• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis

Kadar Air

Kadar air yang diukur pada penelitian ini berada dalam dua kondisi yang berbeda, yakni kadar air basah, yang diukur pada keadaan kayu masih segar dan kadar air kering udara yang diukur pada keadaan kayu setelah dikering udarakan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air basah berkisar antara 116,61 % sampai dengan 128,88 %, selengkapnya pada Tabel 1, dan kadar air kering udara antar 15,06 % sampai dengan 17,77%, selengkapnya pada Tabel 2. Tabel 1. Rata-rata kadar air basah batang Eucalyptus grandis (%)

UMUR Horizontal Vertikal E T L Rataan 3 P 128,74 126,27 128,88 127,96 T 123,79 126,26 123,95 124,67 U 128,86 127,01 125,72 126,36 Rataan 127,16 126,51 126,18 126,33 6 P 126,60 128,21 116,61 123,80 T 123,62 126,07 126,99 125,56 U 125,43 123,31 127,14 125,29 Rataan 125,22 125,86 123,58 124,88 9 P 123,04 125,18 117,49 121,90 T 127,35 125,04 122,91 125,10 U 127,43 123,18 125,20 125,27 Rataan 125,94 124,47 121,86 124,09 Umum 126,09 125,61 123,87 125,19

Pada Tabel 1 terlihat bahwa berdasarkan faktor kedalaman batang, nilai kadar air mempunyai nilai rata-rata yang semakin kecil dari dekat inti menuju bagian luar atau dekat kulit, yaitu pada bagian inti 126,09 % diikuti pada bagian tengah 125,61% dan bagian luar 123,87 %. Berdasarkan faktor umur, semakin

bertambah umur pohon semakin rendah KA nya, yaitu untuk umur 3 tahun 126,33 %, umur 6 tahun 124,88 % dan untuk umur 9 tahun 124,09 %. Sedangkan untuk faktor ketinggian semakin ke atas semakin tinggi KA nya, yaitu bagian pangkal 124,56 %, tengah 125,11 % dan ujung 125,64 %.

Nilai kadar air dapat mencapai lebih dari 100 %. Hal ini terjadi karena penyebut adalah berat kering tanur bukan berat total. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989) dalam bagian xylem, air umumnya berjumlah lebih daripada separuh berat total, artinya berat air dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar daripada berat bahan kayu kering.

Tabel 2. Rata-rata kadar air kering udara batang Eucalyptus grandis (%) UMUR Horizontal Vertikal E T L Rataan 3 P 16,13 16,15 16,01 16,09 T 16,18 15,46 15,38 15,67 U 17,77 17,67 16,28 16,97 Rataan 16,69 16,42 15,89 16,25 6 P 16,74 16,52 16,45 16,57 T 16,24 15,56 15,21 15,67 U 16,82 16,33 16,28 16,47 Rataan 16,60 16,14 15,98 16,24 9 P 15,47 15,06 15,29 15,27 T 16,50 16,87 16,79 16,72 U 16,63 16,70 16,53 16,62 Rataan 16,21 16,21 16,20 16,21 Umum 16,49 16,26 16,03 16,26

Hal serupa juga terdapat pada kadar air kering udara, dimana berdasarkan faktor kedalaman batang, nilai kadar air mempunyai nilai rata-rata yang semakin kecil dari dekat inti menuju bagian luar atau dekat kulit, yaitu pada bagian inti 16,49 % diikuti pada bagian tengah 16,26 % dan bagian luar 16,03 %. Berdasarkan faktor umur, semakin bertambah umur pohon semakin rendah KA

nya, yaitu untuk umur 3 tahun 16,25 %, umur 6 tahun 16,24 % dan untuk umur 9 tahun 16,21 %. Sedangkan untuk faktor ketinggian semakin ke atas semakin tinggi KA nya, yaitu bagian pangkal 15,98 %, tengah 16,02 % dan ujung 16,69%, selengkapnya pada Tabel 2 di atas.

Kayu memiliki sifat adsortif yaitu memiliki kemampuan untuk menyerap uap air dari udara sekitarnya sampai kayu mencapai keseimbangan kandungan air dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu kayu disebut sebagai suatu bahan yang higroskopis. Ketika kandungan air suatu kayu telah mencapai keseimbangan dengan lingkungan sekitarnya maka banyaknya air yang terdapat di dalam dinding sel akan menguap keluar. Keadaan seperti ini disebut sebagai kadar air kering udara. Kadar air kering udara suatu kayu tergantung pada suhu dan kelembaban udara sekitarnya.

Pada data kadar air basah dan kering udara diatas dapat dilihat bahwa kadar air pada bagian dekat empulur (inti) lebih besar dari kadar air dekat kulit (luar), hal ini terjadi karena pada bagian dalam kayu merupakan kayu juvenil atau kayu muda yang memiliki dinding sel kecil dan pori besar yang dapat menyimpan air lebih banyak dibanding dengan kayu dewasa. Hal ini sesuai dengan Haygreen dan Bowyer (1989) bahwa dinding sel kayu tipis dengan rongga besar akan lebih banyak menampung air.

Pada kadar air basah dan kering udara dapat dilihat juga bahwa kadar air batang menurun seiring bertambahnya umur tanaman, hal ini karena jumlah kayu teras banyak terdapat pada kayu yang berumur lebih tua, menurut Haygreen dan Bowyer (1989) bahwa salah satu sumber variasi perbedaan kadar air batang

dikarenakan adanya perubahan kayu gubal ke kayu teras seiring bertambahnya umur, dimana kadar air kayu gubal cenderung lebih tinggi daripada kayu teras.

Berdasarkan faktor ketinggian kadar air dalam kondisi basah dan kering udara semakin tinggi dari bagian pangkal ke ujung, hal ini dikarenakan pada bagian ujung kayu teras belum terbentuk, proporsi kayu gubal lebih besar sehingga kadar air dibagian ujung meningkat. Menurut Pandit dan Hikmat (2002) kayu teras mulai dibentuk pada riap tumbuh tertua yaitu pada riap tumbuh pertama, oleh karena itu diameter kayu teras menurun mulai dari pangkal hingga kebagian ujung pohon. Dari struktur anatominya diameter sel pori dan lumen pada pangkal lebih kecil daripada bagian ujung. Hal ini sesuai dengan Tsoumis (1991) bahwa diameter sel pori dan lumen semakin ke ujung semakin besar, ini berarti kandungan air bebas yang dapat ditampung lebih besar dibanding bagian yang lain sehingga bagian ujung lebih basah dibanding bagian pangkal.

Kerapatan Kayu

Pengamatan kerapatan kayu Eucalyptus grandis bertujuan untuk menduga kekuatan dari kayu tersebut, sehingga dapat diketahui kemungkinan pemanfaatannya secara optimal dengan mengacu kepada kelas kuat kayu yang berhubungan dengan berat jenis kayu. Dalam Haygreen dan Bowyer (1989) dikatan bahwa kerapatan kayu dianggap sama dengan berat jenis kayu, karena dalam sistem metrik 1 cm3 air beratnya tetap 1 gr.

Hasil penelitian kerapatan kayu menunjukkan bahwa nilai kerapatan kayu

Eucalyptus grandis berkisar antara 0,50 gr/cm3 sampai dengan 0,61 gr/cm3, dengan rata-rata kerapatan 0,55 gr/cm3. Lengkapnya pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata kerapatan batang Eucalyptus grandis (gr/cm3) UMUR Horizontal Vertikal E T L Rataan 3 P 0.55 0.55 0.54 0.55 T 0.55 0.53 0.55 0.54 U 0.55 0.54 0.54 0.54 Rataan 0.55 0.54 0.54 0.55 6 P 0.57 0.57 0.58 0.57 T 0.56 0.55 0.54 0.55 U 0.52 0.50 0.53 0.52 Rataan 0.55 0.54 0.55 0.55 9 P 0.53 0.54 0.58 0.55 T 0.53 0.52 0.61 0.55 U 0.52 0.56 0.58 0.55 Rataan 0.53 0.54 0.59 0.55 Umum 0.54 0.54 0.56 0.55

Kerapatan kayu Eucalyptus grandis berdasarkan faktor kedalaman

semakin ke luar kerapatannya relatif sama, untuk inti 0,54 gr/cm3, tengah 0,54 gr/cm3, dan bagian luar 0,56gr/cm3. Sedangkan untuk faktor ketinggian, semakin ke atas kerapatan semakin rendah, yaitu pangkal 0,56 gr/cm3, tengah 0,55 gr/cm3, ujung 0,54 gr/cm3.

Kerapatan berdasarkan faktor umur menunjukkan bahwa semakin bertambah umur pohon kerapatan cenderung tetap/sama. Makin bertambah umur, maka persentase kayu dewasa makin tinggi. Pada penelitian ini dengan menggunakan ketelitian dua angka di belakang koma penaikan kerapatannya tidak terlihat. Pada umur 3,6 dan 9 tahun kerapatannya adalah 0,55 gr/cm3.

Tingginya nilai kerapatan pada bagian dekat kulit (luar) menurut Haygreen dan Bowyer (1989), menyatakan kerapatan/berat jenis kayu meningkat jika kandungan air berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh pada

pengukuran kadar air, dimana kadar air semakin berkurang ke arah luar sehingga kerapatan semakin bertambah ke arah tersebut.

Berdasarkan faktor ketinggian rata-rata kerapatan kayu terbesar terdapat pada bagian pangkal kayu, hal ini dikarenakan semakin keujung bagian kayu gubal semakin besar, dimana pada bagian ujung kayu teras belum terbentuk, menurut Tsoumis (1991) kayu teras mulai terbentuk pada lingkaran tumbuh tertua dekat empulur, sesuai dengan riap tumbuh dimulai dari bagian pangkal ke atas. Haygreen dan Bowyer (1989) juga menyatakan dalam banyak species, kayu bulat pangkal cenderung untuk memiliki berat jenis / kerapatan yang lebih tinggi daripada kayu bulat yang dipotong lebih tinggi dalam batang utama.

Menurut Tsoumis (1991) bahwa variasi berat jenis/ kerapatan terjadi terutama karena perbedaan banyaknya ruang-ruang kosong pada jenis kayu. Tsoumis juga menambahkan bahwa variasi berat jenis/ kerapatan juga disebabkan oleh variasi anatomi kayu, salah satu yang membedakan adalah tipe sel (trakeid, pori,dan sel parenkim).

Dari nilai rata-rata kerapatan kayu Eucalyptus grandis yang diperoleh sebesar 0,55 kg/cm3, sehingga kelas kuat kayu Eucalyptus grandis adalah kelas kuat III. Dimana kelas kuat III adalah untuk kayu yang memiliki kerapatan antara 0,40 hingga 0,60. Berikut adalah daftar kelas kuat kayu menurut kerapatan/ berat jenisnya.

Tabel 4. Kelas kuat kayu berdasarkan BJ / kerapatan kayu

Kelas Kuat Berat Jenis/ Kerapatan Kayu

I >0,90

II 0,60-0,90

III 0,40-0,60

IV 0,30-0,40

V <0,30

Berdasarkan kelas kuat kayu yang diperoleh tersebut, kayu Eucalyptus grandis selain untuk bahan baku pulp dan kertas dapat juga digunakan sebagai bahan kontruksi ringan seperti meabel, terutama pada bagian dekat kulit dan pangkal batang yang mempunyai kerapatan yang paling tinggi.

Penyusutan Volume

Pada penelitian ini susut volume yang diukur berada dalam dua kondisi yang berbeda, yakni penyusutan volume dari kondisi basah ke kondisi kering oven dan kondisi kering udara ke kondisi kering oven. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai penyusutan volume basah berkisar antara 10,73% sampai dengan 20,40%, seperti yang dilihat pada Table 5, dan penyusutan kering udara berkisar antara 4,72% sampai dengan 10,49%, seperti yang dilihat pada Table 6.

Pada penelitian penyusutan basah berdasarkan faktor kedalaman batang, nilai penyusutan batang Eucalyptus grandis mempunyai nilai rata-rata yang semakin besar dari dekat inti menuju bagian luar atau dekat kulit, yaitu pada bagian inti 14,16 % diikuti pada bagian tengah 15,20 % dan bagian luar 15,45 %. Berdasarkan faktor umur, semakin bertambah umur penyusutan juga bertambah besar, untuk umur 3 tahun 13,88 % , umur 6 tahun 15,24 %, umur 9 tahun 15,68%, sedangkan penyusutan berdasarkan faktor ketinggian semakin ke atas semakin kecil penyusutannya, untuk bagian pangkal 15,52 %, tengah 15,05 % dan bagian ujung 14,13 %, selengkapnya pada Tabel 5 di bawah.

Tabel 5. Penyusutan basah batang Eucalyptus grandis (%) UMUR Horizontal Vertikal E T L Rataan 3 P 15,25 15,12 14,11 14,82 T 12,60 13,05 13,64 13,43 U 12,73 13,73 14,75 13,74 Rataan 13,53 13,96 14,17 13,88 6 P 15,14 19,71 16,85 17,23 T 14,04 14,92 14,05 14,34 U 13,88 15,29 13,31 14,16 Rataan 14,35 16,64 14,74 15,24 9 P 13,33 14,52 15,67 14,50 T 15,17 16,55 20,40 17,37 U 15,28 13,95 16,27 15,16 Rataan 14,59 15,00 17,45 15,68 Umum 14,16 15,20 15,45

Penyusutan terjadi jika kayu kehilangan air dibawah titik jenuh serat, yaitu kehilangan air terikat. Besarnya penyusutan terjadi sama dengan banyaknya air yang keluar, menurut Haygreen dan Bowyer (1989) besarnya penyusutan umumnya sebanding dengan banyaknya air yang dikeluarkan dari dinding sel.

Hal serupa juga terdapat pada penyusutan kering udara, dimana nilai penyusutan kering udara batang Eucayyptus grandis mempunyai nilai rata-rata yang semakin kecil dari dekat inti menuju bagian luar atau dekat kulit, yaitu pada bagian inti 6,87 % diikuti pada bagian tengah 7,28 % dan bagian luar 7,41 %, pada faktor umur penyusutan kayu semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur, yaitu untuk umur 3 tahun 6,78 %, umur 6 tahun 7,37 %, umur 9 tahun 7,38%. Sedangkan penyusutan berdasarkan faktor ketinggian semakin keatas penyusutan semakin berkurang, untuk bagian pangkal 7,25 %, tengah 7,19 % dan bagian ujung 7,11 %. Jelasnya pada Tabel 6.

Tabel 6. Penyusutan kering udara batang Eucalyptus grandis (%) UMUR Horizontal Vertikal E T L Rataan 3 P 6,57 6,96 7,19 6,88 T 6,69 6,71 6,81 6,74 U 6,82 6,72 6,66 6,73 Rataan 6,67 6,79 6,88 6,78 6 P 7,08 8,49 8,31 7,96 T 6,84 7,61 8,38 7,61 U 6,03 6,70 6,87 6,53 Rataan 6,65 7,60 7,85 7,37 9 P 7,09 6,66 6,93 6,89 T 7,37 7,08 7,17 7,21 U 7,27 8,59 8,29 8,05 Rataan 7,24 7,44 7,47 7,38 Umum 6,87 7,28 7,41 7,18

Berdasarkan faktor kedalaman (horizontal) pada penyusutan basah dan kering udara, semakin ke arah luar penyusutannya semakin tinggi, hal ini dikarenakan berkas pembuluh lebih banyak terdapat pada bagian luar. Seperti yang dikatakan Supriadi (1999) bahwa banyaknya berkas pembuluh dapat menyebabkan persentasi parenkim kayu yang mampu mengandung air menjadi lebih kecil. Hal ini yang menyebabkan pada penyusutan basah bagian dekat kulit memiliki penyusutan yang paling tinggi. Walaupun KA pada bagian dekat empulur lebih tinggi, tetapi berkas pembuluh dan pori tempat bergeraknya air lebih banyak terdapat pada bagian dekat kulit, ini juga alasan mengapa penyusutan pada bagian dekat kulit lebih besar.

Pada penyusutan volume basah maupun kering udara, untuk faktor ketinggian semakin ke ujung penyusutannya semakin menurun. Hal ini dikarenakan kerapatan atau berat jenis kayu semakin ke ujung semakin menurun, berat jenis kayu gubal lebih rendah dari kayu teras. Menurut Haygreen dan

Bowyer (1989) semakin tinggi kerapatan atau berat jenis contoh uji maka semakin banyak kecenderungannya untuk menyusut.

. Pada penyusutan basah dan kering udara, untuk faktor umur semakin

bertambah umur penyusutannya semakin tinggi, hal ini terjadi karena nilai kerapata atau berat jenis kayu semakin bertambah seiring bertambahnya umur kayu, dengan kata lain kerapatan pada kayu umur 9 tahun lebih tinggi. Jika kerapatan tinggi maka susut kayu tinggi, karena kayu dengan kerapatan tinggi air dalam dinding selnya lebih banyak. Secara toeritis air yang keluar dari dinding sel berbanding lurus dengan penyusutan.

Sifat Kimia

Zat ekstraktif memiliki arti penting dalam kayu karena dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa suatu jenis kayu. Zat ekstraktif juga dapat digunakan mengenal suatu jenis kayu. Dalam Fengel dan Wegener (1995) dikatakan bahwa ekstraktif sampel kayu dapat digunakan untuk menentukan struktur dan komponen-komponen penyusunnya.

Sebelum melakukan analisis, kita harus mengetahui kadar air kayu

Eucalyptus grandis karena merupakan hal yang sangat penting. Seperti yang diungkapkan oleh Achmadi (1990), karena kayu adalah bahan higroskopis, maka sistem kayu-air amat penting di bidang teknologi kayu, fisika kayu, dan kimia kayu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kadar air serbuk kayu

Eucalyptus grandis umur 3 tahun 20,10 %, untuk umur 6 tahun 11,11 % dan untuk umur 9 tahun 7,21 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Kelarutan Dalam Air Dingin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif kayu

Eucalyptus grandis dalam air dingin berkisar antara 1,47% sampai dengan 18,43% dengan rata-rata 8,14 % seperti yang terlihat pada Tabel 7. Untuk lebih jelasnya nilai kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin disajikan dalam Lampiran2. Tabel 7. Kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin

Umur Pohon

Ketinggian ( Vertikal )

Rata-Rata

Pangkal Tengah Ujung

3 4,07 5,00 1,47 3,51

6 12,10 11,53 1,27 8,30

9 18,43 16,00 3,43 12,62

Rata-Rata 11,53 10,84 2,07 8,14

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin berdasarkan faktor ketinggian (vertikal), semakin kearah ujung maka kelarutannya semakin kecil, pada bagian pangkal sebesar 11,53 %, pada bagian tengah 10,84 % dan pada bagian ujung 2,07 %. Sedangkan pada faktor umur, semakin bertambah umur kelarutan ekstraktifnya juga semakin bertambah, untuk umur 3 tahun memiliki kelarutan zat ekstraktif 3,51 %, umur 6 tahun 8,30% dan pada umur 9 tahun 12,64 %.

Hasil analisis sidik ragam pada kelarutan zat ekstraktif dalam air dingin menunjukkan bahwa faktor umur dan faktor ketinggian memberikan pengaruh nyata, begitu juga dengan interaksi antara keduanya. Berdasarkan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) untuk faktor antar umur berbeda nyata. Hal ini semakin menguatkan bahwa perbedaan umur kayu kandungan zat ekstraktifnya juga beda. Kandungan zat ekstraktif kayu ekaliptus antar umur 3, 6, dan 9 tahun semuanya berbeda. Selanjutnya UJGD untuk faktor ketinggian sama seperti pada faktor umur, faktor ketinggian antara pangkal, tengah dan ujung juga beda nyata.

Kelarutan dalam air dingin mempunyai rataan kandungan zat ekstraktif yang paling kecil. Ini terjadi karena kelarutan serbuk kayu dalam air dingin sangat kecil. Menurut Fengel dan Wegener (1995) komponen utama bagian dari kayu yang dapat larut dalam air terdiri atas karbohidrat, protein dan garam-garam anorganik. Sedangkan komponen penyusun kayu lainnya susah atau tidak dapat larut dalam air dingin, hal ini dapat dilihat pada saat penelitian. Ketika serbuk kayu dimasukkan kedalam air, serbuk kayu susah menyatu, serbuk kayu berada di permukaan air, bahkan menempel pada gelas erlenmeyer. Tetapi lama-kelamaan serbuk kayu tersebut akan larut juga kedalam air.

Kelarutan Dalam Air Panas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif kayu

Eucalyptus grandis dalam air panas berkisar antara 3,93 % sampai dengan 14,83% dengan rata-rata 8,97 % seperti yang terlihat pada Tabel 10. Untuk lebih jelasnya nilai kelarutan zat ekstraktif dalam air panas disajikan dalam Lampiran 4.

Tabel 8. Kelarutan zat ekstraktif dalam air panas. Umur

Pohon

Ketinggian ( Vertikal )

Rata-Rata

Pangkal Tengah Ujung

3 8,00 5,07 3,93 5,67

6 9,53 11,60 6,90 9,34

9 14,83 12,23 8,67 11,91

Rata-Rata 10,79 9,63 6,50 8,97

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif dalam air panas berdasarkan faktor ketinggian (vertikal), semakin kearah ujung kelarutannya semakin kecil, pada bagian pangkal sebesar 10,79 %, pada bagian tengah 9,63 % dan pada bagian ujung 6,50 %. Sedangkan pada faktor umur,

semakin bertambah umur kelarutan ekstraktifnya juga semakin bertambah, untuk umur 3 tahun memiliki kelarutan zat ekstraktif 5,67 %, umur 6 tahun 9,34% dan pada umur 9 tahun 11,91 %.

Hasil analisis sidik ragam pada kelarutan zat ekstraktif dalam air panas menunjukkan bahwa faktor umur dan faktor ketinggian memberikan pengaruh nyata, begitu juga dengan interaksi antara keduanya. Berdasarkan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) untuk faktor umur maupun faktor ketinggian memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelarutan zat ekstraktif dalam air panas.

Rata-rata kelarutan zat ekstraktif pada air panas lebih tinggi dari kelarutan pada air dingin. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan suhu air pada saat ekstraksi dapat merubah hasil kelarutan. Dengan adanya pemanasan maka proses ekstraksi yang terjadipun akan lebih cepat dan zat ekstraktif yang ada dalam kayu akan terlarut lebih banyak.

Kelarutan Dalam Alkohol 96 %

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif kayu

Eucalyptus grandis dalam Alkohol 96 % berkisar antara 3,73 % sampai dengan 18,27% dengan rata-rata 10,36 % seperti yang terlihat pada Tabel 13. Untuk lebih jelasnya nilai kelarutan zat ekstraktif dalam air panas disajikan dalam Lampiran 6. Tabel 9. Kelarutan zat ekstraktif dalam Alkohol 96 %.

Umur Pohon

Ketinggian ( Vertikal )

Rata-Rata

Pangkal Tengah Ujung

3 7,73 5,93 3,73 5,79

6 14,70 11,50 7,40 11,20

9l 18,27 14,93 9,10 14,10

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif dalam air panas berdasarkan faktor ketinggian (vertikal), semakin kearah ujung maka kelarutannya semakin kecil, pada bagian pangkal sebesar 13,57 %, pada bagian tengah 10,79 % dan pada bagian ujung 6,74 %. Sedangkan pada faktor umur, semakin bertambah umur kelarutan ekstraktifnya juga semakin bertambah, untuk umur 3 tahun memiliki kelarutan zat ekstraktif 5,79 %, umur 6 tahun 11,20% dan pada umur 9 tahun 14,10 %.

Hasil analisis sidik ragam pada kelarutan zat ekstraktif dalam alkohol 96% menunjukkan bahwa faktor umur dan faktor ketinggian memberikan pengaruh nyata, begitu juga dengan interaksi antara keduanya. Berdasarkan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) baik faktor umur maupun faktor ketinggian memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelarutan zat ekstraktif dalam alkohol 96 %.

Kelarutan zat ekstraktif dengan pelarut alkohol adalah pelarut yang memiliki nilai kelarutan ekstraktif paling tinggi setelah pelarut NaOH. Hal ini diduga karena pelarut alkohol yang digunakan sesuai dengan komponen kayu yang akan diekstrak. Menurut Achmadi (1990), ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah zat ekstraktif yang didapat dari proses ekstraksi, karena dalam penentuan kandungan ekstraktif tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu jenis kayu, jenis pelarut dan proses ekstraksi.

Kelarutan Dalam NaOH 1 %

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif kayu

16,00% dengan rata-rata 12,37 % seperti yang terlihat pada Tabel 16. Untuk lebih jelasnya nilai kelarutan zat ekstraktif dalam air panas disajikan dalam Lampiran 8. Tabel 10. Kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1 %.

Umur Pohon

Ketinggian ( Vertikal )

Rata-Rata

Pangkal Tengah Ujung

3 13,87 4,80 6,00 8,22

6 16,00 15,37 11,43 14,27

9l 14,97 15,07 13,83 14,62

Rata-Rata 14,95 11,75 10,42 12,37

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelarutan zat ekstraktif dalam air panas berdasarkan faktor ketinggian (vertikal), semakin kearah ujung maka kelarutannya semakin kecil, pada bagian pangkal sebesar 14,95 %, pada bagian tengah 11,75 % dan pada bagian ujung 10,42 %. Sedangkan pada faktor umur, semakin bertambah umur kelarutan ekstraktifnya juga semakin bertambah, untuk umur 3 tahun memiliki kelarutan zat ekstraktif 8,22 %, umur 6 tahun 14,27% dan pada umur 9 tahun 14,62 %.

Hasil analisis sidik ragam pada kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1% menunjukkan bahwa faktor umur dan faktor ketinggian memberikan pengaruh nyata, begitu juga dengan interaksi antara keduanya. Berdasarkan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) baik faktor umur maupun faktor ketinggian memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelarutan zat ekstraktif dalam NaOH 1 %.

Kelarutan zat ekstraktif dengan pelarut NaOH 1% adalah yang paling tinggi dari semua jenis pelarut yang digunakan, hal ini diduga karena selain kesesuaian dari bahan pelarut yang digunakan dengan kayu yang diekstrak, dalam prosesnya juga menggunakan faktor suhu. Pengekstratan dilakukan dengan air mendidih selama 1 jam. Selain itu besarnya kelarutan ekstraktif juga diduga

karena pada proses penyaringan serbuk kayu dibilas dengan asam asetat dan

aqudes panas berulangkali.

Secara umum dapat dilihat bahwa serbuk kayu Eucalyptus grandis pada umur 3 tahun memiliki kelarutan yang paling rendah dari setiap pengujian yang dilakukan dan kayu umur 9 tahun memiliki kelarutan yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa umur pohon yang semakin tua memiliki kandungan zat ekstraktif yang semakin tinggi. Hal ini terjadi karena pada kayu umur 3 tahun persentase jumlah dari kayu gubal lebih banyak dari kayu teras, sedangkan pada kayu umur 9 tahun kebalikannya, jumlah kayu teras lebih banyak dari kayu gubal. Kita ketahui bahwa kelarutan ekstraktif pada kayu teras lebih tinggi dari kayu gubal, ini dapat dilihat dari warna kayu teras yang lebih gelap dari kayu gubal. Menurut Simatupang (1988), bahwa adanya beberapa kandungan zat ekstraktif menjadi penyebab gelapnya warna kayu.

Secara umum juga dapat dilihat pada faktor ketinggian (vertikal) bahwa

serbuk kayu Eucalyptus grandis pada bagian pangkal memiliki kelarutan

ekstraktif yang lebih tinggi dibanding dengan bagian tengah dan ujung batang. Hal ini terjadi karena pada bagian ujung kayu teras belum terbentuk, proporsi kayu gubal lebih besar. Menurut Pandit dan Hikmat (2002) kayu teras mulai terbentuk pada riap tumbuh tertua yaitu pada riap tumbuh pertama. Oleh karena itu diameter kayu teras menurun dimulai dari pangkal hingga kebagian ujung pohon.

Menurut penelitian Harpenas (2007) pada umur 3, 6 dan 9 tahun belum terbentuk kayu dewasa, pemanjangan serat masih terus terjadi, yang merupakan ciri dari kayu juvenil, tetapi pada bagian pangkal memiliki kandungan yang

terbesar dikarenakan pada bagian tersebut berada dekat akar dan bagian lain (tengah dan ujung) jauh dari akar, dimana akar itu sendiri mempunyai fungsi sebagai penyimpan makanan, penopang batang atau menyalurkan sari-sari makanan, sehingga kandungan ekstraktif berakumulasi pada bagian pangal.

Dokumen terkait