• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kegiatan Balai TN Karimunjawa

Gambaran umum Kegiatan Balai TN Karimunjawa

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa dikelola oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No: P.07/MenLHK/setjen/OTL.1/1/2016 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis taman nasional. Balai Taman Nasional Karimunjawa ini termasuk dalam kategori Balai Taman Nasional tipe B dengan sususan organisasi seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi Taman Nasional Karimunjawa. Sumber: Balai Taman Nasional Karimunjawa

Balai Taman Nasional Tipe B ini mencakup wilayah kerja yang terdiri dari 2 wilayah pengelolaan sedangkan wilayah kerja Balai Taman Nasional Tipe A terdiri dari tiga wilayah pengelolaan. Wilayah kerja dari Balai Taman Nasional Karimunjawa adalah Wilayah 1 Karimunjawa yang mencakup daratan dan perairan di sekitar Pulau Nyamuk dan Wilayah 2 Kemujan yang mencakup daratan dan perairan di sekitar pulau Parang (Gambar 4).

Pejabat tertinggi yang bertanggung jawab atas pengelolaan taman nasional ini adalah Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa; tanggungjawabnya mencakup segala macam yang terjadi di Taman Nasional Karimunjawa dan pengelolaan dari kegiatan yang dilakukan oleh Taman Nasional. Perangkat organisasi yang langsung berada di bawah Kepala Balai adalah Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Wilayah Karimunjawa, dan Seksi Pengelolaan Wilayah Kemujan.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertugas mengurus pekerjaan terkait administrasi persuratan, ketatalaksaanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan dan rumah tangga, penyusunan perencanaan dan kerjasama, pengumpulan dan analisis data, pemantauan, pelaporan serta kehumasan. Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah memiliki tugas

melaksanakan kegiatan inventarisasi potensi, penataan dan pengelolaan kawasan, perlindungan dan pengamanan, pengendalian kebakaran hutan, evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem, penutupan kawasan, pengendalian dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk kepentingan non komersial, pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan, penyuluhan, bina cinta alam dan pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.

Selain perangkat dalam bentuk unit kerja administrasi, Balai Taman Nasional Karimunjawa dilengkapi dengan perangkat berupa beberapa petugas yang disebut kelompok jabatan fungsional berdasarkan pasal 29 Permen LHK no p.07 tentang tata kerja unit pelaksana teknis taman nasional. Satu kelompok para petugas fungsional ini dipimpin oleh seorang ketua yang telah ditentukan oleh kepala balai. Di balai ini ada 3 Kelompok Jabatan Fungsional yang berbeda tugasnya, yaitu Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan, dan Penyuluh Kehutanan. Salah satu fungsi dari setiap kelompok jabatan fungsional adalah menjaga kelestarian sumberdaya perairan, namun kelompok yang bertugas menjaga dan mengawasi semua kegiatan perairan, termasuk perikanan, di Taman Nasional Karimunjawa adalah Kelompok Jabatan Fungsional yaitu Polisi Kehutanan. Wilayah kerja Kelompok Jabatan Fungsional Polisi Hutan di TN Karimunjawa ini dibagi menjadi 4 kawasan yang disebut resort. Keempat wilayah tersebut adalah Resort Karimunjawa, Resort Kemujan, Resort Parang, dan Resort Nyamuk. Selama pengumpulan data, peneliti sempat mendatangani Resort Karimunjawa dan Resort Kemujan. Dua kelompok jabatan fungsional lainnya (yaitu Pengendali Ekosistem Hutan dan Penyuluh Kehutanan) hanya berfokus pada pengelolaan hutan.

Balai Taman Nasional Karimunjawa bekerja sama dengan instansi-instansi lain dalam melakukan pengelolaan kawasan TN Karimunjawa. dalam kerjasamanya instansi di luar Balai TN Karimunjawa harus berkoordinasi dan bersinkronisasi dalam melakukan kegiatan pengelolaan kawasan TN Karimunjawa. batasan setiap lembaga dalam melakukan kegiatan pengelolaan sesuai pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No: P.07/MenLHK/setjen/OTL.1/1/2016 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis taman nasional. Instansi-instansi yang bekerjasama dengan Balai TN Karimunjawa dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dari KKP dan Polisi Republik Indonesia, untuk lembaga yang bertugas di daerah Karimunjawa ada lembaga PSDKP, PPP Karimunjawa, dan Polisi perairan. Kerjasama lembaga pengawasan di TN Karimunjawa memiliki unsur-unsur pengawasan yang berbeda-beda. Dari daerah pengawasan hingga jumlah anggota yang bertugas di TN Karimunjawa (Tabel 4).

Setiap lembaga pengawasan di TN Karimunjawa memiliki masing-masing Tugas pokok yang dasarnya dari lembaga tersebut tujuannya untuk mengefektifkan kegiatan pengawasan di TN Karimunjawa (Tabel 5).

Tabel 4. Unsur-unsur pengawasan setiap lembaga pengawas

Unsur Lembaga

Polisi Kehutanan Polisi perairan

PSDKP PPP Karimunjawa

Daerah tugas Kawasan TN Karimunjawa Perairan Karimunjawa Perairan Karimunjawa Perairan Sekitar Pelabuhan Jumlah Anggota

10 anggota 3 anggota 1 anggota 10 anggota

Luasan Daerah Pengawasan 111.625 ha > 111.625 Ha > 111.625 Ha < 111.625 Ha

Kapal 2 kapal 1 kapal 1 kapal 1 kapal

Kantor 4 kantor 1 kantor 1 kantor 1 kantor

Bentuk kerjasama

Patroli Gabungan Patroli Gabungan Patroli Gabungan Patroli Gabungan Kelompok Masyarakat Masyarakat Mitra Polhut - Pokmasawas Pokmaswas

Tabel 5. Tugas pokok lembaga pengawasan

Lembaga Tugas Pokok

Polisi Kehutanan

1) Melaksanakan perlindungan dan pengamanan hutan dan perairan, kawasan hutan dan perairan, hasil sumberdaya hutan, tumbuhan dan satwa

2) Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan dan perairan , tumbuhan dan satwa liar, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan dan perairan

PSDKP 1) Terwujudnya kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan

2) Terlindunginya sumberdaya kelautan dan peri- kanan dari kegiatan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing dan kegiatan yang merusak sum- ber daya kelautan dan perikananf 3) Terlaksananya tata kelola pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan yang efektif

PPP Karimunjawa 1. Pelaksaan kebijakan teknis operasional tata pengusahaan, tata pelayanan dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan pantai 2. Pemantauan evaluasi dan pelaporan kegiatan pelabuhan

perikanan pantai

3. Pengelolaan ketatausahaan

4. Pelaksana tugas lain yang di berikan oleh kepala dinas seusai tugas dan fungsinya

POLAIR 1. Membina dan menyelenggarakan fungsi Kepolisian Perairan tingkat Pusat dalam rangka melayani, melindungi, mengayomi, serta memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dan penegakan hukum di wilayah perairan Indonesia.

2. Menjamin keamanan dan ketertiban di wilayah perairan. 3. Memelihara ketertiban masyarakat serta memberikan pelayanan

kepastian hukum

4.Mendorong perangkat masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam mewujudkan kehidupan masyarakat Yang sejahtera 5. Memberikan bantuan terhadap korban bencana alam (SAR). 6. Membantu keselamatan pelayaran dan meningkatkan kerjasama

Lembaga-lembaga ini memiliki tugas masing-masing dalam melaksanakan kegiatan pengawasan perikanan. Lembaga-lembaga ini memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan perikanan di TN Karimunjawa. Lembaga ini akan menjalin koordinasi antara lembaga pengawasan termasuk Balai Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa dalam melakukan kegiatan pengawasan perikanan juga ikut melibatkan masyarakat sebagai aspek penting dalam pengelolaan Taman Nasional. Untuk melibatkan masyarakat membentuk kelompok masyarakat untuk membantu kegiatan pengawasan di TN Karimunjawa yaitu Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Kelompok masyarakat ini terdiri dari masyarakat asli Karimunjawa yang tinggal di TN Karimunjawa. Kelompok masyarakat ini sering ikut berkontribusi dalam pengawsan kegiatan perikanan di TN Karimunjawa

Lembaga pengawasan di TN Karimunjawa dalam melakukan kegiatan pengawasan biasanya semua lembaga pengawasan melakukan yaitu patroli rutin selain melakukan patroli rutin beberapa lembaga melakukan kegiatan yaitu pengecekan pada jalur darat. Cakupan daerah patroli di kawasan TN Karimunjawa ini berbeda setiap lembaga. Secara sarana dan prasarana Lembaga pengawasan kegiatan perikanan dalam kebutuhan saranan dan prasarananya kurang lebih sama tidak ada yang berbeda utamanya memiliki kapal pengawasan dan kantor pengawas. Untuk objek yang diawasi atau hal yang paling penting untuk diawasai pada Polhut, untuk kegiatan pengawasan perikanannya yaitu adalah penangkapan pada zona inti, penangkapan dengan alat tangkap ramah lingkungan, dan penangkapan hewan atau biota air yang di lindungi. Untuk lembaga lain objek yang diawasi lebih luas seperti penangkapan dengan alat tangkap, perizinan dokumen, dan lain-lain sesuai peraturan yang di pakai oleh lembaga tersebut. Cara melakukan kegiatan setiap lembaga pengawasan pada umumnya sama umumnya dalam bentuk patroli air (Tabel 6).

Tabel 6. Gambaran kelengkapan unsur patroli pengawasan

Unsur Patroli Lembaga pengawasan

POLHUT PSDKP PPP POLAIR

Jenis Patroli Patroli laut dan darat

Patroli laut Patroli Laut Patroli laut Cakupan daerah patroli Hanya perairan Kawasan TN Karimunjawa Seluruh perairan Jawa Tengah perairan sekitar pelabuhan Seluruh perairan Jawa Tengah Sarana prasarana Kantor dan Kapal pengawas

Kantor dan kapal pengawas

Kantor saja Kantor dan kapal pengawas Fokus

Pengawasan

Berfokus pada pengawasan zona inti, biota dilindungi dan alat tangkap tidak ramah lingkungan Alat tangkap, dokumen, dan

semua hal yang disebutkan di undang-undang perikanan

Alat tangkap, dokumen, dan semua hal yang disebutkan di undang-undang perikanan Alat tangkap, penggunaan bom, dokumen, dan individu yang membuat kerusakan sumberdaya Kerjasama Patroli rutin Patroli rutin Patroli rutin Patroli rutin

Berdasarkan tabel diatas bisa kita lihat setiap lembaga memiliki aturan patroli yang berbeda-beda sesuai dengan ruang lingkup lembaganya mereka sendiri. Tetapi setiap lembaga juga sejatinya harus melakukan patroli rutin agar kegiatan pengawasan setiap lembaga pengawsan dapat dilaksanakan dengan baik. Lembaga pengawasan di Kawasan TN Karimunjawa selain melakukan patroli perlembaga sendiri mereka juga melakukan patroli bersama. Dengan tujuan menjalin kerjasama antar lembaga dalam melakukan pengawasan kegiatan perikanan. Dengan patroli bersama ini di nilai setiap lembaga akan memperlancar komunikasi antar lembaga dalam kegiatan pengawasan ini.

Dalam menjalankan pengelolaan kawasan Taman Nasonal Karimunjawa, dukungan dan kerjasama para pihak mutlak dibutuhkan mengingat keterbatasan kapasitas yang masih dimiliki oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai pengelola. Balai Taman Nasional Karimunjawa menjalin kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat yaitu Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP).

WCS-IP merupakan mitra Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kesepakatan kerjasama ini tertuang dalam memorandum antara Kementrian Kehutanan RI dengan The Wildlife conservation Society tentang Program kerjasama untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi di Indonesia pada tanggal 1 April 2015. Ruang lingkung kerjasama tersebut adalah:

1) Melaksanakan upaya konservasi kehidupan liar

2) Memperkuat upaya pengelolaan ekosistem penting di Taman Nasional Karimunjawa.

3) Mendukung upaya pemanfaatan kawasan Taman Nasional Secara berkelanjutan.

4) Peningkatan kapasitas pengelola dan masyarakat di Taman Nasional Karimunjawa.

Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Semua lembaga pengawasan umumnya melakukan kegiatan pengawasan di perairan Kepulauan Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa ini memiliki beberapa zonasi ( Gambar 4) yang berdasarkan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA no. 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa. Karimunjawa Taman nasional secara geografis terletak pada koordinat 5’40’39”-5’55’00” LS dan 110’05’57”-110’31’15” BT. Total luas Taman Nasional Karimunjawa yaitu adalah 111.625 hektar. Luas Perairan pada kawasan TN Karimunjawa ini adalah 110.117,30 hekta. Dalam perkembangannya kawasan ini ditetapkan kawasan pelestarian alam (KPA) berdasarkan Surat Keputusan Menhut No.74/Ktps-II/2001 tanggal 15 Maret 2001. Saat ini Taman Nasional Karimunjawa terbagi menjadi sembilan zonasi (Tabel 7).

Sumber : Balai TN Karimunjawa Gambar 4. Peta zonasi Taman Nasional Karimunjawa.

Tabel 7. Tabel pembagian zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Kawasan TN Karimunjawa dibagi menjadi 9 zonasi yaitu: zona inti, zona perlindungan bahari, zona rimba, zona pemanfaatan darat, zona pemanfaatan bahari, zona budidaya bahari, zona religi, zona rehabilitasi dan zona perikanan tradisional. Masing-masing zona ini memiliki fungsi yang berbeda setiap zonasi. Berikut fungsi setiap zonasi Menurut:

1) Zona inti adalah zona yang mutlak harus dilindungi berfungsi untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liat untuk kepentinfan enelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budaya, kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan perlindungan dan

Zona Luas (Ha) Lokasi

Zona inti 444,629 Sebagian perairan pulau Kumbang, Taka

Menyawakan, Taka Malang dan Tanjung Bomang Zona rimba 1.451,767 Hutan Hujan Tropis dataran rendah di pulau

Karimunjawa dan Hutan Mangrove di Pulau Kemujan

Zona perlindungan Bahari

2.599,770 Perairan Pulau Sintok, Gosong Tengah, Pulau Bengkoang bagian utara, Pulau Cemara Besar bagian selatan, Pulau Cemara Kecil Bagian utara, Pulau Geleang, Pulau burung, Perairan Selatan Pulau Menjangan Kecil, Timur Pulau Nyamuk, perairan karang kapal, Karang besi bagian selatan, Krakal Besar bagian utara, Gosong Kumbang, Pulau Kembar dan Gosong Selikur

Zona pemanfaatan Darat

55,933 Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, areal Legon Lele, Areal Tracking mangrove, areal Nyamplung ragas

Zona pemanfaatan Bahari

2.733,735 Perairan Pulau Menjangan Besar, Perairan Pulau Menjangan Kecil, Perairan Pulau Menyawakan, Perairan Pulau Menjangan Kecil, Perairan Pulau Menyawakan, Perairan pulau kembar, Perairan Pulau Tengah, Perairan sebelah Timur Pulau Kumbvag, Perairan Pulau bengkoang bagian Selatan,Indonor dan Perairan Pulau Cemara kecil bagian utara, perairan pulau Katang, Perairan Krakal Besar Bagian Selatan, Perairan Krakal Kecil, Perairan Pulau Clik. Zona Budidaya

Bahari

1.370,729 Perairan Pulau Karimunjawa, Perairan Pulau Kemujan, Perairan Pulau Menjangan Besar, Perairan Pulau Parang dan Perairan Pulau nyamunk, perairan pulau karang besi bagian utara

Zona Religi, Budidaya, dan Sejarah

0,859 Areal makam sunan Nyamplungan di Pulau Karimunjawa

Zona Rehabilitasi 68,329 Perairan sebelah Timur Pulau Parang, perairan sebelah timur Pulau Nyamuk, perairan sebelah barat Pulau Kemujan dan Perairan sebelah barat pulau karimunjawa

Zona Perikanan Tradisional

102.899,249 Seluruh Perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa

pengamanan, inventarisasi dan monitoring sumberdaya, pendidikan, penelitian dan atau penunjang budidaya, masyarakat akan mejangan dan mematuhi zona inti dan tidak memasuki kawasan zona inti dan memanfaatkan sumberdaua uang ada di dalam zona inti.

2) Zona Rimba dan Zona perlindungan bahari adalah zona yang di peruntukan bagi kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas , habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti. kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, pengembangan penelitian, pendidikan, wisata akan terbatas, pemanfaatan jasa lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya, pembinaan habitat dan populasi dalam rangka peningkatan keberadaan populasi hidupan liar, pembangunan saranan dan prasaranan sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan wisata alam terbatas.

3) Zona Pemanfaatan Darat dan Zona Pemanfaatan Bahari adalah zona yang dikembangkan untuk kepentingan kegiatan wisata alam baik bahari maupun wisata alam lainnya, rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan, inventarisasi, monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnnya, penelitian dan pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya, pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam, pembinaan habitat dan populasi, pengusaan pariwisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan.

4) Zona Budidaya Bahari adalah zona yang diperuntukan mendukung kepentingan budidaya perikanan seperti budidaya rumput laut, karamba jaring apung dan sebagainya oleh masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek konservasi. Kegiatan yang diperbolehkan adalah budidaya rumputlaut, karamba jaring apung dan sebagainya.

5) Zona religi, Budaya, dan sejarah adalah zona yang diperuntukan untuk melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah arkeologi, dan religius. Kegiatan yang di perbolehkan adalah kegiatan perlinungan dan pengamanan, pemanfaatan wisata alam, penelitian, pendidikan dan religi, penyelenggaraan upacara keagamaan, pemeliharaan situs budaya dan sejarah serta keberlangsungan upacara ritual keagamaan yang ada. 6) Zona Rehabilitas adalah zona yang diperuntukan untuk kepentingan

pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan kurang lebih 75%. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan rehabilitasi guna pemulihan ekosistem di zona ini dan kegiatan monitoring hasil pelaksanaan rehabilitasi, kegiatan pendidikan, penelitian, pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya, pembinaan habitat dan populasi

7) Zona Perikanan Tradisional: Zona yang diperuntukan untuk kepentingan pemanfaatan perikanan yang sudah berlangsung turun

temurun oleh masyarakat setempat secara lestari dengan menggunakan srana prasarana penangkapan yang ramah lingkungan. Kegiatan yang di perbolehkan adalah perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan monitoring potensi jenis yang dimanfaatkan masyarakat, pembinaan habitat dan populasi, penelitian dan pengembangan, aktivitas pemanfaatan perikanan menggunakan sarana prasarana penangkapan yang ramah lingkungan.

Kegiatan pengawasan perikanan lembaga Polisi Kehutanan dan PSDKP berfokus pada pengawasan di zona inti, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan bahari dan zona perikanan tradisional, karena zona tersebut memiliki potensi terjadinya kegiatan dilakukan oleh nelayan. Daerah zona inti tidak boleh ada kegiatan apapun. Zona inti adalah zona khusus untuk rehabilitasi sumberdaya laut di TN Karimunjawa ini mulai dari terumbu karang hingga ikan-ikan yang ada di perairan Karimunjawa. Menurut nelayan zona inti ini banyak sekali ikan kecil dan memang zona ini tidak layak untuk melaksanakan kegiatan perikanan. zona inti ditentukan melalui pertimbangan-pertimbangan mulai dari jenis ikan yang hidup disana sampai kondisi terumbu karang di daerah zona inti tersebut. Zona inti ini oleh warga sekitar sering disebut sebagai tempat berkembangbiak ikan atau tempat ikan itu tumbuh. Oleh karena itu, pada zona inti ini penting untuk dilakukan pengawasan secara intensif. Sebagian besar kegiatan perikanan di TN Karimunjawa ini terjadi di zona pemanfaatan tradisional yang dimana zona ini memang fungsinya untuk kepentingan pemanfaatan perikanan.

Pelaksanaan kegiatan pengawasan oleh lembaga pengawasan harus dilakukan dengan efektif dan efisien. Secara struktur organisasi Balai TN memiliki struktur yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No: P.07/MenLHK/setjen/OTL.1/1 2016. TN Karimunjawa pada peraturan ini dibagi menjadi dua seksi pengelolaan wilayah yaitu SPTN Karimunjawa dan Kemujan. Pembagian dua seksi pengelolaan wilayah ini dinilai dapat meningkatkan keefisienan pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa yang luas, agak sulit jika dikelola oleh satu seksi pengelolaan. Kedua daerah pengelolaan yaitu SPTN I Karimunjawa dan SPTN II Kemujan Masing-masing lembaga pengawasan yang berpusat di dua daerah tersebut. Polisi Kehutanan yang berpusat di semua SPTN Karimunjawa dan Kemujan. Lembaga pengawasan lain yaitu PSDKP, Polisi air, dan PPP Karimunjawa hanya SPTN Karimunjawa. Tidak meratanya penempatan lembaga pengawasan ini akan berdampak terhadap tingkat keamanan di wilayah seksi pengelolaan tersebut. Seksi Pengelolaan TN Karimunjawa sebagian besar lembaga pengawasan bertempat di wilayah itu sedangkan di SPTN Kemujan hanya satu lembaga pengawasan yaitu Polisi kehutanan. Hal ini akan sangat berpotensi terhadap keamanan di wilayah SPTN Kemujan, wilayah tersebut dapat berpotensi besar terjadinya pelanggaran karena lembaga pengawasan yang ada di daerah itu hanya Polhut saja.

Wilayah SPTN Karimunjawa dan Kemujan memiliki 4 pulau berpenduduk yaitu Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Nyamuk. Setiap SPTN mengelola masing-masing 2 pulau berpenduduk. SPTN

Karimunjawa mengelola pulau Karimunjawa dan Nyamuk sedangkan SPTN Kemujan mengelola pulau kemujan dan Parang. Pulau Parang dan Nyamuk memiliki jarak yang jauh dari pulau utama kedua SPTN tersebut, hal ini akan menyebabkan daerah perairan pulau tersebut dapat berpotensi terjadinya pelanggaran karena jarak yang cukup jauh dari pulau Karimunjawa atau Kemujan. Pulau yang memiliki potensi paling besar terjadinya pelanggaran adalah pulau Parang hal ini terjadi karena lokasi pulau parang yang berada di wilayah SPTN Kemujan dan jarak dari pulau Kemujan ke pulau Parang. Karena jarak yang jauh dari pulau Kemujan dapat menyebabkan daerah peraian pulau parang kurang pengawasan oleh lembaga pengawas. Selain kurangnya pengawasan oleh pengawas jarak yang jauh juga dapat berdampak terhadap respon pengawas terhadap pelanggaran yang terjadi di daerah pulau Parang tersebut.

Hal ini dikarenakan Taman Nasional Karimunjawa memiliki wilayah yang sangat luas berdasarkan data statistik Balai TN Karimunjawa luas wilayah TN Karimunjawa hingga 111.625,00 hektar. Dengan luasan seperti itu lembaga pengawasan mempunyai kendala dalam Sumberdaya Manusia, karena SDM setiap lembaga tidak terlalu mencukupi untuk melakukan pengawasan di wilayah seluas itu. Keterbatasan SDM ini akan sangat berdampak terhadap efektifnya kegiatan pengawasan karena dapat menyebabkan pengawasan tidak maksimal karena dengan sumberdaya manusia yang sedikit dapat menyebabkan pengawas kewalahan dan dapat berpotensi terjadi kecurangan ketika dilakukan pemeriksaan. Menurut Atmaja dan Mustamu (2013) suatu organisasi akan lebih mudah mencapai tujuan apabila mereka bisa menentukan kompetensi individu atau SDM yang tepat untuk menduduki suatu pekerjaan sehingga bisa memaksimalkan kinerja organisasi. Luasnya wilayah perairan Karimunjawa dapat berdampak terhadap kecepatan respon pengawas terhadap laporan dari masyarakat. Jika laporan pelanggaran dari masyarakat berada di Pulau Kemujan sedangkan kantor petugas terdekat di Pulau Karimunjawa hal ini dapat menyebabkan pelanggar tersebut melarikan diri sebelum pengawas sampai di koordinat pelaporan. Hal ini karena dalam perjalanan dari pulau Karimunjawa ke pulau Kemujan memerlukan waktu yang sangat lama. Untuk mengurangi terjadinya kejadian seperti ini baiknya di lakukan penambahan SDM di setiap pulau di perairan Karimunjawa agar respon terhadap pelaporan bisa lebih cepat dan mengurangi kemungkinan kaburnya pelaku sebelum

Dokumen terkait