• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Usaha Kecil dan Menengah

Kinerja merupakan hasil yang dicapai secara kualitas maupun kuantitas oleh seorang ataupun sekelompok karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan (Mangkunegara 2007). Audit kinerja dilakukan pada delapan Usaha Kecil Menengah (UKM) manisan di Kabupaten Cianjur. Pelaku UKM yang terdiri dari pemilik dan pekerja memiliki riwayat pendidikan SD dan SMP.

Hasil dari audit kinerja menunjukan adanya perbedaan skor pada tiap UKM (Lampiran 5). Skor yang diperoleh mengelompokan delapan UKM manisan menjadi empat kelompok berdasarkan kinerja. Pengelompokan UKM terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengelompokan Kinerja UKM

No UKM manisan Kelompok kinerja

1 2 3 4 5 6 7 8 Putra Sawargi Jaya mandiri Ibu Ai Ibu Pipih Ibu Kholisoh Ibu Imin Ibu Ade

Manisan Maya Sartika

Good performance Early results Beginning improvement Early results Early results New business New business Beginning improvement

Analsis hasil audit menunjukkan kelemahan dan keunggulan disetiap kategori kinerja UKM. Kelemahan dan keunggulan dilihat dari tujuh aspek kinerja yaitu kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus sumber daya manusia, fokus pelanggan, dana, informasi dan analisis, manajemen proses dan hasil usaha. Kelompok kinerja UKM yang terdiri dari beberapa UKM dilakukan sintesis data. Hasil audit dari setiap aspek terdapat pada Lampiran 6.

Data dari setiap aspek kinerja dianalisis menjadi kelemahan dan keunggulan pada kelompok kinerja UKM. Kelemahan dan keunggulan dari setiap kategori UKM dipaparkan pada Tabel 7. UKM Putra Sawargi merupakan UKM dengan kinerja Good performance masih terdapat kekurangan. Namun berdasarkan skor yang diperoleh UKM Putra Sawargi masuk ke dalam rentang UKM dengan kinerja Good performance.

Tabel 7 Kelemahan dan keunggulan UKM manisan Cianjur Kategori Kinerja UKM Aspek Kelemahan Keunggulan Good performance Beginning improvement - Tidak melakukan pengukuran kinerja dan standar kinerja baik karyawan atau perusahaan.

- Belum memiliki data pembantuan dan komplai dari masyarakat

- Belum memiliki data pelanggan

- Belum memiliki target kinerja yang ingin dicapai

- Belum melakukan analisis usaha - Tidak memiliki

pengukuran kinerja dan standar kinerja - Kualitas proses hanya

dilihat produk akhirnya tidak ada pengujian-pengujian untuk produknya Belum ada transparansi keuangan kepada pekerja - Aspek kepemimpinan sudah diaplikasikan

- Melakukan SWOT analisis - Memiliki rencana jangka

panjang dan jangka pendek

- Rencana yang dimiliki fleksibel mengikuti keinginan pasar - Keterampilan pegawai diperhatikan dengan menyalurkan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan - Memperhatikan kepuasan pelanggan yang disampaikan langsung - Setiap proses produksi

diperhatikan

- Menejemen keuangan sudah dilakukan - Memiliki visi dan

memberikan motivasi kepada pekerja

- Memiliki rencana jangka panjang - Mengikuti perkembangan pasar - Keterampilan pegawai diperhatikan dengan menyalurkan untuk mengikuti pelatihan

Tabel 7.1 Kelemahan dan keunggulan UKM manisan Cianjur (Lanjutan)

Kategori Kinerja UKM

Aspek

Kelemahan Keunggulan

Early result - Aspek kepemimpinan belum dilaksanakan

- Kinerja perusahaan tidak diperhatikan

- Tidak ada informasi tentang data pelanggan

- Pekerja kurang diperhatikan kinerjanya

- Kualitas pekerja kurang diperhatikan

- Kualitas produk dilihat dari komplain konsumen

- Tidak memiliki tempat khusus komplain

- Belum melakukan menejemen keuangan

- memiliki rencana jangaka panjang dan mencoba mengikuti keinginan pasar - jika ada komplain

pelanggan langsung ditindaklanjuti - memperhatikan proses produksi - pekerja mengetahui ketika pelanggan puas atau tidak

New Business - Aspek kepemimpinan belum dilaksanakan - Kinerja perusahaan tidak

diperhatikan

- Tidak ada informasi tentang data pelanggan - Pekerja kurang

diperhatikan kinerjanya - Kualitas pekerja kurang

diperhatikan

- Tidak ada pengendalikan proses

- Kualitas produk dilihat dari komplain konsumen - Tidak memiliki tempat

khusus komplain - Belum melakukan

menejemen keuangan

- Melakukan sortasi untuk bahan baku sebagai pengendalian kualitas produk

- Menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja

Kelemahan pada UKM akan menjadi penghambat peningkatan kinerja yang ada di UKM tersebut. Kelemahan yang dimiliki mengakibatkan lemahnya jaringan usaha, keterbatasan kemampuan penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya, margin keuntungan yang kecil, dan UKM tidak memiliki keunggulan kompetitif ( Rahmana 2012).

Kelemahan UKM secara umum yaitu tidak ada standar kinerja bagi karyawan dan tidak pernah melakukan pengukuran kinerja karyawan, belum memiliki data pelanggan dan tidak ada sarana yang disediakan khusus untuk menampung saran dan kritik dari pelanggan. Selain itu kualitas dari pekerja tidak diperhatikan, tidak adanya rencana kerja beserta targetnya, kualitas produk masih banyak yang tidak memperhatikan, menejemen keuangan masih belum dilakukan.

UKM dengan memiliki kinerja good performance memiliki kelemahan pada hal pengukuran kinerja dan standar kinerja baik karyawan atau perusahaan, data pembantuan dan komplai dari masyarakat, dan belum memiliki data pelanggan. Sedangkan beginning improvement memiliki kelemahan pada aspek target kinerja yang ingin dicapai, analisis usaha, pengukuran kinerja dan standar kinerja, kualitas proses yang hanya dilihat produk akhirnya tidak ada pengujian-pengujian untuk produknya, dan belum ada transparansi keuangan kepada pekerja.

Kinerja early result dan new business memiliki kekurangan yang relatif sama yaitu aspek kepemimpinan belum dilaksanakan, kinerja perusahaan tidak diperhatikan, tidak ada informasi tentang data pelanggan, pekerja kurang diperhatikan kinerjanya, kualitas pekerja kurang diperhatikan, kualitas produk dilihat dari komplain produsen, tidak memiliki tempat khusus complain, belum melakukan menejemen keuangan. Namun pada UKM dengan kinerja new business ada kekurangan lainnya yaitu pada proses produksi tidak ada pengendalian. UKM tersebut melakukan pengolahan dengan bahan baku seadanya tidak dilakukan sortasi terlebih dahulu. Sedangkan pada UKM dengan tingkat kinerja early result sudah melakukan sortasi pada bahan baku yang akan diolah.

Kelemahan-kelemahan pada UKM manisan Cianjur menjadi permasalahan di dalam peningkatan kinerja. Kelemahan yang ditemukan setelah dilakukan audit kinerja pada UKM berdasarkan tingkat kinerjanya, secara umum menjadi kelemahan yang sama dengan UKM yang lainnya. Hal tersebut sesuai dengan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Data pada BPS 1993 (Sukidjo 2007) yang menjelaskan tentang masalah utama yang dihadapi UKM diantaranya masalah keuangan, sulitnya pemasaran, penyediaan bahan baku, keterampilan sumber daya manusia (pekerja dan manajer) masih rendah, teknologi yang terbatas, kesulitan dalam administrasi pembukuan. Selain itu, masalah yang dihadapi UKM menurut penelitian Winarni (2006) dan Situmorang (2008) diantaranya kurang permodalan, kesulitan dalam pemasaran, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, kualitas manajemen rendah, SDM terbatas dan kualitasnya rendah, kebanyakan tidak memiliki laporan keuangan, aspek legalitas rendah, dan rendahnya kualitas teknologi.

Kelemahan yang pada UKM juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Rahman, et al (2012) diantaranya UKM sektor pengolahan belim tersertifikasi ISO, terdapat kesenjangan kemampuan antara pemimpin dan karyawan dalam hal teknis operasional dan manajerial, setiap keputusan yang harus diambil masih bertumpu pada direktur dan Awareness terhadap kualitas

produk dan proses belum sepenuhnya dipahami oleh anggota organisasi UKM sektor pengolahan. Kristiyanti (2012) menjelaskan adanya faktor internal dan faktor internal yang penjadi permasalahan umum di UKM. Faktor internal diantaranya kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah yang berakibat pada rendahnya manajemen pengelolaan usaha, lemahnya jaringan usaha, mental (semangat entrepreneurship) pengusaha UKM yang rendah, kurang transparansi antara generasi. Faktor internal yang menjadi permasalahan pada penelitian Kristiyanti (2012) yaitu iklim usaha (misalnya kebijakan pemerintah) belum sepenuhnya kondusif, sarana dan prasarana yang terbatas, pungutan liar, adanya pasar bebas, sifat produk dengan ketahanan pendek, terbatasnya akses pasar, terbatasnya akses informasi.

Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Asumsi Strategi

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja suatu UKM (Ardiana 2010). Selain itu SDM merupakan hal terpenting dalam suatu organisasi karena perannya sebagai subyek pelaksana kegiatan (Pakpahan,et al 2014). Sehingga peningkatan kualitas SDM di UKM harus terus dilakukan.

Hasil audit berupa data kelemahan dan kelebihan di UKM Manisan Cianjur yang diperoleh dari tahap penelitian sebelumnya dijadikan bahan pertimbangan untuk menghasilkan asumsi-asumsi strategi. Asumsi strategi bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM. Asumsi tersebut diperoleh dengan metode SAST.

Asumsi strategi diperoleh dari pendapat pakar, berdasarkan hasil audit yang dilakukan terhadap UKM manisan Cianjur. Asumsi strategi untuk peningkatan kualitas SDM dari setiap pakar terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8 Asumsi Strategi Peningkatan Kualitas SDM

Pakar Asumsi

Dedi Sudjana, S.Ap

(Dinas Koperasi dan UMKM)

- Pengembangan diri (pelatihan) - Diklat berbasis kebutuhan - Pendampingan

- Forum UKM bergerak - Pembelajaran langsung Euis Sukaeni, S.IP

(DISPERINDAG)

- Penyuluhan (motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan)

- Pelatihan-pelatihan

- Pembentukan jiwa kewirausahaan - Kelompok pelaku usaha

Tabel 8.1 Asumsi Strategi Peningkatan Kualitas SDM (Lanjutan)

Pakar Asumsi

Dr. Hj. Iis Ristiani, M.Pd (Inkubator Bisnis Cianjur)

- Bimbingan teknis (BIMTEK) - Pelatihan

- Pendampingan - Forum komunikasi - Pengembangan koperasi - Pameran

Asumsi dari setiap pakar kemudian disintesis. Hasil dari sinetsis asumsi diperoleh dua belas asumsi strategi peningkatan kualitas SDM. Asumsi tersebut diberi pembobotan berdasarkan tingkat kepentingan dan kepastian asumsi. Pembobotan dilakukan oleh pakar. Pembobotan asumsi berdasarkan tingkat kepentingan dan kepastian terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pembobotan asumsi strategi peningkatan kualitas SDM

No Asumsi Penting Pasti

A1 Pelatihan untuk pengembangan diri 7 4

A2 Diklat berbasis kebutuhan 7 6

A3 Pendampingan 5 5

A4 Forum UKM bergerak 6 5

A5 Pembelajaran langsung 6 5

A6 Penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan.

6 5

A7 Pembentukan jiwa kewirausahaan 5 5

A8 Pengelompokan pelaku usaha 4 4

A9 Peningkatan wawasan 5 5

A10 Bimbingan teknis (BIMTEK) 7 5

A11 Pengembangan koperasi 6 5

A12 Pelaksanaan pameran 6 6

Hasil pemeringkatan kemudian digambarkan secara grafis pada kuadran kartesius. Hal tersebut dilakukan untuk melihat posisi tingkat kepentingan dan tingkat kepastian dengan mudah. Gambaran posisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

A1 A2 A8 A3 A7 A9 A10 A4 A5 A6 A11 A12 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 Problematic Planning Region Certain Planning Region

Gambar 4 Pemeringkatan asumsi strategis

Asumsi pada kuadran I dipandang penting dan pasti; asumsi pada kuadran II dipandang tidak penting dan pasti; asumsi pada kuadran III dipandang tidak penting dan tidak pasti; sedangkan pada kuadran IV dipandang sangat penting dan tidak pasti. Asumsi yang terdapat dalam diagram I dilakukan analisis dan sintesis. Hal tersebut dilakukan karena pada diagram tersebut merupakan tingkat kepentingan dan kepastian yang relatif tinggi. Identifikasi asumsi pada diagram I yaitu:

a. Asumsi dengan nilai 7,6 (amat sangat penting-sangat pasti) adalah A2; b. Asumsi dengan nilai 7,5 (amat sangat penting-pasti) adalah A10; c. Asumsi dengan nilai 6,6 (sangat penting-sangat pasti) adalah A12; d. Asumsi dengan nilai 6,5 (sangat penting-pasti) adalah A4, A5, A6, A11; e. Asumsi dengan nilai 5,5 (penting-pasti) adalah A3, A7,A9.

f. Asumsi dengan nilai 7,4 (amat sangat penting-pasti) adalah A1; g. Asumsi dengan nilai 4,4 (penting-pasti) adalah A8.

I

IV

II

III

Sangat penting Tidak penting Tidak Pasti Pasti

A1 A2 A8 A3 A7 A9 A10 A4 A5 A6 A11 A12 1 2 3 4 5 6 7 4 5 6 7

Gambar 5 Sebaran Asumsi pada Kuadran I

Asumsi-asumsi yang berada di dalam kuadran I dipandang memiliki tingkat kepentingan dan keyakinan yang tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa asumsi yang memiliki nilai optimal dengan nilai tingkat kepentingan “sangat tinggi” dan tingkat kepastian “sangat pasti” sesuai dengan kebutuhan. Asumsi-asumsi yang tersebar pada diagram I diantaranya A2 (diklat berbasis kebutuhan), A3 (pendampingan), A4 (forum UKM bergerak), A5 (pembelajaran langsung), A6 (penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan), A7 (pembentukan jiwa kewirausahaan), A9 (peningkatan wawasan), A10 (bimbingan teknis), A11 (pengembangan koperasi), dan A12 (pelaksanaan pameran).

Asumsi A2 memiliki nilai kepentingan dan kepastian yang paling tinggi dibandingkan dengan asumsi lainnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan diklat berbasis kebutuhan dipandang sudah tepat dan optimal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan berdampak pada peningkatan kinerja di UKM manisan.

Asumsi strategis dengan nilai amat sangat penting dan sangat pasti yaitu A2. Asumsi pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berbasis kebutuhan dianggap amat sangat penting dan sangat pasti. Hal tersebut berdasarkan anggapan bahwa ketika seseorang membutuhkan, maka orang tersebut akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Peningkatan kualitas pada diri seseorang akan terjadi dengan sendirinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pribadi et al (2013) yaitu pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas dan kinerja karyawan. Pakpahan ES et al (2014) menerangkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia disuatu organisasi ialah melalui program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan terencana dan sistematik.

I

A1 A2 A8 A3 A7 A9 A10 A4 A5 A6 A11 A12 1 2 3 4 5 6 7 4 5 6 7

Asumsi yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan kepastian yang sedang yaitu A10. Bimbingan teknis (BIMTEK) dengan nilai 7,5 (amat sangat penting- pasti) adalah A10. Selain itu, A12 yang merupakan pelaksanaan pameran memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi dengan nilai 6,6. Asumsi yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian 6,5 (sangat penting-pasti) adalah A4 (forum UKM bergerak), A5 (pembelajaran langsung), A6 (penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan), dan A11 (pengembangan koperasi).

Forum UMKM bergerak merupakan suatu kumpulan UMKM yang melakukan kegiatan diskusi antar pelaku usaha. Forum ini dibuat dengan tujuan agar pelaku usaha dapat lebih mandiri untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, dimana usaha yang telah maju membagi pengalamannya. Pelaksanaan forum ini dibawah pantauan dinas-dinas terkait.

Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran usaha yang dilakukan dengan melihat langsung pada proses usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha lain. Hal ini dilakukan agar pelaku usaha memperoleh gambaran usaha atau pengalaman untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

Penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan merupakan suatu penyuluhan yang difokuskan untuk meningkatkan semangat pelaku usaha untuk mengenal kewirausahaan. Sehingga nantinya kemampuan palaku usaha dapat meningkat.

Gambar 6 Sebaran asumsi kuadran penting (rendah-tinggi)-pasti (rendah) Pelaksanaan pelatihan untuk pengembangan diri (A1) merupakan asumsi dengan nilai 7,4 yang berarti memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepastian rendah. Selain itu, pengelompokan pelaku usaha (A8) memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang rendah. Pengelompokan pelaku industri memiliki nilai yang rendah pada Certain Planning Region karena di dalam peningkatan kualitas SDM yang ada pada UKM dinilai masih membutuhkan bimbingan dari

I

pihak-pihak terkait. Sehingga jika dilakukan dengan pengelompokkan dengan sistem diskusi antar UKM dianggap kurang efektif.

Formulasi Strategi

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang ada di Usaha Kecil dan Menengah (UKM) harus selalu dilakukan. Hal tersebut dikarenakan SDM termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja suatu UKM. Audit yang dilaksanakan terhadap UKM berdasarkan empat tingkat kinerja, menghasilkan 12 asumsi strategi untuk mengingkatkan kualitas SDM yang ada di UKM. Asumsi tersebut diantaranya pelatihan untuk pengembangan diri, diklat berbasis kebutuhan, pendampingan, forum UKM bergerak, pembelajaran langsung, penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan, pembentukan jiwa kewirausahaan, pengelompokan pelaku usaha, peningkatan wawasan, bimbingan teknis (BIMTEK), pengembangan koperasi, dan pelaksanaan pameran. Asumsi tersebut dipertahankan untuk dilakukan analisis selanjutnya.

Asumsi strategi yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan SAST sehingga diperoleh asumsi beserta tingkat kepentingan dan kepastiannya. Berdasarkan tingkat kepentingan dan kepastiannya, dari 12 asumsi strategi diambil 7 asumsi yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi (sangat penting dan amat sangat penting) dan tingkat kepastian yang tinggi (pasti dan sangat pasti). Hal tersebut dilakukan karena dengan tingkat kepastian yang tinggi dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM manisan. Strategi yang menjadi prioritas merupakan startegi yang sesuai dengan kendala yang dihadapi oleh UKM. Sehingga diharapkan strategi yang diperoleh menjadi strategi yang tepat guna.

Asumsi strategi yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi diantaranya diklat berbasis kebutuhan, bimbingan teknis (BIMTEK), pelaksanaan pameran, forum UKM bergerak, pembelajaran langsung, penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan, serta pengembangan koperasi. Kemudian dilakukan pemrioritasan terhadap asumsi tersebut sebagai strategi. Pemrioritasan strategi dilakukan dengan Analytic Hierarchy Process (AHP).

Metoda AHP melibatkan delapan pakar yang terdiri dari dosen yang sekaligus pengamat UKM dan pelaku UKM. Setiap pakar mengisi kuesioner. Hasil pengisian pakar kemudian dianalisis menggunakan software Expert Choice 11. Tingkat kepakaran dilihat dari Consistency Ratio (CR). Data yang digunakan yaitu data dengan nilai CR kurang dari 0.10.

Hasil pengolahan dengan software Expert Choice 11 menghasilkan nilai analisis. Nilai analisis terbesar merupakan prioritas strategi. Selain prioritas pada strategi, pemrioritasan juga dilakukan pada aktor yang dianggap paling berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM manisan Cianjur dan prioritas kriteria yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan strategi. Hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Hierarki AHP Keterangan:

A1 : Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) A2 : Dinas Koperasi dan UMKM (KUMKM)

A3 : Inkubator Bisnis Cianjur (INBIS) A4 : Pelaku UKM

K1 : Dana K2 : Waktu

K3 : Sumber Daya Manusia (SDM) S1 : Diklat berbasis kebutuhan S2 : Bimbingan teknis (BIMTEK) S3 : Pelaksanaan Pameran

S4 : Forum UKM Bergerak S5 : Pembelajaran langsung S6 : Penyuluhan

S7 : Pengembangan koperasi

Hasil analisis menunjukan bahwa Dinas Koperasi dan UMKM (KUMKM) merupakan aktor yang memiliki peran paling berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM Manisan Cianjur. Dinas KUMKM memperoleh nilai 0.437 dibandingkan dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan 0.284, Inkubator Bisnis 0.193 dan pelaku UKM 0.086. Arah pengembangan Dinas KUMKM yang berfokus terhadap manajemen UKM bisa dikatakan sebagai alasan Dinas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

A1 (0.284) A2 (0.437) A3 (0.193) A4 (0.086) TUJUAN K1 (0.525) K2 (0.281) K3 (0.193) S1 (0.285) S7 (0.066) S2 (0.178) S3 (0.128) S4 (0.118) S5 (0.121) S6 (0.106) AKTOR KRITERIA ALTERNATIF

KUMKM menjadi aktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM yang merupakan pelaku UKM. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Pengambilan suatu keputusan dilandasi dari beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut menjadi hal yang menentukan keputusan mana yang akan digunakan. Strategi untuk meningkatkan kualitas SDM di UKM manisan Cianjur didasari 3 kriteria utama. Kriteria tersebut diperoleh dari hasil wawancara ketika pengambilan alternatif. Kriteria tersebut diantaranya dana yang tersedia, waktu atau lamanya pelaksanaan sebuah kebijakan, dan SDM yang menunjang terlaksananya kebijakan.

Tiga kriteria memiliki nilai analisis yang berbeda. Dana menjadi kriteria yang diprioritaskan. Hal tersebut terlihat dari nilai analisis dana sebesar 0.525 lebih besar dibandingkan waktu 0.281 dan SDM 0.193. Dana merupakan kriteria paling prioritas yang menjadi landasan pengambilan suatu kebijakan. Perbandingan nilai dari setiap kriteria dapat dilihat pada Gambar 7.

Banyaknya alternatif untuk menjadi sebuah strategi sehingga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas SDM di UKM. Beberapa alternatif yang dipilih dari hasil analsis sebelumnya memiliki nilai prioritas yang berbeda. Diklat yang berbasis kebutuhan memiliki nilai paling besar dibandingkan dengan alternatif lainnya. Diklat berbasis kebutuhan memiliki nilai terbesar yaitu 0.285, sedangkan BIMTEK 0.178, pelaksanaan pameran 0.128, Forum UKM bergerak 0.118, Pembelajaran langsung 0.121, penyuluhan 0.106, koperasi 0.066. perbandingan nilai tersebut tergambar pada Gambar 7.

Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) merupakan alternatif yang menjadi prioritas sebagai strategi peningkatan kualitas SDM dimana nantinya dapat meningkatkan kinerja dari usaha yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan hal yang dinyataan Sutrisno (2011) Diklat merupakan kunci dalam manajemen yang memainkan peran penting dan strategis dalam meningkatkan prestasi kerja. Diklat berbasis kebutuhan merupakan strategi yang terpilih. Diklat ini dilakukan berdasarkan kebutuhan dari UKM. Manfaat yang akan dirasakan oleh pelaku usaha yaitu peningkatan kualitas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga peningkatan kualitas SDM seiring dengan masalah yang ditemui. Ketika seseorang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi maka kinerja dari usaha yang dilakukanpun akan meningkat.

Strategi Operasional

Hasil penelitian menghasilkan beberapa strategi terpilih. Strategi yang menjadi prioritas yaitu diklat berbasis kebutuhan. Selain itu strategi lain yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi dan diasumsikan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM manisan Cianjur yaitu bimbingan teknis, pelaksanaan pameran, forum UKM Bergerak, pembelajaran langsung, penyuluhan, pengembangan koperasi.

Strategi operasional yang dapat dilakukan dari strategi terpilih yaitu 1. Diklat berbasis kebutuhan

Diklat berbasis kebutuhan yaitu diklat yang dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan yang ada pada UKM. Sehingga diklat yang dilaksanakan dapat menyelesaikan masalah yang ada di UKM. Manfaat yang akan dihasilkan menjadi solusi yang tepat guna. Sebelum dilakukan diklat,

penyelenggara harus memastikan kebutuhan dari UKM. Khususnya UKM yang termasuk kelompok kinerja early result dan new business. Hal tersebut disebabkan karena banyak hal khususnya dari pengaplikasian manajemen (keuangan, dokumen, perijinan, dll) yang belum diketahui pelaku UKM.

2. Bimbingan teknis (BIMTEK)

Kurangnya pengetahuan pelaku UKM secara teknis untuk mengembangkan UKMnya, menjadi salah satu alasan perlu dilakukannya bimbingan. Sebelum dilakukan bimbingan penyelenggara melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap UKM. Sehingga bimbingan secara teknis dapat diberikan kepada UKM yang menghadapi masalah dan memerlukan bimbingan teknis.

3. Pelaksanaan Pameran

Penyelenggaraan pameran dilakukan dengan melibatkan pelaku UKM. Hal tersebut dilakukan agar dapat memberi gambaran konsumen yang dihadapi. Sehingga dapat merangsang daya pikir pelaku untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

4. Forum UKM Bergerak

Pengelompokan UKM dengan menjadikan UKM yang masuk kedalam kategori good performance sebagai leader. Ketika UKM lainnya memperoleh permasalahan dalam pelaksanaan usahanya dapat diadakan forum dari kelompok UKM tersebut. Forum tersebut dilakukan untuk saling berbagi pengalaman dalam menghadapi masalah. Sehingga antar UKM akan memperoleh pelajaran dari pengalaman UKM lainnya untuk diaplikasikan. 5. Pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung dilakukan dengan mengajak pelaku UKM mengunjungi UKM diluar Cianjur (studi banding). Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung terhadap UKM. Pelaksanaan pembelajaran langsung pernah dilakukan terhadap beberapa UKM. Hasil yang terlihat yaitu membuat pelaku UKM termotivasi untuk berusaha membuat produknya menjadi lebih baik.

6. Penyuluhan

Penyuluhan terhadap pelaku UKM dilakukan dengan materi penyuluhan yang sesuai dengan masalah utama yang dihadapi UKM. Selain itu narasumber yang pada penyuluhan yang dilaksanakan dipilih narasumber yang aktraktif dan komunikatif. Sehingga tujuan dari penyuluhan untuk membantu menanggulangi masalah UKM dapat tersampaikan dengan baik dan manfaatnya dapat langsung diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi UKM.

7. Pengembangan koperasi

Pengembangan koperasi dilakukan dengan menyertakan pelaku UKM sebagai anggota koperasi. Ikut serta pelaku UKM menjadi anggota koperasi

Dokumen terkait