• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGAWASAN KEGIATAN PERIKANAN TANGKAP DI DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, PROVINSI JAWA TENGAH MUHAMMAD RIZKY HALAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGAWASAN KEGIATAN PERIKANAN TANGKAP DI DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, PROVINSI JAWA TENGAH MUHAMMAD RIZKY HALAWI"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGAWASAN KEGIATAN PERIKANAN

TANGKAP DI DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA, PROVINSI JAWA TENGAH

MUHAMMAD RIZKY HALAWI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2018

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN Hak

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Strategi Pengawasan Kegiatan Perikanan Tangkap di Dalam Kawasan Taman Nasional Karimunjawa, provinsi Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2018

Muhammad Rizky Halawi

(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD RIZKY HALAWI. Strategi Pengawasan Kegiatan Perikanan Tangkap di Dalam Kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Dibimbing oleh M FEDI ALFIADI SONDITA dan FIS PURWANGKA.

Taman Nasional (TN) Karimunjawa adalah kawasan pelestarian alam di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan TN Karimunjawa dikelola oleh Balai TN Karimunjawa. Pengelolaan Balai TN Karimunjawa dihadapkan pada beberapa tantangan salah satunya adalah luas kawasan dan nelayan luar yang menangkap ikan di wilayah TN Karimunjawa.Tujuan dari penelitian ini adalah membuat deskripsi kegiatan pengawasan Balai TN Karimunjawa, menganalisis jenis dan volume pelanggaran di TN Karimunjawa, dan merumuskan strategi pengelolaan program pengawasan. Penelitian ini menerapkan metode observasi langsung dan wawancara. Pemilihan responden dari institusi pengawasan dilakukan secara purposive sampling sedangkan pemilihan responden nelayan dengan cara accidental sampling. Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, analisis isi, dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa TN Karimunjawa adalah taman nasional tipe B. Lembaga pengawasan yang ada di Kepulauan Karimunjawa meliputi Polisi Kehutanan, Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa, Satuan Kerja PSDKP Karimunjawa, dan Polisi Perairan. Semua lembaga pengawasan melakukan kegiatan pengawasan berupa patroli. Pelanggaran yang tercatat di Taman Nasional Karimunjawa selama tahun 2002-2017 berjumlah 35 kasus, jenis pelanggaran yang dominan adalah kategori ringan yaitu pelanggaran dokumen perizinan. Setiap pelaku kegiatan pengawasan di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa harus berkoordinasi dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa selaku pengelola Kawasan Taman Nasional. Pengawas dapat menerapkan empat bentuk pengawasan sesuai dengan karakter yang diawasai, yaitu pre-emtif, preventif, represif, dan partisipatif. Analisis SWOT menghasilkan strategi rekomendasi untuk Balai Taman Nasional Karimunjawa adalah menyelenggarakan pelatihan pengawasan perikanan untuk masyarakat dan kelompok masyarakat, dan penambahan anggota dari lembaga pengawasan untuk mendampingi setiap kelompok masyarakat yang ada di TN Karimunjawa.

Kata kunci: Taman Nasional Karimunjawa, kegiatan perikanan tangkap, strategi pengawasan.

(4)

ABSTRACT

MUHAMMAD RIZKY HALAWI. Surveillance Strategy Analysis of Fisheries Activity in Karimunjawa National Park. Supervised by M FEDI ALFIADI SONDITA dan FIS PURWANGKA.

Karimunjawa National Park is a conservation area in Jepara, Central Java. The park is managed by Karimunjawa National Park Authority. The management has some challanges, one of them is a large geographical coverage and fishers from outside who catch fish in Karimunjawa National Park. This research was conducted to describe the activities of Karimunjawa National Park Authority, to analyze the types and volume of law violation in Karimunjawa National Park, and to formulate some management strategies for surveillance program. Data were collected there field observation and some interviews. Selection of officials respondents was carried out by applying purposive sampling, while for fishers responden was accidental samping techniques. Data analysis was carried out with descriptive analysis, content analysis, and SWOT analysis. This research showed that Karimunjawa Narional Park is categorised type B. Institutions involved in the park are Polisi Hutan, Coastal Fishing Port Karimunjawa, Taskfore unit of PSDKP in Karimunjawa, and Police. Each institution has a surveillance activities under category of surveillance patrol. Total cases of law violations in the park from 2002-2017 was 35 cases. The cases were dominated by minor violations on licensing documents. In conducting their survaillance activities, each institution must coordinate with Karimunjawa National Park Management. Each institution can handle violation cases with one of 4 options, i.e. pre-emptive, preventive, repressive and participatory approaches. The SWOT analysis produces two recommended strategies: conducting surveillance training for local community members or groups, and providing technical assistance to community groups who are involved in law enforcement.

Key words: Karimunjawa National Park, fisheries activity, enforcement management strategies,

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

STRATEGI PENGAWASAN KEGIATAN PERIKANAN

TANGKAP DI DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL

KARIMUNJAWA, PROVINSI JAWA TENGAH

MUHAMMAD RIZKY HALAWI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayat serta karunia-NYA sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengawasan Kegiatan Perikanan Tangkap di Taman Nasional Karimunjawa”. Penelitian dan penulisan skripsi dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1) Dr Ir M Fedi Alfiadi Sondita, MSc dan Dr Fis Purwangka, SPi MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama pengerjaan tugas akhir ini.

2) Prihatin Ika Wahyuningrum, SPi MSi selaku perwakilan dari gugus kendali mutu dalam penelitian saya.

3) Dr Ir Budy Wiryawan SPi MSc selaku dosen penguji dalam penelitian saya. 4) Bapak Syaifuddin, Ibu Halimah, Muhammad Husnur Rafiq, Muhammad

Rayyan Ramadhan, serta seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan semangat.

5) Bapak Firman, Bapak Jemiyo, Bapak Sutris, Bang Jamal serta seluruh staff Balai TN Karimunjawa, Polisi perairan Karimunjawa, Polhut Karimunjawa, PPP Karimunjawa dan PSDKP Karimunjawa yang selama ini membantu penelitian saya di Taman Nasional Karimunjawa

6) Balai TN Karimunjawa yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam melakukan penelitian.

7) Bapak Zulfa dan Ibu Fina yang telah membantu administrasi sampai tahap akhir.

8) Ela Anjarwati, skripsi yang telah menemani dari awal pemilihan dosen hingga penyelesaian skripsi

9) Tim Karimunjawa (Regi darmawan, Mira Handayani, dan Tyas Jayanti) yang telah menemani selama penelitian

10) Pihak Chef Management (Muhammad Iqbal, Sahmirad, M Nur Iqbal, Effendy yusuf, dan Makky), Nina Dwi A, Deisy N, Almh Okta Indah, Deni A, Rachma Fajri dan seluruh pihak di Lab TOBA yang telah membantu dan memberikan semangat selama penyusunan skripsi ini

11) Dini Islami, Riky Kukuh, Farahdiba, Tipan, Wandira, Salbi yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

12) Seluruh keluarga PSP 51 tang memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

13) Semua Pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

Dalam penulisan skripsi ini, saya sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar skripsi ini lebih baik lagi dan bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Oktober 2018

(8)
(9)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Deskripsi kegiatan Balai TN Karimunjawa 11

Gambaran umum Kegiatan Balai TN Karimunjawa 11

Zonasi Taman Nasional Karimunjawa 15

Pelanggaran Kegiatan Perikanan Tangkap di Taman Nasional Karimunjawa 21

Jenis Pelanggaran di TN Karimunjawa 21

Jenis-Jenis Tindakan yang dilakukan pengawas dalam pengawasan

kegiatan perikanan 24

Jumlah Kasus pelanggaran 27

Pola Pengawasan di Taman Nasional Karimunjawa 31

Alur terjadinya Pengawasan pada Lembaga Balai TN Karimunjawa 31

Pola Pengawasan Setiap lembaga pengawas 33

Alur pengawasan kelompok masyarakat 37

Strategi Pengawasan Kegiatan Perikanan di Taman Nasional Karimunjawa 40

Faktor Internal 40

Faktor Eksternal 42

Penentuan Kuadran 44

Pemilihan dan rekomendasi strategi untuk solusi dalam Pengawasan

Kegiatan perikanan di TN Karimunjawa 45

KESIMPULAN 48

SARAN 48

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data dan sumber data penelitian pengawasan kegiatan

perikanan di TN Karimunjawa 5

2 Matriks informasi faktor-faktor internal daneksternal institusi yang bertugas melakukan pengawasan di dalam kawasan

Taman Nasional Karimunjawa 9

3 Matriks SWOT yang memuat 4 opsi rekomendasi strategi

berdasarkan status pengelolaan 10

4 Unsur-unsur pengawasan setiap lembaga pengawas 13

5 Tugas pokok lembaga pengawasan 13

6 Gambaran kelengkapan unsur patroli pengawasan 14 7 Pembagian zonasi Taman Nasional Karimunjawa 17 8 Jenis pelanggaran kegiatan perikanan di Kawasan TN

Karimunjawa 24

9 Tindakan pengawas terhadap pelanggaran 25 10 Jenis dan volume pelanggaran yang terjadi 28 11 Komponen-komponen faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) pengawasan kegiatan perikanan di kawasan

Taman Nasional Karimunjawa. 41

12 Komponen-komponen faktor eksternal (peluang dan ancaman) pengawasan kegiatan perikanan di dalam kawasan

Taman Nasional Karimunjawa 44

13 Empat opsi strategi untuk pengembangan kegiatan

pengawasan perikanan di TN Karimunjawa 47

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian Taman Nasional Karimunjawa 4 2 Diagram untuk menyajikan status pengawasan kegiatan

penangkapan ikan berdasarkan analisis SWOT. 9 3 Struktur organisasi Taman Nasional Karimunjawa. 11 4 Peta zonasi Taman Nasional Karimunjawa. 16 5 Data kategori pelanggaran di TN Karimunjawa tahun

2002-2017 27

6 Alur pengawasan di TN Karimunjawa 32

7 Pola pengawasan Polisi Kehutanan dari Balai TN

Karinunjawa 33

8 Pola Patroli Lembaga PSDKP 35

9 Pola pengawasan Polisi Perairan 37

10 Alur pelaksanaan pengamanan partisipatif oleh kelompok

MMP 39

11 Status pengawasan kegiatan perikanan tangkap di TN

Karimunjawa 45

DAFTAR LAMPIRAN

(11)
(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Karimunjawa adalah suatu kawasan pelestarian alam di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah yang berada di laut Jawa pada jarak sekitar 58,1 mil dari Jepara, sebuah kabupaten di pesisir utara pulau Jawa. Taman Nasional Karimunjawa adalah kawasan konservasi yang masuk dalam kategori kawasan pelestarian alam perairan, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.74/Kps-II/2001. Kategori ini dicirikan oleh luasan kawasan perairan yang signifikan, yaitu seluas 110.117,30 hektar. Kawasan konservasi ini ditetapkan dengan beberapa tujuan, yaitu mewujudkan: (1) pengelolaan sumberdaya ikan, (2) pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, (3) perlindungan keanekaragaman jenis biota dan ekosistemnya, dan (4) kegiatan yang menunjang perikanan secara berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dasar sistem yang diterapkan untuk mengelola kawasan taman nasional adalah sistem zonasi. Dengan sistem zonasi ini, menurut keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK 28/IV/Set-3/2012 tentang Zonasi di TN Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa mempunyai 9 (sembilan) zona, yaitu zona inti, rimba, perlindungan bahari, pemanfaatan darat, pemanfaatan wisata bahari, budidaya bahari, religi, rehabilitas, pemanfaatan perikanan tradisional. Kegiatan penangkapan ikan di kawasan ini diarahkan pada zona pemanfaatan perikanan tradisional.

Suatu pengelolaan pada prinsipnya dilakukan untuk mengatasi atau menangani satu atau beberapa masalah. Di sebuah kawasan konservasi, sejumlah permasalahan muncul dengan adanya kegiatan penangkapan ikan. Cara yang dipakai oleh lembaga pengelola untuk mengawasi kegiatan perikanan merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan umum dari pengawasan adalah dipatuhinya semua peraturan yang dibuat dan berlaku di dalam kawasan oleh semua pihak agar pengelolaan kawasan efektif.

Pengelolaan perikanan yang terjadi di dalam kawasan TN Karimunjawa merupakan kewenanganan Balai Taman Nasional Karimunjawa.Merujuk pada SK Dirjen PHKA di atas dikegiatan penangkapan ikan hanya boleh dilakukan oleh nelayan tradisional di zona pemanfaatan. Meskipun peraturan tersebut sangat jelas, kegiatan penangkapan ikan di zona inti diduga masih dapat terjadi. Zona inti ini bertujuan menjaga keutuhan habitat dan sumberdaya ikan di lokasi yang ditetapkan. Agar tujuan ini berhasil, nelayan dilarang melakukan kegiatan penangkapan ikan. Peraturan lain tentang kegiatan penangkapan ikan yang berlaku di perairan manapun (tidak hanya di kawasan Taman Nasional) adalah pelarangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah terhadap lingkungan dan pelarangan penangkapan ikan yang dilindungi (PPRI/No.60 Tahun 2007).

(14)

Selain disebabkan oleh ketidakhadiran petugas pengawas, pelanggaran dapat terjadi karena peraturan larangan menangkap ikan di zona inti belum tersosialisasi kepada nelayan, khususnya nelayan yang berasal dari luar Karimunjawa. Nelayan yang berasal dari luar Karimunjawa tersebut berasal dari Jepara (Tampubolon dan Satria, 2013). Kejadian pelanggaran tersebut adalah salah satu tantangan bagi institusi yang mengemban tugas menegakan peraturan-peraturan yang berlaku, baik Taman Nasional Karimunjawa maupun oleh institusi lain, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Polisi Air dan sebagainya.

Kegiatan pengawasan ini perlu dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan pengelolaan, yaitu menjaga kelestarian sumberdaya alam yang dikelola TN Karimunjawa. Memperhatikan sejumlah kendala yang ada, kegiatan pengawasan di kawasan Taman Nasional Karimunjawa dapat dinilai belum efektif sehingga masih memiliki potensi ancaman terhadap sumberdaya ikan dan lingkungan. Tampubolon dan Satria (2013) menyatakan pelanggaran tersebut berupa pelanggaran terhadap batas wilayah pemanfaatan dan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Adanya kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungan merupakan ancaman bagi masyarakat Karimunjawa dan kelompok nelayan yang mengandalkan hidupnya pada kelimpahan ikan dan kesehatan habitat ikan.

Balai Taman Nasional Karimunjawa adalah pengelola utama kawasan. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa mencakup tidak hanya daratan tetapi juga perairan laut, Namun mengingat adanya kesamaan tugas, beberapa institusi memiliki tanggungjawab untuk melakukan penegakan hukum di dalam kawasan. Institusi tersebut adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara, Polisi Air di Kabupaten Jepara, Satuan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Karimun Jawa.

Melihat luasan kawasan dan konfigurasi pulau-pulau serta sebaran penduduk, institusi-institusi yang melakukan pengawasan di kawasan ini harus memiliki strategi dan rencana pengawasan, termasuk pengawasan terhadap kegiatan perikanan yang terjadi di dalam kawasan TN Karimunjawa. Kapasitas institusi-institusi pengawasan diharapkan cukup untuk menangani permasalahan pelanggaran yang terjadi di dalam kawasan, termasuk pencegahan terjadinya pelanggaran. Jika kapasitas ini kurang, pelanggaran akan banyak terjadi dengan dampak berupa kerusakan habitat dan ancaman terhadap sumberdaya ikan dan lingkungan yang dilindungi di zona inti.

Sejumlah penelitian tentang perikanan pernah dilakukan di kawasan ini, baik oleh kalangan peneliti dari kampus maupun lembaga swadaya masyarakat, seperti Wildlife Conservation Society (WCS). Mereka melaporkan kondisi habitat ikan di beberapa lokasi (Mujiyanto 2015,Yusuf 2013) dan kegiatan perikanan yang terjadi di kawasan (Purwanti 2008, Wiyono 2013, Triskiantoro 2006). Terkait penelitian tentang pengawasan, Trisna (2017) melakukan penelitian yang menjelaskan kondisi pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi, jenis-jenis pelanggaran atau tindak pidana perikanan yang terjadi, dan merumuskan strategi pengawasan kegiatan perikanan. Kawuwung (2010) melakukan penelitian untuk

(15)

mengetahui potensi, permasalahan dan upaya konservasi di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone serta pengembangan dan pengawasannya.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1) Mendeskripsikan kegiatan Balai TN Karimunjawa dalam menangani permasalahan perikanan di dalam kawasan TN Karimunjawa.

2) Menganalisis jenis dan volume pelanggaran terhadap peraturan perikanan di dalam kawasan TN Karimunjawa.

3) Merumuskan strategi pengelolaan program pengawasan untuk Balai TN Karimunjawa.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi-institusi pengawasan di kawasan TN Karimunjawa dalam mengembangkan program pengawasan, khususnya pengawasan terkait kegiatan penangkapan ikan di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menerapkan kombinasi pengumpulan data melalui pengamatan lapangan disertai pengumpulan data primer dan sekunder terkait dengan peraturan, pengawasan dan kasus pelanggaran serta aspek kelembagaan institusi-instusi yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam pengawasan di TN Karimunjawa. Pengolahan data menerapkan analisis kuantitatif dan kualitatif sederhana. Hasil pengolahan data tersebut kemudian digunakan dalam analisis SWOT (strengths, weaknesses,

opportunities dan threats) untuk merumuskan strategi pengelolaan program

pengawasan kegiatan perikanan di TN Karimunjawa. Objek yang akan di SWOT adalah Balai Taman Nasional Karimunjawa.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan tanggal 28 Maret dan 24 April 2018 di Taman Nasional Karimunjawa, tepatnya di Pulau Karimunjawa dan Kemujan.

(16)

Gambar 1. Peta lokasi penelitian Taman Nasional Karimunjawa Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Sejumlah data dan informasi telah dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran tentang pengawasan kegiatan perikanan di dalam kawasan TN Karimunjawa. Pengumpulan data ini dilakukan melalui studi pustaka, pengamatan langsung di lapangan dan wawancara langsung terhadap 34 responden. Responden ditentukan dengan pendekatan purposive sampling untuk petugas dari institusi penegakan hukum dan accidental sampling untuk nelayan (Tabel 1). Purposive sampling diterapkan dengan mengasumsikan bahwa data atau informasi yang akan disampaikan sampel responden dari suatu kategori responden adalah sama atau seragam. Responden dari purposive sampling adalah satu orang dari setiap lembaga pengawasan yang wilayah kerjanya mencakup kawasan Kepulauan Karimunjawa. Mereka adalah petugas dari:

1) Polisi Kehutanan - Balai Taman Nasional Karimunjawa, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Polhut),

2) Polisi Perairan Karimunjawa- Polda Jawa Tengah (Polair),

3) Satker Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan - Kementerian Kelautan dan Perikanan (PSDKP),

4) Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah (PPP Karimunjawa).

Accidental sampling adalah cara menentukan contoh tanpa

merencanakan pilihan atau alternatif contoh sehingga contoh dipilih secara kebetulan dari populasi yang sudah ada. Nelayan yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 30 orang nelayan yang kebetulan ada atau dijumpai di lokasi pengambilan contoh. Mereka adalah nelayan Karimumjawa yang mengoperasikan alat tangkap panah, pancing, dan bubu.

(17)

Tabel 1. Jenis data dan sumber data penelitian pengawasan kegiatan perikanan di TN Karimunjawa

Jenis Data Data

Sekunder

Data Primer Sumberdata

Peraturan perikanan Ya Wawancara - Purposive sampling Balai TN Karimunjawa dan PSDKP Pelanggaran kegiatan perikanan Ya Wawancara - Purposive sampling Polhut, PSDKP, Balai TN Karimunjawa, dan Polair

Pola pengawasan: Ya Wawancara - Purposive

sampling dan accidental sampling PSDKP, Polhut, Polair, dan nelayan Implementasi dan strategi pengawasan Ya Wawancara - Purposive sampling dan accidental sampling PSDKP, Polhut, Polair, PPP Karimunjawa, dan nelayan

Peraturan perikanan yang berlaku di dalam kawasan

Peraturan perikanan yang berlaku di dalam kawasan adalah jenis informasi penting dalam penelitian karena substansi yang tertuang di dalamnya menentukan tindakan yang harus dilakukan institusi-institusi pengawasan di TN Karimunjawa dalam melakukan pengawasan atau penegakan hukum. Jenis informasi ini diperoleh langsung dari kantor institusi tersebut atau melalui situs resmi, baik TN Karimunjawa maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, atau situs lain yang menyajikan peraturan tersebut (seperti http://tnkarimunjawa.id). Dari sejumlah peraturan yang ada, peneliti telah mengumpulkan peraturan yang memuat pasal atau butir-butir hukum terkait peraturan perikanan yang digunakan di TN Karimunjawa. Setiap butir tersebut menjadi rujukan pengumpulan data selanjutnya, seperti obyek pengawasan, prosedur pengawasan, proses penindakan hingga pengadilan, penanganan pelaku tindak pidana dan sebagainya.

Pelanggaran-pelanggaran kegiatan perikanan

Data ini merupakan statistik pengawasan, yang umumnya mencakup jenis pelanggaran, frekuensi kasus pelanggaran, jumlah orang yang terlibat (pelaku), kerugian, penanganan kasus (pelaporan, penahanan, sampai pengadilan), dan status kasus. Informasi dan data tentang pelanggaran ini telah dikumpulkan dari PSDKP Karimunjawa dan Balai Taman Nasional Karimunjawa dilengkapi dengan wawancara dengan petugas pengawasan untuk klarifikasi atau penjelasan tambahan. Peneliti juga telah melakukan wawancara kepada 30 orang nelayan, Kepala PSDKP Karimunjawa, Polair Karimunjawa, Polhut pulau Karimunjawa, dan Polhut pulau Kemujan. Wawancara ini untuk mendapatkan informasi dan data tentang: (1) perspektif pribadi mereka terhadap jenis-jenis pelanggaran yang ada, (2) alasan nelayan lain melakukan pelanggaran, (3) faktor selain nelayan penyebab tejadinya pelanggaran, (4) proses penangan kasus terhadap pelaku pelanggaran, dan (5) cara mencegah pelanggaran (preventive action). Informasi ini penting untuk menentukan strategi untuk menekan kasus pelanggaran.

(18)

Pola Pengawasan Perikanan

Informasi dan data tentang pola pengawasan perikanan yang diterapkan institusi-institusi pengawasan di kawasan TN Karimunjawa telah dikumpulkan dari dokumen resmi dan wawancara kepada petugas dari institusi tersebut. Petugas yang diwawancarai dipilih sesuai dengan kompetensinya (purposive sampling); termasuk dalam kategori petugas adalah pimpinan lembaga lembaga pengawasan di kawasan TN Karimunjawa. Data pola pengawasan ini akan di sajikan dalam bentuk diagram alir. Peneliti juga melakukan wawancara kepada 30 nelayan untuk mendapatkan informasi dan data tentang perspektif mereka terhadap pihak-pihak yang melakukan pengawasan, termasuk keterlibatan nelayan dalam melakukan pengawasan.

Implementasi dan Strategi Pengawasan Perikanan

Selama di lapangan, peneliti telah mengikuti langsung kegiatan pengawasan yaitu pembuatan batas zona di perairan Karimunajawa tepatnya di pulau Menjangan kecil bersama dengan perwakilan dari Balai Taman Nasional Karimunjawa, Polair Karimunjawa, TNI AL Karimunjawa, PSDKP Karimunjawa, PPP Karimunjawa, WCS (Wildlife Conservation

Society), dan Nelayan Karimunjawa sendiri. Selain Mengikuti pembuatan

batas zona peneliti juga melakukan kegiatan pengawasan di keramba jaring apung di Pulau Menjangan besar bersama dengan Kepala PSDKP Karimunjawa. Data implementasi pengawasan ini berupa cakupan area pengawasan, periode waktu pengawasan, personil pengawasan. Selain itu peneliti juga telah mengumpulkan data-data terkait strategi kegiatan pengawasan perikanan yang dilakukan oleh lembaga pengawas perikanan. Data strategi ini terkait dengan data-data kekuatan dan kelemahan insitusi pengawasan dalam melakukan kegiatan pengawasan perikanan. Data ini juga dapat membantu peneliti, sehingga peneliti dapat menentukan peluang serta ancaman yang akan di hadapi ketika melakukan pengawasan kegiatan perikanan di Kawasan Taman Nasional. Setelah terkumpulkan semua data yang dibutuhkan peneliti lalu akan membuat solusi atau strategi yang aplikatif sehingga pengawasan kegiatan di TN Karimunjawa ini bisa lebih efektif dan berkembang.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab beberapa tujuan yang ada di penelitian ini. Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data yang ada sebagaimana adanya (Sugiyono 2013). Analisis deskriptif ini digunakan untuk beberapa data sebagai berikut.

1) Pelanggaran-Pelanggaran Kegiatan Perikanan

Peneliti melakukan pengolahan data jenis pelanggaran, menghitung frekuensi setiap kasus pelanggaran, jumlah orang yang terlibat (pelaku), penanganan kasus (pelaporan, penahanan, sampai pengadilan), status kasus

(19)

dan waktu kejadian serta jenis pelanggaran yang umum terjadi. Hasil olahan ini berupa tabulasi. Selain itu pengolahan terhadap informasi wawancara kepada responden yang ada untuk menentukan jenis informasi dominan muncul atau diungkapkan oleh responden.

2) Pola Pengawasan Perikanan

Informasi dan data ini diolah dan disajikan dalam bentuk deskripsi kegiatan pengawasan yang mencakup tujuan kegiatan pengawasan, luasan cakupan pengawasan, transportasi dan peralatan yang di maksud dan pelaporannya. Pola pengawasan ini kemudian akan dibandingkan dengan statistik pelanggaran perikanan untuk melihat kefektifan dan kecukupan kegiatan pengawasan.

3) Implementasi Pengawasan Perikanan

Data implementasi pengawasan ini yang berupa cakupan area pengawasan, periode waktu pengawasan, personil pengawasan, transportasi dan peralatan yang dibawa, dokumentasi lokasi dan objek pengawasan akan diolah dan disajikan sebagai catatan faktual tentang kegiatan pengawasan perikanan di kawasan TN Karimunjawa.

Analisis isi (content analysis)

Analisis isi (content analysis) diterapkan untuk menganalisis beberapa informasi yang telah terkandung dalam dokumen peraturan analisis isi (content analysis) adalah suatu metode untuk menganalisis sebuah “teks” untuk mendapatkan pemahaman struktur makna sebuah teks secara konsisten (Ekomadyo 2006). Analisis ini digunakan untuk data tentang peraturan perikanan yang berlaku di dalam kawasan. Analisis isi berupa penjelasan butir-butir pasal atau butir-butir hukum terkait perikanan( UU no 5 Tahun 1990 tentang KSDHE, UU No 45 Tahun 2009, Permen KP no 47 Tahun 2016 tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan, dan UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) dan peraturan tentang kerjasama dari pihak pengelola dengan lembaa pengawasan di TN Karimunjawa ( Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.07/MenLHK/setjen/OTL.1/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional). Analisis SWOT

Analisis SWOT pada penelitian ini diterapkan untuk merumuskan strategi strategi pengawasan. Analisis ini umumnya dilakukan penyusunan prioritas dengan cara mencari bobot relatif antar unsur sehingga dapat diketahui tingkat kepentingan dari tiap unsur. Analisis SWOT ini di dasarkan pada logika yang dapat mengefektifkan kekuatan (strengths, S) dan peluang (opportunities, O), serta secara bersamaan dapat mengurangi kelemahan (weaknesses, W) dan ancaman (threats, T) (Rangkuti 2006). Objek yang dianalisis pada penelitian ini adalah Balai Taman Nasional Karimunjawa selaku pengelola kawasan TN Karimunjawa

(20)

Dalam penelitian ini, faktor-faktor kekuatan, kelemahanan, peluang dan ancaman masing-masing didefinisikan sebagai berikut:

1) Kekuatan (S): faktor dari dalam yang menjelaskan kekuatan Balai TN Karimunjawa dalam melakukan pengawasan kegiatan penangkapan ikan. 2) Kelemahan (W): faktor dari dalam yang menjelaskan kelemahan dari

Balai TN Karimunjawa dalam melakukan pengawasan kegiatan penangkapan ikan.

3) Peluang (O): faktor dari luar Balai TN Karimunjawa yang menjelaskan peluang kegiatan pengawasan perikanan di TN Karimujawa.

4) Ancaman (T): faktor dari luar Balai TN Karimunjawa yang menjelaskan ancaman dalam kegiatan pengawasan kegiatan penangkapan ikan di TN Karimunjawa.

Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, peneliti mengindentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dari keempat institusi tersebut. Faktor-faktor tersebut (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) diolah dan dicantumkan dalam sebuah matriks seperti pada Tabel 2, mengikuti Rangkuti (2006). Setiap komponen dari setiap faktor diberi nilai bobot dan rating untuk menentukan nilai skor dari setiap komponen.

Bobot suatu komponen adalah ukuran tingkat kepentingan relatif terhadap komponen lainnya di dalam satu faktor yang sama. Ukuran tingkat kepentingan ini biasanya diperoleh dengan melakukan matriks perbandingan kepentingan di antara setiap komponen yang berbasis pada perbanding berpasangan, yaitu perbandingan komponen S1 terhadap komponen S2, komponen S2 terhadap S3 dan komponen S1 terhadap komponen S3). Jumlah nilai bobot dari seluruh komponen di dalam satu faktor adalah 0,50; jumlah nilai bobot untuk faktor-faktor internal (S+W) adalah 1,0 dan untuk faktor-faktor eksternal (O+W) adalah 1,0. Penilaian bobot komponen ini dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, setiap komponen dari satu faktor dianggap memiliki bobot kepentingan yang sama sehingga nilai bobot masing-masing adalah 0,5/jumlah komponen. Rating suatu komponen adalah nilai kualitas pengaruh faktor berdasarkan informasi atau pendapat dari responden, yaitu 30 orang nelayan dan 4 orang petugas. Nilai rating suatu komponen adalah 4 jika pengaruh komponen tersebut sangat kuat, 3 jika berpengaruh kuat, 2 jika memiliki pengaruh yang biasa saja , dan 1 jika memiliki pengaruh yang lemah. Nilai rating yang dipakai dalam analisis adalah nilai rata-rata dari nilai yang diberikan setiap responden. Berdasarkan nilai bobot dan nilai rating, peneliti menghitung nilai skor setiap komponen dari setiap faktor. Nilai skor ini adalah perkalian nilai bobot dan nilai rating. Nilai skor setiap pasang faktor internal dan eksternal dijumlahkan dimana salah satu di antaranya diberi nilai negatif (-). Faktor kekuatan (S) dan peluang (O) diberi tanda positif (+) sedangkan faktor kelemahan (W) dan ancaman (T) diberi tanda negatif (-).

Status pengelolaan ditampilkan dalam diagram Kartesius dimana sumbu X adalah faktor internal dan sumbu Y adalah faktor eksternal (Gambar 2). Nilai akhir penjumlahan skor faktor internal (S&W) adalah

(21)

nilai absis (x) dan nilai akhir penjumlahan skor faktor eksternal (O&T) adalah nilai ordinat (y).

Tabel 2. Matriks informasi faktor-faktor internal dan eksternal institusi yang bertugas melakukan pengawasan di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa

Faktor internal Bobot Rating Skor

Kekuatan 1 2 3 Sub-total Kelemahan 1 2 3 Sub-total Total

Faktor eksternal Bobot Rating Skor

Peluang 1 2 3 Sub-total Ancaman 1 2 3 Sub-total Total

Gambar 2. Diagram untuk menyajikan status pengawasan kegiatan penangkapan ikan berdasarkan analisis SWOT.

(22)

Untuk setiap status pengelolaan ada strategi pengelolaan. Sesuai dengan kuadran, ada 4 jenis strategi, yaitu strategi agresif, strategi diversifikasi, strategi turn around dan strategi defensif (Rangkuti 2006). Berikut adalah penjelasan dari setiap strategi tersebut:

1) Strategi agresif dianjurkan untuk pengelolaan dengan status SWOT pada kuadran I ketika obyek SWOT memiliki kekuatan dan peluang yang dapat diandalkan untuk memajukan atau mengembangkan pengelolaan. Strategi ini disebut juga strategi SO.

2) Strategi diversifikasi dianjurkan untuk pengelolaan dengan status SWOT pada kuadran II yaitu ketika obyek SWOT memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi ancaman. Strategi ini disebut juga strategi ST, dijalankan dengan cara melakukan diservifikasi atau menambah jenis program dan output.

3) Strategi turn around dianjurkan untuk pengelolaan dengan status SWOT pada kuadran III ketika obyek SWOT memiliki peluang yang besar untuk berkembang namun memiliki kelemahan. Strategi ini disebut juga strategi WO, dijalankan dengan menerapkan perubahan pada pendekatan yang diterapkannya selama ini.

4) Strategi defensif dianjurkan untuk pengelolaan dengan status SWOT pada kuadran IV ketika objek SWOT menghadapi ancaman yang besar sementara memiliki kelemahan yang serius juga. Strategi ini disebut juga strategi WT, dijalankan dengan cara bertahan menghadapi ancaman dengan kekuatan yang dimilikinya, tidak melakukan pengembangan.

Pada setiap strategi utama tersebut tercantum sejumlah strategi operasional. Strategi operasional tersebut dirumuskan oleh peneliti. Urutan prioritas strategi operasional pada satu jenis strategi utama ditentukan dengan mempertimbangkan waktu, dana, sumberdaya manusia, dan infrastruktur yang mendukung strategi gabungan ini. Gabungan strategi tersebut dibuat dengan matriks SWOT untuk menggabungkan faktor IFA (Internal Factor Analysis) atau EFA (Eksternal Factor Analysis) (Tabel 3). Tabel 3. Matriks SWOT yang memuat 4 opsi rekomendasi strategi

berdasarkan status pengelolaan

STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO

Strategi gabungan yang memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan peluang. Strategi SO ini digunakan jika objek berada pada kuadran I

STRATEGI WO Strategi gabungan yag memakmimalkan

menggunakan peluang dan meminimalkan kelemahan. Strategi ini biasanya digunakan jika objek pada kuadran III

TREATH (T) STRATEGI ST

Strategi gabungan yang memaksimalkan kekuatan dan menghilangkan ancaman yang ada. Strategi ini digunakan jika objek berada pada kuadran II

STRATEGI WT Strategi gabungan yang mengurangi kelemahan dan juga menghilangkan ancaman yang ada. Strategi ini digunakan jika objek berada pada kuadran IV

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi kegiatan Balai TN Karimunjawa

Gambaran umum Kegiatan Balai TN Karimunjawa

Kawasan Taman Nasional Karimunjawa dikelola oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No: P.07/MenLHK/setjen/OTL.1/1/2016 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis taman nasional. Balai Taman Nasional Karimunjawa ini termasuk dalam kategori Balai Taman Nasional tipe B dengan sususan organisasi seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur organisasi Taman Nasional Karimunjawa. Sumber: Balai Taman Nasional Karimunjawa

Balai Taman Nasional Tipe B ini mencakup wilayah kerja yang terdiri dari 2 wilayah pengelolaan sedangkan wilayah kerja Balai Taman Nasional Tipe A terdiri dari tiga wilayah pengelolaan. Wilayah kerja dari Balai Taman Nasional Karimunjawa adalah Wilayah 1 Karimunjawa yang mencakup daratan dan perairan di sekitar Pulau Nyamuk dan Wilayah 2 Kemujan yang mencakup daratan dan perairan di sekitar pulau Parang (Gambar 4).

Pejabat tertinggi yang bertanggung jawab atas pengelolaan taman nasional ini adalah Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa; tanggungjawabnya mencakup segala macam yang terjadi di Taman Nasional Karimunjawa dan pengelolaan dari kegiatan yang dilakukan oleh Taman Nasional. Perangkat organisasi yang langsung berada di bawah Kepala Balai adalah Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Wilayah Karimunjawa, dan Seksi Pengelolaan Wilayah Kemujan.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertugas mengurus pekerjaan terkait administrasi persuratan, ketatalaksaanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan dan rumah tangga, penyusunan perencanaan dan kerjasama, pengumpulan dan analisis data, pemantauan, pelaporan serta kehumasan. Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah memiliki tugas

(24)

melaksanakan kegiatan inventarisasi potensi, penataan dan pengelolaan kawasan, perlindungan dan pengamanan, pengendalian kebakaran hutan, evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem, penutupan kawasan, pengendalian dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk kepentingan non komersial, pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan, penyuluhan, bina cinta alam dan pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.

Selain perangkat dalam bentuk unit kerja administrasi, Balai Taman Nasional Karimunjawa dilengkapi dengan perangkat berupa beberapa petugas yang disebut kelompok jabatan fungsional berdasarkan pasal 29 Permen LHK no p.07 tentang tata kerja unit pelaksana teknis taman nasional. Satu kelompok para petugas fungsional ini dipimpin oleh seorang ketua yang telah ditentukan oleh kepala balai. Di balai ini ada 3 Kelompok Jabatan Fungsional yang berbeda tugasnya, yaitu Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem Hutan, dan Penyuluh Kehutanan. Salah satu fungsi dari setiap kelompok jabatan fungsional adalah menjaga kelestarian sumberdaya perairan, namun kelompok yang bertugas menjaga dan mengawasi semua kegiatan perairan, termasuk perikanan, di Taman Nasional Karimunjawa adalah Kelompok Jabatan Fungsional yaitu Polisi Kehutanan. Wilayah kerja Kelompok Jabatan Fungsional Polisi Hutan di TN Karimunjawa ini dibagi menjadi 4 kawasan yang disebut resort. Keempat wilayah tersebut adalah Resort Karimunjawa, Resort Kemujan, Resort Parang, dan Resort Nyamuk. Selama pengumpulan data, peneliti sempat mendatangani Resort Karimunjawa dan Resort Kemujan. Dua kelompok jabatan fungsional lainnya (yaitu Pengendali Ekosistem Hutan dan Penyuluh Kehutanan) hanya berfokus pada pengelolaan hutan.

Balai Taman Nasional Karimunjawa bekerja sama dengan instansi-instansi lain dalam melakukan pengelolaan kawasan TN Karimunjawa. dalam kerjasamanya instansi di luar Balai TN Karimunjawa harus berkoordinasi dan bersinkronisasi dalam melakukan kegiatan pengelolaan kawasan TN Karimunjawa. batasan setiap lembaga dalam melakukan kegiatan pengelolaan sesuai pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No: P.07/MenLHK/setjen/OTL.1/1/2016 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis taman nasional. Instansi-instansi yang bekerjasama dengan Balai TN Karimunjawa dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dari KKP dan Polisi Republik Indonesia, untuk lembaga yang bertugas di daerah Karimunjawa ada lembaga PSDKP, PPP Karimunjawa, dan Polisi perairan. Kerjasama lembaga pengawasan di TN Karimunjawa memiliki unsur-unsur pengawasan yang berbeda-beda. Dari daerah pengawasan hingga jumlah anggota yang bertugas di TN Karimunjawa (Tabel 4).

Setiap lembaga pengawasan di TN Karimunjawa memiliki masing-masing Tugas pokok yang dasarnya dari lembaga tersebut tujuannya untuk mengefektifkan kegiatan pengawasan di TN Karimunjawa (Tabel 5).

(25)

Tabel 4. Unsur-unsur pengawasan setiap lembaga pengawas

Unsur Lembaga

Polisi Kehutanan Polisi perairan

PSDKP PPP Karimunjawa

Daerah tugas Kawasan TN Karimunjawa Perairan Karimunjawa Perairan Karimunjawa Perairan Sekitar Pelabuhan Jumlah Anggota

10 anggota 3 anggota 1 anggota 10 anggota

Luasan Daerah Pengawasan 111.625 ha > 111.625 Ha > 111.625 Ha < 111.625 Ha

Kapal 2 kapal 1 kapal 1 kapal 1 kapal

Kantor 4 kantor 1 kantor 1 kantor 1 kantor

Bentuk kerjasama

Patroli Gabungan Patroli Gabungan Patroli Gabungan Patroli Gabungan Kelompok Masyarakat Masyarakat Mitra Polhut - Pokmasawas Pokmaswas

Tabel 5. Tugas pokok lembaga pengawasan

Lembaga Tugas Pokok

Polisi Kehutanan

1) Melaksanakan perlindungan dan pengamanan hutan dan perairan, kawasan hutan dan perairan, hasil sumberdaya hutan, tumbuhan dan satwa

2) Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan dan perairan , tumbuhan dan satwa liar, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan dan perairan

PSDKP 1) Terwujudnya kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan

2) Terlindunginya sumberdaya kelautan dan peri- kanan dari kegiatan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing dan kegiatan yang merusak sum- ber daya kelautan dan perikananf 3) Terlaksananya tata kelola pengawasan sumber daya kelautan dan

perikanan yang efektif

PPP Karimunjawa 1. Pelaksaan kebijakan teknis operasional tata pengusahaan, tata pelayanan dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan pantai 2. Pemantauan evaluasi dan pelaporan kegiatan pelabuhan

perikanan pantai

3. Pengelolaan ketatausahaan

4. Pelaksana tugas lain yang di berikan oleh kepala dinas seusai tugas dan fungsinya

POLAIR 1. Membina dan menyelenggarakan fungsi Kepolisian Perairan tingkat Pusat dalam rangka melayani, melindungi, mengayomi, serta memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dan penegakan hukum di wilayah perairan Indonesia.

2. Menjamin keamanan dan ketertiban di wilayah perairan. 3. Memelihara ketertiban masyarakat serta memberikan pelayanan

kepastian hukum

4.Mendorong perangkat masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam mewujudkan kehidupan masyarakat Yang sejahtera 5. Memberikan bantuan terhadap korban bencana alam (SAR). 6. Membantu keselamatan pelayaran dan meningkatkan kerjasama

(26)

Lembaga-lembaga ini memiliki tugas masing-masing dalam melaksanakan kegiatan pengawasan perikanan. Lembaga-lembaga ini memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan perikanan di TN Karimunjawa. Lembaga ini akan menjalin koordinasi antara lembaga pengawasan termasuk Balai Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa dalam melakukan kegiatan pengawasan perikanan juga ikut melibatkan masyarakat sebagai aspek penting dalam pengelolaan Taman Nasional. Untuk melibatkan masyarakat membentuk kelompok masyarakat untuk membantu kegiatan pengawasan di TN Karimunjawa yaitu Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Kelompok masyarakat ini terdiri dari masyarakat asli Karimunjawa yang tinggal di TN Karimunjawa. Kelompok masyarakat ini sering ikut berkontribusi dalam pengawsan kegiatan perikanan di TN Karimunjawa

Lembaga pengawasan di TN Karimunjawa dalam melakukan kegiatan pengawasan biasanya semua lembaga pengawasan melakukan yaitu patroli rutin selain melakukan patroli rutin beberapa lembaga melakukan kegiatan yaitu pengecekan pada jalur darat. Cakupan daerah patroli di kawasan TN Karimunjawa ini berbeda setiap lembaga. Secara sarana dan prasarana Lembaga pengawasan kegiatan perikanan dalam kebutuhan saranan dan prasarananya kurang lebih sama tidak ada yang berbeda utamanya memiliki kapal pengawasan dan kantor pengawas. Untuk objek yang diawasi atau hal yang paling penting untuk diawasai pada Polhut, untuk kegiatan pengawasan perikanannya yaitu adalah penangkapan pada zona inti, penangkapan dengan alat tangkap ramah lingkungan, dan penangkapan hewan atau biota air yang di lindungi. Untuk lembaga lain objek yang diawasi lebih luas seperti penangkapan dengan alat tangkap, perizinan dokumen, dan lain-lain sesuai peraturan yang di pakai oleh lembaga tersebut. Cara melakukan kegiatan setiap lembaga pengawasan pada umumnya sama umumnya dalam bentuk patroli air (Tabel 6).

Tabel 6. Gambaran kelengkapan unsur patroli pengawasan

Unsur Patroli Lembaga pengawasan

POLHUT PSDKP PPP POLAIR

Jenis Patroli Patroli laut dan darat

Patroli laut Patroli Laut Patroli laut Cakupan daerah patroli Hanya perairan Kawasan TN Karimunjawa Seluruh perairan Jawa Tengah perairan sekitar pelabuhan Seluruh perairan Jawa Tengah Sarana prasarana Kantor dan Kapal pengawas

Kantor dan kapal pengawas

Kantor saja Kantor dan kapal pengawas Fokus

Pengawasan

Berfokus pada pengawasan zona inti, biota dilindungi dan alat tangkap tidak ramah lingkungan Alat tangkap, dokumen, dan

semua hal yang disebutkan di undang-undang perikanan

Alat tangkap, dokumen, dan semua hal yang disebutkan di undang-undang perikanan Alat tangkap, penggunaan bom, dokumen, dan individu yang membuat kerusakan sumberdaya Kerjasama Patroli rutin Patroli rutin Patroli rutin Patroli rutin

(27)

Berdasarkan tabel diatas bisa kita lihat setiap lembaga memiliki aturan patroli yang berbeda-beda sesuai dengan ruang lingkup lembaganya mereka sendiri. Tetapi setiap lembaga juga sejatinya harus melakukan patroli rutin agar kegiatan pengawasan setiap lembaga pengawsan dapat dilaksanakan dengan baik. Lembaga pengawasan di Kawasan TN Karimunjawa selain melakukan patroli perlembaga sendiri mereka juga melakukan patroli bersama. Dengan tujuan menjalin kerjasama antar lembaga dalam melakukan pengawasan kegiatan perikanan. Dengan patroli bersama ini di nilai setiap lembaga akan memperlancar komunikasi antar lembaga dalam kegiatan pengawasan ini.

Dalam menjalankan pengelolaan kawasan Taman Nasonal Karimunjawa, dukungan dan kerjasama para pihak mutlak dibutuhkan mengingat keterbatasan kapasitas yang masih dimiliki oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai pengelola. Balai Taman Nasional Karimunjawa menjalin kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat yaitu Wildlife Conservation Society-Indonesia Program (WCS-IP).

WCS-IP merupakan mitra Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kesepakatan kerjasama ini tertuang dalam memorandum antara Kementrian Kehutanan RI dengan The Wildlife conservation Society tentang Program kerjasama untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi di Indonesia pada tanggal 1 April 2015. Ruang lingkung kerjasama tersebut adalah:

1) Melaksanakan upaya konservasi kehidupan liar

2) Memperkuat upaya pengelolaan ekosistem penting di Taman Nasional Karimunjawa.

3) Mendukung upaya pemanfaatan kawasan Taman Nasional Secara berkelanjutan.

4) Peningkatan kapasitas pengelola dan masyarakat di Taman Nasional Karimunjawa.

Zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Semua lembaga pengawasan umumnya melakukan kegiatan pengawasan di perairan Kepulauan Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa ini memiliki beberapa zonasi ( Gambar 4) yang berdasarkan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA no. 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa. Karimunjawa Taman nasional secara geografis terletak pada koordinat 5’40’39”-5’55’00” LS dan 110’05’57”-110’31’15” BT. Total luas Taman Nasional Karimunjawa yaitu adalah 111.625 hektar. Luas Perairan pada kawasan TN Karimunjawa ini adalah 110.117,30 hekta. Dalam perkembangannya kawasan ini ditetapkan kawasan pelestarian alam (KPA) berdasarkan Surat Keputusan Menhut No.74/Ktps-II/2001 tanggal 15 Maret 2001. Saat ini Taman Nasional Karimunjawa terbagi menjadi sembilan zonasi (Tabel 7).

(28)

Sumber : Balai TN Karimunjawa Gambar 4. Peta zonasi Taman Nasional Karimunjawa.

(29)

Tabel 7. Tabel pembagian zonasi Taman Nasional Karimunjawa

Kawasan TN Karimunjawa dibagi menjadi 9 zonasi yaitu: zona inti, zona perlindungan bahari, zona rimba, zona pemanfaatan darat, zona pemanfaatan bahari, zona budidaya bahari, zona religi, zona rehabilitasi dan zona perikanan tradisional. Masing-masing zona ini memiliki fungsi yang berbeda setiap zonasi. Berikut fungsi setiap zonasi Menurut:

1) Zona inti adalah zona yang mutlak harus dilindungi berfungsi untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liat untuk kepentinfan enelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budaya, kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan perlindungan dan

Zona Luas (Ha) Lokasi

Zona inti 444,629 Sebagian perairan pulau Kumbang, Taka

Menyawakan, Taka Malang dan Tanjung Bomang Zona rimba 1.451,767 Hutan Hujan Tropis dataran rendah di pulau

Karimunjawa dan Hutan Mangrove di Pulau Kemujan

Zona perlindungan Bahari

2.599,770 Perairan Pulau Sintok, Gosong Tengah, Pulau Bengkoang bagian utara, Pulau Cemara Besar bagian selatan, Pulau Cemara Kecil Bagian utara, Pulau Geleang, Pulau burung, Perairan Selatan Pulau Menjangan Kecil, Timur Pulau Nyamuk, perairan karang kapal, Karang besi bagian selatan, Krakal Besar bagian utara, Gosong Kumbang, Pulau Kembar dan Gosong Selikur

Zona pemanfaatan Darat

55,933 Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, areal Legon Lele, Areal Tracking mangrove, areal Nyamplung ragas

Zona pemanfaatan Bahari

2.733,735 Perairan Pulau Menjangan Besar, Perairan Pulau Menjangan Kecil, Perairan Pulau Menyawakan, Perairan Pulau Menjangan Kecil, Perairan Pulau Menyawakan, Perairan pulau kembar, Perairan Pulau Tengah, Perairan sebelah Timur Pulau Kumbvag, Perairan Pulau bengkoang bagian Selatan,Indonor dan Perairan Pulau Cemara kecil bagian utara, perairan pulau Katang, Perairan Krakal Besar Bagian Selatan, Perairan Krakal Kecil, Perairan Pulau Clik. Zona Budidaya

Bahari

1.370,729 Perairan Pulau Karimunjawa, Perairan Pulau Kemujan, Perairan Pulau Menjangan Besar, Perairan Pulau Parang dan Perairan Pulau nyamunk, perairan pulau karang besi bagian utara

Zona Religi, Budidaya, dan Sejarah

0,859 Areal makam sunan Nyamplungan di Pulau Karimunjawa

Zona Rehabilitasi 68,329 Perairan sebelah Timur Pulau Parang, perairan sebelah timur Pulau Nyamuk, perairan sebelah barat Pulau Kemujan dan Perairan sebelah barat pulau karimunjawa

Zona Perikanan Tradisional

102.899,249 Seluruh Perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa

(30)

pengamanan, inventarisasi dan monitoring sumberdaya, pendidikan, penelitian dan atau penunjang budidaya, masyarakat akan mejangan dan mematuhi zona inti dan tidak memasuki kawasan zona inti dan memanfaatkan sumberdaua uang ada di dalam zona inti.

2) Zona Rimba dan Zona perlindungan bahari adalah zona yang di peruntukan bagi kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas , habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti. kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, pengembangan penelitian, pendidikan, wisata akan terbatas, pemanfaatan jasa lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya, pembinaan habitat dan populasi dalam rangka peningkatan keberadaan populasi hidupan liar, pembangunan saranan dan prasaranan sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan wisata alam terbatas.

3) Zona Pemanfaatan Darat dan Zona Pemanfaatan Bahari adalah zona yang dikembangkan untuk kepentingan kegiatan wisata alam baik bahari maupun wisata alam lainnya, rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan, inventarisasi, monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnnya, penelitian dan pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya, pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam, pembinaan habitat dan populasi, pengusaan pariwisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan.

4) Zona Budidaya Bahari adalah zona yang diperuntukan mendukung kepentingan budidaya perikanan seperti budidaya rumput laut, karamba jaring apung dan sebagainya oleh masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek konservasi. Kegiatan yang diperbolehkan adalah budidaya rumputlaut, karamba jaring apung dan sebagainya.

5) Zona religi, Budaya, dan sejarah adalah zona yang diperuntukan untuk melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah arkeologi, dan religius. Kegiatan yang di perbolehkan adalah kegiatan perlinungan dan pengamanan, pemanfaatan wisata alam, penelitian, pendidikan dan religi, penyelenggaraan upacara keagamaan, pemeliharaan situs budaya dan sejarah serta keberlangsungan upacara ritual keagamaan yang ada. 6) Zona Rehabilitas adalah zona yang diperuntukan untuk kepentingan

pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan kurang lebih 75%. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan rehabilitasi guna pemulihan ekosistem di zona ini dan kegiatan monitoring hasil pelaksanaan rehabilitasi, kegiatan pendidikan, penelitian, pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya, pembinaan habitat dan populasi

7) Zona Perikanan Tradisional: Zona yang diperuntukan untuk kepentingan pemanfaatan perikanan yang sudah berlangsung turun

(31)

temurun oleh masyarakat setempat secara lestari dengan menggunakan srana prasarana penangkapan yang ramah lingkungan. Kegiatan yang di perbolehkan adalah perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan monitoring potensi jenis yang dimanfaatkan masyarakat, pembinaan habitat dan populasi, penelitian dan pengembangan, aktivitas pemanfaatan perikanan menggunakan sarana prasarana penangkapan yang ramah lingkungan.

Kegiatan pengawasan perikanan lembaga Polisi Kehutanan dan PSDKP berfokus pada pengawasan di zona inti, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan bahari dan zona perikanan tradisional, karena zona tersebut memiliki potensi terjadinya kegiatan dilakukan oleh nelayan. Daerah zona inti tidak boleh ada kegiatan apapun. Zona inti adalah zona khusus untuk rehabilitasi sumberdaya laut di TN Karimunjawa ini mulai dari terumbu karang hingga ikan-ikan yang ada di perairan Karimunjawa. Menurut nelayan zona inti ini banyak sekali ikan kecil dan memang zona ini tidak layak untuk melaksanakan kegiatan perikanan. zona inti ditentukan melalui pertimbangan-pertimbangan mulai dari jenis ikan yang hidup disana sampai kondisi terumbu karang di daerah zona inti tersebut. Zona inti ini oleh warga sekitar sering disebut sebagai tempat berkembangbiak ikan atau tempat ikan itu tumbuh. Oleh karena itu, pada zona inti ini penting untuk dilakukan pengawasan secara intensif. Sebagian besar kegiatan perikanan di TN Karimunjawa ini terjadi di zona pemanfaatan tradisional yang dimana zona ini memang fungsinya untuk kepentingan pemanfaatan perikanan.

Pelaksanaan kegiatan pengawasan oleh lembaga pengawasan harus dilakukan dengan efektif dan efisien. Secara struktur organisasi Balai TN memiliki struktur yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No: P.07/MenLHK/setjen/OTL.1/1 2016. TN Karimunjawa pada peraturan ini dibagi menjadi dua seksi pengelolaan wilayah yaitu SPTN Karimunjawa dan Kemujan. Pembagian dua seksi pengelolaan wilayah ini dinilai dapat meningkatkan keefisienan pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa yang luas, agak sulit jika dikelola oleh satu seksi pengelolaan. Kedua daerah pengelolaan yaitu SPTN I Karimunjawa dan SPTN II Kemujan Masing-masing lembaga pengawasan yang berpusat di dua daerah tersebut. Polisi Kehutanan yang berpusat di semua SPTN Karimunjawa dan Kemujan. Lembaga pengawasan lain yaitu PSDKP, Polisi air, dan PPP Karimunjawa hanya SPTN Karimunjawa. Tidak meratanya penempatan lembaga pengawasan ini akan berdampak terhadap tingkat keamanan di wilayah seksi pengelolaan tersebut. Seksi Pengelolaan TN Karimunjawa sebagian besar lembaga pengawasan bertempat di wilayah itu sedangkan di SPTN Kemujan hanya satu lembaga pengawasan yaitu Polisi kehutanan. Hal ini akan sangat berpotensi terhadap keamanan di wilayah SPTN Kemujan, wilayah tersebut dapat berpotensi besar terjadinya pelanggaran karena lembaga pengawasan yang ada di daerah itu hanya Polhut saja.

Wilayah SPTN Karimunjawa dan Kemujan memiliki 4 pulau berpenduduk yaitu Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Nyamuk. Setiap SPTN mengelola masing-masing 2 pulau berpenduduk. SPTN

(32)

Karimunjawa mengelola pulau Karimunjawa dan Nyamuk sedangkan SPTN Kemujan mengelola pulau kemujan dan Parang. Pulau Parang dan Nyamuk memiliki jarak yang jauh dari pulau utama kedua SPTN tersebut, hal ini akan menyebabkan daerah perairan pulau tersebut dapat berpotensi terjadinya pelanggaran karena jarak yang cukup jauh dari pulau Karimunjawa atau Kemujan. Pulau yang memiliki potensi paling besar terjadinya pelanggaran adalah pulau Parang hal ini terjadi karena lokasi pulau parang yang berada di wilayah SPTN Kemujan dan jarak dari pulau Kemujan ke pulau Parang. Karena jarak yang jauh dari pulau Kemujan dapat menyebabkan daerah peraian pulau parang kurang pengawasan oleh lembaga pengawas. Selain kurangnya pengawasan oleh pengawas jarak yang jauh juga dapat berdampak terhadap respon pengawas terhadap pelanggaran yang terjadi di daerah pulau Parang tersebut.

Hal ini dikarenakan Taman Nasional Karimunjawa memiliki wilayah yang sangat luas berdasarkan data statistik Balai TN Karimunjawa luas wilayah TN Karimunjawa hingga 111.625,00 hektar. Dengan luasan seperti itu lembaga pengawasan mempunyai kendala dalam Sumberdaya Manusia, karena SDM setiap lembaga tidak terlalu mencukupi untuk melakukan pengawasan di wilayah seluas itu. Keterbatasan SDM ini akan sangat berdampak terhadap efektifnya kegiatan pengawasan karena dapat menyebabkan pengawasan tidak maksimal karena dengan sumberdaya manusia yang sedikit dapat menyebabkan pengawas kewalahan dan dapat berpotensi terjadi kecurangan ketika dilakukan pemeriksaan. Menurut Atmaja dan Mustamu (2013) suatu organisasi akan lebih mudah mencapai tujuan apabila mereka bisa menentukan kompetensi individu atau SDM yang tepat untuk menduduki suatu pekerjaan sehingga bisa memaksimalkan kinerja organisasi. Luasnya wilayah perairan Karimunjawa dapat berdampak terhadap kecepatan respon pengawas terhadap laporan dari masyarakat. Jika laporan pelanggaran dari masyarakat berada di Pulau Kemujan sedangkan kantor petugas terdekat di Pulau Karimunjawa hal ini dapat menyebabkan pelanggar tersebut melarikan diri sebelum pengawas sampai di koordinat pelaporan. Hal ini karena dalam perjalanan dari pulau Karimunjawa ke pulau Kemujan memerlukan waktu yang sangat lama. Untuk mengurangi terjadinya kejadian seperti ini baiknya di lakukan penambahan SDM di setiap pulau di perairan Karimunjawa agar respon terhadap pelaporan bisa lebih cepat dan mengurangi kemungkinan kaburnya pelaku sebelum pengawas sampai. Penambahan SDM ini dapat berdampak terhadap kinerja suato lembaga pengawasan. Hal ini didukung oleh pernyataan Abdalkrim (2012) yang menyatakan bahwa perekrutan dan seleksi sumberdaya manusia memiliki pengaruh terhadap suatu kinerja organisasi.

Patroli yang dilakukan oleh lembaga pengawasan Karimunjawa memiliki kelebihan karena jenis patrolinya tidak hanya patroli air tapi juga mengadakan patroli darat. Dilakukannya patroli darat ini dapat mengefektifkan kinerja pengawas karena pelanggaran bisa terjadi pada saat kapal berlabuh di dermaga atau di pesisir pulau lain. Selain jenis patroli, cakupan daerah patroli juga dapat berpengaruh terhadap pengawasan yang sedang dilakukan. Cakupan Polisi Kehutanan dan PPP Karimunjawa dalam melakukan pengawasan hanya kawasan perairan TN Karimunjawa saja. Hal

(33)

ini dapat mengakibatkan pengawasan tidak efektif karena jika ada suatu kasus yang terjadi di kawasan perairan TN Karimunjawa dan ketika di lakukan pengejaran ternyata pelaku sudah di luar kawasan perairan TN Karimunjawa lembaga pengawasan yang memiliki cakupan hanya kawasan perairan TN Karimunjawa tersebut tidak dapat menindak pelaku yang sudah berada di luar perairan TN Karimunjawa. Kendala ini dapat di cegah dengan melakukan koordinasi dengan lembaga lain yang memiliki cakupan daerah yang lebih luas. Koordinasi antar lembaga ini dinilai baik karena dapat membuat hubungan lembaga pengawasan perikanan di TN Karimunjawa saling ketergantungan satu sama lain.

Pelanggaran Kegiatan Perikanan Tangkap di Taman Nasional Karimunjawa

Jenis Pelanggaran di Taman Nasional Karimunjawa

Pembangunan kelautan dan perikanan di kawasan TN Karimunjawa ini di hadapkan pada berbagai masalah. Sumberdaya kelautan dan perikanan dalam satu dekade terakhir ini mengalami degradasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pelanggaran di TN Karimunjawa menurut Balai TN Karimunjawa di klasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu kategori ringan, sedang dan berat.

1) Kategori ringan adalah pelanggaran dengan kategori ringan adalah pelanggaran yang mencakup Dokumen perizinan, perusakan fasilitas TN Karimunjawa, dan

2) Kategori sedang adalah salah satu pelanggaran kategori sedang ini meliputi melakukan penangkapan ikan di zona yang tidak sesuai dengan fungsinya.

3) Kategori berat adalah kategori berat ialah melakukan kegiatan perikanan tangkap yang dapat merusak sumberdaya ikan. Salah satu pelanggaran berat ini adalah menangkap alat tangkap yang tidak ramah lingkungan Jenis kasus-kasus pelanggaran yang terjadi di TN Karimunjawa ini ditidak oleh lembaga pengawasan Polhut dan PSDKP. Pelanggaran yang terjadi ini bisa di lakukan oleh nelayan Karimunjawa atau nelayan luar Karimunjawa. Berikut penjelasan terkait pelanggaran yang ada pada Tabel 8:

1) Penangkapan ikan di zona inti, pelanggaran ini terjadi karena nelayan menangkap di daerah zona inti. menurut undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem Pasal 33 ayat 1 dimana Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. Artinya kegiatan penangkapan di zona inti dapat mengakibatkan perubahan terhadap zona inti oleh karena itu penangkapan ikan di zona inti adalah kegiatan yang di larang karena menyebabkan perubahan terhadap zona inti itu.

2) Dokumen perizinan, pelanggaran ini terjadi karena nelayan yang menangkap di kawasan perairan Karimunjawa tidak mempunyai

(34)

dokumen perizinan seperti SIPI, SPB dan SLO ketika melakukan kegiatan perikanan. Pelanggaran ini melanggar undang-undang no.45 tahun 2009 tentang perikanan Pasal 27 ayat 1, Pasal 26 ayat 1, pasal 42 ayat 2, dan pasal 36 ayat 1 yang intinya adalah setiap orang yang menangkap ikan harus memiliki SIPI, SPB dan telah mendaftarkan kapalnya sebagai kapal perikanan Indonesia yang di terbitkan oleh masing-masing petugas yang membuat surat-surat tersebut.

3) Penangkapan ikan dengan potassium, pelanggaran ini terjadi karena nelayan menangkap ikan menggunakan bahan kimia yaitu potassium. Pemakaian potassium ini dapat berdampak terhadap terumbu karang. Zat yang terkandung dalam ikannya juga dapat menyebabkan penyakit kepada konsumen. Menurut Undang-Undang no 45 tahun 2009 tentang perikanan pasal 8 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, dan alat yang dapat merugikan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan di wilayahnya. Penangkapan menggunakan potassium termasuk penangkapan dengan kimia dimana penangkapan dengan bahan tersebut dapat mengancam kelestarian sumberdaya yang ada di perairan Karimunjawa.

4) Penangkapan dengan alat tangkap cantrang, pelanggaran ini terjadi karena nelayan luar Karimunjawa menangkap ikan menggunakan cantrang di perairan Karimunjawa. Perairan Karimunjawa alat tangkap cantrang adalah alat tangkap tidak ramah lingkungan dan penangkapan dengan alat tangkap tidak ramah lingkungan dilarang di kawasan perairan Karimunjawa. Menurut Permen KP no 47 tahun 2016 tentang pemanfaatan kawasan konsevasi perairan pasal 5 ayat 6 dan 7 yang intinya adalah alat tangkap yang ramah lingkungan itu tidak membahayakan pengguna, tidak menimbulkan bahaya, tidak membahayakan kelestarian sumber daya ikan, dan tidak memimbulkan konflik sosial. Jenis alat tangkap yang ramah lingkungan yang di maksud di ayat 7 adalah jaring angkat, jaring insang, perangkap, pancing dan alat penjepit. Alat tangkap cantrang di perairan Karimunjawa dapat menyebabkan konflik sosial dan dapat mengancam kelestarian sumberdaya alam di perairan Karimunjawa dan alat tangkap cantrang juga bukan termasuk klasifikasi jaring angkat maupun insang. Dapat dipastikan alat tangkap cantrang ini termasuk tidak ramah lingkungan karena tidak termasuk pada klasifikasi di pasal 7 Permen KP no 47 tahun 2016 tentang peanfaatan kawasan konservasi perairan.

5) Penangkapan menggunakan jaring purse seine, pelanggaran ini terjadi karena nelayan di luar Karimunjawa menangkap ikan dengan menggunakan jaring purse seine. Jaring purse seine dilarang di perairan Karimunjawa karena alat tangkap purse seine ini di kategorikan sebagai alat tangkap tidak ramah lingkungan. Menurut pasal 5 ayat 6 dan 7 permen KP no 47 tahun 2016 tentang pemanfaatan kawasan konservasi perairan yang inti dari adalah alat tangkap yang ramah lingkungan itu tidak membahayakan pengguna, tidak menimbulkan bahaya, tidak membahayakan kelestarian sumber daya ikan, dan tidak memimbulkan

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian Taman Nasional Karimunjawa  Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Tabel 2. Matriks informasi faktor-faktor internal dan eksternal institusi yang  bertugas  melakukan  pengawasan  di  dalam  kawasan  Taman  Nasional Karimunjawa
Tabel 3. Matriks SWOT yang memuat 4 opsi rekomendasi strategi  berdasarkan status pengelolaan
Gambar 3. Struktur organisasi Taman Nasional Karimunjawa.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminology yang persis sama tentang kewirausahaan (Entrepneurship) akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama yaitu

1) Server basis data 1 dan server basis data 2 akan dilakukan instalasis sistem operasi linux dan aplikasi Apache, PHP dan MySQL serta openssl. 2) Pemasangan IP Address pada

Falsafah akhlak al-Syaibany terdiri dari beberapa prinsip antara lain : akhlak memiliki posisi penting dalam hidup, akhlak sikap mendalam dalam jiwa, akhlak mencapai kebahagiaan

Dari segi Etimologi kata sistem sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu”Systema” didalam bahasa Inggris juga dikenal dengan nama “System” yang dapat diartikan yaitu

Di lain pihak, membersihkan wajah secara berlebihan dengan produk-produk seperti alkohol-based cleanser dan scrub dapat mengiritasi kulit lebih jauh dan memperparah

Berdasarkan hasil pada diagram 1 menunjukkan bahwa penyembuhan luka perineum pada ibu post partum yang tidak diberikan propolis setelah diobservasi selama 7 hari,

&#34;roses aterosklerosis itu sendiri dipercepat oleh berbagai faktor, seperti hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterol, dan faktor)faktor