yaitu 14.2 daun pada 10 MSA induktor pembungaan. Perlakuan strangulasi menunjukkan jumlah daun yang muncul per tunas yaitu 8.5 daun lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Adanya tekanan pertumbuhan vegetatif pada perlakuan Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol disebabkan karena adanya penghambatan biosintesis giberelin. Penelitian John (2002) menunjukkan bahwa aplikasi Prohexadion-Ca menekan pertumbuhan panjang tunas pada tanaman. Terhambatnya biosintesis giberelin oleh kedua zat pengatur tumbuh tersebut secara langsung akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada beberapa pohon buah-buahan dewasa seperti jeruk (Poerwanto dan Susanto 1996), manggis (Rai et al. 2006) dan mangga (Efendi 1994), penghambatan pertumbuhan vegetatif terjadi dengan aplikasi Paclobutrazol. Pada tanaman yang mendapatkan perlakuan strangulasi, pertumbuhan vegetatif terhambat karena rendahnya suplai air dan hara nitrogen. Strangulasi menyebabkan aliran hasil fotosintesis ke akar berkurang, sehingga akar kekurangan energi untuk menyerap hara dan air.

Tabel 3 Jumlah daun tanaman jeruk keprok pada perlakuan induktor pembungaan dan zat pemecah dormansi.

Minggu Setelah Aplikasi Induktor Pembungaan (MSA) Sebelum Aplikasi Aplikasi Zat Pemecah Zat Pemecah Dormansi Dormansi

2 4 6 8 10 Induktor Pembungaan Kontrol 0.7 a 5.0 a 9.7 a 10.5 a 14.2 b Prohexadion-Ca 0.0 b 1.7 b 4.5 b 6.3 b 7.8 b Paclobutrazol 0.0 b 1.8 b 4.3 b 6.2 b 7.8 b Strangulasi 0.1 b 2.3 b 4.9 b 6.3 b 8.5 b Pemecah Dormansi Kontrol 0.2 2.8 5.9 7.3 9.9 Etephon 0.3 3.3 7.7 7.8 9.9 BAP 0.1 2.2 5.8 6.6 8.2 KNO3 0.2 2.7 5.1 7.7 9.8 Interaksi tn tn tn tn tn

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Aplikasi zat pemecah dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk pengamatan jumlah daun per tunas pada setiap minggu setelah aplikasi. Interaksi antara perlakuan penginduktor pembungaan dan zat pemecah dormansi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pengamatan jumlah daun. Hal ini disebabkan karena sebelum pengaplikasian zat pemecah dormansi, sebagian tanaman telah berbunga, sehingga aplikasi zat pemecah dormansi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas, dan banyaknya daun

yang muncul pada tanaman jeruk keprok. Susanto dan Poerwanto (1999) juga menyatakan bahwa perlakuan zat pemecah dormansi tidak berpengaruh terhadap waktu munculnya bunga karena tanaman mangga berbunga sebelum diaplikasikan zat pemecah dormansi.

Perlakuan strangulasi menunjukkan kehijauan daun yang berbeda nyata dibandingkan Prohexadion-Ca, Paclobutrazol, dan kontrol (Tabel 4). Strangulasi menyebabkan aliran hasil fotosintesis ke akar berkurang sehingga akar kekurangan energi untuk menyerap hara dan air. Kurangnya energi dalam menyerap nitrogen akan menurunkan kandungan nitrogen pada tanaman yang menyebabkan kandungan klorofil akan berkurang sehingga warna daun akan berubah menjadi kuning. Selain itu, strangulasi menyebabkan kandungan karbohidrat pada daun meningkat. Karbohidrat pada daun disimpan pada chloroplas. Pati yang tidak terpigmentasi akan disimpan pada amioplas sehingga warna daun akan berubah menjadi kuning. Menurut pendapat Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa gejala kekurangan N mengakibatkan berkurangnya warna hijau dari dedaunan (chlorosis). Daun akan menjadi lebih pucat, menguning, dan akan mengakibatkan kematian.

Perlakuan Prohexadion-Ca secara nyata menekan perkembangan luas daun pada tanaman jeruk keprok dibandingkan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan Paclobutrazol dan strangulasi (Tabel 4). Luas daun pada perlakuan Prohexadion-Ca yaitu 11.18 cm2 lebih rendah dibandingkan kontrol (15.50 cm2), Paclobutrazol (11.90 cm2), dan strangulasi (12.18 cm2). Hal ini diduga, pada perlakuan Prohexadion-Ca ukuran sel daun tidak memanjang, sehingga fungsi untuk memperluas daun juga terhambat. Terhambatnya pembelahan sel pada tepi daun berhubungan dengan terhambatnya biosintesis giberelin pada tanaman. Wattimena (1987) mendefinisikan zat penghambat tumbuh (retardan) sebagai senyawa-senyawa organik sintetik yang bila diberikan kepada tanaman yang responsif akan menghambat perpanjangan sel pada meristem sub apikal, mengurangi laju perpanjangan batang.

Tabel 4 Kehijauan daun, luas daun, dan kandungan klorofil daun pada perlakuan induktor pembungaan dan zat pemecah dormansi

Kehijauan Luas Klorofil Klorofil Total

Daun Daun a b Klorofil

(unit) (cm2) (mg/g) (mg/g) (mg/g) Induksi Pembungaan Kontrol 59.46 a 15.50 a 1.59 0.63 2.22 Prohexadion-Ca 58.91 a 11.18 b 1.66 0.65 2.31 Paclobutrazol 61.14 a 11.90 ab 1.60 0.63 2.23 Strangulasi 54.50 b 12.18 ab 1.10 0.46 1.55 Pemecah Dormansi Kontrol 58.25 12.55 1.55 0.61 2.16 Etephon 59.33 12.06 1.56 0.65 2.21 BAP 57.95 12.86 1.42 0.55 1.97 KNO3 58.49 13.30 1.42 0.56 1.98 Interaksi tn tn tn tn tn Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

19

Pemberian perlakuan penginduktor pembungaan, zat pemecah dormansi, dan interaksi antara penginduktor pembungaan dengan zat pemecah dormansi tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan kandungan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil. Kandungan klorofil pada masing-masing perlakuan secara berturut-turut, yaitu Prohexadion-Ca 2.31 mg/g, Paclobutrazol 2.23 mg/g, kontrol 2.22 mg/g, dan strangulasi 1.55 mg/g (Tabel 4).

Pertumbuhan Generatif

Perlakuan penginduktor pembungaan secara nyata mempercepat waktu berbunga dibandingkan tanaman kontrol. Prohexadion-Ca dan strangulasi mengakibatkan waktu mulai berbunga lebih cepat yaitu pada 17.50 HSAIP (Hari Setelah Aplikasi Induktor Pembungaan) dan 16.50 HSAIP dibandingkan dengan kontrol (39.00 HSAIP). Perlakuan Paclobutrazol secara nyata juga mempercepat waktu berbunga yaitu 23.38 HSAIP dibandingkan kontrol tetapi tidak sebaik perlakuan Prohexadion-Ca dan strangulasi (Tabel 5).

Total bunga secara nyata meningkat dengan perlakuan Prohexadion-Ca, Paclobutrazol, dan strangulasi dibandingkan kontrol. Jumlah bunga pada perlakuan Prohexadion-Ca yaitu 150.88 bunga secara nyata lebih banyak dari kontrol (41.75 bunga) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan Paclobutrazol (123.81 bunga) dan strangulasi (180.50 bunga) (Tabel 5).

Perlakuan penginduksi pembungaan meningkatkan jumlah bunga pada tanaman jeruk keprok dibandingkan kontrol Strangulasi menunjukan jumlah bunga yang paling banyak yaitu 180.5 bunga dibandingkan perlakuan Prohexadion-Ca (123.8 bunga), Paclobutrazol (150.9 bunga), dan kontrol (41.8 bunga) pada 13 MSA induksi pembungaan (Gambar 1).

Perlakuan Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol secara nyata mempercepat waktu pembungaan dan meningkatkan jumlah bunga karena Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol mengakibatkan terhambatnya biosintesis giberelin pada tanaman. Sach (1977) menyatakan bahwa pembungaan berhubungan dengan kandungan giberelin dalam tanaman. Kandungan giberelin yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan vegetatif sehingga menghambat pembungaan. Dengan demikian, pemberian Paclobutrazol sebagai zat penghambat tumbuh yang menghambat biosintesis giberelin dapat menginduksi pembungaan. Terhambatnya biosintesis giberelin mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif pada tanaman sehingga aktivitas pertumbuhan akan dialihkan ke pertumbuhan bunga atau buah dan akan meningkatkan rasio C/N pada tanaman. Bernier et al. (1984) menyatakan bahwa pembungaan berhubungan dengan kandungan giberelin dalam tanaman. Kandungan giberelin yang tinggi pada beberapa pohon buah-buahan seperti jeruk, mangga, dan manggis akan memacu pertumbuhan vegetatif dan menghambat pembungaan. Bioaktivitas giberelin endogen pada daun jeruk dan manggis pada fase induksi pembungaan lebih rendah dibandingkan pada fase pertumbuhan vegetatif (Poerwanto dan Inoue 1990, Rai et al. 2004). Paclobutrazol sebagai zat penghambat tumbuh yang menghambat biosintesis giberelin dapat menginduksi pembungaan beberapa pohon buah-buahan (Voon et al. 1992). Adiel

et al. (2011) menyatakan bahwa Prohexadion-Ca dapat menginduksi pembungaan pada tanaman mangga karena Prohexadion-Ca menghambat biosintesis giberelin pada tanaman. Susanto dan Poerwanto (1999) menyatakan bahwa Paclobutrazol

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Juml ah bung a

Minggu Setelah Aplikasi Induktor Pembungaan (MSAIP) Kontrol

Prohexadion Ca Paclobutrazol Strangulasi

berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman mangga dan menginduksi pembungaan mangga di luar musim, hal tersebut diduga berhubungan dengan cara kerja Paclobutrazol dalam menghambat biosintesis giberelin.

Strangulasi akan merusak jaringan floem, sehingga menghambat translokasi hasil fotosintesis dari bagian atas tanaman ke bagian akar. Akibatnya terjadi penumpukan karbohidrat di bagian pucuk dan akar kekurangan fotosintat (karbohidrat). Akar yang kekurangan fotosintat akan mengalami penurunan aktivitas dalam serapan air dan hara, serta biosintesis giberelin dan sitokinin. Berkurangnya serapan air menyebabkan stress air yang dapat menginduksi pembungaan. Rendahnya serapan nitrogen dan tingginya akumulasi karbohidrat di bagian pucuk tanaman akan meningkatkan nisbah C/N yang merupakan syarat terjadinya induksi pembungaan. Rendahnya biosintesis giberelin juga mengakibatkan terjadinya induksi pembungaan yang disebabkan oleh perlakuan strangulasi. Pada rambutan perlakuan ringing dapat meningkatkan jumlah bunga dan buah, bahkan dapat menginduksi tanaman rambutan pada off year (tahun tidak berbunga) (Poerwanto dan Irdiastuti 2005). Menurut Ryoko (1988), kerat batang dapat menekan gerakan fotosintat (karbohidrat) dari daun ke akar sehingga akan terjadi akumulasi karbohidrat di daun yang selanjutnya digunakan untuk pembungaan. Karbohidrat pada daun akan dialokasikan untuk pembentukan bunga dan buah pada tanaman. Thamrin (2008) menyatakan bahwa tingginya jumlah bunga yang terbentuk diduga merupakan hasil penekanan strangulasi yang memblokir gerakan fotosintesis dari daun ke akar, sehingga terjadi penumpukan karbohidrat yang selanjutnya digunakan untuk pembungaan. Putra (2002) menyatakan bahwa strangulasi akan menghambat translokasi fotosintat dari tajuk ke akar, peningkatan karbohidrat tersebut akan menyebabkan rasio C/N pada tajuk akan tinggi sehingga dapat menginduksi pembungaan.

Perlakuan strangulasi secara nyata meningkatkan fruit set dibandingkan tanaman kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol (Tabel 5). Perlakuan strangulasi menunjukkan persentase fruit

Gambar 1 Perkembangan jumlah bunga yang muncul pada berbagai perlakuan induktor pembungaan

21

set yaitu 65.42% lebih tinggi dibandingkan dengan Prohexadion-Ca (49.40%), Paclobutrazol (51.85%), dan kontrol 34.46%. Fruit set yang tinggi diperoleh dari semakin banyaknya jumlah bunga yang berdeferensiasi menjadi buah pada tanaman. Ryugo (1988) menyatakan bahwa produksi buah tergantung pada tunas yang berdeferensiasi menjadi bunga, bunga mekar yang mengalami penyerbukan, dan bunga yang berkembang menjadi buah.

Total buah yang terbentuk, buah yang dipanen, dan bobot buah panen secara nyata meningkat tajam dengan perlakuan penginduktor pembungaan (Tabel 5) (Tabel 6). Hal ini terjadi karena selain adanya peningkatan jumlah bunga pada perlakuan penginduktor pembungaan (Tabel 5), peningkatan fruit set (Tabel 5), peningkatan kandungan karbohidrat (Tabel 7), peningkatan rasio C/N (Tabel 7) juga disebabkan karena penurunan persentase gugur buah (Tabel 6). Perhitungan persentase gugur bunga menunjukkan perlakuan kontrol memiliki tingkat gugur yang lebih tinggi yaitu 63.49% dibandingkan dengan perlakuan penginduktor pembungaan. Perlakuan penginduktor pembungaan memiliki persentase gugur buah yaitu Prohexadion-Ca 36.03%, Paclobutrazol 43.65 %, dan strangulasi 39.07%. Gugur bunga disebabkan karena adanya faktor lingkungan seperti angin, hujan, dan serangan hama dan penyakit. Hal ini sesuai pendapat Effendi (1994) yang menyatakan bahwa curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi tanaman dalam proses pembungaan dan pembuahan pada tanaman mangga. Laporan Thamrin (2008) dalam penelitiannya, menunjukan bahwa tingginya kuncup bunga dan bunga mekar tidak diikuti dengan jumlah buah yang terbentuk, hal ini disebabkan pada saat menjelang bunga mekar intesitas curah hujan tinggi sehingga menyebabkan banyak bunga yang rontok sebelum berbuah. Lebih jauh Rukayah et al. (1996) menyatakan bahwa selain faktor genetik, penyebab kerontokan buah adalah curah hujan, angin, serangan hama dan penyakit serta defisiensi hara dan hormonal.

Perlakukan penginduktor pembungaan secara nyata meningkatkan jumlah buah yang terbentuk dibandingkan kontrol. Perlakuan strangulasi menunjukan hasil buah yang terbentuk jauh lebih banyak yaitu 128.00 buah pada 15 MSA induktor pembungaan dibandingkan dengan kontrol yaitu 19.13 buah. Perlakuan Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol juga secara nyata meningkatkan jumlah buah yaitu 77.13 buah dan 69.00 buah pada 15 MSA induktor pembungaan dibandingkan kontrol (Gambar 2). Perlakuan Prohexadion-Ca, Paclobutrazol, dan strangulasi dapat menekan pertumbuhan vegetatif pada tanaman dan meningkatkan jumlah bunga yang terbentuk. Peningkatan jumlah bunga juga akan meningkatkan hasil buah yang diperoleh. Perlakuan Prohexadion-Ca dan Paclobutrazol menghambat biosintesis giberelin pada tanaman. Adanya penghambatan biosintesis giberelin mengakibatkan kandungan karbohidrat dan rasio C/N pada daun meningkat. Karbohidrat tersebut diguanakan untuk pembentukan bunga dan buah. Pada perlakuan strangulasi, terjadinya penghambatan translokasi dari tajuk ke akar menyebabkan terjadinya peningkatan karbohidrat pada daun, sedangkan terganggunya serapan hara ditunjukan dengan turunnya kandungan N total daun sehingga rasio C/N akan meningkat. Kandungan karbohidrat yang tinggi akan menekan terjadinya gugur buah pada tanaman. Gugur pada buah dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat yang diperoleh pada setiap buah pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Rai et al. (2004) bahwa strangulasi pada tanaman manggis dapat menginduksi pembungaan berhubungan

dengan kemampuan dalam menurunkan kandungan giberelin dan miningkatkan kandungan gula serta rasio C/N pada daun. Wattimena (1987) menyatakan bahwa Paclobutrazol dapat menyebabkan pembungaan dan tentunya pembuahan yang lebih awal, lebih serempak, dan lebih banyak dengan perlakuan penyiraman Paclobutrazol ke dalam tanah di sekitar pohon mangga kultivar Arumanis.

.

Gambar 2 Perkembangan jumlah buah terbentuk pada berbagai perlakuan induktor pembungaan.

Tabel 5 Bunga pertama muncul, total bunga, fruit set, total buah pada perlakuan induktor pembungaan dan zat pemecah dormansi

Bunga Pertama

Muncul Total Fruit Set Total Buah (HSAIP) Bunga (%) Terbentuk Induksi Pembungaan Kontrol 39.00 a 41.8 c 34.46 b 19.13 c Prohexadion-Ca 17.50 c 150.9 ab 49.40 ab 80.00 ab Paclobutrazol 23.38 b 123.8 b 51.85 ab 69.00 b Strangulasi 16.50 c 180.5 a 65.42 a 128.00 a Pemecah Dormansi Kontrol 26.25 139.9 52.24 86.31 Etephon 24.75 122.6 46.28 60.75 BAP 22.17 109.3 49.46 67.88 KNO3 23.21 125.1 53.13 81.19 Interaksi tn tn tn tn

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). HSIP : Hari setelah aplikasi induktor pembungaan

0 20 40 60 80 100 120 140 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Juml ah B ua h

Minggu Setelah Aplikasi Induktor Pembungaan (MSAIP) Kontrol

Prohexadion Ca Paclobutrazol Strangulasi

23

Tabel 6 Gugur buah, jumlah buah panen, dan bobot panen pada perlakuan induktor pembungaan dan zat pemecah dormansi

Gugur Buah Jumlah Buah Bobot Penen

(%) Panen (kg) Induksi Pembungaan Kontrol 63.49 a 7.06 b 0.64 b Prohexadion-Ca 36.03 b 53.31 a 5.60 a Paclobutrazol 43.65 ab 43.69 ab 4.43 ab Strangulasi 39.07 b 78.69 a 7.46 a Pemecah Dormansi Kontrol 37.46 53.31 4.85 Etephon 42.02 38.13 4.13 BAP 45.60 40.81 4.51 KNO3 57.18 50.50 4.64 Interaksi tn tn tn

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Zat pemecah dormansi tidak berpengaruh nyata dalam mempercepat waktu munculnya bunga, meningkatkan total bunga, fruit set, meningkatkan total buah, gugur buah, jumlah buah panen, dan bobot panen. Tidak ada interaksi antara perlakuan induksi pembungaan dan zat pemecah dormansi (Tabel 5) (Tabel 6). Hal ini disebabkan karena sebelum pengaplikasian zat pemecah dormansi, sebagian tanaman telah berbunga sehingga aplikasi zat pemecah dormansi tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan waktu munculnya bunga, total bunga,

fruit set, total buah, buah panen, dan bobot buah panen. Susanto dan Poerwanto (1999) juga menyatakan bahwa perlakuan zat pemecah dormansi tidak berpengaruh terhadap waktu munculnya bunga karena tanaman mangga berbunga sebelum diaplikasikan zat pemecah dormansi.

Kandungan Karbohidrat, Nitrogen, dan Rasio C/N

Hasil analisis kandungan karbohidrat, nitrogen, dan rasio C/N menunjukan terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan penginduksi pembungaan dengan pemberian zat pemecah dormansi. Interaksi perlakuan Paclobutrazol dengan KNO3 (10.33%) menunjukkan nilai kandungan karbohidrat yang tertinggi dibandingkan interaksi antara perlakuan yang lainnya. Interaksi antara Paclobutrazol dengan BAP (9.30%) juga menunjukkan kandungan karbohidrat yang tinggi namun tidak berbeda nyata dengan interaksi antara perlakuan Paclobutrazol dengan etephon (8.69%), Paclobutrazol tanpa pemberian zat pemecah dormansi (8.59%), dan strangulasi tanpa pemberian zat pemecah dormansi (8.88%) (Tabel 7).

Perlakuan Prohexadion-Ca tanpa pemberian zat pemecah dormansi (2.28%) menunjukan kandungan nitrogen yang terendah dibandingkan kontrol (2.76 %) namun tidak berbeda nyata dengan interaksi antara Prohexadion-Ca dengan etephon (2.47%), Paclobutrazol tanpa pemberian zat pemecah dormansi (2.39 %), Paclobutrazol dengan etephon (2.52%), Strangulasi tanpa pemberian zat pemecah

dormansi (2.57%), dan pemberian etephon dan BAP tanpa perlakuan induksi pembungaan yaitu 2.56 % dan 2.57 % (Tabel 7).

Interaksi antara perlakuan Paclobutrazol dengan KNO3 (3.63 %) menunjukan rasio C/N yang lebih tinggi dibandingkan kontrol (2.37%) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan Paclobutrazol tanpa pemberian zat pemecah dormansi (3.62%), interaksi antara Paclobutrazol dan etephon (3.46%), dan strangulasi tanpa pemberian zat pemecah dormansi (3.47%) (Tabel 7).

Paclobutrazol dan Prohexadion-Ca merupakan senyawa kimia yang bersifat penghambat biosintesis giberelin. Paclobutrazol dan Prohexadion-Ca berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan vegetatif melalui penghambatan biosintesis giberelin. Adanya penghambatan biosintesis giberelin mengakibatkan kandungan karbohidrat dan rasio C/N meningkat dan akan merangsang pertumbuhan reproduksi tanaman (ICI 1986). Penghamatan biosintesis giberelin pada tanaman jeruk keprok menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif pada tanaman akan meningkatkan kandungan karbohidrat dan rasio C/N pada tajuk tanaman jeruk keprok. Hal ini disebabkan karena karbohidrat hasil dari proses fotosintesis tidak dapat dialokasikan untuk pertumbuhan vegetatif pada tanaman. Menurut Harjadi (1996) tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuk dalam suatu fase vegetatif perkembangan tanaman. Barnier et al. (1985) menyatakan bahwa rasio C/N tinggi merupakan faktor pendorong tanaman untuk berbunga.

Kandungan karbohidrat dan rasio C/N yang tinggi pada tanaman dengan perlakuan strangulasi disebabkan terhambatnya translokasi fotosintat dari tajuk ke akar sehingga terjadi penumpukan karbohidrat dibagian tajuk. Akumulasi karbohidrat daun di bagian tajuk yang diikuti dengan berkurangnya absorsi hara mineral terutama nitrogen yang akan meningkatkan rasio C/N tajuk. Terhambatnya translokasi karbohidrat ke akar mengakibatkan akar kekurangan fotosintat dan respirasi akar menurun sehingga mengakibatkan aktivitas akar dalam mengabsorsi hara, mineral, dan air terganggu. Dalam penelitian ini terhambatnya translokasi fotosintat ditunjukan oleh tingginya kandungan karbohidrat, sedangkan terganggunya serapan hara ditunjukkan oleh turunnya kandungan N total daun sehingga rasio C/N pada perlakuan strangulasi tinggi. Thamrin (2008) menyatakan bahwa perlakukan strangulasi dapat meningkatkan rasio C/N dan mendorong pembungaan pada tanaman jeruk. Yamanishi et al.

(1993) menyatakan bahwa tunas vegetatif pada tanaman yang distrangulasi akan lebih rendah dibandingkan dengan tanaman tidak distrangulasi, hal ini disebabkan karena terjadinya penghambatan translokasi dari tajuk ke akar sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan tunas vegetatif dan menyebabkan terjadi peningkatan karbohidrat pada daun. Karbohidrat pada daun akan dialokasikan untuk pembentukan bunga dan buah pada tanaman. Kandungan karbohidrat yang tinggi pada tanaman akan menekan jumlah gugur buah pada tanaman. Gugur pada buah sangat dipengaruhi oleh jumlah karbohidrat yang diperoleh oleh setiap buah. Kandungan karbohidrat yang rendah pada tanaman menyebakan terjadinya kompetisi pada buah dalam memperoleh karbohidrat.

25

Tabel 7 Pengaruh interaksi antara perlakuan induktor pembungaan dan zat pemecah dormansi terhadap kandungan karbohidrat, nitrogen, dan nisbah C/N pada daun.

Karbohidrat (%) Induktor

Pembungaan

Dokumen terkait